Apa yang menyebabkan umar bin khattab memeluk agama islam

Kisah Umar bin khattab masuk Islam merupakan peristiwa yang menarik. Pada suatu hari dengan pedang terhunus, Umar bin Khattab menuju Darul Arqam tempat dimana baginda Nabi Muhammad biasa berkumpul dengan para sahabat. Melihat mukanya yang beringas, matanya yang nanar, orang sudah menyangka dan mengerti, ini tentu akan terjadi pembunuhan. 


Dalam perjalanan menuju Darul Arqam, Umar bertemu dengan Nu’aim bin Abdullah. Nu’aim bertanya, “Ya Umar, mau kemana engkau?”


Umar bilang, “Mau membunuh itu, si murtad itu.”


“Si murtad yang mana?”


“Yang mana lagi? Itu. Yang memecah belah kita. Yang menghina berhala-berhala kita. Yang menjelek-jelekkan nenek moyang dan keturunan kita. Siapa lagi kalau bukan Muhammad.”


Kata Nu’aim, “Umar, tidak salah engkau?”

Baca juga: Kisah Khalifah Umar bin Khattab Menolak Gratifikasi


“Tidak salah lagi.”


“Salah Umar.”


“Salah kenapa?”


“Apa kamu tidak malu? Kamu mau pergi membunuh Muhammad, sementara adikmu sendiri Fatimah, dia sudah termasuk salah seorang pengikut Muhammad.”


Mendengar ini, muka yang memang tadinya sudah marah dan merah, tambah jadi kelam. Bukan main mangkelnya Umar bin Khattab. Orang lain dia musuhi, orang lain dia kejar-kejar, ini malah adiknya sendiri menjadi pengikut dari Baginda Nabi. Tidak jadi menuju Darul Arqam, dia berangkat ke rumah adiknya Fatimah.


Di rumah Fatimah sedang berkumpul, Fatimah, suaminya Sa’id bin Zaid dan seorang sahabat Habab bin Arots. Mereka sedang membaca Al-Qur'an.


Diketuk pintu oleh Umar, dan dijawab dari dalam, “Siapa di luar?” “Umar!” mendengar suaranya saja, sahabat Habab bin Arots sudah lari ke belakang pintu. Adapun Fatimah yang sedang memegang suhuf, lembaran tulisan Al-Quran itu, menyembunyikan suhuf itu di belakang bajunya.


Saat Umar masuk, tidak sengaja suhuf lembaran yang tersembunyi di belakang baju Fatimah tersembul, Umar pun bertanya, “Apa yang kau sembunyikan di balik baju mu itu?” Fatimah berkata “Suhuf” “Apa suhuf itu?” “Lembaran Al-Quran”

Baca juga: Umar bin Khattab RA dan Keadilan bagi Nonmuslim


Maka dibacalah lembaran tersebut:


طه . مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآَنَ لِتَشْقَى


“Thaha, Tidaklah Aku turunkan Al-Qur'an ini untuk bikin sukar manusia. Melainkan merupakan pengingat bagi orang-orang yang takut kepada Allah.”


إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي . إِنَّ السَّاعَةَ آَتِيَةٌ أَكَادُ أُخْفِيهَا لِتُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا تَسْعَى


“Sesungguhnya Aku lah Allah. Tidak ada tuhan melainkan Aku. Maka hendaknya hanya kepada Ku lah kamu menyembah. Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. Sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang, yang sengaja waktunya tidak kami beritahukan kepada kamu semua, untuk kami balas segala setiap orang, tentang apa saja yang telah mereka lakukan dalam kehidupan dunia ini.”


Setelah membaca ayat ini gemetar tangannya. Dalam hati Umar ini tidak main-main; 'belum pernah saya membaca ajaran yang semacam ini'. Tidak patut orang yang mempunyai kitab suci semacam ini dimusuhi. Ini sesuatu yang benar. Tergetar jiwanya.


