Apa arti dari serumpun dalam puisi serumpun Padi

Sawah adalah benteng kota,

Melindungi rakyat dari nestapa,

Kemiskinan, kelaparan, serta

kutukan-kutukan alam,

Benteng kokoh menjaga,

Segala bentuk marabahaya,

Kuat melingkupi,

Selingkar negeri subur makmur lestari,

Dimana ada sawah,

Disitulah disenandungkan,

Nikmat-nikmat Tuhan!

“Serumpun padi tumbuh di sawah,

Hijau menguning daunnya!”

Lagu ini didendangkan,

Sedari dulu kala,

Sawah warisan tanah pusaka,

Inspirasi para pujangga, pelagu dan penari,

Keindahan terbentang luas di hamparan bumi pertiwi,

Menghiasi setiap pandang mata ini,

Sawah adalah benteng kota,

Kucari kau sekarang dimana,

Menghilang di sudut-sudut pemukiman,

Berubah menjadi gedung-gedung perkantoran,

Aku rindu,

Melihat kerbau ditunggangi bocah,

Membawa seruling bambu,

Di tengah sawah,

Lukisan pemandangan mereka dipampang,

dalam kalender-kalender tua,

Di masa aku belia,

Kertas bekas yang jadi penutup jendela,

Aku rindu,

Bermain bersama anak-anak bercaping,

Menarik tali orang-orangan sawah,

Sambil duduk di gubuk jerami,

Dan makan siang bersama petani,

Aku rindu,

Berlarian di pematang,

Mencari cimplukan,

Menangkap ikan dan belut di kubangan,

Setelah panen raya tiba,

Menggorengnya di rumah bersama kakak tercinta,

Sawah adalah benteng kota,

Kapankah semua itu kembali?

Sawah membentengi kota ini?

Konsistensi swasembada pangan yang terlupa,

Membuat kita terlena,

Kapankah sawah menjadi kekayaan prestisius negeri?

Dihias villa-villa kayu,

Serta lampu-lampu indah?

Sawah adalah benteng kota,

Akankah tinggal kenangan,

Gambar sawah perangko repelita?

Habis dijual untuk biaya sekolah kedokteran,

Sementara sarjana pertanian bekerja di bank,

Sawah kemudian alih lahan,

Sawah adalah benteng kota,

Ketentraman nusantara padanya,

Kenangan cinta dari negara,

Untuk anak cucu kita,

Amin.

Cilacap, 23 November 2020

Asih Minanti Rahayu, Pecinta Seni, Sastra, dan Agama.

Ketua Ranting Aisyiyah Tegal Kamulyan, Cilacap Jawa Tengah

penangkapan ikan secara ilegal oleh negara lain di perairan Indonesia dapat menyebabkan....a. kerugianb. keuntungan c. kemalangand. keberuntungan ​

quizzbuatah puisi berjudul "bintang"#no copas#salah report#benar jadikan jawaban terbaik​

salah satu kelemahan alat transportasi modern adalah....tolong dijawab:))​

pembangkit listrik yang memanfaatkan perubahan energi cahaya menjadi energi listrik adalah tolong dijawab ya:)​

tanda titik digunakan untukmau dikumpulin besok ​

suatu keadaan dimana jumlah air yang tersedia sangat sedikit dibandingkan jumlah air yang dibutuhkan disebut​

1.produk apa yang ditawarkan dalam iklan radio tersebut?2.menurutmu,apakah naskah iklan radio tersebut menarik?3.apakah efek suara dan musik bisa menj … elaskan produk iklan tersebut?jelaskan!4.menurutmu,apakah durasi waktu iklan tersebut terlalu panjang?5.apa arti narator dan apa tugas seorang narator?Tolong dijawab ya besok dikumpulakn​

apa itu SDA hewani dan nabati​

Iklan intermet dapat disampaikan dalam bentuk

Sebutkan 2 contoh peristiwa yang tidak memedulikan persatuan dan kesatuan yang terjadi di masyarakat, dan jelaskan akibat yang terjadi dari peristiwa … tersebut ​

Apa arti dari serumpun dalam puisi serumpun Padi

Kata Nomina (kata benda)

  1. 1) satu nenek moyang; satu keturunan;
  2. 2) sekumpulan (sekelompok) yang berasal dari satu induk (tentang tumbuhan, bahasa);

Kata-kata dari kata dasar rumpun

  • berrumpun-rumpun
  • berumpun
  • merumpun
  • rumpun

Kata-kata di KBBI yang dekat dari rumpun

  • rumpi
  • rumpil
  • rumpon
  • rumpun
  • rumrum
  • rumuk
  • rumung

[serumpun] Arti serumpun di KBBI adalah: satu nenek moyang; satu keturunan;. Lihat arti dan definisi di jagokata.

