Bagaimana cara kamu melaksanakan puja bakti dalam kehidupan sehari-hari

Puja bakti terdiri dari kata ‘puja’ yang bermakna menghormat dan ‘bakti’ yang lebih diartikan sebagai melaksanakan Ajaran Sang Buddha dalam kehidupan sehari-hari. Dalam melakukan puja bakti, umat Buddha melaksanakan tradisi yang telah berlangsung sejak jaman Sang Buddha masih hidup yaitu umat datang, masuk ke ruang penghormatan dengan tenang, melakukan namakara atau bersujud yang bertujuan untuk menghormat kepada lambang Sang Buddha, jadi bukan menyembah patung atau berhala.


Bagaimana cara kamu melaksanakan puja bakti dalam kehidupan sehari-hari
Patung Buddha
Kebiasaan bersujud dilakukan karena Sang Buddha berasal dari India. Sudah menjadi tradisi di berbagai negara timur termasuk India, ketika seseorang bertemu dengan mereka yang dihormati, maka akan melakukan sujud yaitu menempelkan dahi ke lantai sebagai tanda menghormati mereka yang layak dihormati dan menunjukkan upaya untuk mengurangi keakuan sendiri. Karena bersujud di depan altar ataupun arca Sang Buddha hanyalah bagian dari tradisi, maka para umat dan simpatisan dapat saja tidak melakukan bersujud di depan altar apabila batinnya tidak berkenan untuk melakukan tindakan demikian. Sebentuk arca tidak akan menuntut dan memaksa seseorang yang berada di depannya untuk bersujud. Namun, dengan mampu bersujud, maka seseorang akan mempunyai kesempatan lebih besar untuk berbuat baik dengan badannya yaitu dengan belajar bersikap rendah hati.

Setelah memasuki ruangan dan bersujud, umat Buddha dapat duduk bersila di tempat yang telah disediakan. Umat kemudian secara sendiri atau bersama-sama dengan umat yang ada dalam ruangan membaca paritta yaitu mengulang kotbah Sang Buddha. Diharapkan dengan pengulangan kotbah Sang Buddha, umat mempunyai kesempatan untuk merenungkan isi uraian Dhamma Sang Buddha serta berusaha melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Semakin lama seseorang mengenal Dhamma, semakin banyak melakukan puja bakti, semakin banyak kotbah Sang Buddha yang diulang, maka sudah seharusnya semakin baik pula dalam tindakan, ucapan maupun pikiran.

Contoh yang paling mudah ditemukan adalah kebiasaan umat membaca Karaniyametta Sutta di vihara. Sutta atau kotbah Sang Buddha ini berisikan cara memancarkan pikiran penuh cinta kasih kepada semua makhluk di setiap waktu, ketika seseorang sedang berdiri, berjalan, berbaring, berdiam selagi ia tidak tidur. Diharapkan, dengan sering membaca sutta tersebut seseorang akan selalu berusaha memancarkan pikiran cinta kasih kepada lingkungannya. Ia hendaknya menjadi orang yang lebih sabar dari sebelumnya. Disebutkan pula dalam salah satu bait sutta tersebut bahwa jangan karena marah dan benci mengharapkan orang lain celaka. Pengertian baris cinta kasih ini sungguh sangat mendalam dan layak dilaksanakan. Dengan mampu melaksanakan satu baris ini saja dalam kehidupan, maka batin seseorang akan menjadi lebih tenang dan bahagia walaupun berhadapan dengan kondisi yang tidak sesuai dengan keinginannya. Ia akan menjadi orang yang mampu mengendalikan dirinya. Dengan demikian, setiap kali ia hadir dan berkumpul maka ia akan selalu membawa kebahagiaan untuk lingkungannya.

Itulah makna sesungguhnya dari pengertian ‘puja bakti’ yaitu menghormat dan melaksanakan Ajaran Sang Buddha. Sekali lagi, umat Buddha tidak berdoa, juga tidak sembahyang. Namun, sebagai manusia biasa, adalah wajar apabila umat Buddha mempunyai keinginan atau permintaan, misalnya ingin banyak rejeki, ingin kaya, dan masih banyak lagi keinginan lainnya.

