Apa sebutan ikan tapah di kalimantan tengah

Nama "Tapah" diambil dari nama kota di negeri Perak, Malaysia yang dikenal sebagai tempat ditemukannya banyak Wallago attu

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Temuan ikan raksasa, ikan Tapah, membuat heboh warga Batanghari, Provinsi Jambi.

Warga Desa Bajubang Laut, Kecamatan Muarabulian, Kabupaten Batanghari, bernama Edison (35), menemukan ikan raksasa yang panjangnya mencapai 2 meter itu di aliran Sungai Batanghari.

Ikan ini hidup di sungai-sungai besar, di antaranya Sumatera dan Kalimatan.

Apa keistimewaan ikan raksasa atau Wallago ini?

Peneliti taksonomi dan biodiversitas ikan air tawar Indonesia yang juga Dosen Universitas Jambi, Tedjo Sukmono, memaparkan kondisi ikan Tapah di Jambi.

Walau ikan Tapah relatif sulit ditemukan, tapi masih belum masuk kategori dilindungi.

Dia mengatakan jika di pasar tradisional masih bisa ditemukan ikan Tapah, itu menunjukkan bahwa ikan tersebut masih ada di alam, termasuk Sungai Batanghari.

Baca Juga:

Via Vallen sedang Menuju Rusia untuk Acara Bravo International Music, Simak Penampilannya Disana

Romahurmuziy, Kementerian Agama dan Korupsi

Cara Membuat GIF Sendiri di WhatsApp Modal Rekaman Video Sendiri Dari Galeri, Mudah Tanpa Aplikasi

LSI Sebut Golput Akan Berpengaruh Pada Pasangan Jokowi Maruf, Begini Reaksi & Strategi TKN

Namun, ia tak menutup mata adanya ancaman terhadap keberlangsungan ikan itu.

“Kondisi Sungai Batanghari yang tercemar, bisa jadi menganggu populasi ikan. Dampak yang bisa diamati adalah sudah jarang ditemukan ikan ukuran besar. Karena pencernaan bisa menghambat pertumbuhan ikan,” ulasnya, Senin (18/3/2019).

Halaman selanjutnya arrow_forward

Sumber: Tribun Jambi

TRIBUNWOW.COM - Sebuah foto yang diunggah oleh seorang netizen menghebohkan publik.

Dalam foto tersebut, tampak sejumlah warga yang sedang panen ikan tapah.

Ikan tapah yang dipanen terlihat cukup besar dan jumlahnya sangat banyak.

Warga Nanga Sungai panen ikan tapah (Facebook)

Bahkan, beberapa ikan tapah hampir sama besarnya dengan tubuh warga yang mengangkatnya.

Diketahui, sejumlah warga yang sedang panen ikan tapah merupakan warga Nanga sungai, Desa Saujung Giling Manik, Kecamatan Embaloh Hulu, Kabupaten Kapuas Hulu.

Warga Sungai Nanga panen ikan tapah (Facebook)

Foto tersebut pertama kali diunggah oleh pengguna Facebook bernama Riza Fc.

"Alhamdulillah pengalaman yang tak kan terlupakan, panen tapah ala warga nanga sungai desa saujung giling manik kec. Embaloh Hulu. 12/10/2017," tulisnya di kolom keterangan foto.

Dari keterangan foto yang ditulis Riza, tampak bahwa foto tersebut diambil pada Kamis (12/10/2017) lalu.

Sampai berita ini diturunkan, foto ini telah dibagikan 91 kali dan disukai 220 akun.

Beberapa komentar pun mampir dalam unggahan tersebut.

