Apa yang diketahui tentang wirausaha sosial

Mengenal Social Entrepreneurs yang Bermanfaat Bagi Masyarakat – Sebagai seorang wirausaha, seringkali mereka hanya membuat diri sendiri bertambah kaya dan kesejahteraan pribadi menjadi lebih meningkat.

Namun bukanlah itu tujuan sebenarnya dari sebuah usaha karena kekayaan yang diperoleh hanyalah sebuah bonus. Sifat dan karakteristik dari pengusaha pun berbeda-beda dan terdapat bentuk kewirausahaan sosial.

Baca Juga:  Boeatan: Representation of Your Product

Sebelum melangkah menjadi seorang wirausaha, akan lebih baik bila Anda mengenal social entrepreneurship yang memiliki pengertian yaitu mengindentifikasi ataupun melihat berbagai macam masalah yang diperoleh dalam berbisnis sebagai peluang guna membentuk jenis usaha yang baru dan bermanfaat bagi adanya pemberdayaan masyarakat di sekitar lokasi usaha.

Dikarenakan sifatnya adalah sosial, maka tujuan utama dari bisnis ini bukanlah untuk mencari keuntungan maksimal dan sebesar-besarnya.

Selain itu tujuannya juga bukan untuk memperoleh kepuasan pelanggan namun lebih mengarah kepada hasil dari gagasan yang dibuat oleh perusahaan apakah bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat.

Baca Juga: 7 Peluang Bisnis Menjanjikan di Bulan Ramadhan yang Bisa Anda Coba

Bisa diibaratkan masyarakat seperti orang yang menabung untuk jangka panjang dikarenakan usaha yang dibuat membutuhkan waktu serta proses yang cukup panjang jika ingin melihat hasilnya.

Tentu saja jenis wirausaha sosial ini menjadi sebuah fenomena yang menarik sekaligus berbeda dari pengusaha konvensional yang hanya memfokuskan diri untuk memperoleh keuntungan maksimal dan juga memuaskan pelanggan agar bisnis yang dijalankannya lebih baik dan bisa bertahan lama di tengah-tengah persaingan usaha yang sama.

Dalam praktek dasarnya, untuk membangun sebuah kewirausahaan sosial ini diperlukan berbagai ilmu pengetahuan guna mengembangkan usahanya sekaligus memantau praktek usaha di lapangan.

Berbagai macam ide tersebut nantinya akan dikembangkan menjadi sebuah bisnis yang bermanfaat bagi banyak orang yang membutuhkannya.

Baca Juga: Ayo, Berhemat di Bulan Puasa dengan Memangkas 4 Pengeluaran Sehari-hari Ini

Banyak sekali pembelajaran mengenai social entrepreneurship sekaligus dengan karakteristiknya yang dimiliki oleh para pengusaha itu sendiri.

Hal tersebut dapat dilihat melalui penelitian yang dilakukan dalam social entrepreneurship dan dibagi menjadi beberapa social group berdasarkan karakteristiknya masing-masing.

Banyak ahli yang menuturkan bermacam-macam pendapat mereka mengenai wirausaha sosial seperti Austin Stevenson dan Wei Skillern yang mengatakan jika pengusaha sosial dan konvensional itu berbeda baik dari metode, peluang dan situasinya.

Baca Juga: 4 Peluang Bisnis yang Menghasilkan Banyak Uang di Hari Kartini

Tujuan utamanya adalah untuk melayani banyak kebutuhan masyarakat namun usahawan tradisional memiliki tujuan untuk meraih pasar yang semakin lebih besar sekaligus mendapatkan keuntungan sengan proses bertaraf minimal demi kepentingan masyarakat.

Sedikit berbeda dengan Austin dan Wei, Paul C Light melihat definisi yang berbeda dari pengusaha sosial yaitu menganggap jika pengusaha sosial itu merupakan individu, organisasi, kelompok, jaringan maupun aliansi.

Mereka mempunyai upaya secara berkelanjutan untuk memberikan ide-ide yang cukup bervariasi demi mengatasi masalah yang juga berbeda namun ada kaitannya dengan hal sosial juga.

Baca Juga: Para Pebisnis Wanita Bisa Lebih Sukses Jika Memiliki 5 Sifat Kartini Berikut Ini

Disini peran pemimpin atau pemilik usaha dipertaruhkan dan memegang kendali dengan cepat sekaligus sadar akan yang namanya kewajiban dalam menyelesikan masalah.