“Hai, Fatimah beritahu aku di mana keberadaan Muhammad?” “Saya tidak akan memberitahu kamu.” “Di mana? kata Umar lagi” “Saya tidak akan memberi tahu kata Fatimah. Lebih baik kamu bunuh saya kalau memang maksud mu mau mencelakakan Muhammad” “Sama sekali saya tidak akan mencelakakan dia, Fatimah. Kasih tau saja dimana dia?” “Darul Arqam” kata Fatimah. Bergegas Umar menuju Darul Arkom.


Saat di dalam Darul Arqam, Nabi memang sedang kumpul dengan para sahabat. Termasuk ada Sayyidina Hamzah yang juga terkenal sebagai jawara juga. Diketuklah pintu. “Siapa di luar?” “Umar”.

Baca juga: Khalifah Umar Menegur Gubernur Amr bin Ash


Di dalam Darul Arqam ini geger sebagian sahabat, Umar datang ini pasti sebagai bencana. Tapi baginda Nabi menenangkan mereka, “Tenang, mudah-mudahan ada hikmahnya.” Sayidina Hamzah tampil, “Bukakan dia pintu. Kalau niatnya baik kita terima, kalau niatnya tidak baik, saya paling depan”. 


Dibukakan pintu. Begitu dibukakan pintu, Umar masuk merangkul baginda Nabi Muhammad kemudian dengan tersendat, Umar berucap, “Asyhadu’alla illaha illallah wa ashhaduanaka ya muhammad rasulullah”. Saya bersaksi tidak ada tuhan selain Allah, dan saya bersaksi engkau wahai Muhammad adalah utusan Allah. Sahabat takbir semua. 


Kegembiraan meliputi suasana ketika itu karena sebelumnya dikala Umar belum masuk Islam, dia merupakan ganjalan yang paling dikhawatirkan oleh umat Islam. 


Setelah dia masuk Islam, jelas merupakan suatu keuntungan yang sangat besar dan dia tertarik kepada Islam bukan karena bujuk rayu orang, tidak karena diberikan harta, tidak karena diiming-imingi oleh kedudukan tinggi. Tapi karena kebenaran, hidayah menembus hatinya melalui wasilah ayat dalam SuratThaha yang dibacanya melalui suhuf yang dipegang oleh adiknya sendiri, Fatimah.


Penulis: Fathoni Ahmad

Editor: Muchlishon

Apa yang menyebabkan umar bin khattab memeluk agama islam

“Ya Allah, perkuat Islam dengan Abul Hakam bin Hisyam (Abu Jahal) atau Umar bin Khattab,” doa Rasulullah.

Semula Umar bin Khattab menentang Islam bukan karena dia tidak mengerti dengan ajaran Nabi Muhammad saw. Atau pun karena fanatik dengan agama leluhurnya, menyembah berhala. Dia memiliki pemikiran kalau Nabi Muhammad saw. dengan ajaran barunya telah membuat masyarakat Quraisy secara khusus dan masyarakat Makkah secara umum terpecah belah dan berkonflik.  

Ia tidak menghendaki keadaan seperti itu. Dia ingin agar masyarakatnya tidak pecah, bersatu, tertib, dan stabil. Untuk mengembalikan keadaan masyarakat Quraish seperti sediakala, maka satu-satunya jalan adalah dengan menghentikan dakwah Nabi Muhammad saw. dan pengikutnya. Paradigma pemikiran seperti itu lah yang membuat Umar bin Khattab sangat keras menentang dan memusuhi Islam. Bahkan, beberapa kali Umar bin Khattab sampai berpikir untuk menghabisi Nabi Muhammad saw., orang yang dianggap telah memecah belah masyarakat Quraisy. 

Manusia hanya berencana, Allah lah yang mewujudkannya. Meski semula menentang Islam, tapi kelak Umar bin Khattab akan menjadi pembela Islam yang sangat gigih dan terdepan. Ada beberapa riwayat yang menjelaskan mengenai awal mula dan sebab Sayyidina Umar bin Khattab mendapatkan hidayah dan masuk Islam. 

