Apa balasan Allah SWT terhadap orang yang mau bersyukur atas nikmatnya

Allah memberi peringatan kepada orang yang telah diberi nikmat.

Senin , 23 Aug 2021, 17:00 WIB

republika

Neraka Balasan Bagi Yang Menukar Nikmat Dari Allah. Foto: Amal baik karena Allah SWT (ilustrasi)

Rep: Fuji E Permana Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Allah SWT memperingatkan orang-orang yang telah diberi berbagai macam kenikmatan agar tidak mengingkari nikmat tersebut. Alquran memberi tahu bahwa orang-orang yang menukar nikmat dari Allah dengan ingkar kepada Allah akan jatuh ke lembah kebinasaan.

Baca Juga

Maksudnya, orang-orang yang telah mendapatkan nikmat dari Allah tapi ingkar kepada perintah Allah, akan dijatuhkan ke lembah kebinasaan yakni neraka.

۞ اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ بَدَّلُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ كُفْرًا وَّاَحَلُّوْا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِۙ

Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan ingkar kepada Allah dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan? (QS Ibrahim: 28)

جَهَنَّمَ ۚيَصْلَوْنَهَاۗ وَبِئْسَ الْقَرَارُ

Yaitu neraka Jahanam, mereka masuk ke dalamnya, dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman. (QS Ibrahim: 29)

Tafsir Kementerian Agama menerangkan, ayat 28 dan 29 ini disampaikan dalam bentuk pertanyaan, tetapi bukan untuk dijawab, melainkan hanya sebagai peringatan bagi kaum Muslimin agar mereka jangan sekali-kali berbuat dan bertindak seperti yang dilakukan oleh orang kafir. Hendaklah mereka selalu taat, tunduk, dan patuh kepada perintah-perintah Allah dan mematuhi larangan-Nya.

Jika mereka ingkar kepada Allah, mereka pasti akan diazab di dunia dan di akhirat seperti yang ditimpakan kepada orang kafir.

Menurut Ibnu Abbas yang dimaksud dengan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dalam ayat ini ialah orang-orang kafir Makah. Mereka telah dianugerahi bermacam-macam nikmat yang tidak diberikan Allah kepada bangsa lain. Negeri Makah telah dijadikan sebagai tanah haram yakni tanah yang dihormati, tanah yang terjamin keamanannya, dan tempat berdirinya Kabah yang dikunjungi manusia dari segala penjuru dunia setiap tahun.

Allah SWT telah mendatangkan air, makanan, dan buah-buahan ke tanah yang tandus itu. Nikmat yang lebih besar lagi ialah diangkatnya Muhammad dari bangsa mereka sendiri sebagai Nabi dan Rasul penutup, yang membawa agama Allah, yang menjadi petunjuk dan pegangan hidup bagi seluruh manusia.

Namun, semua nikmat yang telah dilimpahkan itu mereka ingkari. Bahkan mereka menyiksa Nabi Muhammad SAW dan kaum Muslimin dan menghambat tersiarnya agama Islam. Oleh karena itu, Allah SWT menimpakan azab dan siksa kepada mereka berupa musim kemarau yang kering dan lama, sehingga mereka banyak yang mati kelaparan.

Menurut riwayat, ada di antara mereka yang sampai memakan tulang karena tidak ada lagi makanan yang akan dimakan. Allah menerangkan bahwa mereka adalah orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dan telah menempatkan kaum mereka yang jadi pengikut-pengikut mereka di tempat yang penuh kesengsaraan, yaitu neraka Jahanam yang menyala-nyala, yang bahan bakarnya adalah batu dan manusia.

Dari ayat ini dipahami bahwa Allah SWT memerintahkan manusia agar selalu mensyukuri nikmat-Nya dengan mengikuti perintah-perintah-Nya dan mematuhi larangan-larangan-Nya. Seluruh manusia dan makhluk sangat tergantung kepada nikmat itu, baik nikmat dalam bentuk lahir, maupun nikmat dalam bentuk batin atau yang tidak nampak. 