Dibutuhkan penglihatan yang jeli demi melihat sesuatu yang positif namun keterampilan saja masih belum cukup bagi seseorang agar disebut sebagai pengusaha sosial. Diperlukan berbagai macam hal bagi pengusaha sosial untuk mengembangkan bisnisnya.

Diperlukan inovasi, toleransi, kesempatan sosial, pengakuan, maupun persimpangan virtuousness demi usaha sosial yang berkelanjutan.

Baca Juga: Pasti Untung! Ini 5 Tahap Meningkatkan Penjualan Bisnis di Bulan Ramadhan

Meski sebenarnya konsep dari wirasauaha sosial ini telah berjalan lama dan bukan ide baru namun masih banyak yang belum mengetahuinya dikarenakan memang sangat jarang sekali ditemukan usaha yang masih menggunakan konsep ini dan bukan hanya keuntungan usaha semata.

Kiblat dari perkembangan usaha kini adalah menggunakan sistem kapitalis yang didorong dengan adanya lembaga keuangan yang lebih cenderung sangat eksploitatif pada manusia dan juga lingkungan karena lebih fokus pada penggandaan modal atau kapital.

Hal ini pun berpengaruh pada pendidikan dimana para generasi penerus ikut didoktrin untuk terus meningkatkan keuntungan apabila akan menjalankan sebuah usaha.

Baca Juga: Investasi untuk Bisnis Itu Perlu, Terutama pada 3 Hal Berikut Ini

Oleh sebab itu, baik disadari maupun tidak, pendidikan saat ini menghasilkan generasi penerus yang mendukung secara penuh sistem ekonomi quo sehingga sosial ataupun kebijaksanaan dari sejarah masa lalu pun tak pernah ada.

Setelah Anda  mengenal social entrepreneurship, maka hanya diri Anda sajalah yang dapat memutuskan ingin memilih atau bergerak dalam bisnis konvensional ataukah sosial yang jauh lebih bermanfaat bagi masyarakat sehingga Anda pun akan merasakan kepuasan diri dari bisnis yang telah Anda jalankan.

Ilustrasi. FOTO: Medcom.id

Jakarta: Perkembangan wirausaha sosial atau yang lebih populer dengan istilah social enterprise merupakan sebuah peluang baru yang mulai disadari oleh berbagai kalangan. Meski belum ada data pasti mengenai total jumlah wirausaha sosial di seluruh dunia, namun beberapa negara merilis jumlah wirausaha sosial di negaranya.

Berdasarkan data terakhir dari hasil estimasi studi British Council (2018), Indonesia memiliki sekitar 342 ribu wirausaha sosial yang terdaftar. Menyadari perkembangan wirausaha sosial yang dapat membantu menjawab permasalahan sosial, Bank DBS Indonesia percaya wirausaha sosial merupakan masa depan bisnis dan untuk itu secara konsisten memberikan dukungannya.

"Kami menyadari bahwa memastikan keberlangsungan dan tumbuh kembang wirausaha sosial merupakan bagian dari tanggung jawab Bank DBS Indonesia, mengingat wirausaha sosial merupakan tipe usaha masa depan," kata Head of Group Strategic Marketing and Communications Bank DBS Indonesia Mona Monika, dalam keterangan resminya, Sabtu, 24 Oktober 2020. Kendati masih seumur jagung dibandingkan dengan negara-negara lain yang telah melakukan pencatatan dan pembuatan aturan klasifikasi wirausaha sosial secara mumpuni, namun banyaknya jumlah wirausaha sosial di Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar yang dapat dimanfaatkan dan digali lebih lanjut.

Berangkat dari hal itu, para wirausaha sosial harus mengetahui mengenai aspek penting apa agar dapat menjalankan bisnis sosial yang dapat memberikan dampak maksimal. Berikut adalah rangkuman informasi yang tersaji dalam buku “Profit untuk Misi Sosial”:


1. Kenali inisiatif bisnis untuk dunia yang lebih baik


Untuk memberikan dampak sosial, terdapat beragam praktik bisnis yang perlu diketahui sebagai bekal memulai bisnis. Saat ini, terdapat berbagai pilihan bentuk praktik bisnis yang bisa dipilih di Indonesia. Di antaranya koperasi, Social Enterprise (SE), Corporate Social Responsibility (CSR), dan Corporate Shared Value (CSV).


