BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pendekatan ilmiah adalah pendekatan disipliner dan pendekatan ilmu pengetahuan yang funsional terhadap masalah tertentu. Pendekatan ilmiah wujudnya adalah metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan cara dalam mendapatkan pengetahuan secara ilmiah. atau dengan perkataan lain, pengetahuan yang diperoleh dengan metode ilmiah dapat digolongkan kepada pengetahuan yang bersifat ilmiah: disingkat pengetahuan ilmiah, atau secara pendek disebut ilmu. Metode berasal dari bahasa yunani kuno; Metodos, Meta artinya menuju, melalui, sesudah, mengikuti, dan Hodos artinya jalan, cara atau arah (istilah yunani itu berasal dari kata latin Methodus). Arti luas metode adalah cara bertindak menurut sistem atau aturan tertentu. Arti khusus; cara berpikir menurut aturan atau sistem tertentu. Penelitian dalam tinjauan social adalah suatu proses yang berupa suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis untuk memperoleh pemecahan permasalahan dan mendapatkan jawaban atas pertanyaan tersebut ( R.H Sumitro, 1982:19). Metode penelitian dapat diartikan suatu cara atau jalan yang ditempuh dalam suatu proses tindakan atau rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana, sistematis untuk memperoleh pemecahan permasalahan atau jawaban tentang kefilsafatan. Sedangkan pengertian metodologi penelitian adalah metode penelitian yang telah diangkat menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri. Perlu juga dibedakan pengertian metode penelitian filsafat dengan metode-metode filsafat. Pengertian metode-metode filsafat adalah, jalan yang ditempuh oleh para filsuf atau ahli filsafat dalam proses berpikir untuk mencari kebenaran atau kenyataan. 2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN 1. Definisi Pendekatan Ilmiah Pendekatan ilmiah adalah pendekatan disipliner dan pendekatan ilmu pengetahuan yang funsional terhadap masalah tertentu. Pendekatan ilmiah wujudnya adalah metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapat melalui metode ilmiah. Menurut Checkland, berdasarkan sejarah perkembangan ilmu, di dapatkan tiga karakteristik utama dari pendekatan ilmiah yaitu:
2. Definisi Pendekatan Non Ilmiah Pendekatan non ilmiah adalah kegiatan manusia dalam usaha mencari ilmu pengetahuan dan mencari kebenaran, terutama sebelum diketemukannya metode ilmiah, dilakukan berbagai cara diantaranya ialah penemuan ilmu pengetahuan secara kebetulan, menggunakan akal sehat (common sense), mengunakan intuisi, melalui wahyu, melalui usaha coba-coba (trial and eror), dan lain sebagainya. 3. Cara Pendekatan Non Ilmiah Pendekatan Non Ilmiah umumnya memiliki metode yang terkesan sangat tradisonal, diantaranya yaitu :
4. Karakteristik Pendekatan Ilmiah Umumnya ada empat karakteristik penelitian ilmiah, yaitu : 1. sistematik Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks. 2. Logis Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal, yaitu logika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus) atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum. 3. Empirik Artinya suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman sehari-hari (fakta aposteriori, yaitu fakta dari kesan indra) yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian. Landasan penelitian empirik ada tiga yaitu : 1. Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau perbandingan satu sama lain) 2. Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu. 3. Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada hubungan sebab akibat). 4. replikatif Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variabel menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi lmu didapatkan dari metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu , sebab pengetahuan yang disebut ilmu apabila pengetahuan tersebut bersifat rasional dan empiris dan telah mendapatkan uji kelayakan. Yang menjadi tujuan ilmu pengetahuan tidak lain adalah (tercapainya) kebenaran. Untuk mencapai sebuah kebenaran, maka harus melalui cara atau jalan tertentu. Alur berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam beberapa langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah, diantaranya yaitu: dan mampu untuk diteliti sesuai dengan bidang orang yang hendak meneliti serta Langkah pertama dalam suatu penelitian ilmiah adalah mengajukan masalah. Masalah yang diajukan haruslah menarik, penting bermanfaat untuk pengembangan teori atau bermanfaat secara praktis bagi manusia. Ternyata identifikasi masalah memberikan kepada kita sejumlah pertanyaan yang banyak sekali. Untuk itu, maka permasalahan harus dibatasi ruang lingkupnya. Pembatasan masalah merupakan upaya untuk menetapkan batas permasalahan dengan jelas, yang memungkinkan kita untuk mengidentifikasi faktor mana saja yang termasuk ke dalam ruang lingkup permasalahan, dan faktor mana yang tidak.
Seorang peneliti harus meguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan. Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuan adalah alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berfikir yang membuahkan kesimpulan berupa hipotesis. Agar pengetahuan ilmiah bersifat konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya, maka hal ini harus tercermin dalam struktur logika berfikir ketika menarik kesimpulan, untuk itu harus memenuhi dua persyaratan yaitu:
Metodologi penelitian adalah pengetahuan tentang berbagai metode yang dipergunakan dalam penelitian. Oleh sebab itu maka kegiatan pertama dalam penyususnan metodologi penelitian adalah menyususn secara lengkap tujuan penelitian yang mencakup keseluruhan kesimpulan yang ditarik seperti tempat, waktu dan sebagainya. Berdasarkan tujuan penelitian ini, maka kita akan dapat memilih metode penenlitian yang tepat beserta teknik pengambilan contoh dan teknik penarikan kesimpulan yang relevan. Metode adalah prosedur atau cara yang ditempuh dalam mencapai suatu tujuan tertentu, sedangkan teknik adalah cara yang spesifik dalam memecahkan masalah tertentu yang ditemui dalam melaksanakan prosedur. Jadi sebuah metode penelitian mencakup beberapa teknik, seperti teknik pengambilan contoh, teknik pengukuran, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih memerlukan pembuktian berdasarkan data yang telah dianalisis. Dalam metode ilmiah dan proses berpikir ilmiah, perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan hipotesis yang jelas dapat membantu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah. Sering kali pada saat melakukan penelitian, seorang peneliti merasa semua data sangat penting. Oleh karena itu melalui rumusan hipotesis yang baik akan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data yang benar-benar dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan berpikir ilmiah dilakukan hanya untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Pengumpulan data merupakan tahapan yang sedikit berbeda dari tahapan-tahapan sebelumnya dalam metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di lapangan. Seorang peneliti yang sedang menerapkan metode ilmiah perlu mengumpulkan data berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki peran penting dalam metode ilmiah, sebab berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya sebuah hipotesis akan bergantung pada data yang dikumpulkan. Dalam teknik pengumpulan data harus dinyatakan variable yang akan dikumpulkan, sumber data dari mana dan keterangan mengenai variabel tersebut akan didapatkan. Misalnya untuk mendapatkan data dapat melalui interview. Sudah disebutkan sebelumnya bahwa hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang telah diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya merupakan sebuah proses pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah menguji hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan hipotesis, namun menerima atau menolak hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum pengujian hipotesis dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu menetapkan taraf signifikansinya. Semakin tinggi taraf signifikansi yang tetapkan maka akan semakin tinggi pula derajat kepercayaan terhadap hasil suatu penelitian. Hal ini dimaklumi karena taraf signifikansi berhubungan dengan ambang batas kesalahan suatu pengujian hipotesis itu sendiri. Dalam membahas hasil penelitian maka harus selalu diingat bahwa tujuan kita adalah membandingkan kesimpulan yang ditarik dari data yang telah dikumpulkan dengan hipotesis yang diajukan. Secara sistematik dan terarah, maka data yang telah dikumpulkan tersebut dideskripsikan, dibandingkan dan dievaluasi yang keseluruhannya diarahkan kepada sebuah penarikan kesimpulan, apakah data tersebut mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan. Pada hakikatnya sebuah hasil penelitian yang baik tidak berhenti pada kesimpulan, apakah sebuah hipotesis diterima atau ditolak, melainkan dilengkapi dengan evaluasi mengenai kesimpulan tersebut. Sebuah pernyataan ilmiah yang baik selalu mengandung tingkat kepercayaan yang dimiliki pernyataan tersebut. Untuk melaporkan hasil penelitian, maka secara singkat dan kronologis dan pertama diberikan deskripsi tentang variable yang diteliti yang diikuti dengan tehnik ananlis yang dipergunakan. Setelah itu hasil pengukuran dilaporkan yang kemudian dilengkapi dengan kesimpulan analisis dari data yang telah dikumpulkan. Laporan ini ditulis dalam bentuuk esei dengan kalimat-kalimat verbal yang mencakup semua pernyataan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Langkah paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah adalah kegiatan perumusan kesimpulan. Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang telah diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi jelas. Kesimpulan penelitian ini merupakan sintesis dari keseluruhan aspek penelitian. Sintesisi ini membuahkan kesimpulan yang ditopang oleh suatu kajian yang bersifat terpadu dengan meletakkan berbagai aspek penelitian dalam perspektif yang menyeluruh. Oleh karena itu, diuraikan kembali secara ringkas pernyataan-pernyataan pokok dari aspek-aspek tersebut dalam kerangka yang mengarah kepada kesimpulan. Dalam mengkaji kesimpulan penelitian ini, disebabkan sifatnya yang terpadu dan menyeluruh maka seorang peneliti meninggalkan perannya sebagai ilmuan dan beralih menjadi seorang filsuf. Hal ini berarti ia harus mampu menarik kesimpulan yang utuh dari data yang bersifat terpisah dengan tidak meninggalkan sifat keilmuan. Kesimpulan penelitian ini harus tetap dipertanggungjawabkan alam kerangka teori keilmuan yang didukung oleh penemuan penelitian. Kesimpulan ini kemudian dibahas dengan jalan membandingkannya terhadap penelitian lain serta pengetahuan ilmiah yang relevan. BAB III PENUTUP Proses kegiatan ilmiah, menurut Ritchie Calder, dimulai ketika manusia mengamati sesuatu. karena ada masalahlah maka proses kegiatan berpikir dimualai, dan karena masalah ini berasal dari dunia empiris, maka proses berpikir tersebut diarahkan pada pengamatan objek yang bersangkutan, yang bereksistensi dalam dunia empiris pula. Dan karena bersifat empiris dan dari proses pengamatan pula maka yang dikatakan diatas dapat pula dinamakan pengetahuan ilmiah yang berasal dari pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah merupakan hal yang penting dalam merumuskan sebuah pengetahuan yang disebut ilmu. namun, mahasiswa dan masyarakat terpelajar diharapkan untuk tidak juga mendewa-dewakan pendekatan ilmiah dan melupakan pendekatan non ilmiah dikarenakan kedua pendekatan tersebut saling melengkapi satu dengan yang lain sehingga lahirlah sebuah ilmua yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. DAFTAR PUSTAKA Sudarto. 1996. Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Salam, Burhanudin. 2008. Pengantar Filsafat. Jakarta: PT. Bumi Aksara Suriasumantri, Jujun S. 2007. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Salam, Burhanudin. 2003. Logika Materiil Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: PT. Rineka Cipta |