Apa yang dimaksud dengan maqamat dan hal?

Tasawuf adalah suatu bidang kajian dalam Islam yang menjadikannya sebagai daya tarik tersendiri untuk dikaji. Oleh sebab itu, tasawuf ialah salah satu tema yang memperoleh sorotan meluas baik dari kalangan peneliti muslim, maupun non-muslim. Dengan demikian, hal ini mempunyai suatu konsekuensi sendiri kepada pemahaman tasawuf, yang justru bertentangan oleh pemahaman para sufi.

Konsep maqamat dan ahwal dalam perspektif para sufi, yang memiliki tujuan untuk melihat bahwa konsep maqamat dan ahwal ini telah berpengaruh terhadap agama lain di luar Islam, ataupun justru sebaliknya bahwa itu muncul secara original dari ajaran Islam itu sendiri.

Pengertian Maqam dan Ahwal

Dalam istilahnya maqam (jamak: maqamat) adalah suatu konsep yang diperoleh dari sufi dan telah berkembang paling awal dalam sejarah tasawuf  Islam.  Oleh sebab itu, para sufi berpendapat bahwa maqamat  yaitu bermakna kedudukannya atau tempat seorang yang berjalan spiritual di hadapan Allah.

Itu semua diperolehnya dari kerja keras dalam beribadah. Sehingga dalam Al-Qur’an kata maqam itu mempunyai arti tempat disebutkan beberapa kali, baik melalui kandungan makna abstrak maupun konkrit. Di antaranya penyebutnya terdapat pada QS al-Baqarah ayat 125, QS al-Isra ayat 79, QS Maryam ayat 73.

Sedangkan dalam kata ahwal adalah bentuk jamak dari hal yang secara istilah diartikan sebagai suatu suasana maupun keadaan yang menyelimuti kalbu atau hati seseorang, yang sudah diciptakannya (sebagai “hak prerogatif”) Allah dalam hati seseorang. Sehingga ini merupakan suatu keadaan yang dialami oleh para sufi di sela-sela perjalannan spiritualnya hingga mencapai kesempurnan.

Sehingga konsep maqamat dan ahwal telah dikenal sebagai salah satu dari  pemahaman tasawuf yang menjadi suatu perjalanan spiritual (suluk). Sehingga dalam memahami hal ini, maqamat ialah stasiun-stasiun yang harus dilewati oleh para pejalan spiritual sebelum ia mencapai puncak perjalanan, yang biasa disebut ma’rifah, ridha, ataupun mahabah (kecintaan) Allah Swt. Sedangkan ahwal adalah keadaan-keadaan spiritual sesaat yang telah dialami para sufi di tengah-tengah pejalanannya.

Baca Juga  Virus Corona dan Bumi yang Butuh Istirahat

Dengan demikian pengertian tentang maqamat dan ahwal adalah hasil dari istijad para sufi dan bukan merupakan suatu bagian kepastian aturan dalam Islam (qath’iyyat). Sehingga bukan saja pengertian ini tidak dijumpai di kalangan luar tasawuf. Dan pengertian ini merupakan suatu bagian terpenting dari displin tasawuf. Tujuannya untuk perjalanan spiritual baik melalui pemahaman tentang Allah, keridhaan, ataupun kecinta-Nya yang bisa dicapai secara lebih sistematis.

Di dalam maqamat dan ahwal yaitu bisa saja seseorang tidak menjalankan, mengalami maupun mengikuti pejalan spiritual. Ini sebabnya telah disebutkan oleh para sufi bahwa dibutuhkan kualifikasi spiritual yang berhubungan dengan keadaan hati dan ketinggian akhlak untuk meraih hal tersebut. Sehingga dalam meraihnya butuh upaya keras dan sungguh-sungguh dalam menahan hawa nafsu (muhajadah) dan latihan terhadapa kerohanian (riyadhah).

Tingkatan-tingkatan Maqam

Menurut Al-Kalabadzi telah menyebut bahwa terdapat 10 maqam (stasiun) yang harus dilalui oleh para pejalan spiritual yaitu al-taubah (tobat), al-zuhd (zuhud), al-shabr (sabar), al-faqr (kemiskinan), al-tawadhu’ (kerendahhatian), al-taqwa (takwa), al-tawakkul (tawakal), al-ridha (rela), al-mahabbah (cinta), dan al-ma’rifah (pengetahuan tentang Tuhan dan hakikat segala sesuatu).