Database utama KBBI merupakan Hak Cipta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbud (Pusat Bahasa)

Apa arti dari serumpun dalam puisi serumpun Padi

Jawaban:

1. serumpun=sekumpulan atau sekelompok tumbuhan yang berasal dari satu induk

2. jiwa suci=benih kehidupan

3. ibu Pertiwi=tanah air

Penjelasan:

maaf jika cuman bisa jawab 3

Pagi ini aku menyanyikan lagu lama yang pernah kunyanyikan waktu SD (Sekolah Dasar).


SERUMPUN PADI
Written by : R. Maladi

Serumpun padi tumbuh di sawah Hijau menguning daunnya Tumbuh di sawah penuh berlumpur

Di pangkuan ibu pertiwi

Serumpun jiwa suci Hidupnya nista abadi Serumpun padi mengandung janji Harapan ibu pertiwi


Kunyanyikan lagu itu ketika masih saja menonton TV tentang amarah saudara sebangsa akibat ulah saudara serumpun di Malaysia. Begitupun ketika kubuka laptopku dan membaca harian online, masih ada saja kecamuk benci terhadap Malaysia. Bahkan ada perlawanan komentar dari orang Malaysia di sebuah blog publik.

Memang kalau kuingat-ingat kembali, beberapa kali Malaysia melakukan klaim atas hak Indonesia. Mereka merasa lebih superior ketimbang bangsa Indonesia yang menurut sebagian orang Malaysia dianggap sebagai bangsa penjual manusia (budak/TKI).

Dari sini saja sebenarnya antara Malaysia dan Indonesia memiliki sedikit perbedaan picuan sikap. Ratusan rakyat Indonesia pergi ke Malaysia untuk mencari uang, dengan bekerja ataupun mengorbankan nyawa dan harga diri. Sedangkan orang Malaysia datang ke Indonesia untuk mencari ilmu, belajar di sekolah maupun universitas yang kualitasnya memang lebih baik dan tak tertandingi oleh perguruan tinggi di Malaysia. Kalaupun ada orang Malaysia yang cari uang di Indonesia, mereka umumnya mempunyai status pekerjaan yang lebih mentereng ketimbang orang Indonesia yang kebanyakan jadi jongos/babu.

Perbedaan latar belakang tersebut membentuk perbedaan sikap. Orang Malaysia merasa lebih superior ketimbang orang Indonesia. Melihat kenyataan orang Malaysia mengakui (mengklaim) produk dan budaya Indonesia, tak usah heran. Itulah wujud dari sikap superior yang tumbuh sedikit demi sedikit dari sikap mereka terhadap TKI. Mereka sudah terbiasa merendahkan derajat orang Indonesia. Kebiasaan itu membuat mereka yakin kalau orang Indonesia tidak akan marah terhadap klaim budaya. Orang Indonesia sudah terbiasa dihina, ditindas, dibodohi, diadudomba dan diracuni cara berpikirnya.

Tapi kali ini Malaysia salah kira. Justru sikap merendahkan martabat bangsa Indonesia itu menjadi pemicu bangkitnya nasionalisme rakyat. Malaysia lupa kalau orang Indonesia itu harus digampar dulu, baru sadar. Klaim mereka terhadap beberapa budaya Indonesia merupakan gamparan yang keras. Maka dengan gamparan itu, banyak orang Indonesia yang tersadar akan nasionalisme. Dengan gamparan Malaysia, banyak anak-anak muda yang kini mencoba belajar kembali tentang tari pendet, lagu-lagu kebangsaan, dan memaksakan diri memakai batik. Dengan tamparan telak Malaysia, banyak orang Indonesia yang sadar, betapa mereka terlalu lama lupa akan budayanya, lupa akan harga dirinya, bahkan lupa tentang siapa dirinya sendiri.

Karena itu, sebagai bangsa serumpun, kuucapkan terima kasih kepada Malaysia. Bagaimanapun sikap superioritas kalian yang kadang menjengkelkan, aku merespon dari sisi positifnya saja : Betapa nasionalisme Indonesia menjadi bangkit kembali. Sebab bangsa ini memang bangsa yang harus dilecut, baru bekerja. Harus ditendang, baru sadar. Harus ada yang dibunuh, baru berani melawan.


Apa arti dari serumpun dalam puisi serumpun Padi

Lihat Sosbud Selengkapnya


Page 2

Pagi ini aku menyanyikan lagu lama yang pernah kunyanyikan waktu SD (Sekolah Dasar).


SERUMPUN PADI
Written by : R. Maladi

Serumpun padi tumbuh di sawah Hijau menguning daunnya Tumbuh di sawah penuh berlumpur

Di pangkuan ibu pertiwi

Serumpun jiwa suci Hidupnya nista abadi Serumpun padi mengandung janji Harapan ibu pertiwi


Kunyanyikan lagu itu ketika masih saja menonton TV tentang amarah saudara sebangsa akibat ulah saudara serumpun di Malaysia. Begitupun ketika kubuka laptopku dan membaca harian online, masih ada saja kecamuk benci terhadap Malaysia. Bahkan ada perlawanan komentar dari orang Malaysia di sebuah blog publik.

Memang kalau kuingat-ingat kembali, beberapa kali Malaysia melakukan klaim atas hak Indonesia. Mereka merasa lebih superior ketimbang bangsa Indonesia yang menurut sebagian orang Malaysia dianggap sebagai bangsa penjual manusia (budak/TKI).

Dari sini saja sebenarnya antara Malaysia dan Indonesia memiliki sedikit perbedaan picuan sikap. Ratusan rakyat Indonesia pergi ke Malaysia untuk mencari uang, dengan bekerja ataupun mengorbankan nyawa dan harga diri. Sedangkan orang Malaysia datang ke Indonesia untuk mencari ilmu, belajar di sekolah maupun universitas yang kualitasnya memang lebih baik dan tak tertandingi oleh perguruan tinggi di Malaysia. Kalaupun ada orang Malaysia yang cari uang di Indonesia, mereka umumnya mempunyai status pekerjaan yang lebih mentereng ketimbang orang Indonesia yang kebanyakan jadi jongos/babu.

Perbedaan latar belakang tersebut membentuk perbedaan sikap. Orang Malaysia merasa lebih superior ketimbang orang Indonesia. Melihat kenyataan orang Malaysia mengakui (mengklaim) produk dan budaya Indonesia, tak usah heran. Itulah wujud dari sikap superior yang tumbuh sedikit demi sedikit dari sikap mereka terhadap TKI. Mereka sudah terbiasa merendahkan derajat orang Indonesia. Kebiasaan itu membuat mereka yakin kalau orang Indonesia tidak akan marah terhadap klaim budaya. Orang Indonesia sudah terbiasa dihina, ditindas, dibodohi, diadudomba dan diracuni cara berpikirnya.

Tapi kali ini Malaysia salah kira. Justru sikap merendahkan martabat bangsa Indonesia itu menjadi pemicu bangkitnya nasionalisme rakyat. Malaysia lupa kalau orang Indonesia itu harus digampar dulu, baru sadar. Klaim mereka terhadap beberapa budaya Indonesia merupakan gamparan yang keras. Maka dengan gamparan itu, banyak orang Indonesia yang tersadar akan nasionalisme. Dengan gamparan Malaysia, banyak anak-anak muda yang kini mencoba belajar kembali tentang tari pendet, lagu-lagu kebangsaan, dan memaksakan diri memakai batik. Dengan tamparan telak Malaysia, banyak orang Indonesia yang sadar, betapa mereka terlalu lama lupa akan budayanya, lupa akan harga dirinya, bahkan lupa tentang siapa dirinya sendiri.

Karena itu, sebagai bangsa serumpun, kuucapkan terima kasih kepada Malaysia. Bagaimanapun sikap superioritas kalian yang kadang menjengkelkan, aku merespon dari sisi positifnya saja : Betapa nasionalisme Indonesia menjadi bangkit kembali. Sebab bangsa ini memang bangsa yang harus dilecut, baru bekerja. Harus ditendang, baru sadar. Harus ada yang dibunuh, baru berani melawan.