2. Pilih model wirausaha sosial yang tepat


Setelah mengetahui bentuk bisnis apa yang bisa dijalankan, maka selanjutnya wirausaha sosial perlu memahami dan memilih jenis, kriteria dasar, tipe, dan model bisnis yang dipilih, agar dapat lebih tepat sasaran. Hal yang perlu diingat adalah menentukan pilihan yang sesuai dengan perencanaan matang.


3. Pahami ekosistem wirausaha sosial

Tidak ada salahnya memiliki impian yang tinggi, namun untuk mencapainya konsistensi baik internal maupun eksternal amat diperlukan. Misalnya, dengan memperhatikan berbagai aspek seperti finansial, dukungan pemerintah, ketersediaan tenaga kerja, hingga penerimaan dari masyarakat perlu diperhatikan.

Oleh karena itu, diperlukan pemahaman atas ekosistem pendukung kewirausahaan sosial, termasuk pola tantangan yang umumnya dihadapi social enterprise, strategi cerdik untuk scaling-up, serta strategi bijak untuk transformasi menjadi social enterprise.


Dalam memulai sebuah bisnis, sumber daya yang diperlukan bukan hanya manusia sebagai tenaga kerja, tetapi juga ada sumber daya lain seperti keuangan, bahan, keahlian, dan lainnya. Sumber daya menjadi hal yang penting untuk diperhatikan karena hal tersebut yang akan menentukan kelangsungan suatu bisnis.
Tatkala memulai usaha sosial, tentu selain profit, wirausaha sosial juga memikirkan dampak yang berhasil diciptakan di tengah masyarakat. Oleh karena itu, wirausaha sosial dapat mengukur dampak sosial menggunakan indikator dampak yang dimonitor secara berkelanjutan untuk melihat tingkat keselarasan dengan premise of change.

Hal ini akan membantu wirausaha sosial dalam mengukur besar usaha dan jangkauan bahkan jumlah sumber daya yang dibutuhkan dengan analisis yang jelas.

Editor : Angga Bratadharma

Oleh Adriyanto Rahman Salim

Perbedaan menjadi alasan mendasar kehidupan sosial berlangsung di masyarakat, seperti yang kita ketahui bahwa setiap manusia lahir sebagai makhluk sosial yang melakukan aktivitasnya tidak sendiri akan tetapi selalu membutuhkan manusia lain disekitarnya. Berangkat dari manusia sebagai makhluk sosial, maka seharusnya setiap manusia selalu membutuhkan usaha secara mandiri baik untuk menunjang kehidupan pribadi maupun social. Sebelum itu, perlu kita lihat secara seksama bahwa hadirnya permasalahan sosial seringkali dimulai dari diri sendiri, sehingga masalah sosial yang dimaksud ialah fenomena yang akan selalu ada dimanapun selama masyarakat selalu mengalami yang namanya perubahan bahkan sampai mempengaruhi berbagai dimensi kehidupan, serta kehidupan yang nyaman sangat sulit tercapai. Usaha mandiri yang mampu dilakukan ialah bagaimana memanfaatkan sumberdaya yang ada dalam aktivitas Kewirausahaan sehingga mampu bersama-sama memenuhi kebutuhan sosial dan disebut sebagai Kewirausahaan Sosial.

Kewirausahaan sosial sendiri merupakan praktik pemecahan masalah sosial yang dilakukan untuk menangani berbagai kasus yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga diharapkan mampu jadi temuan baru yang bisa ditiru kemudian hari. Praktik kewirausahaan sosial itu sendiri seringkali digambarkan seperti sebuah alternatif berlangsung di masyarakat yang berupaya menyempurnakan proses pembangunan. Germak dan Singh (2010:80) dalam Hery dan Soni (2015:9) menyatakan hal serupa bahwa kewirausahaan sosial ialah aktivitas memgkombinasikan ide yang inovatif untuk perubahan sosial, dengan mengaplikasikan strategi dan keterampilan bisnis yang dimiliki. Lebih dalam dari pengetahuan tersebut, Dhewanto (2013:47) menafsirkan bahwa kewirausahaan social ialah aktivitas bekerja dengan mendefinisikan masalah sosial tertentu dan kemudian mengatur, membuat serta mengelola usaha sosial untuk mencapai perubahan yang diinginkan.

Banyaknya permasalahan yang terjadi dari berbagai ketimpangan yang hadir dalam keberagaman sosial yang ada di Indonesia seharusnya menjadi pekerjaan berpikir yang sangat berat, tentang bagaimana menyamakan perspektif sehingga memandang aktivitas kewirausahaan akan penting dilakukan karena bersifat mandiri dan tetap memperhatikan keterlibatan manusia lain yang ada didalamnya. Akan tatapi hal itu sering kali terhambat karena banyak faktor seperti Pendidikan, lingkungan, dan kemampuan individual dalam berinovasi. Ciputra (2010) menjelaskan bahwa selain karena adanya faktor keturuan serta lingkungan, calon wirausahawan seharusnya dapat diciptakan melalui proses Pendidikan sejak dini. Oleh karena itu, untuk menciptakan generasi yang diharapkan mampu menjadi partner dalam pembangunan itu tidak mudah, sekalipun bukan tidak mungkin. Sedari demikian, sebagai sebuah langkah investasi jangka panjang, seharusnya upaya ini berpotensi menghasilkan Return on Investment yang berkali lipat. Melihat generasi yang ada sekarang masih hadir hanya sekedar menjadi penonton atau pengkritik saja. Ibarat memanusiakan anak, upaya ini membutuhkan konsistensi yang luar biasa stabil serta berkelanjutan sehingga dapat mewujudkan pemerataan.

Berbagai kasus permasalahan sosial dalam upaya pembangunan ekonomi yang merata, justru seringkali merugikan beberapa kelompok, terlebih bagi mereka yang tidak sama sekali mendapatkan dampak positif dalam pembangunan ekonomi yang berlangsung. Alih-alih sering diberi harapan, sehingga masyarakat merasa harapan hanya terus akan menjadi harapan dan sulit menjadi kenyataan. Permasalahan-permasalahan yang dialami dari aktivitas pembangunan ekonomi seharusnya tidak bisa dijadikan sebagai alasan dalam pertumbuhan masyarakat yang nyaman. Nyaman ataupun tidaknya seseorang seharusnya diukur dari seberapa mempu masyarakat memenuhi kebutuhannya dan seberapa mampu masyarakat menjalankan usaha mandiri dalam memperoleh berbagai kebutuhan hidup.

Perlu diketaui, bahwa permasalahan sosial tidak akan pernah terselesaikan jika sampai hari ini masih selalu bersikap pasif hingga sampai hanya mengharapkan kinerja pemerintah untuk menyelesaikannya. Keterlibatan berupa partisipasi masyarakat dengan sama-sama melibatkan diri sebagai aktor dalam pemecahan masalah sosial sangatlah dibutuhkan. Sinergitas pemerintah dan masyarakat diharapkan menjadi dampak positif yakni hadirnya energi yang berbasis partisipasi untuk mengembangkan kreatifitas, mandiri, sekaligus solutif dalam menangani permasalahan sosial.

 Maka dipandang perlu hadirnya praktik kewirausahaan sosial yang ideal, serta diharapkan akan mampu meneruskan upaya penyelesaian permasalahan sosial yang belum mampu diselesaikan oleh pemerintah, Mengakselerasi aktivitas pembangunan yang berlangsung lebih dinamis, Meningkatkan level kebahagiaan masyarakat terutama daerah tergolong Terdepan, Terpencil dan Tertinggal dengan mewadahi potensi masyarakat yang belum sempat dituntaskan oleh pemerintah, serta Memberi contoh kepada masyarakat sebagai agen perubahan dalam bergerak dan tidak cenderung hanya bisa melakukan koreksi serta mencari kambing hitam.

Menerapkan hingga mengadopsi kewirausahaan sosial secara menyeluruh dihadapan masyarakat tidaklah mudah, pentingnya bentuk Pendidikan sejak dini yang sudah mengantarkan hal tersebut dalam perlakukan pengembangan inovasi, kreatifitas, dan solutif dalam pemecahan masalah. Ruang-ruang pembelajaran formal seperti yang diwajibkan bagi masyarakat tidaklah cukup untuk mengembangkan keterampilan ataupun potensi yang dimiliki setiap manusia, oleh sebab itu pentingnya Pendidikan non formal yang mengacu pada kebiasaan mandiri dalam memenuhi kebutuhannya. Sehingga dengan dalih memenuhi kebutuhan secara mandiri, setiap orang akan memaksakan kebiasaannya untuk bisa berdampak pada pemenuhan kebutuhan secara mandiri dan juga memberi dampak terhadap kepedulian sosial yang ada disekitarnya.