  • Allah
  • neraka
  • nikmat Allah
  • nikmat dari Allah
  • surga

Bersyukur adalah salah satu cara mengikat nikmat.

Sabtu , 06 Jun 2020, 08:16 WIB

republika

Bersyukur

Red: Irwan Kelana

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Dr KH Syamsul Yakin MA

Pahala bersyukur yang paling nyata adalah bertambahnya nikmat. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim/14: 7). Menurut Imam al-Ghazali dalam Minhajul Abidin, Allah SWT tidak hanya akan menambah nikmat, tapi juga akan mengekalkannya.

Nikmat itu sendiri, menurut Imam al-Ghazali, terbagi menjadi dua, yakni nikmat dunia dan nikmat agama. Nikmat dunia juga terbagi dua, yakni nikmat berasas manfaat dan nikmat berasas perlindungan. Contoh nikmat berasas manfaat adalah bentuk fisik yang sempurna dan rasa lezat menikmati makanan, pakaian, pernikahan, dan lainnya. 

Nikmat berasas perlindungan maksudnya Allah SWT menjaga manusia dari berbagai bahaya. Misalnya, bahaya yang mengancam keselamatan fisik, psikis dan akibat penyakit. Termasuk, perlindungan dari gangguan manusia, jin, binatang buas dan berbisa. Inilah spektrum nikmat dunia yang kalau  disyukuri akan bertambah.

Apabila nikmat dunia ini diingkari, maka balasan yang diberikan oleh Allah SWT berupa azab dunia, sebelum akhirat nanti. Allah SWT berfirman, “…Tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah.  Karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” (QS. al-Nahl/16:112).

Sedangkan nikmat agama, lanjut Imam al-Ghazali, juga terbagi dua, yakni nikmat pertolongan dan nikmat penjagaan. Contoh nikmat pertolongan adalah Allah SWT memberi taufik (kemampuan untuk mengikuti petunjuk Allah SWT) kepadamu untuk memeluk Islam, mengikuti sunah Nabi SAW, dan berlaku taat.

Terkait hal ini, Allah SWT berfirman, “Dan orang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan balasan ketakwaannya.” (QS. Muhammad/47: 17). Menurut pengarang Tafsir Jalalain, orang-orang yang mau menerima petunjuk ini adalah orang yang beriman kepada Allah SWT.

Dalam ayat lain, bersyukur berarti berjihad untuk meraih ridha Allah SWT. Misalnya, dalam surat al-Ankabut/29 ayat 69, “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”.

Selanjutnya, yang dimaksud dengan nikmat penjagaan adalah Allah SWT menjaga manusia dari kekufuran dan kemusyrikan. Setelah itu Allah SWT juga menjaga agar manusia tidak mengada-ada dalam beribadah (inovasi/bid’ah). Nikmat inilah akhirnya yang membuat kita terjaga dari kesesatan dan kemaksiatan  yang kalau disyukuri akan bertambah.

Maka pantas saja kalau Allah SWT bertanya secara retoris kepada manusia, “Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-Nisaa/4: 114). Bukti Allah Maha Mensyukuri, kata pengarang Tafsir Jalalain, adalah Allah SWT memberi pahala kepada mereka yang bersyukur.

Menurut Nabi SAW, bersyukur adalah salah satu cara mengikat nikmat. Alasannya, karena nikmat itu liar. Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya nikmat itu liar, seperti liarnya binatang buas, maka ikatlah nikmat itu dengan bersyukur.” (HR. Bukhari). Jadi syukur adalah rasionalisasi antara keinginan dan kebutuhan.

