Apakah Hasil kesepakatan golongan tua dan muda terkait proklamasi

(Ilustrasi) apa hasil kesepakatan pada peristiwa Rengasdengklok

Intisari-Online.com - Tahukah Anda apa hasil kesepakatan pada peristiwa Rengasdengklok?

Untuk mengetahui apa hasil kesepakatan pada peristiwa rengasdengklok, cermati ulasan berikut ini.

Puncak perjuangan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia datang dari desakan golongan muda.

Golongan tua dan golongan muda berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia harus segera diproklamasikan.

Namun, terjadi perbedaan pendapat mengenai cara melaksanakan Proklamasi tersebut.

Adanya perbedaan antara golongan muda dan golongan tua.

Perbedaan tersebut menyebabkan terjadinya peristiwa Rengasdengklok yang terjadi pada 16 Agustus 1945 pukul 03.00 WIB.

Dalam buku Sejarah Nasional Indonesia VI (1984) oleh Marwati Djoened Poesponegoro dan temannya, peristiwa tersebut berawal dari golongan pemuda membawa Ir Sukarno dan Mohammad Hatta ke luar kota.

Keputusan tersebut diadakan oleh para pemuda menjelang tanggal 16 Agutsus 1945 di Asrama Baperpi, Cikini, Jakarja.

Kesepakatan itu dihadiri oleh pemuda-pemuda, juga dihadiri oleh Sukarni, Jusuf Kunto, dan lainnya.

Peristiwa Rengasdengklok

Intisari-Online.com - Memuncaknya perjuangan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia datang dari desakan golongan muda.

Baik golongan tua maupun golongan muda, mereka berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia harus segera diproklamasikan.

Hanya saja terjadi perbedaan pendapat mengenai cara melaksanakan Proklamasi tersebut.

Adanya perbedaan antara golongan muda dan golongan tua menyebabkan terjadinya peristiwa Rengasdengklok yang terjadi pada 16 Agustus 1945 pukul 03.00 WIB.

Baca Juga: Peristiwa Rengasdengklok Bukan 'Penculikan' Melainkan 'Operasi Militer' yang Dilakukan Para Pemuda terhadap Soekarno-Hatta

Dalam buku Sejarah Nasional Indonesia VI (1984) oleh Marwati Djoened Poesponegoro dan temannya, peristiwa Rengasdengklok berawal dari golongan pemuda membawa Ir Sukarno dan Mohammad Hatta ke luar koita.

Keputusan tersebut diadakan oleh para pemuda menjelang tanggal 16 Agutsus 1945 di Asrama Baperpi, Cikini, Jakarta.

Selain dihadiri oleh pemuda-pemuda, kesepakatan itu juga dihadiri oleh Sukarni, Jusuf Kunto, dan lainnya.

Mereka sepakat untuk menculik Ir Sukarno dan Mohammad Hatta ke Rengasdengklok (luar kota) dengan tujuan menjaukan mereka dari segala pengaruh Jepang.

Baca Juga: Peristiwa Rengasdengklok, Penyebab Hari Keramat Kemerdekaan Indonesia Jatuh pada 17 Agustus dan Proklamasi Mundur Sehari


Page 2


Page 3

Apakah Hasil kesepakatan golongan tua dan muda terkait proklamasi

Peristiwa Rengasdengklok

Intisari-Online.com - Memuncaknya perjuangan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia datang dari desakan golongan muda.

Baik golongan tua maupun golongan muda, mereka berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia harus segera diproklamasikan.

Hanya saja terjadi perbedaan pendapat mengenai cara melaksanakan Proklamasi tersebut.

Adanya perbedaan antara golongan muda dan golongan tua menyebabkan terjadinya peristiwa Rengasdengklok yang terjadi pada 16 Agustus 1945 pukul 03.00 WIB.

Baca Juga: Peristiwa Rengasdengklok Bukan 'Penculikan' Melainkan 'Operasi Militer' yang Dilakukan Para Pemuda terhadap Soekarno-Hatta

Dalam buku Sejarah Nasional Indonesia VI (1984) oleh Marwati Djoened Poesponegoro dan temannya, peristiwa Rengasdengklok berawal dari golongan pemuda membawa Ir Sukarno dan Mohammad Hatta ke luar koita.