Riwayat pertama, suatu ketika Sayyidina Umar bin Khattab pergi ke tempat Nabi Muhammad saw. untuk membunuhnya. Di tengah jalan dia papasan dengan Nu’aim bin Abdullah. Nu’aim menyarankan Sayyidina Umar agar membatalkan rencananya itu. Ia juga meminta Sayyidina Umar untuk mengurus saudarinya, Fatimah binti Khattab, dan iparnya, Sa’id bin Zaid bin Amr, yang sudah masuk Islam, sebelum menghadapi Nabi Muhammad saw. 

Sayyidina Umar langsung ke rumah Fatimah untuk membuat perhitungan karena adiknya telah masuk Islam. Ketika sampai di depan rumah, dia mendengar Khabbab bin al-Arat sedang membacakan Al-Qur’an Surat Thaha kepada Fatimah dan Sa’id bin Zaid bin Amr. Singkat cerita, Sayyidina Umar luluh hatinya dan terkesima dengan keindahan kata-kata Al-Qur’an yang dibacakan Khabbab. Seketika itu, dia meminta Khabbab untuk mengantarnya bertemu dengan Nabi Muhammad saw. dan menyatakan diri masuk Islam.

Riwayat kedua, pada saat itu Sayyidina Umar hendak mencari teman-temannya untuk diajak mimum khamr. Namun, dia tidak menemukan temannya itu. Akhirnya, dia memutuskan pergi ke Ka’bah untuk thawaf. Di sana, dia mendapati Nabi Muhammad saw. tengah mengerjakan shalat. Melihat hal itu, Sayyidina Umar penasaran dan ingin mendengar apa yang diucapkan Nabi Muhammad saw. Ia kemudian menyelinap ke dalam bilik Ka’bah, hingga jaraknya dengan Nabi Muhammad saw. hanya dibatasi kain Ka’bah.   

“Setelah saya dengar Al-Qur’an itu dibacanya, hati saya rasa tersentuh. Saya menangis; Islam sudah masuk ke dalam hati saya. Sementara saya masih tegak berdiri menunggu sampai Rasulullah selesai shalat,” kata Sayyidina Umar, dikutip dari buku Umar bin Khattab (Muhammad Husain Haekal, 2015).

Nabi Muhammad saw. pulang ke rumahnya setelah menyelesaikan shalatnya. Sementara Sayyidina Umar membuntuti di belakangnya. Ketika sudah dekat dengan rumahnya, Nabi Muhammad baru sadar kalau sedang diikuti Sayyidina Umar. Awalnya Nabi Muhammad saw. terperangah dan mengirakan Sayyidina Umar akan menyakitinya. Setelah ditanya maksud dan tujuannya, Sayyidina Umar langsung menyatakan diri beriman kepada Allah dan Rasul-Nya Muhammad saw. 

“Kemudian ia (Nabi Muhammad saw.) mengusap dada saya dan mendoakan saya agar tetap tabah,” kenang Sayyidina Umar. 

Riwayat ketiga, Sayyidina Umar mulai bersimpati dengan Islam ketika umat Islam berhijrah ke Abissinia. Memang semula dia keras menentang dakwah Islam, namun ia menjadi iba setelah melihat kondisi umat Islam yang pergi dari kampung halaman dan meninggalkan orang-orang tercintanya, setelah mereka disiksa dan dianiaya.  

Ketika umat Islam hendak berangkat ke Abissinia, Sayyidina Umar berpapasan dengan Umi Abdullah binti Abi Hismah. Setelah bercakap basa-basi dengan Umi Abdullah, Sayyidina Umar mendoakan agar Allah selalu menyertai rombongan yang hendak berangkat ke Abissinia itu. 

“Kemudian dia pergi, dan saya lihat dia (Sayyidina Umar) sangat sedih karena kepergian kami ini,” cerita Umi Abdullah. (A Muchlishon Rochmat) 

Kumpulan Khutbah Menyambut Hari Kemerdekaan