Apa arti dari serumpun dalam puisi serumpun Padi

Lihat Sosbud Selengkapnya


Page 3

Pagi ini aku menyanyikan lagu lama yang pernah kunyanyikan waktu SD (Sekolah Dasar).


SERUMPUN PADI
Written by : R. Maladi

Serumpun padi tumbuh di sawah Hijau menguning daunnya Tumbuh di sawah penuh berlumpur

Di pangkuan ibu pertiwi

Serumpun jiwa suci Hidupnya nista abadi Serumpun padi mengandung janji Harapan ibu pertiwi


Kunyanyikan lagu itu ketika masih saja menonton TV tentang amarah saudara sebangsa akibat ulah saudara serumpun di Malaysia. Begitupun ketika kubuka laptopku dan membaca harian online, masih ada saja kecamuk benci terhadap Malaysia. Bahkan ada perlawanan komentar dari orang Malaysia di sebuah blog publik.

Memang kalau kuingat-ingat kembali, beberapa kali Malaysia melakukan klaim atas hak Indonesia. Mereka merasa lebih superior ketimbang bangsa Indonesia yang menurut sebagian orang Malaysia dianggap sebagai bangsa penjual manusia (budak/TKI).

Dari sini saja sebenarnya antara Malaysia dan Indonesia memiliki sedikit perbedaan picuan sikap. Ratusan rakyat Indonesia pergi ke Malaysia untuk mencari uang, dengan bekerja ataupun mengorbankan nyawa dan harga diri. Sedangkan orang Malaysia datang ke Indonesia untuk mencari ilmu, belajar di sekolah maupun universitas yang kualitasnya memang lebih baik dan tak tertandingi oleh perguruan tinggi di Malaysia. Kalaupun ada orang Malaysia yang cari uang di Indonesia, mereka umumnya mempunyai status pekerjaan yang lebih mentereng ketimbang orang Indonesia yang kebanyakan jadi jongos/babu.

Perbedaan latar belakang tersebut membentuk perbedaan sikap. Orang Malaysia merasa lebih superior ketimbang orang Indonesia. Melihat kenyataan orang Malaysia mengakui (mengklaim) produk dan budaya Indonesia, tak usah heran. Itulah wujud dari sikap superior yang tumbuh sedikit demi sedikit dari sikap mereka terhadap TKI. Mereka sudah terbiasa merendahkan derajat orang Indonesia. Kebiasaan itu membuat mereka yakin kalau orang Indonesia tidak akan marah terhadap klaim budaya. Orang Indonesia sudah terbiasa dihina, ditindas, dibodohi, diadudomba dan diracuni cara berpikirnya.

Tapi kali ini Malaysia salah kira. Justru sikap merendahkan martabat bangsa Indonesia itu menjadi pemicu bangkitnya nasionalisme rakyat. Malaysia lupa kalau orang Indonesia itu harus digampar dulu, baru sadar. Klaim mereka terhadap beberapa budaya Indonesia merupakan gamparan yang keras. Maka dengan gamparan itu, banyak orang Indonesia yang tersadar akan nasionalisme. Dengan gamparan Malaysia, banyak anak-anak muda yang kini mencoba belajar kembali tentang tari pendet, lagu-lagu kebangsaan, dan memaksakan diri memakai batik. Dengan tamparan telak Malaysia, banyak orang Indonesia yang sadar, betapa mereka terlalu lama lupa akan budayanya, lupa akan harga dirinya, bahkan lupa tentang siapa dirinya sendiri.

Karena itu, sebagai bangsa serumpun, kuucapkan terima kasih kepada Malaysia. Bagaimanapun sikap superioritas kalian yang kadang menjengkelkan, aku merespon dari sisi positifnya saja : Betapa nasionalisme Indonesia menjadi bangkit kembali. Sebab bangsa ini memang bangsa yang harus dilecut, baru bekerja. Harus ditendang, baru sadar. Harus ada yang dibunuh, baru berani melawan.


Apa arti dari serumpun dalam puisi serumpun Padi

Lihat Sosbud Selengkapnya