Sumber: http://www.samaggi-phala.or.id // oleh: Bhikkhu Uttamo

Vihara Dhamma Metta Tangerang,

Dalam agama Buddha, puja bakti (kebaktian) bukan hanya merupakan kewajiban bagi umat, tetapi menjadi kebutuhan agar memetik manfaat bagi kehidupan. Manfaat yang dapat diperoleh dari melaksanakan puja bakti antara lain sebagai berikut.

a. Menambah keyakinan (saddha)

b. Memiliki cinta kasih, belas kasihan, rasa simpatik, dan keseimbangan batin (brahmavihara)

c. Perasaan puas (santutthi) d. Kedamaian (shanti)

Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti 115

e. Kebahagiaan (sukkha)

f. Manfaat puja bakti dapat juga untuk melakukan penyadaran, di depan altar Buddha

Tata urutan dan cara puja bakti disesuaikan dengan vihara dan aliran yang dianut oleh umat yang melaksanakan puja bakti. Tata urutan puja bakti yang sering dilakukan adalah seperti berikut.

a. Puja bakti diawali dengan membacakan Paritta atau Sutra.

b. Meditasi untuk mengembangkan batin.

c. Bhikkhu, Pandita, penceramah atau guru agama memberikan ceramah atau cerita.

d. Berdana (dana paramita) untuk melatih kemurahan hati.

e. Melakukan pelimpahan jasa kepada leluhur agar para dewa dan naga yang perkasa memberkati kita semua.

f. Puja bakti ditutup dengan membacakan Paritta atau Sutra penutup.

Makna Paritta yang dibaca ketika puja bakti adalah mengulang khotbah Buddha, mengembangkan sifat luhur dan mendoakan agar semua makhluk berbahagia.

Ayo, Diskusikan

Berdasarkan hasil pengamatanmu terhadap gambar dan teks bacaan di atas, diskusikan bersama kelompokmu untuk melakukan hal-hal berikut.

1. Mencatat informasi penting apa saja yang kamu dapatkan dalam gambar dan bacaan di atas.

2. Buatlah pertanyaan kelompok untuk mencari tahu hal-hal yang masih belum jelas, atau hal-hal yang belum kalian pahami atas gambar dan teks bacaan di atas.

3. Carilah informasi dari buku, dan sumber lainnya untuk menjawab pertanyaan yang sudah kamu buat.

4. Satukan pendapat, dan jawaban kamu menjadi sebuah kesimpulan kelompok.

Buku Siswa Kelas IV SD 120

2. Kebaktian Sekolah

Kebaktian sekolah adalah kebaktian yang dilaksanakan sebelum dan sesudah pelajaran agama Buddha dilaksanakan. Dalam kebaktian ini, pembacaan doa tidak mengikat dan mengikuti kebiasaan di sekolah tersebut. Pada umumnya, sebelum pelajaran agama Buddha dimulai, siswa dan guru membacakan paritta Namaskara Patha. Setelah pelajaran agama Buddha selesai, membacakan kembali Namaskara Patha atau Vihara Gita Namaskara. Tujuan kebaktian di sekolah agar para siswa lebih yakin terhadap kebenaran Dharma Buddha dan lebih memberi pengaruh batinnya agar lebih tenang dan konsentrasi dalam belajar. Hal yang perlu diperhatikan dalam kebaktian di sekolah adalah dengan mempersiapkan suasana tenang dan batin yang damai, pembacaan paritta lebih hikmat.

3. Kebaktian Pribadi

Kebaktian pribadi adalah kebaktian yang dilaksanakan oleh perorangan atau keluarga yang biasanya dilaksanakan di rumah. Akan tetapi, terdapat pula umat Buddha yang melaksanakan kebaktian pribadi di vihara ataupun cetiya.

Pengatur jalannya puja bakti adalah pemimpin kebaktian. Dalam puja bakti, terdapat sikap hormat yang perlu dilakukan agar lebih hikmat. Sikap hormat ketika puja bakti, yaitu sebagai berikut.

a. Bersujud (namaskara); dengan lima titik menyentuh lantai

b. Beranjali; dengan merangkapkan kedua tangan di depan dada.

c. Berjalan (Pradaksina/padakkhina); dengan mengelilingi altar/candi searah jarum jam sebanyak tiga kali, tangan bersikap anjali dan tanpa menggunakan alas kaki.

4. Sopan Santun di Vihara

Mengunjungi vihara sebaiknya menunjukkan tata krama atau sikap hormat dan sopan dengan mematuhi peraturan di vihara tersebut. Dengan melakukan tata krama mematuhi peraturan di vihara, puja bakti dapat berlangsung

Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti 121

dengan tertib dan hikmat, tenang dan nyaman. Tata Krama yang ada di vihara contohnya adalah sebagai berikut.