Keputusan tersebut diadakan oleh para pemuda menjelang tanggal 16 Agutsus 1945 di Asrama Baperpi, Cikini, Jakarta.

Selain dihadiri oleh pemuda-pemuda, kesepakatan itu juga dihadiri oleh Sukarni, Jusuf Kunto, dan lainnya.

Mereka sepakat untuk menculik Ir Sukarno dan Mohammad Hatta ke Rengasdengklok (luar kota) dengan tujuan menjaukan mereka dari segala pengaruh Jepang.

Baca Juga: Peristiwa Rengasdengklok, Penyebab Hari Keramat Kemerdekaan Indonesia Jatuh pada 17 Agustus dan Proklamasi Mundur Sehari

JAKARTA - Peristiwa Rengasdengklok adalah bagian sejarah Kemerdekaan Indonesia yang paling penting dalahm sejarah.

Peristiwa ini terjadi pada 16 Agustus 1945 dan penuh dengan kisah perselisihan, pertentangan, dan perbedaan pendapat antar dua generasi yaitu golongan tua dan golongan muda.

BACA JUGA:Kelompok Pemberontak yang Pernah Mewarnai Kemerdekaan Indonesia

Para tokoh golongan muda itu terdiri dari Chaerul Saleh, Wikana, dan Sukarni yang menjadi pelopor Peristiwa Rengasdengklok dan menculik dan mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamirkan kemerdekaan.

Di antaranya juga ada D.N Aidit, Sidik Kertapati, AM. Hanafie, Jusuf Kunto, Sutan Syahrir, Suwirjo, Moweardi, Kusnandar, Subianto, Margono, Abubakar, E. Sudeo, Armansyah, Subadi, dan Darwis.

Sementara itu, golongan tua terdiri dari Soekarno, Mohammad Hatta, serta Achmad Soebardjo.

Peristiwa Rengasdengklok terjadi pukul 03.00 WIB dengan menculik dan mengamankan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok, Karawang.

Golongan muda melakukan hal tersebut agar Soekarno dan Hatta tidak terpengaruh oleh pemerintah Jepang dan bersedia untuk mempercepat pelaksanaan proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

Sementara golongan tua juga memiliki peran yang sangat penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Mereka inilah yang menjadi motor perjuangan kemerdekaan. Mereka yang memutuskan kapan dan di mana proklamasi kemerdekaan dikumandangkan sehingga penting kiranya bagi golongan muda untuk menyelamatkan golongan tua dari pengaruh Jepang yang dapat menghalangi kemerdekaan Indonesia.

Keinginan golongan muda untuk mempercepat proklamasi kemerdekaan ini kemudian disampaikan ke golongan tua yang berujung pada penolakan Soekarno.

Alasannya adalah harus memenuhi kesepakatan yang telah dibuat oleh Marsekal Terauchi melalui PPKI, masih ada beberapa persiapan yang harus dipersiapkan sebelum Indonesia benar-benar memproklamasikan kemerdekaannya, serta Bung Karno belum yakin bahwa Jepang benar-benar menyerah setelah mereka menyerah tanpa syarat pada Sekutu di tanggal 10 Agustus 1945.

Maka jika buru-buru memproklamasikan kemerdekaan ditakutkan justru akan menumbilan pertumpahan darah yang semakin besar.

Penolakan inilah yang membuat golongan muda mempelopori Peristiwa Rengasdengklok.

Satu hari sebelum Peristiwa Rengasdengklok, Chaerul Saleh memimpin rapat di Pegangsaan Timur, Jakarta, terkait kapan pengumuman proklamasi kemerdekaan Indonesia dilakukan.

Saat itulah ia mendesak Soekarno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan RI.

Sementara Wikana dan Darwis dikirim oleh para anggota muda lainnya untuk bertemu dengan Soekarno dan Hatta, ia juga menuntu keduanya untuk segera memproklamasikan kemerdekaan RI pada 16 Agustus 1945.

Di sisi lain, Suroto dan Subadio bersama para anggota golongan muda lainnya mulai menyusun perenanaan penculikan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok, dan setelah dibuat, pada 16 Agustus 1945 pukul 06.00, Jusuf Kunto, Muwardi, Shodanco Singgih pun menjemput Soekarno-Hatta untuk dibawa ke Rengasdengklok.

Soekarno-Hatta dibawa ke Rengasdengklok oleh Sukarni dan Kusnandar.

Sebelum Peristiwa Rengasdengklok, Djohar Nur mengadakan rapat di Gedung Bakteriologi pada 15 Agustus 1945 pukul 20.00 WIB terkait pengumuman proklamasi kemerdekaan Indonesia, ia kemudian mengadakan rapat di Jalan Cikini 71 pada 16 Agustus 1945 pukul 01.30 WIB dan turut menyusun rencana penculikan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok.

Djohar Nur juga menghubungi kantor berita Domei dan juga Radio Hosokioku.

Sementara Subianto dan Margono turut mengadakan rapat di Gedung Bakteriologi pada 15 Agustus pukul 20.00 terkait pengumuman proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Di sisi lain lagi, Sayuti Melik berperan dalam mendesak Soekarno-Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan dan ia jugalah yang mengetik teks proklamasi yang disusun tidak lama setelahnya.

Sudiro yang juga turut mendesak, ia menjadi pengantar Soekarno-Hatta ke Jakarta saat kedua tokoh penting tersebut berhasil diyakinkan.

Ketika diasingkan, Soekarno-Hatta akhirnya berhasil diyakinkan golongan muda dan langsung menyusun naskah proklamasi, menandatanganinya, dan memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Diketahui, naskah proklamasi tersebut dibuat oleh Mohammad Hatta saat kembali ke Jakarta dan menandatanganinya atas nama bangsa Indonesia.

Ada Achmad Soebardjo yang berperan menjadi memediasi antara golongan tua dan golongan muda dalam Peristiwa Rengasdengklok.

Hasil kesepakatan Peristiwa Rengasdengklok saat itu adalah proklamasi kemerdekaan RI harus dilakukan di Jakarta pada 17 Agustus 2022.

Di situlah Achmad Soebardjo berusaha meyakinkan para golongan muda untuk mengizinkan Soekarno-Hatta pulang ke Jakarta.

Ia kemudian membawa Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta dan menyusun naskah proklamasi.

Ahmad Subarjo tiba di Rengasdengklok pukul 17.30 WIB untuk menjemput Sukarno dan rombongan. Namun, kecurigaan para pemuda terhadap Ahmad Subardjo pun masih terjadi. Apakah, kalau Sukarno dan Hatta kembali ke Jakarta, proklamasi kemerdekaan akan bisa terlaksana.

Terjadilah dialog antara Subeno selaku komandan Peta Rengasdengklok dengan Ahmad Subardjo. Keduanya sempat berbicara mengenai dilangsungkannya Proklamasi kemerdekaan, hingga akhirnya Ahmad Subardjo menjamin bahwa Proklamasi kemerdekaan Indonesia akan dilangsungkan selambat-lambatnya pada tanggal 17 Agustus 1945 jam 12.00 siang dengan dirinya sebagai jaminan.  Dengan jaminan itu, maka Shodanco Subeno mewakili para pemuda mengizinkan Subardjo untuk bertemu dan membawa pulang bersama Ir. Sukarno, Drs. Moh.Hatta, dan rombongan kembali ke Jakarta. Petang itu juga Sukarno dan rombongan kembali ke Jakarta.

Dengan demikian, kesepakatan antara golongan muda dan Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta sehingga Ahmad Subarjo dapat membawa keduanya kembali ke Jakarta adalah dengan membuat dirinya (Ahmad Soebardjo) sebagai jaminan atas Proklamasi kemerdekaan yang dilangsungkan selambat-lambatnya pada tanggal 17 Agustus 1945 jam 12 siang.