Namun sedikit sekali orang yang berhasil mengikat nikmat dengan cara bersyukur. Allah SWT menegaskan, “Sangat sedikit sekali di antara hamba-Ku yang mau bersyukur.” (QS. Saba’/34: 13). Kita mohon kepada Allah SWT agar kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang sedikit itu sehingga kita beroleh pahala bersyukur. Aamiin

  • bersyukur
  • Dr KH Syamsul Yakin MA
  • nikmat
Ilustrasi orang yang pandai bersyukur sehingga selalu tenang dan bahagia. Sumber: Freepik.com

Bersyukur merupakan sifat mulia yang wajib dimiliki umat Muslim. Banyak hal yang bisa disyukuri dalam kehidupan, seperti bisa bernafas hingga hari ini, masih mampu belajar, bekerja, dan melakukan kegiatan lain, dan lain sebagainya.

Allah SWT sangat menyukai hamba-Nya yang selalu bersyukur. Bahkan, Dia akan menambahkan nikmat-Nya kepada siapapun yang selalu bersyukur. Dalam Alquran surat Ibrahim ayat 7, Allah berfirman:

رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Artinya:"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."

Selain menambah nikmat, sifat bersyukur juga dapat membuat hati menjadi lebih lapang, bahagia, tenang, dan selalu berbaik sangka kepada Allah. Dengan begitu, rasa cinta kepada Allah akan semakin meningkat hari demi hari.

Cara bersyukur masing-masing orang berbeda. Achmad Hasim dalam buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas 3 memberikan beberapa contoh mengenai cara bersyukur yang tepat.

  • Mengucapkan Alhamdulillah sebagai rasa syukur kepada Allah SWT.

  • Meninggalkan perbuatan yang buruk.

  • Melakukan perbuatan yang baik kepada sesama.

  • Bersedekah kepada orang lain yang tidak mendapatkan nikmat.

  • Menggunakan nikmat untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah.

Ilustrasi orang yang tidak pandai bersyukur sehingga selalu mengeluh dan gampang marah. Sumber: Freepik.com

Akibat Orang yang Tidak Pandai Bersyukur

Lalu, bagaimana jika seseorang tidak mau bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan Allah? Dalam Alquran surat Ibrahim ayat 7 dijelaskan, balasan bagi orang yang tidak mau bersyukur adalah azab yang sangat pedih dari Allah.

Tidak bersyukur disebut dengan kufur nikmat. Mereka yang kufur nikmat jarang berterimakasih kepada Allah. Sudah dijelaskan bahwa Allah sangat tidak menyukai orang yang kufur nikmat, bahkan melarang umat Muslim untuk menjadi bagian kelompok tersebut.

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ

Artinya: "Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku." (QS. al-Baqoroh ayat 152)

Segala hal yang tidak disukai Allah tentu memiliki dampak negatif atau akibat buruk dari perbuatan tersebut. Begitu juga dengan orang yang tidak pandai bersyukur, pasti akan menanggung akibatnya.

Akibat orang tidak pandai bersyukur adalah kebalikan dari manfaat yang didapatkan oleh orang yang senang bersyukur. Dikutip dari Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas 3, Achmad Hasim menjelaskan beberapa kerugian bagi orang yang tidak pandai bersyukur.

  • Mendapatkan azab dari Allah SWT.

  • Mendapatkan dosa besar, sebab kufur nikmat merupakan hal yang dilarang Allah. Siapapun yang melakukan apa yang dilarang oleh Allah, pasti mendapatkan dosa.

  • Menjadi sombong. Orang yang tidak bersyukur cenderung meremehkan dan berprasangka buruk kepada Allah. Jika ia mendapat rezeki berlebih, maka ia akan menganggap bahwa itu adalah hasil kerja kerasnya, bukan dari Allah. Sifat ini sangat membahayakan keimanan seseorang.

  • Hati tidak akan tenang dan bahagia. Sebab, orang yang tidak pandai bersyukur akan selalu mengeluh. Hal seperti itu tidak akan memberikan ketenangan pada hati seseorang.

  • Mudah marah. Kufur nikmat artinya tidak menerima pemberian apapun dari Allah dengan baik. Dia akan selalu merasa kurang. Karenanya, ia akan merasa mudah marah serta kerap protes dan mengeluh kepada Allah.

Video yang berhubungan