Menjadi peretas dalam permasalahan sosial lewat kewirausahaan sosial adalah sebuah tantangan. Bagaimana kewirausahaan seringkali dipandang hanya mampu memenuhi kebutuhan ataupun hasrat beberapa oknum saja, sedangkan oknum yang lain akan selalu dirugikan walaupun tidak sengaja dilakukan, karena tergambarkan dalam konsep pasar bebas sendiri bahwa selalu ada yang lebih diuntungkan dalam setiap aktivitas jual beli. Akan tetapi perlu diketahui bahwa Misi dari kewirausahaan sosial mencakup banyaknya aktivitas dan Gerakan sosial yang ada untuk meretas masalah kemanusiaan hingga lingkungan yang selintas seringkali dianggap tidak mungkin terwujud. Seperti yang dikatakan Elkington dan Hartigen (2008) bahwa kewirausahaan sosial berfokus pada pencapaian yang dianggap asing seperti mewujudkan keadilan sosial, mewujudkan keadaan ekonomi dan lingkungan yang berkelanjutan, bahkan berupaya untuk mencapai transformasi sistem yang disfungsi, hingga ingin membantu dalam memperbaiki keadaan sosioekonomi, lingkungan, atau situasi politik yang seringkali dianggap buruk.

Pertanyaannya kemudian, siapa yang mampu menjadi pelaku dalam aktivitas wirausaha sosial? Jika kewirausahaan sosial secara luas diartikan sebagai perilaku yang dinamis dalam keberaniannya mengambil resiko yang terarah, kreatifitas yang tak terbatasi, hingga orientasi pada pengembangan yang tak terhenti. Maka setiap orang yang memiliki kemauan/keinginann/cita-cita seharusnya bisa menjadi peran utama dalam memecahkan masalah sosial lewat kewirausahaan sosial. Pertanyaan selanjutnya, bagaimana dengan mereka yang bukan orang dengan profesi pertolongan ataupun pengembangan manusia? Seperti halnya setiap manusia bisa berperan, tentang seperti apa bentuk peran yang dilakukan itu merupakan kreatifitas masing-masing individu. Mereka yang belum punya pengalaman bisa saja menjadi penyedia pelayanan sosial dengan melibatkan berbagai sumber yang professional dalam bidangnya dengan tetap mewujudkan penyelesaian masalah sosial baik lewat pengabdian masyarakat dalam hal Pendidikan non formal ataupun pengembangan keterampilan dari potensi yang dimiliki setiap orang.

Hadirnya terknologi sebagai dayaguna masyarakat dalam mewujudkan cita-cita seharusnya dipandang sebagai peluang atau bahkan sebagai kebutuhan dalam menjalankan aktivitas wirausaha sosial. Sehingga dipandang perlu, upaya penyelarasan kemampuan mengendalikan teknologi dan bukan dikendalikan teknologi, dengan begitu masyarakat merasa dirinya tidak tersaingi atau bahkan tenggelam dengan hadirnya teknologi. Kolaborasi antara teknologi dan potensi yang dimiliki masyarakat seharusnya akan mampu menyelesaikan persoalan sosial yang hadir dari individu-individu yang berperan memenuhi kebutuhannya. Akhirnya, Masalah sosial dan wirausaha hingga pengaplikasian teknologi sama-sama saling membutuhkan untuk mewujudkan pemerataan sosial sebagai upaya pencegahan terhadap kasus-kasus ketimpangan sosial yang berlangsung.

Daftar Pustaka

Ciputra. 2010.Quantum Leap Entrepreneurship Mengubah Masa Depan Bangsa dan Masa Depan Anda. Jakarta : Gramedia

Dhewanto, Wawan, Dkk.2013. Inovasi dan Kewirausahaan Sosial .Bandung: Alfabeta

Elkington, John & Pamela Hartigan, 2008. The Power of Unreasonable People : How Social Entrepreneurs Create Markets That Change The World. Harvard Business Press.

Soni Hery Wibowo, Nulhaqim Akhmad. 2015. Kewirausahaan Sosial Merevolusi Pola Pikir dan Menginisiasi Mitra Pembangunan Kontemporer. Bandung: Unpad Press

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA