10 April 2018Cegah Stunting dengan Perbaikan Pola Makan, Pola Asuh dan Sanitasi "> Show Cegah Stunting dengan Perbaikan Pola Makan, Pola Asuh dan Sanitasi Sebagian besar masyarakat mungkin belum memahami istilah yang disebut stunting. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Padahal seperti kita ketahui, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah. Salah satu fokus pemerintah saat ini adalah pencegahan stunting. Upaya ini bertujuan agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global. “Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu perbaikan terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih”, tutur Menteri Kesehatan RI, Nila Farid Moeloek, di Jakarta (7/4). Diterangkan Menkes Nila Moeloek, kesehatan berada di hilir. Seringkali masalah-masalah non kesehatan menjadi akar dari masalah stunting, baik itu masalah ekonomi, politik, sosial, budaya, kemiskinan, kurangnya pemberdayaan perempuan, serta masalah degradasi lingkungan. Karena itu, ditegaskan oleh Menkes, kesehatan membutuhkan peran semua sektor dan tatanan masyarakat. 1) Pola Makan Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam. Istilah “Isi Piringku” dengan gizi seimbang perlu diperkenalkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan, memperbanyak sumber protein sangat dianjurkan, di samping tetap membiasakan mengonsumsi buah dan sayur. Dalam satu porsi makan, setengah piring diisi oleh sayur dan buah, setengahnya lagi diisi dengan sumber protein (baik nabati maupun hewani) dengan proporsi lebih banyak daripada karbohidrat. 2) Pola Asuh Stunting juga dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang kurang baik dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan Balita. Dimulai dari edukasi tentang kesehatab reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai cikal bakal keluarga, hingga para calon ibu memahami pentingnya memenuhi kebutuhan gizi saat hamil dan stimulasi bagi janin, serta memeriksakan kandungan empat kali selama kehamilan. Bersalin di fasilitas kesehatan, lakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dan berupayalah agar bayi mendapat colostrum air susu ibu (ASI). Berikan hanya ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan. Setelah itu, ASI boleh dilanjutkan sampai usia 2 tahun, namun berikan juga makanan pendamping ASI. Jangan lupa pantau tumbuh kembangnya dengan membawa buah hati ke Posyandu setiap bulan. Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah berikanlah hak anak mendapatkan kekebalan dari penyakit berbahaya melalui imunisasi yang telah dijamin ketersediaan dan keamanannya oleh pemerintah. Masyarakat bisa memanfaatkannya dengan tanpa biaya di Posyandu atau Puskesmas. 3) Sanitasi dan Akses Air Bersih Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk di dalamnya adalah akses sanitasi dan air bersih, mendekatkan anak pada risiko ancaman penyakit infeksi. Untuk itu, perlu membiasakan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, serta tidak buang air besar sembarangan. “Pola asuh dan status gizi sangat dipengaruhi oleh pemahaman orang tua (seorang ibu) maka, dalam mengatur kesehatan dan gizi di keluarganya. Karena itu, edukasi diperlukan agar dapat mengubah perilaku yang bisa mengarahkan pada peningkatan kesehatan gizi atau ibu dan anaknya”, tutupnya. *Sekilas Mengenai Stunting* Stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia
Indonesia, Baca : Artikel Sumber Oleh dr. Anak Agung Ayu Windi Antari, Sp.A APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN STUNTING? Stunting atau perawakan pendek merupakan gangguan pertumbuhan yang sebagian besar disebabkan oleh masalah nutrisi kronis sejak bayo dalam kandungan hingga masa awal anak lahir yang biasanya tampak setelah ank berusia 2 tahun. Menurut Kemenkes RI, balita pendek atau stunting bisa diketahui bila seorang balita sudah diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan hasil pengukurannya ini berada pada kisaran di bawah normal. BAGAIMANA CARA MENDETEKSI STUNTING? Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hal yang seharusnya selalu dipantau pada setiap kunjungan ke dokter. Pemantauan pertumbuhan anak biasanya dilakukan dengan memplot berat badan dan tinggi badan ke dalam suatu kurva pertumbuhan. Seorang anak dikatakan pendek jika tinggi badan atau panjang badan menurut usia lebih dari dua standar deviasi di bawah median kurve standar pertumbuhan anak WHO. FAKTOR APA SAJA YANG MEMPENGARUHI STUNTING? Stunting disebabkan oleh faktor lingkungan dan genetik. Faktor lingkungan yang berperan dalam menyebabkan stunting antara lain status gizi ibu, pola pemberian makan kepada anak, kebersihan lingkungan, dan angka kejadian infeksi pada anak. Faktor iingkungan merupakan aspek penting yang masih dapat diintervensi sehingga stunting dapat diatasi. Selain disebabkan oleh lingkungan, stunting juga dapat disebabkan oleh faktor genetik dan hormonal. Akan tetapi, sebagian besar stunting disebabkan oleh malnutrisi. BAGAIMANA CIRI-CIRI ANAK STUNTING ?
APA DAMPAK DARI STUNTING?
KAPAN SEBAIKNYA DETEKSI DINI STUNTING INI DILAKUKAN? Awal kehamilan sampai anak berusia dua tahun (periode 1000 Hari Pertama Kehidupan) merupakan periode kritis terjadinya gangguan pertumbuhan, termasuk perawakan pendek. Pada periode seribu hari pertama kehidupan ini, sangat penting untuk dilakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan secara berkala dan tentu saja pemenuhan kebutuhan dasar anak yaitu nutrisi, kasih sayang, dan stimulasi. BAGAIMANA CARA MENGETAHUI GANGGUAN PERTUMBUHAN (STUNTING) PADA ANAK? Acuan yang digunakan untuk tiap kelompok usia dapat berbeda. Saat ini Indonesia menggunakan kurva pertumbuhan milik Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan kurva dari Center for Disease Control Prevention (CDC,2000).Indikator yang umum digunakan di Indonesia adalah berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), meski ada juga indicator lain seperti tinggi badan menurut usia (TB/U), dan berat badan menurut usia (BB/U). Indikator BB/TB menentukan status gizi anak dengan membandingkan berat dengan berat ideal menurut tinggi badannya, kemudian dapat diinterpretasikan sebagai obesitas, gizi lebih, gizi baik, gizi kurang, dan gizi buruk. Indikator TB/U membandingkan tinggi badan seorang anak dengan anak yang sama jenis kelamin seusianya. Interpretasinya adalah tinggi, normal, perawakan pendek, dan perawakan sangat pendek. Adapun indicator BB/U membagi anak menjadi berat badan normal, berat badan kurang, dan berat badan berlebih. Indicator ini membandingkan berat badan seorang anak dengan anak seusianya. Untuk memastikan pertumbuhan sesuai dengan acuan, bawalah anak secara teratur ke layanan kesehatan. Bila curiga ada kelainan pertumbuhan, segera bawa anak ke dokter. Pastikan setiap kali anak diukur berat, panjang/tinggi badan, dan lingkar kepalanya, data diplot di kurva pertumbuhan yang sesuai agar dapat dinilai keadaannya saat ini. Bisa saja anak memiliki pertumbuhan normal sampai usia tertentu, tetapi terjadi gangguan setelahnya. Misalnya, seorang anak usia satu tahun tergolong gizi baik dengan tinggi badan sesuai usia, tepai kemudian mengalami infeksi berat sehingga pertumbuhan setelah usia satu tahun terhambat. APAKAH SEMUA ANAK PERAWAKAN PENDEK DISEBUT STUNTING ? Seorang anak diklasifikasikan sebagai perawakan pendek jika panjang badan atau tinggi badan menurut umur berada dibawah Zscore –2 WHO Growth Standard. Perawakan sangat pendek jika panjang badan atau tinggi badan menurut umur berada dibawah Zscore –3 WHO Growth Standard. Stunting jika perawakan pendek tersebut disebabkan oleh kondisi kesehatan atau nutrisi yang suboptimal. Stunting harus dibedakan dengan perawakan pendek lainnya oleh dokter spesialis anak untuk menentukan tatalaksana selanjutnya. Terkadang perawakan pendeng yang bukan perawakan pendek memerlukan terapi pemanjangan tungkai, sulih hormone atau sulih enzim. APA YANG DAPAT DILAKUKAN ORANG TUA UNTUK MENGANTISIPASI PERAWAKAN PENDEK PADA ANAK?​
BAGAIMANA CARA MENGINTERVENSI STUNTING?
APAKAH RTUNTING MASIH BISA DIATASI DAN DIPERBAIKI? Sayangnya, stunting adalah kondisi gangguan pertumbuhan yang tidak bisa dikembalikan seperti semula. Maksudnya, ketika seorang anak sudah stunting atau pendek sejak ia masih balita, maka pertumbuhannya akan terus lambat hingga ia dewasa. Saat puber, ia tidak dapat mencapai pertumbuhan maksimal akibat sudah terkena stunting di waktu kecil. Meskipun, Walaupun diberikan makanan yang kaya akan gizi, namun tetap saja pertumbuhannya tidak dapat maksimal. Namun, tetap penting bagi orangtua memberikan berbagai makanan yang bergizi tinggi agar mencegah kondisi si kecil semakin buruk dan gangguan pertumbuhan yang ia alami semakin parah. Oleh karena itu, sebenarnya hal ini dapat dicegah dengan cara memberikan nutrisi yang maksimal saat awal-awal kehidupannya, yaitu 1.000 hari pertama kehidupan. KESIMPULAN Stunting adalah perawakan pendek yang diakibat oleh kondisi kesehatan yang suboptimal terutama kuantitas dan kualitas asupan makanan yang salah. Stunting akan berdampak pada kecerdasan anak serta risiko timbulnya penyakit degeneratif (obesitas, DM, penyakit jantung koroner, dll) dikemudian hari. Stunting dapat dicegah dengan memperhatikan kuantitas dan kualitas protein yang dikonsumsi balita. Batita dianjurkan mengonsumsi 1,1 g protein/kg BB yang berkualitas tinggi (mengandung asam amino esensial lengkap) setiap hari, yang didapat dari sumber hewani, yaitu daging (sapi,ayam,ikan), telur atau susu. Apa itu stunting dan apa penyebabnya?Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga, anak lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir.
Apa sih yang dimaksud dengan stunting?Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah 5 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.
Bagaimana ciri ciri anak yang mengalami stunting?Selain mengalami gangguan pertumbuhan, berikut adalah beberapa ciri-ciri stunting pada anak: Mengalami penurunan tingkat kecerdasan, gangguan berbicara, dan kesulitan dalam belajar. Memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah, sehingga lebih mudah sakit, terutama akibat penyakit infeksi.
6 Langkah pencegahan stunting?Bagaimana Cara Mencegah Stunting?. Pahami Konsep Gizi. Pastikan Anda mendapatkan asupan gizi yang cukup setiap hari, terlebih saat masa kehamilan. ... . Pilihan Menu Beragam. ... . Pemeriksaan Rutin. ... . Pentingnya ASI. ... . Konsumsi Asam Folat. ... . Tingkatkan Kebersihan. ... . Faktor Sanitasi.. |