1. Tata Krama Berpakaian:

a) Berpakaian rapi dan sopan

b) Melepaskan alas kaki, topi maupun jaket

c) Meletakkan alas kaki pada tempat yang disediakan

2. Tata Krama Pikiran:

a) Pikiran bersih saat memasuki halaman vihara

b) menjaga kesadaran agar pikiran tetap bersih dan suci 3. Tata Krama Ucapan:

a) Memberi salam dengan bersikap anjali kepada bhikkhu dan sesama umat Buddha

b) Bersikap ramah kepada siapa saja

c) Mengikuti puja bakti dengan tertib dan hikmat

d) Membaca doa dan paritta dengan tenang 4. Tata Krama Dalam Perbuatan:

a) Memasuki ruang puja bakti dengan bersikap anjali

b) Sebelum dan setelah meninggalkan ruang puja bakti, bersujud (namaskara) di hadapan altar Buddha

c) Mendengarkan ceramah atau cerita dengan tenang

d) Bermeditasi dengan tenang dan serius

e) Bersikap sopan, tenang, tidak bercanda atau berisik, dan tidak lari-larian;

f) Menonaktifkan hand phone ketika puja bakti

g) Membuang sampah pada tempatnya

h) Tidak makan atau minum ketika di ruang puja bakti dan

i) Tidak menjulurkan kaki ke depan altar. 5. Tata Krama terhadap Bhikkhu/Bhikkhuni:

a) Menghormat dengan bersikap anjali memberi salam atau ber-namaskara b) Dengan sopan memanggil bhikkhu dengan panggilan “bhante” dan

bhiksu dengan panggilan “Suhu” atau “Sefu”

Buku Siswa Kelas IV SD 124

Kerja Sama Orang Tua

Tugas

Tulislah doa atau paritta yang kamu panjatkan saat melaksanakan sembahyang pagi dan sore. Mintalah bantuan orang tuamu jika mengalami kesulitan

Contoh.

Doa/paritta yang saya panjatkan saat sembahyang pagi: Namaskara Gatha:

“Arahang Sammasambuddho Bhagava, Buddhang Bhagavatang Abhivademi.“ “Svakatto Bhagavata Dhammo, Dhammang Namasami”

Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti 127

ada yang sudah tertulis dan ada yang belum. Ajaran Buddha yang sudah tertulis dikelompokkan dalam tiga kelompok yang disebut Tripitaka. Ajaran Buddha yang tidak tertulis dapat ditemukan di mana saja dan kapan saja. Kita dapat mengingat dan mempraktikkan ajaran Buddha dalam tiga kalimat sederhana, yaitu “Jangan berbuat jahat, banyak berbuat kebajikan, sucikanlah batin dan pikiran”. Ketiganya disebut sebagai inti ajaran Buddha.

Permata yang ketiga adalah Sangha. Sangha artinya persaudaraan para bhikkhu dan bhikkhuni. Buddha sebagai pendiri ajaran saat ini telah tiada, tetapi ajaran-Nya masih tetap ada karena dijaga oleh komunitas pelaksana Dharma yaitu Sangha. Bhikkhu adalah siswa Buddha laki-laki yang tidak berkeluarga dan hidup sebagai biarawan. Bhikkhuni adalah siswa Buddha perempuan yang tidak berkeluarga dan hidup sebagai biarawati. Sangha inilah yang menggantikan Buddha mengajarkan Dharma dan membimbing kita agar bisa hidup sesuai Dharma.

Umat Buddha dalam melakukan puja bakti kepada Triratna dilakukan dengan cara yang berbeda-beda. Perbedaan ini dikarenakan tidak ada peraturan yang mengharuskan umat Buddha melakukan puja bakti dengan cara yang sama. Ajaran Buddha telah diterima oleh berbagai suku bangsa yang memiliki perbedaan budaya sehingga puja kepada Triratna dilakukan degan cara-cara yang berbeda sesuai dengan budaya masing-masing. Ketika kita berkunjung ke vihara-vihara, akan dijumpai cara-cara puja bakti yang berbeda-beda sesuai dengan alirannya.

Puja bakti adalah salah satu bentuk puja yang dilakukan umat Buddha untuk menghormat kepada Triratna. Umat Buddha melakukan puja bakti dengan cara berbeda-beda, ada yang membaca paritta, sutra, atau keng. Ada yang menggunakan bahasa Indonesia. Mandarin, Pali atau Sanskerta. Ketika puja bakti, umat Buddha melakukan sujud di depan patung Buddha karena patung Buddha tersebut adalah simbol dari Buddha yang sesungguhnya. Jadi, sesungguhnya bukan patung itu yang dihormati, tetapi umat Buddha bersujud menghormat kepada Buddha. Buddha bukanlah patung, karena itu umat Buddha tidak menyembah patung.

Menghormati Triratna dapat dilakukan dengan berbagai cara, tetapi cara yang terbaik yang diajarkan oleh Buddha adalah dengan melaksanakan Dharma. Sebelum Buddha wafat, beliau berpesan bahwa orang yang

Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti 129

Kecakapan Hidup

Santi adalah siswa Buddha yang sangat hormat kepada Buddha, Dharma, dan Sangha. Sehari-hari, ia selalu mempraktikkan kesabaran, kasih sayang, dan berbakti kepada Triratna. Ketika bersekolah, Santi selalu tenang dan berkosentrasi belajar. Hal ini bisa dilaksanakan karena ia senang bermeditasi setiap kali selesai membaca doa dalam kebaktian. Ia rajin melaksanakan kebaktian di rumah setiap pagi dan petang serta tak lupa ke vihara.

Namun anehnya, Santi di sekolah tidak disukai teman-temannya. Menurut inforamasi yang didapat oleh Dita teman dekat Santi, mereka menjauhi karena Santi tidak mau memberi contekan ketika ulangan. Di samping itu, Santi juga tidak mau diminta mengerjakan PR mereka. Teman-teman yang terkenal pemalas ini selalu menghasut teman-teman lainnya agar menjauhi Santi.

1. Tuliskan lima hal baik yang dimiliki Santi.

2. Bagaimana cara yang benar agar Santi tidak dijauhi teman-temannya?

3. Jika kamu sebagai teman Santi, apa yang kamu lakukan terhadap teman-temanya yang memusuhi?

4. Sebagai siswa Buddha yang baik, bagaimana cara terbaik menyadarkan teman-temanmu yang malas belajar dan malas kebaktian?

Ayo, Bermain

Mencari Tiga Permata

Buatlah tiga kelompok, yaitu kelompok Buddha, Dharma, dan Sangha. Carilah kartu bergambar sesuai dengan nama kelompok dalam waktu 5 menit di lingkungan sekitar kamu (kelas/sekolah).

Kelompok Buddha bertugas mengumpulkan kartu bergambar Buddha Kelompok Dharma bertugas mengumpulkan kartu bergambar Dharma Kelompok Sangha bertugas mengumpulkan kartu bergambar Sangha

Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti 133

Melakukan puja bakti dan memanjatkan doa perlindungan saja tidaklah cukup untuk mendapatkan perlindungan karena berlindung kepada Triratna harus dengan melaksanakan ajaran Buddha. Apakah berdoa bukan termasuk melaksanakan ajaran Buddha? Banyak orang berdoa untuk meminta Buddha melakukan sesuatu untuknya, sementara jika perilakunya tidak sesuai dengan keinginan, doanya akan sia-sia. Oleh karena itu, ketika berdoa, hendaknya dimengerti sebab akibatnya. Misalnya, berdoa agar Buddha membantu saat menghadapi ujian harus dibarengi dengan giat belajar. Ujian tidak akan berhasil tanpa belajar.

Berlindung kepada Buddha tidak boleh dimengerti bahwa Buddha tempat meminta-minta dan menyerahkan semua tugas kepada Buddha, sementara kita tidak berusaha sama sekali. Buddha sebagai pelindung telah memberikan petunjuk jalan bagi kita untuk dijalani. Dengan menjalakan petunjuk Buddha, kita akan dilindungi sepenuhnya oleh Buddha. Siswa Buddha yang baik adalah siswa yang selalu menjadikan Buddha sebagai teladan hidupnya.

Bagaimana cara kita berlindung pada Buddha, Dharma, dan Sangha? Cara-cara berlindung kepada Triratna ada di dalam Dharma, ajaran Buddha. Sangha membimbing dan mengajarkan Dhamma kepada kita. Dengan menjalankan ajaran Buddha dan dimbimbing oleh Sangha, kita akan dilindungi sepenuhnya oleh Triratna. Berlindung secara sederhana dapat dilakukan dengan melakukan perbuatan baik yang ringan dan mudah, misalnya bersujud, beranjali, membaca paritta, dan meditasi. Agar terlindung oleh Triratna, ingatlah dengan baik inti ajaran Buddha, yaitu “Jangan berbuat jahat, perbanyaklah beruat baik, dan sucikan pikiran”.

Berlindung kepada Buddha dimulai dengan menghindari berbuat buruk dalam pikiran, ucapan maupun tindakan. Jika biasanya pikiran suka malas, dikurangi kemalasannya. Jika pikirannya mudah marah, harus dikurangi marahnya. Jika pikiran mudah iri hati, harus dihentikan dengan murah hati. Jika biasanya mulut suka berucap kasar, harus dihentikan den belajar berucap sopan. Jika tindakannya suka menyakiti orang lain, harus diganti dengan tindakan yang menyejukkan. Demikianlah cara-cara yang benar berlindung kepada Triratna.

Tidak hanya mengurangi perbuatan buruk, tetapi hendaknya juga banyak melakukan kebajikan lainnya. Misalnya berdana, rajin sembahyang, rajin belajar, hormat pada guru, patuh pada orang tua, menjaga kebersihan lingkungan, disiplin masuk sekolah, dan lain-lain. Kumpulan kebajikan yang dilakukan

Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti 135

Ayo, Asah Otak

Temukan pesan rahasia yang terkandung dalam kode-kode huruf berikut ini.

Lakukan permainan di atas bersama teman-temanmu dengan pesan-pesan rahasia yang kamu inginkan dengan tema “Berlindung pada Buddha”.

Buku Siswa Kelas IV SD 138

Ulangan Harian 5

I. Pilihlah jawaban yang paling tepat.

1. Buddha menyatakan dalam Dharma pada Atthakata 26 bahwa orang dapat menjadi pelindung bagi banyak orang jika memiliki sikap ....

a. sabar c. baik

b. sederhana d. terpuji

2. Tempat yang biasanya digunakan untuk kebaktian hari raya agama Buddha disebut….

a. vihara c. candi

b. cetiya d. arama

3. Menenangkan pikiran ketika kebaktian dilakukan dengan….

a. berdoa c. meditasi

b. berdana d. ceramah

4. Permohonan ceramahdibacakan ketika bhikkhuakan….

a. masuk ruangan c. meditasi

b. ceramah d. keluar

5. Membaca paritta bermakna untuk mengulang...

a. ajaran Buddha c. perintah Buddha

b. pelajaran d. doa-doa

6. Tempat yang digunakan untuk meletakkan persembahan saat puja bakti adalah….

a. altar c. candi

b. kuti d. dharmasala

7. Setelah melaksanakan puja bakti, batin menjadi ....

a. biasa saja c. tenang

b. gelisah d. diam

8. Benda di atas altar yang melambangkan kerendahan hati dilambangkan dengan ....

a. lilin c. air

Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti 139

9. Paritta yang dibaca pada waktu pembukaan pendidikan agama Buddha adalah ….

a. Vandana c. Namakara gatha

b. Tisarana d. Pancasila

10. Paritta yang dibaca pada saat dihadiri bhikkhu adalah ….

a. Vandana c. Pancasila

b. Tisarana d. Okassa

11. Tujuan adanya persembahan di altar adalah ....

a. tanda hormat dan bakti c. sarana menyanjung Buddha b. mengisi waktu hari Minggu d. syarat agar doa terkabul

12. Cara terbaik menghormat Buddha adalah ....

a. memohon dan bersujud c. mempraktikkan Dharma b. menyanyikan lagu d. memberi persembahan

13. Arca Buddha di altar berguna untuk ....

a. mengingat Buddha c. menghormati arca b. menunjukkan kehebatan d. menyembah Buddha

14. Berikut ini yang tidak termasuk Tiga Permata adalah ....

a. Buddha c. Dewa

b. Dharma d. Sangha

15. Dharma menuntun kita cara untuk ....

a. bertindak sesuka hati c. menolak ajaran lain

b. menjalani hidup dengan baik d. memberikan persembahan

II. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan benar.

16. Jelaskan 3 (tiga) macam puja bakti!

17. Jelaskan tindakan yang baik ketika bertemu bhikkhu!

18. Bagaimana cara kamu melaksanakan puja bakti dalam kehidupan sehari-hari?

19. Mengapa Buddha disebut sebagai guru para dewa dan manusia?

Buku Siswa Kelas IV SD 140

Buku Siswa Kelas IV SD 144

Demikian juga ketika kita menghormat kepada bapak dan ibu guru, jangan karena ingin disayang mereka atau dipuji mereka, tetapi hendaknya dilakukan karena sadar bahwa sebagai siswa, sudah selayaknya menghormati guru.

Metta adalah mencintai tanpa ingin mendapatkan keuntungan. Ada kalanya seseorang berbuat baik agar mendapatkan berbagai keuntungan, misalnya ingin terkenal, disegani, atau dipuji. Perbuatan demikian bukanlah metta. Jadi, jika misalnya ingin berteman baik dengan orang lain, jangan ingin dihormati atau “numpang” terkenal, tetapi hendaknya semata-mata ingin menjadi teman yang baik bagi semua orang.

Metta adalah cinta tanpa pilih kasih tidak membeda-bedakan karena suku, agama, kaya, miskin, cantik atau pun jelek. Ketika seseorang hanya mau berbuat baik bagi teman seagama saja dan membenci agama lain, hal itu bukanlah metta. Berteman juga tidak boleh pilih-pilih karena kaya atau miskin, tetapi bertemanlah dengan semua orang yang berbudi baik. Bermain juga jangan pilih-pilih karena dia cantik, tetapi bermainlah dengan semua orang karena mereka baik dan saling menghormati.

Metta adalah cinta yang bebas dari rasa suka atau tidak suka. Perbuatan yang didasari metta dilakukan terhadap semua orang bukan hanya mereka yang disukai saja. Terhadap mereka yang benci atau tidak benci, terhadap mereka yang suka atau tidak suka, orang yang penuh metta akan berlaku sama, adil, tanpa membedakan. Karena itu, orang yang penuh metta bisa diterima oleh siapa pun, dan di mana pun. Semua orang merasakan cinta yang sama dari orang tersebut.

Perbuatan yang didasarkan pada metta akan membuahkan berkah yang berlimpah, tak terukur, bebas dari permusuhan dan bebas dari kesedihan. Karena itu, seseorang yang ingin hidup tanpa musuh, tanpa kesedihan harus mengembangkan metta. Metta dimulai dari cinta kasih kepada diri sendiri, baru kemudian ditujukan kepada orang lain. Dalam Paritta Brahmavihara Pharana, Metta dikembangkan dengan cara sebagai berikut:

Semoga aku berbahagia Bebas dari penderitaan Bebas dari kebencian Bebas dari penyakit Bebas dari kesukaran

Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti 145

Semoga semua makhluk berbahagia Bebas dari penderitaan

Bebas dari kebencian Bebas dari kesakitan Bebas dari kesukaran

Semoga mereka dapat mempertahankan kebahagiaan mereka sendiri. Dalam Karaniya Metta Sutta, Buddha mengajarkan cinta kasih dengan banyak contoh. Pertama-tama, cinta kasih dikembangkan dengan cara berperilaku jujur, sungguh jujur, rendah hati, lemah lembut, dan tiada sombong. Orang yang penuh cinta kasih adalah ia yang merasa puas, mudah dilayani, sederhana hidupnya, berhati-hati, tahu malu, tidak berbuat kesalahan walaupun kecil. Tidak menipu orang lain, atau menghina siapa saja. Meskipun marah dan benci, ia tidak akan mengharap orang lain celaka.

Metta adalah rasa persahabatan. Cirinya selalu ada kemauan baik, ia berfungsi untuk melenyapkan kejahatan yang ada di dalam diri sendiri. Orang yang penuh metta hatinya pasti penuh dengan cinta kasih, mampu memandang orang lain sama. Penghalang metta adalah kebencian dan cinta karena nafsu dan pamrih. Karena itu, orang yang mempunyai watak mudah membenci wajib mengembangkan metta agar kebenciannya lenyap.

Ayo, Diskusikan

Berdasarkan hasil pengamatanmu terhadap gambar dan teks bacaan di atas, diskusikan bersama kelompokmu untuk melakukan hal-hal berikut.

1. Mencatat informasi penting apa saja yang kamu dapatkan dalam gambar dan bacaan di atas.

2. Buatlah pertanyaan kelompok untuk mencari tahu hal-hal yang masih belum jelas, atau hal-hal yang belum kalian pahami atas gambar dan teks bacaan di atas.

3. Carilah informasi dari buku, dan sumber lainnya untuk menjawab pertanyaan yang sudah kamu buat.

4. Satukan pendapat, dan jawaban kamu menjadi sebuah kesimpulan kelompok.

Buku Siswa Kelas IV SD 150

2. Welas asih yang ditujukan kepada makhluk yang menderita, berdasarkan rasa kasihan kepada mereka. Tetapi, rasa kasihan ini masih didasarkan pada pikiran keliru, yaitu memandang rendah mereka yang ditolong dan merasa lebih baik dari mereka. Jenis welas asih ini masih dapat memicu timbulnya masalah berupa keakuan dan kesombongan.

3. Welas asih yang bebas dari prasangka. Welas asih yang didasarkan atas pemahaman dan rasa hormat. Welas asih yang timbul karena kesadaran bahwa orang lain sama dengan dirinya, mereka memiliki hak yang sama untuk bahagia dan bebas dari rasa menderita. Welas asih jenis ini tidak dibatasi oleh apa pun, tanpa diskriminasi, dan tanpa pilih kasih.

Welas asih yang diajarkan Buddha adalah jenis welas asih yang ketiga, yaitu welas asih yang didasarkan pada akal sehat dan bebas batasan serta ditujukan kepada semua makhluk. Welas asih jenis ini tidak dapat muncul secara tiba-tiba karena harus melalui banyak latihan. Pertama-tama, mempraktikan welas asih yang terbatas pada keluarga sendiri, orang-orang yang dicintai, orang-orang seagama, dan lain-lain. Kemudian, belajar menerapkan welas asih kepada orang yang menderita dan perlu ditolong. Pada akhirnya, melaksanakan welas asih yang tulus tanpa pilih kasih, tanpa batasan.

Welas asih yang tulus memiliki banyak manfaat. Komunikasi dengan siapa pun menjadi lancar karena welas asih membuat pikiran terbuka dan mampu menerima perbedaan. Sebaliknya, ketika pikiran dipenuhi oleh sifat serakah, mau menang sendiri, egois, pikiran dan hatinya tertutup, tidak bisa berkomunikasi dengan orang lain dan tidak mau menerima perbedaan. Welas asih membuat kita bersyukur dan menghargai apa yang dimiliki, karena kita tahu masih banyak orang yang lebih menderita dibandingkan dengan kita. Welas asih membuat kita tumbuh rasa peduli. Dengan berbuat peduli, hati terasa lebih tenang dan bahagia.

Karuna adalah welas asih. Cirinya ia muncul dalam hati karena ingin meringankan penderitaan makhluk lain. Karuna sangat efektif untuk melenyapkan sifat kejam dalam diri sendiri maupun orang lain. Jika karuna muncul dalam hati, pikirannya menjadi damai. Karuna muncul dalam hati karena dapat merasakan penderitaan yang dialami makhluk lain, tetapi sebaliknya penghalang munculnya karuna adalah rasa sedih dan menganggap wajar melihat kekejaman. Orang yang sedih akan tenggelam dalam kesedihannya sehingga sulit muncul welas asih. Welas asih dapat

Buku Siswa Kelas IV SD 152

5. Mengapa karuna tidak boleh dilakukan hanya pada orang yang dicintai saja?

6. Jika ada teman kamu yang pura-pura sakit, bagaimana menerapkan karuna yang benar kepadanya?

7. Bagaimaa praktik karuna kepada ibumu yang sedang sakit?

8. Bagaimana tindakanmu jika temanmu sedang mempermainkan binatang yang lemah?

B. Memberi kasih

Ayo, bantu Santi menjadi relawan dalam menolong korban bencana alam. Lingkari nama peralatan bantuan yang pantas dibawa ke lokasi bencana alam.

Obat luka Boneka MIC Printer

Odol Plester luka Mie instan Ember

Perban Air minum Tenda Sarung

Infus Parfum Komik Kompor

Game boy Kotak P3K Kuali Tilam

Sumber. Buku Sekolah Minggu Buddhis Come and See hlm. 34

Ayo, Belajar Dharmapada

Ayo, belajar baca Dharmapada, kemudian renungkan artinya.

1DKLYHUDQDYHUƗQL

6DPPDQWƯGKDNXGƗFDQDP