Tetapi menurut Al-Ghazali ia berpendapat bahwa lebih sedikit maqam (statiun) di dalam urutan maqamat, seperti al-wara’(kehati-hatian, agar tidak melanggar perintah Allah). Sehingga dari pemaparannya para sufi secara umum terhadap maqamat.

Macam-macam Ahwal

Berkenanan tentang hal, menurut Abu Nashir Al-Thusi mengatakan terdapat 9 macam ahwal yaitu al-muraqabah (perasaan selalu diawasi oleh Allah), Al-qurb (perasaan kedekatan kepada Tuhan), Al-mahabbah’ (perasaan cinta kepada Tuhan), al-khauf wa al-raja’ (perasaan harap-harap cemas terhadap Allah), al-syauq (perasaan rindu), al-uns (perasaan tentram), al–musyahadah (perasaan menyaksikan Tuhan dengan mata hati), dan al-yaqin (perasaan yakin kepada-Nya). Akan tetapi sebagia1n ahli mengatakan bahwa al-mahabbah termasuk maqamat, dan kelompok lain berpendapat bahwa termasuk dalam ahwal. 

Baca Juga  Islam itu Agama Hanif!

Oleh sebab itu anggapan bahwa konsep maqamat dan ahwal berasal dari agama lain, tidak memiliki bukti yang kuat dan relevan. Tetapi, dalam pengenalan konsep maqamat dan ahwal merupakan suatu cara sufi untuk mensistematik tahapan-tahapan yang harus ditempuh seorang sufi dalam perjalanan menuju Allah SWT.

Dengan begitu, secara umum dapat disimpulkan dari beberapa pandangan para sufi bahwa maqam berarti tempat atau martabat. Di mana seseorang hamba di hadapan Allah SWT pada saat dia berdiri menghadap kepada-Nya. Sedangkan hal biasanya diartikan sebagai suatu keadaan mental yang dialami oleh para sufi di sela-sela perjalanan spiritualnya.

Maqam itu bersifat lebih permanen terhadap keberadaan dalam diri seseorang pesuluk spiritual, sedangkan hal yaitu lebih temporer. Selain itu, maqamat yaitu hasil lebih dari upaya aktif si pesuluk. Sedangkan ahwal yaitu uluran Allah yang terhadapnya si pejalan spiritual lebih berlaku pasif.

Editor: RF Wuland

Apa yang dimaksud dengan maqamat dan hal?

Apa yang dimaksud dengan maqamat dan hal?

Pengertian Maqamat dan al-Ahwal dalam Tasawuf.
Maqomat menurut bahasa adalah tahapan, sedangkan menurut istilah adalah upaya sadar untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. melalui tahapan-tahapan untuk mencapai makrifatullah, di mana upaya tersebut telah menjadi sifat yang menetap pada diri seseorang.

Al-Ahwal menurut bahasa adalah keadaan, sedangkan menurut istilah yaitu keadaan jiwa dalam proses pendekatan diri kepada Allah Swt, di mana keadaan tersebut masih temporer belum menetap dalam jiwa. Kondisi ini menuntut tindakan untuk menyikapinya.

Menurut Abu Nasr as-Sarraj maqamat dalam tasawuf merupakan jalan panjang secara berjenjang yang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk berada dekat dengan Allah Swt. Maqomat dalam tasawuf adalah taubat,warak, zuhud,fakir, sabar Adapun penjelasannya sebagaimana berikut:

1. Taubat.

Dalam rangka untuk mensucikan hati dan diri dari segala dosa yang pernah diperbuat, manusia diwajibkan untuk menyesali perbuatan yang telah dilakukan dan tidak akan mengulangi lagi. Arti taubat adalah kembali dari segala yang tercela menurut agama, menuju semua yang terpuji. Allah Swt. memerintahkan hambanya agar bertaubat dengan taubat yang semurni-nurninya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ ۖ نُورُهُمْ يَسْعَىٰ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ


Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb Kami, sempurnakanlah bagi Kami cahaya Kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. At-Tahrim :8)

2. Warak.

Pengertian warak adalah menghindari diri dari perbuatan dosa atau menjauhi hal-hal yang tidak baik dan subhat. Sedangkan menurut para sufi warak menghindari segala yang diragukan antara halal dan haram.

