Apakah technopreneur adalah bagian dari entrepreneur?

Apa perbedaan entreprenur, intrapreneur dan technopreneur? Bagi sebagian masyarakat Indonesia, istilah entreprenur mungkin sudah tidak asing lagi. Namun, istilah yang mirip seperti intrapreneur dan technopreneur mungkin belum terlalu familiar.

Berikut kami rangkum perbedaan ketiga istilah tersebut;

Perbedaan entrepreneur dan intrapreneur

Jan Kennedy pernah mengemukakan bahwa menurutnya; entrepreneur merupakan seseorang yang mencoba memecahkan masalah dengan menawarkan solusi yang layak dengan cara yang terjangkau. Sementara intrapreneur melakukan hal yang sama, namun melakukannya dalam organisasi yang sudah ada.

Sedangkan menurut Dario Okrent yang merupakan General Manager Wibe, perusahaan asuransi mobil online pertama di Meksiko. Menurutnya, perbedaan intrapreneur dan entrepreneur yang utama adalah risiko (dan imbalan). Sebagai entrepreneur, kamu tidak memiliki network. Jika kamu gagal, kamu mungkin kehilangan segalanya. Sedangkan sebagai intrapreneur kamu memiliki jaringan yang mendukung. Di sisi lain, sebagai intrapreneur kamu bukan pemilik perusahaan, jadi jika gagal kamu tidak akan kehilangan segalanya, namun jika kamu berhasil, keuntungan yang didapat lebih rendah.

Technopreneur

Jika Entrepreneur adalah orang yang mengidentifikasi peluang, mengubahnya menjadi produk atau layanan, memperkirakan pendapatan dan laba, dan membangun bisnis yang sukses dengannya. Berbeda dengan technopreneur, yang memulai tanpa apa pun kecuali ‘ide’. 

Technopreneur menentang praktik dan sistem yang ada dan berpikir untuk melakukan sesuatu secara berbeda. Technopreneur menciptakan produk atau solusi yang menggunakan bobot dan kemampuan teknologi untuk mengubah cara sesuatu yang sebelumnya dilakukan secara tradisional.

Technopreneurship juga merupakan salah satu ekstensi utama entrepreneurship. Technopreneur adalah entrepreneur era baru yang memanfaatkan teknologi untuk menghasilkan sesuatu yang baru untuk membuat beberapa inovasi. Setelah orang tersebut berhasil, ia mengeksploitasi prestasinya di pasar untuk menghasilkan uang.

Seorang technopreneur mengoperasikan bisnis secara berbeda dari pengusaha lainnya. Bisnis seorang technopreneur memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi dan leverage pengetahuan dan kekayaan intelektual yang tinggi pula.

Salah satu contoh keberhasilan Technopreneur adalah para pendiri Uber yang memiliki ide tentang cara berbeda untuk memanggil taksi. Menggunakan kekuatan teknologi (membangun aplikasi yang terintegrasi GPS), keberadaan Uber benar-benar mengubah ekonomi industri taksi.

Sebagai generasi baru entrepreneurship, technopreneurship melibatkan kebersamaan orang-orang yang cerdas, bersemangat, kreatif, penuh semangat, dan mengerti teknologi. Tidak seperti entrepreneurship, technopreneurship jarang merupakan pertunjukan tunggal. Keberhasilannya bergantung pada seberapa baik tim bekerjasama.

Apakah technopreneur adalah bagian dari entrepreneur?

Informasi mengenai perbedaan intrapreneur dan entrepreneur, serta technopreneur telah dijelaskan, meskipun dengan sederhana. Namun, dengan mengetahui perbedaannya, kamu pun bisa menentukan istilah apa yang cocok untukmu atau untuk orang-orang disekitarmu yang sesuai dengan definisi di atas.

Featured Image by Business photo created by creativeart – www.freepik.com

  • Share On Facebook
  • Tweet It


Bicara soal bisnis digital, rasanya kurang lengkap jika tidak menyinggung tentang technopreneurship. Technopreneurship adalah cabang bisnis gabungan antara pemanfaatan teknologi informasi dengan bisnis konvensional tersebut belakangan kian menarik untuk digeluti, karena mampu menawarkan solusi atau substitusi dari produk barang maupun jasa kebutuhan sehari-hari.

Di Indonesia sendiri sudah banyak technopreneur yang bisa dijadikan sebagai inspirasi. Sebut saja Founder Tokopedia, William Tanuwijaya, Founder Bukalapak Ahmad Zaki, atau Nadim Makarim founder Gojek yang kini menjabat sebagai menteri di kabinet presiden Jokowi.

Nah, kira-kira sahabat Qwords sendiri tertarik nggak sih untuk terjun ke dunia teknopreneurship?

Apa Itu Technopreneurship

Apakah technopreneur adalah bagian dari entrepreneur?
Apa Itu Technopreneurship Yuk, Kenali Peluang dan Contohnya

Apa itu Technopreneurship? Secara umum, Technopreneurship adalah istilah yang biasa digunakan untuk menyebut sebuah bisnis yang dibangun berbasiskan teknologi.

Technopreneurship belakangan ini menjadi pembahasan menarik di kalangan anak muda di seluruh dunia. Pasalnya, technopreneurship mampu membuka peluang bisnis baru yang sebelumnya dirasa kurang efektif untuk dilakukan.

Pengertian Technopreneur

Apakah technopreneur adalah bagian dari entrepreneur?
Technopreneurship

Apa Itu Technopreneur? Technopreneur adalah istilah yang digunakan untuk menyebut seseorang yang memutuskan untuk menjalankan bisnis dengan memanfaatkan teknologi.

Tahukah Anda jika para milyarder dunia saat ini sebagian besar didominasi oleh para technopreneur? Sebut saja Bill Gates yang sukses menjadi seorang teknopreneur melalui Microsoft atau Mark Zuckerberg yang sedari muda sudah sukses membangun platform social media dengan jumlah pengguna hampir sepertiga penduduk dunia 2,5 milyar.

Sejarah Teknopreneurship

Apakah technopreneur adalah bagian dari entrepreneur?
sejarah technopreneurship

Sebagaimana kita ketahui, Amerika Serikat merupakan salah satu negara yang memiliki pengaruh besar dalam dunia Technopreneurship. Bagaimana tidak? Sederet perusahaan raksasa berhasil lahir dan tumbuh di negara adidaya ini dalam kurun waktu beberapa dekade terakhir.

Contoh Technopreneur dari negeri paman sam adalah Facebook, Apple, Google, Microsoft, eBay, Amazon, Intel, IBM, dan masih banyak lainnya.

Contoh Technopreneur

Contoh nyata dari technopreneur sejati adalah sosok pendiri Google, Facebook, Alibaba, pendiri Gojek dan berbagai perusahaan teknologi terkemuka dunia lainnya.

Di dalam bisnis, seseorang tidak harus memiliki perusahaan berskala global untuk bisa dibilang sebagai technopreneur. Pasalnya, untuk menekuni bisnis ini Anda hanya perlu ide aplikasi atau website yang dikemas untuk memudahkan aktivitas sehari-hari.

Perbedaan Enterpreneur dan Technopreneur

Secara garis besar, teknopreneurship sebenarnya merupakan bagian dari enterpreneurship. Namun, dalam prakteknya technopreneur lebih memanfaatkan teknologi sebagai core utama bisnis. Sementara enterpreneur lebih menedepankan transaksi konvensional berupa barang atau jasa.

Selain itu, tingkat persaingan juga bisa menjadi perbedaan antara enterpreneur dan technopreneur. Hal ini terjadi karen biasanya seorang technopreneur menawarkan ide baru atau substitusi dari produk konvensional dimana tingkat persaingan pasarnya masih rendah.

Peluang Technopreneurship di Indonesia

Apakah technopreneur adalah bagian dari entrepreneur?
Technopreneurship adalah

Jika menilik dari sumber daya serta potensi pasar yang ada, Indonesia memiliki peluang yang besar di bidang technopreneur. Peluang kebermanfaatan teknologi ini bisa dilihat dari jumlah pengguna smartphone yang setiap tahun semakin bertambah serta perilaku konsumtif yang sulit terkendali.

Baca juga: Data Jumlah Pengguna Internet di Indonesia Saat Ini

Adapun jika dilihat dari segi pendanaan dan investasi, saat ini beberapa investor dunia tercatat sudah mulai menunjukkan ketertarikkannya untuk menanamkan modal dalam jumlah besar.

Contohnya, Softbank yang saat ini menanamkan investasi jutaan dollar Amerika Serikat ke Tokopedia dan beberapa startup lainnya. Kemudian ada juga investor lokal dari Djarum group yang mendukung pendanaan startup e-commerce Blibli.com. Kondisi tersebut tentu menjadi sinyal positif yang bakal memperlanjar para technopreneur untuk mengembangkan idenya.

Keuntungan Menjadi Terchnopreneur

1.Tidak Membutuhkan Modal Besar

Dalam dunia technpreneur, modal yang paling berharga adalah ide awal, kemudian dari ide tersebut dilakukan eksekusi dengan cara membuat minimum viable product (MVP) sebagai uji pasar.

Seluruh eksekusi ini biasanya dimulai dari tahap startup, sehingga bisa dilakukan hampir tanpa modal. Anda hanya butuh menemukan team yang terdiri dari Co-Founder, CFO, CTO, dan bussines development yang bersedia untuk dibayar menggunakan saham.

2.Tidak Perlu Kantor yang Besar

Bisnis berbasis teknologi umumnya bisa dikerjakan dimana saja, asalkan ada laptop/PC dan koneksi internet. Team yang mendukung pun bisa diatur untuk bekerja secara remote dari rumah masing-masing, jadi menghemat biaya sewa gedung untuk operasional bisnis di awal-awal perusahaan berkembang.

3.Berpotensi Mendapatkan Valuasi Besar

Meski baru menjadi trend beberapa dekade terakhir, perusahaan startup teknologi saat ini sudah banyak yang sukses dari segi valuasi. Bahkan, perusahaan teknologi seperti Gojek, Tokopedia, atau Traveloka saat ini sudah berhasil melampaui perusahaan konvensional yang sudah berjalan puluhan tahun.

Baca juga: Technopreneurship Workshop Unikom

4.Bisa Dimulai Dari Rumah

Tahukah Anda jika perusahaan raksasa sekelas Apple, Microsoft, Google, atau Amazon awalnya hanya dimulai dari garasi rumah? technopreneurship adalah soal pinsip dan inovasi, sehingga perusahaan teknologi memang sesederhana itu untuk awal mulanya, karena yang dibutuhkan sebatas produk prototype (MVP) yang bisa beroperasi.

Kesimpulan

Di era digital yang semakin canggih seperti sekarang ini, menjadi pebisnis tidak harus modal besar atau memiliki ide awal yang cemerlang. Namun, bisa juga dimulai dari keberanian serta inovasi untuk memberikan solusi atas masalah sehari-hari.

Jika Anda tertarik untuk menekuni dunia technopreneurship, jangan lupa untuk memaksimalkan branding sebagai bagian dari pemasaran. Sebagai langkah awal, Anda bisa mulai membuat website dengan nama domain professional, gunakan domain .com, .id, atau .co.id agar terlihat lebih kredibel. Menariknya, ketiga ekstensi domain tersebut saat ini bisa didapatkan dengan harga terjangkau di Qwords.com.

Semoga bermanfaat.