Ikan tapah
Wallago Wallago micropogon Klasifikasi ilmiah Kerajaan:

Animalia

Filum:

Chordata

Kelas:

Actinopterygii

Ordo:

Siluriformes

Famili:

Siluridae

Genus:

Wallago


Bleeker, 1851

Sinonim
  • Silurodon Kner, 1866
  • Wallagonia Myers, 1938

Ikan tapah atau Wallago adalah genus beberapa ikan berkumis (Siluridae) pemakan daging (karnivora) berukuran besar dari Asia tropika. Sampai saat ini tercatat ada lima jenis anggotanya, dengan jenis yang paling umum adalah tapah asia Wallago attu. Nama "tapah" diambil dari nama kota di negeri Perak, Indonesia yang dikenal sebagai tempat ditemukannya banyak Wallago attu. Ikan tapah memiliki panjang tubuh yang dapat mencapai 1,5 meter dan dapat mencapai bobot sebesar 35 kg.[1] Ikan ini biasanya memakan krustasea serta ikan-ikan kecil lainnya.[2]

Di sungai-sungai Kalimantan hidup tapah Wallago leeri yang berwarna hitam. Ikan ini banyak di temukan diperairan air tawar juga tidak jarang ditemukan pada saat pengaruh pasang surut air di beberapa negara, seperti India, Bangladesh, Pakistan, Sri Lanka, Nepal, Afghanistan, Indonesia, Myanmar, Thailand, Vietnam, dan Kamboja. Masyarakat India menyebut ikan ini dengan sebutan “Boal / Boali / Boallee / Barhari / Poil”.[2]

Tubuhnya memiliki warna bervariasi dan pada bagian dorsal berwarna coklat keabu-abuan dan kepalanya berwarna keunguan.[3] Tubuh memanjang dan terkompresi lateral. Profil dorsal tubuh hampir lurus dengan perut. Kepalanya sangat besar dan lebar kepala sedikit kurang dari panjangnya dan sama dengan setengah dari tinggi badannya. Mulut lebar, bergigi besar serta rahang bagian bawah sedikit lebih panjang. Matanya kecil dan tepat berada di atas tingkat mulut dan tidak tertutup oleh kulit.[2]

Wallago attu tidak bersisik[3] serta memiliki sirip dorsal (punggung) yang pendek dan tidak bertulang. Sirip bagian perut lebih kecil, sedangkan sirip dubur sangat panjang. Sirip pektoral cukup kuat dan bergerigi halus serta memiliki insang yang berselaput. Sirip dubur dan ekor berwarna agak kehitaman.[2]

Pola reproduksi Wallago attu baik itu jantan maupun betina termasuk ke dalam dimorfisme seksual yang dapat terjadi di semua tahap dan di semua musim serta dapat dengan mudah ditandai dari struktur tulang belakang dada yang berkembang dengan baik, luas dan sangat jelas pada jantan sementara perberkembangan pada betina lemah dan sempit. Ikan ini berkembang biak sekali dalam satu tahun di musim hujan selama Mei-Agustus dengan puncaknya pada bulan Juni-Juli di negara-negara bagian timur, Juni-Agustus di negara-negara barat utara.[2]

Seiring perkembangan zaman populasi ikan tapah mulai berkurang. Hal ini dikarenakan degradasi lingkungan, polusi dan kurangnya pengelolaan yang tepat juga merupakan faktor semakin berkurangnya populsi.[2] IUCN RedList telah menetapkan bahwa ikan tapah masuk ke dalam Near Threatened.[4]

Jenis

Ada lima jenis yang dikenal, yang termasuk marga ini, meskipun W. hexanema agak diragukan validitasnya.[5]

  • Wallago attu (Bloch & J. G. Schneider, 1801)
  • Wallago hexanema (Kner, 1866)
  • Wallago leerii Bleeker, 1851
  • Wallago maculatus Inger & P. K. Chin, 1959
  • Wallago micropogon H. H. Ng, 2004

Rujukan

  1. ^ Kottelat, M.A.J., Whitten, S. N, Sari K. dan Wirjoatmojo. 1993. Ikan Air Tawar di Perairan Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi. Periplus Edition (HK) Limited bekerjasama dengan Proyek EMDi. Kantor Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup RI, Jakarta.
  2. ^ a b c d e f Gupta, S. 2015. Wallago attu (Bloch and Schneider, 1801), a threatened catfish of Indian waters. International Journal of Research in Fisheries and Aquaculture 2015: 5(4): 140-142.
  3. ^ a b Lal, S. S. 2008. Practical Zoology. Volume-3. Capital Offset Press, India.
  4. ^ //www.iucnredlist.org/details/166468/0.
  5. ^ Froese, Rainer and Pauly, Daniel, eds. (2012). Species of Wallago di FishBase. Versi February 2012.