3. Zuhud.

Adalah suatu sikap yang menakankan untuk meninggalkan ketergantungan jiwa pada keduniawian. Zuhud bukanlah tidak adanya harta dan duniawi lainnya pada diri seseorang. Orang zuhud mungkin kaya namun hatinya tidak tergantung dan terpengaruhi oleh kekayaannya. Contohnya Nabi Sulaiman as sangat kaya raya namun sangat zuhud dunia.

4. Fakir.

Secara umum didefinisaikan sebagai tidak adanya harta pada seseorang. Menurut para kaum sufi fakir adalah keadaan selalu merasa butuh kepada Allah Swt. Dalam kondisi apapun selalu merasa tetap membutuhkan kepada Allah Swt.

5. Sabar.

Salah satu tahapan atau maqam penting yang harus dijalani oleh para sufi dalam mendekatkan diri kepada Allah Swt. adalah sikap sabar. Yaitu sikap bertahan diri selalu dalam kondisi sesuai tuntunan Allah Swt. Karena itu ada ada sabar atas kemaksiatan, sabar atas ketaatan, sabar atas musibah, dan sabar atas kenikmatan. Kondisi-kondisi tersebut menuntut sikap yang berbeda sesuai tuntutan Allah Swt dalam kondisi tersebut.


Contoh Orang yang Memiliki Maqomat dan al-Ahwal dalam Tasawuf.

Menurut Abu Bakar al-Kalabaẓi, tokoh sufi asal Bukhara, Asia Tengah menyebutkan tujuh maqām yang harus dilalui sufi menuju Tuhan yaitu taubat, warak, zuhud, fakir, dan sabar. Adapun contoh orang yang memiliki maqamat dan al-ahwal dalam tasawuf adalah sebagai berikut:

a. Orang yang selalu meninggalkan perbuatan berbagai dosa besar.

Seperti menyekutukan Allah SWT, durhaka kepada orangtua, berzina, meminum khamar, bersumpah palsu dan membunuh tanpa alasan yang dibenarkan agama.

b. Orang yang meninggalkan dosa kecil.

Seperti, perbuatan makruh, sikap dan tindakan yang menyimpang dari keutamaan, merasa diri suci, merasa telah dekat dengan Tuhan.

c. Bertobat tertinggi.

Adalah dari kelengahan hati mengingat Allah Swt. Kalau bertobat dari dosa atau maksiat itu biatobasa. Namun bertobat dari lengah mengingat Allah hanya mampu dilakukan oleh orang yang derajat tinggi.

d. Sabar dalam pandangan sufi, musuh terberat bagi orang-orang beriman.

Adalah dorongan hawa nafsunya sendiri, yang setiap saat dapat menggoyahkan iman. Kesabaran merupakan kunci keberhasilan dalam meraih karunia Allah Swt. yang lebih besar, mendekatkan diri kepada-Nya, memperoleh kedudukan mulia disisi-Nya, karena tanpa kesabaran, keberhasilan tidak mungkin dicapai.

e. Tawakal.

Berarti mempercayakan atau menyerahkan segenap masalah kepada Allah Swt. dan menyadarkan kepada-Nya penangan berbagai masalah yang dihadapi.

f. Ridha.

Seorang hamba tidak akan berontak batinnya terhadap segala cobaan Allah Swt. Akan tetapi ia akan menerimanya dengan senang hati. Ia tidak minta masuk surga, dan tidak minta dijauhkan dari neraka. Di dalam hatinya tidak ada perasaan benci. Ketika malapetaka menimpanya, hatinya merasa rela dan di dalamnya bergelora rasa cinta kepada Allah Swt.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang pengertian dan contoh maqamat dan al-ahwal dalam tasawuf. Sumber Buku Akhlak Kelas XI MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.