Apakah kemoterapi dapat menyembuhkan kanker

Apa yang perlu saya ketahui tentang efek samping kemoterapi? Khawatir tentang efek samping kemoterapi adalah hal yang umum, tetapi kadang-kadang efek samping ini mungkin tidak seburuk yang Anda bayangkan.

Efek samping dari kemoterapi yang dialami setiap orang bisa sangat bervariasi antar individu. Beberapa jenis kemoterapi dapat menyebabkan lebih banyak efek samping daripada jenis yang lain.

Dokter Anda akan mendiskusikan kemoterapi mana yang terbaik untuk Anda. Mereka akan memilih pengobatan optimal yang efektif tetapi memiliki efek samping paling sedikit. Penggunaan obat secara bersamaan yang menyebabkan efek samping serupa, umumnya dihindari.

Efek samping umum dari kemoterapi

Berikut adalah beberapa efek samping kemoterapi yang lebih umum yang mungkin Anda alami:

  • Kelelahan
  • Rambut rontok
  • Mual dan muntah
  • Diare
  • Kehilangan selera makan
  • Luka mulut dan nyeri saat menelan
  • Mudah memar
  • Berdarah
  • Perubahan libido dan fungsi seksual

Setiap kemoterapi memiliki profil efek samping yang unik. Sebagian besar efek samping ini bersifat sementara dan akan mereda setelah kemoterapi berakhir. Obat kemoterapi tertentu dapat merusak sel-sel di jantung, ginjal, kandung kemih, paru-paru, dan sistem saraf. Tindakan pencegahan khusus dan tindakan suportif biasanya diambil ketika obat-obat ini digunakan.

Tim perawatan kanker Anda akan memberikan informasi yang diperlukan dan mendukung Anda selama kemoterapi tetapi munculnya efek samping baru atau perubahan tingkat keparahan tidak boleh dianggap enteng. Beberapa efek samping mungkin merupakan tanda masalah yang lebih besar dan Anda harus segera memberi tahu dokter Anda.

Bagaimana cara meminimalkan efek samping kemoterapi?

Berikut adalah beberapa tips untuk meminimalkan efek samping dan meningkatkan pengalaman kemoterapi Anda secara keseluruhan.

Kelelahan: Sering istirahat atau tidur sebentar di siang hari dapat membantu mengurangi rasa lelah. Olahraga ringan seperti jalan kaki singkat yang dikombinasikan dengan istirahat yang cukup dapat meningkatkan energi. Kadang-kadang, kemoterapi dapat menyebabkan anemia atau rendahnya kadar sel darah merah. Dokter Anda dapat melakukan tes darah untuk mendiagnosis anemia dan mengobati kondisi tersebut.

Rambut rontok: Tidak semua kemoterapi menyebabkan rambut rontok. Tetapi jika Anda merasakan rambut Anda mulai menipis, Anda mungkin ingin mengganti perawatan rambut Anda dengan sampo ringan atau menggunakan sikat rambut yang lembut. Terkadang kulit kepala menjadi lebih sensitif dan terasa rentan. Anda harus melindunginya dari sinar matahari langsung atau sering menggunakan tabir surya. Sebagai alternatif, Anda dapat mempertimbangkan untuk mengenakan topi, syal, turban, atau wig.

Mual dan muntah: Beberapa perubahan pada pola diet dapat membantu meredakan mual dan muntah. Anda harus makan dalam porsi yang lebih kecil tetapi makan beberapa kali sepanjang hari. Makanan yang menyebabkan perut mual, seperti gorengan atau makanan berlemak, sebaiknya dihindari. Beberapa dokter mungkin meresepkan obat antimual jika gejalanya menetap.

Ulkus mulut: Ulserasi yang menyakitkan pada mulut (mukositis) dapat menjadi efek samping dari kemoterapi. Dokter Anda dapat memberi Anda obat kumur khusus untuk mengurangi rasa sakit dan mempercepat penyembuhan. Untuk beberapa pasien, dokter juga dapat mengubah kemoterapi. Penting untuk selalu menjaga kebersihan mulut yang baik

Kemoterapi adalah pemberian obat-obatan untuk menghambat atau menghentikan pertumbuhan sel-sel kanker. Kemoterapi juga digunakan untuk mengatasi penyakit sumsum tulang dan penyakit autoimun, seperti lupus atau rheumatoid arthritis.

Kemoterapi dapat dikombinasikan dengan metode pengobatan lain, seperti terapi hormon, operasi, dan radioterapi. Pasien bisa menjalani prosedur ini di rumah dengan mengonsumsi obat kemoterapi, atau menerima cairan infus yang dilakukan di rumah sakit dengan pengawasan dokter.

Apakah kemoterapi dapat menyembuhkan kanker

Kemoterapi dapat berlangsung selama beberapa bulan dan terbagi menjadi beberapa sesi. Perlu diketahui, kemoterapi dapat memengaruhi seluruh tubuh dan menimbulkan efek samping yang berat.

Tujuan dan Indikasi Kemoterapi

Kemoterapi umumnya menjadi metode pengobatan utama kanker yang dianjurkan oleh dokter. Beberapa tujuan dilakukannya prosedur ini adalah:

  • Meredakan gejala kanker, termasuk pada kanker stadium akhir (kemoterapi paliatif)
  • Menghambat penyebaran sel kanker
  • Menyembuhkan kanker secara keseluruhan
  • Meningkatkan keberhasilan metode pengobatan lain, seperti operasi atau radioterapi (kemoterapi neoadjuvant)
  • Membunuh sel kanker yang masih tersisa dalam tubuh setelah radioterapi atau operasi (kemoterapi adjuvant)

Peringatan dan Kontraindikasi Kemoterapi

Kemoterapi merupakan pengobatan untuk kondisi yang serius. Oleh sebab itu, perlu perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi metode yang digunakan, efek samping yang mungkin muncul, dan tingkat keberhasilan kemoterapi.

Perencanaan kemoterapi dapat dilakukan setelah pasien menjalani pemeriksaan, misalnya tes darah dan pemindaian dengan foto Rontgen, untuk mengetahui apakah pasien mampu untuk menjalani kemoterapi. Pemeriksaan infeksi gigi juga dibutuhkan, karena infeksi gigi berisiko menyebar ke seluruh tubuh akibat kemoterapi.

Setelah mengetahui kondisi pasien, tim dokter dapat menetapkan metode dan jangka waktu pelaksanaan kemoterapi. Kemoterapi biasanya diberikan dalam hitungan siklus, yang terdiri dari masa kemoterapi ditambah dengan masa istirahat. Sebagai contoh, kemoterapi bisa dilakukan selama 1 minggu, diikuti masa istirahat selama 3 minggu.

Perlu diketahui bahwa kemoterapi tidak dianjurkan untuk ibu hamil karena dapat menyebabkan cacat lahir pada bayi. Bagi wanita yang hendak menjalani kemoterapi, sebaiknya gunakan kontrasepsi untuk mencegah terjadinya kehamilan. Bila pasien curiga sedang hamil saat menjalani kemoterapi, segera beri tahu tim medis.

Selain itu, pasien yang mengonsumsi obat-obatan lain, termasuk obat herbal juga dianjurkan untuk memberi tahu dokter. Hal ini karena obat-obatan tersebut dapat menyebabkan reaksi yang berbahaya untuk kesehatan pasien.

Obat-obatan kemoterapi yang diberikan oleh dokter dapat dibedakan berdasarkan cara kerjanya dalam membunuh sel kanker. Jenis obat-obatan tersebut meliputi:

  • Alkylating agent, contohnya cisplatin atau cyclophosphamide, yang bekerja dengan cara menghalangi pembelahan sel kanker
  • Antimetabolit, misalnya hydroxyurea atau azacitidine, yang bekerja dengan cara menghambat pembentukan gen sel kanker sehingga menghambat perbanyakan sel kanker
  • Antibiotik antitumor, seperti daunorubicin atau doxorubicin, yang bekerja dengan cara mengubah gen dalam sel kanker sehingga perkembangannya terhambat

Sebelum Kemoterapi

Pasien bisa merasa lemas setelah menjalani kemoterapi. Oleh sebab itu, pasien dianjurkan meminta bantuan keluarga atau teman untuk mengantar dan menemani selama kemoterapi.

Pasien juga disarankan beristirahat setelah menjalani kemoterapi. Jika diperlukan, pasien dapat meminta bantuan keluarga untuk melakukan pekerjaan rumah atau mengurus anak.

Sebagian pasien dapat tetap bekerja selama menjalani kemoterapi, tergantung pada peraturan perusahaan dan bidang pekerjaannya. Pasien bisa mengajukan diri untuk work from home atau mengatur waktu kerja agar tidak terlalu lama.

Prosedur Kemoterapi

Kemoterapi umumnya dilakukan di rumah sakit dengan pengawasan dokter. Obat-obat kemoterapi dapat disalurkan langsung melalui selang ke pembuluh darah. Metode ini disebut kemoterapi intravena.

Jenis selang yang digunakan dalam kemoterapi intravena dapat berbeda-beda, antara lain:

  • PICC (peripherally inserted central catheter), yang dimasukkan ke dalam vena lengan pasien selama beberapa minggu atau beberapa bulan
  • Central line, yang dimasukkan ke dalam dada dan disambungkan ke salah satu vena dekat jantung
  • Selang cannula, yang dipasang dalam jangka pendek pada vena di punggung tangan atau lengan bawah
  • Implanted port, yaitu alat yang ditanam di bawah kulit selama periode terapi sebagai jalan untuk menyalurkan obat melalui jarum

Selain intravena, kemoterapi juga dapat dilakukan melalui arteri di sekitar lokasi kanker (intraarterial). Sedangkan untuk kanker di organ seperti usus, lambung, hati, dan indung telur, kemoterapi dilakukan di rongga perut (intraperitoneal chemotherapy).

Meskipun jarang dilakukan, kemoterapi dapat diberikan melalui suntikan, seperti:

  • Subcutaneous chemotherapy atau suntikan di bawah permukaan kulit
  • Intramuscular chemotherapy atau suntikan ke dalam otot
  • Intrathecal chemotherapy atau suntikan langsung ke tulang belakang

Sementara pada kasus kanker kulit, kemoterapi yang diberikan umumnya adalah dalam bentuk krim.

Setelah Kemoterapi

Usai menjalani kemoterapi, kondisi fisik pasien akan selalu dipantau oleh tim dokter. Tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan kemoterapi. Pemantauan atau monitoring tersebut bisa berupa tes darah dan pemindaian secara teratur.

Pemantauan juga bertujuan untuk mengetahui kemungkinan efek samping yang muncul setelah kemoterapi. Dengan begitu, tim dokter dapat melakukan penyesuaian terhadap pelaksanaan kemoterapi.

Efek Samping Kemoterapi

Kemoterapi bermanfaat untuk membunuh sel kanker, tetapi dapat menimbulkan efek samping yang menurunkan kualitas hidup pasien. Beberapa efek samping yang bisa terjadi akibat prosedur kemoterapi adalah:

  • Mual dan muntah
  • Badan terasa lelah atau lemas
  • Rambut rontok
  • Mudah terkena infeksi
  • Anemia
  • Hilang nafsu makan
  • Perubahan di kulit dan kuku
  • Demam
  • Sariawan atau luka di dalam mulut
  • Sembelit
  • Diare
  • Gangguan konsentrasi dan ingatan

Ada juga sejumlah efek samping yang muncul beberapa bulan atau tahun setelah kemoterapi. Efek samping tersebut dapat berupa timbulnya kanker baru, gangguan jantung, kerusakan paru-paru, gangguan ginjal, dan gangguan saraf tepi (neuropati perifer).

Banyak efek samping kemoterapi yang dapat dicegah dan diobati. Sebagian besar efek samping tersebut akan hilang begitu kemoterapi dihentikan. Kendati demikian, tindakan medis perlu segera dilakukan jika pasien mengalami berbagai keluhan berikut:

  • Nyeri dada
  • Nyeri otot
  • Gusi berdarah atau mimisan
  • Sariawan yang mengakibatkan sulit makan atau minum
  • Diare
  • Muntah terus-menerus
  • Menggigil
  • Sesak napas

Terakhir diperbarui: 17 Oktober 2022

Apakah kanker bisa sembuh setelah kemoterapi?

Pada beberapa kasus, kemo benar-benar dapat menghancurkan dan menghilangkan sel kanker dari tubuh. Hasil terbaiknya, sel kanker tidak akan kembali lagi.

Kemoterapi untuk kanker stadium berapa?

Kanker stadium 1 ini bisa dilakukan penyembuhan secara operasi, radioterapi, ataupun kemoterapi.

Berapa persen tingkat keberhasilan kemoterapi?

Berbagai tulisan tentang hal itu banyak beredar di situs-situs maupun forum diskusi di internet. Sebagian besar mengatakan bahwa tingkat kesembuhan kanker yang diobati dengan kemoterapi hanya sekitar 3 persen, sedangkan sisanya 97 persen berakhir dengan kegagalan.

Apakah kemoterapi ampuh?

Kemoterapi merupakan pengobatan kanker yang efektif dan terbukti mampu menyelamatkan jutaan jiwa. Namun, di baik itu, kemoterapi juga memiliki efek samping yang beragam. Efek samping dari kemoterapi bisa berbeda pada tiap orang, termasuk tingkat keparahannya.