 

Artikel bertopik ikan ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Wallago&oldid=21349442"

Last Updated on 12 April 2022 by Adha Susanto

Pada habitat aslinya ikan tapah adalah ikan predator yang memburu ikan kecil sebagai makanan favoritnya. Dan di Kalimantan ikan tapah adalah salah satu jenis ikan sungai dengan harga jual yang fantastis. Mengapa ikan ini memiliki harga yang begitu fantastis? Berikut penjelasan singkatnya.

Sebelum terlalu jauh mencari alasan mengapa ikan ini memiliki harga jual yang fantastis. Ada baiknya kita mengenal beberapa ciri ikan yang termasuk dalam Famili Siluridae berikut ini:

  1. Tubuhnya berwarna agak hitam gelap
  2. Sirip dada berwarna hitam
  3. Sudut mulut sampaii bagian depan mata
  4. Memiliki kumis seperti ikan lais
  5. Bobotnya mencapai 35-40 kg/ekor
  6. Mampu hidup pada perairan yang kandungan oksigennya rendah

Baca Juga:

Makanan ikan

Berada pada habitat perairan tawar. Ikan tapah adalah salah satu ikan predator dengan makanan favoritnya berupa ikan – ikan berukuran kecil.

Sifat predatornya berfungsi untuk memenuhi kebutuhan energi sehari – hari. Dan ikan ini melangsungkan perburuannya pada saat malam hari saja. Atau lebih kita kenal sebagai ikan nokturnal yang memang memiliki kemampuan lebih untuk beradaptasi dalam keadaan gelap gulita.

Baca Juga:

Habitat ikan tapah

Perairan sungai dan danau pada daerah semenanjung Malaysia, Thailand, Kalimantan dan Sumatera adalah habitat asli ikan tapah.

Ikan tapah/Fishbase

Dan untuk menjumpainya dalam jumlah yang banyak maka saat memasuki musim penghujan adalah waktu yang tepat. Karena pada musim penghujan ikan ini akan melangsungkan pemijahan di hulu sungai.

Waktu ini pun termanfaatkan dengan baik oleh nelayan untuk melangsungkan aktivitas penangkapan dengan alat tangkap seperti tempirai.

Baca Juga:

Lalu Mengapa ikan ini memiliki harga yang fantastis?

Aktivitas penangkapan yang sudah terjadi sejak dahulu adalah dugaan utama yang menyebabkan sulitnya menjumpai keberadaan ikan sekarang ini.

Apalagi ikan ini sangat terkenal dengan rasa daging yang enak menyebabkan tingginya minat konsumen. Yang terjadi pun kenaikan permintaan dan harga ikan tapah pun melambung sangat tinggi.

Hingga sekarang nilai jual atau harga rata – rata ikan tapah sebanding dengan Ikan Kelabau yakni berkisar Rp.70.000 – 80.000/kg.

Alhasil perburuan oleh nelayan pun semakin meningkat. Dan aktivitas penangkapan yang bertepatan di saat musim musim pemijahan menyebabkan terganggunya ikan untuk melangsungkan proses regenerasi.

Tempirai alat tangkap ikan/Journal of Environment and Management

Baca Juga: Ciri Ikan Channa Siap Kawin

Hingga sekarang status konservasi berdasarkan lembaga internasional IUCN Redlist. Ikan ini sudah termasuk kedalam kategori Least Concern atau resiko rendah.

Yang berarti keberadaannya harus kita lestarikan dengan tidak melakukan penangkapan di saat ikan melangsungkan proses pemijahan atau kawin.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA