Bagaimana mengajar anak tentang kiamat

Bagaimana mengajar anak tentang kiamat
Bagaimana mengajar anak tentang kiamat
Siti Kunaeni, S.Pd.I

RADARSEMARANG.ID, SETELAH munculnya wabah Covid-19 dibelahan bumi, sistem pendidikan mulai mencari serta inovasi untuk proses kegiatan belajar mengajar. Terlebih dengan adanya surat edaran No.4 Tahun 2020 dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) yang menganjurkan semua kegiatan di berbagai institusi pendidikan harus jaga jarak dan semua penyampaian materi akan disampaikan dirumah masing-masing.

Setiap institusi dituntut harus dapat berinovasi agar kegiatan proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif. Sayangnya tidak semua institusi pendidikan rupanya paham betul mengembangkan inovasi terbaru yang harus dipakai untuk melakukan pembelajaran di masa pandemik. Banyak dari mereka yang masih belum dapat menyesuaikannya serta terkendala oleh sarana dan prasarana.

Jangan khawatir dulu, bagi anda yang masih belum menemukan model pembelajaran terbaru yang pas untuk peserta didik ada. Beberapa ahli sudah menggodok tentang model pembelajaran yang cocok selama pandemic salah satunya yaitu model pembelejaran Project Based Learning. Model pembelajaran ini diprakarsai oleh hasil implikasi dari Surat Edaran MEendikbud Nomor 4 Tahun 2020. Tujuan dari model pembelajaran ini adalah untuk memberikan proses pembelajaran yang lebih bisa berkolaborasi antara gotong royong dan empati dengan sesama.

Menurut Mendikbud model Project Based Learning dinilai sangat efektif untuk diterapkan kepada para pelajar dengan cara membentuk kelompok-kelompok kecil dalam menyampaikan project eksperimen dan inovasi.
Model pembelajaran ini sangat cocok bagi pelajar yang berada di zona kuning dan hijau. Tetapi tentunya harus tetap memperhatikan protokol kesehatan yang berlaku.

Baca juga:  Konsep Pembelajaran Matematika SD yang Tepat di Tengah Pandemi

Kehidupan identik dengan mengahadapi berbagai masalah. Model pembelajaran Project Based Learning melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan actual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkay tinggi, kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal.
Indikator model pembelajaran ini berupa metakognitif, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjector, sintesis, generalisasi, dan inkuiri.

Dalam pembelajaran abad 21 ini, ditambah adanya Covid model pembelajaran Project Based Learning untuk materi “Iman Kepada Hari Akhir” di kelas 6 SDN 03 Tegalontar sangat tepat. Siswa diminta untuk menghasilkan sebuah proyek seperti kliping yang berisi tentang Iman kepada Hari Akhir yaitu tepatnya contoh-contoh kiamat sugra. Cara pembuatannya siswa hanya perlu mengumpulkan berita dikoran yang berisi bencana lam seperti gunung meletus, gempa bumi, dan lain-lain. (ti2/zal)

Baca juga:  Mudah Belajar Matematika dengan Video Pembelajaran

Guru PAI SDN 03 Tegalontar

Bagaimana mengajar anak tentang kiamat

BincangSyariah.Com – Pada suatu kesempatan, ketika sedang dalam kegiatan seminar di Bandung, seorang Ibu menghampiri saya. Ia bercerita tentang anaknya yang bertanya tentang surga dan neraka. Katanya, “anak saya cerita kalau di sekolah dia diajarin setiap orang Muslim yang masuk surga, harus ke neraka dulu, nanti sudah dosa-dosanya abis, baru ke surga, anak saya takut. Gimana ya mas? Saya bingung jawabnya.”

Cerita ibu ini saya kira juga menjadi problem ibu-ibu lain di luar sana. Dilema yang dihadapi ketika pengetahuan seorang anak seringkali berbeda dengan apa yang orang tua pahami. Hal ini pun pernah saya alami ketika membimbing murid TPA yang akan menghadapi ujian pelajaran aqidah akhlak. Murid saya itu dituntut menghafal nama-nama hari kiamat. Pikir saya apa manfaatnya ini untuk anak-anak? Imajinasi mereka yang seharusnya dipupuk untuk kreativitas dengan hal-hal menyenangkan, malah diberi pelajaran kiamat yang menakutkan.

Bagaimana mengajar anak tentang kiamat

Memang kita terkadang terlalu naif mengajarkan anak-anak tentang sesuatu yang belum menjadi alam pikiran mereka. Padahal kita sudah tahu jika dunia anak adalah dunia bermain. Lalu bagaimana seyogyanya kita menjawab pertanyaan anak-anak soal surga dan neraka?

Kita bisa memulai dengan menjelaskan bahwa Allah Swt. itu Maha Pengasih dan Penyayang. Sesuai dengan ajaran dasar bacaan basmalah, menyebut Asma-Nya dengan sifat pengasih dan penyayang. Anak-anak yang baik, suka menolong, dan suka membantu sesama akan masuk surga. Benarkah orang yang berdosa akan masuk neraka dulu, setelah dosanya habis baru masuk surga?

Bukan berarti ajaran mengenai neraka itu tidak benar. Tetapi alangkah lebih bijak jika kita mengedepankan Maha Pemurah-nya Allah Swt. daripada kemurkaan-Nya kepada anak-anak. Meneladankan sifat-sifat welas asih Tuhan lebih utama agar bayangan anak tentang-Nya adalah tentang kebahagiaan dan keceriaan.

Kita tidak perlu mengajarkan hal-hal rumit seperti dalil Alquran dan Hadis. Meski saya paham kalau kegelisahan orang dewasa ketika memahami suatu ajaran atau konsep agama harus berlandaskan dalil. Baiklah, saya uraikan ayat Alquran dan hadisnya.

Dalam Q.S Al-Zumar: 53 Allah Swt. berfirman:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيم

“Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah swt. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Menurut Al-Tabari dalam tafsirnya, konteks ayat di atas diturunkan untuk orang-orang Mekkah yang masih menyembah berhala. Mereka meragukan posisi kemusyrikan mereka ketika akan masuk Islam. Turunlah ayat ini bahwa Allah Swt. pasti akan mengampuni semua dosa-dosa orang yang bertaubat.

Dalil lain terdapat dalam hadis Bukhari dan Muslim:

حدّثنا عَلِىُّ بْنُ خَشْرَمٍ، أَخْبَرَنَا أَبُو ضَمْرَةَ، عَنِ الْحَارِثِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ مِينَاءَ، عَنْ أَبِى هُرَيْرَة، قَالَ: قَالَ رَسُولَ الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. ” لَمَّا قَضَى الله الْخَلَقَ، كَتَبَ فِى كِتَابِهِ عَلَى نَفْسِهِ، فَهُوَ مَوْضُوعٌ عِنْدَهُ: إِنَّ رَحْمتِى تَغْلِبُ غَضَبي

Ketika Allah swt menciptakan makhluk, Dia berkehendak dalam ketentuan-Nya, yang tertulis: Sungguh Rahmat-Ku melingkupi murka-Ku.

Berdasarkan dalil-dalil di atas, kita bisa menjelaskan kepada anak-anak bahwa ajaran Islam tentang surga dan kasih sayang Allah Swt., lebih dominan dan lebih utama. Dari sini, kita bisa mengisi imajinasi anak-anak dengan segala sesuatu yang menyenangkan. Karena agama itu memang seharusnya menggembirakan. Wallahu A’lam.

Oleh: Dr. Jasim Al-Muthawwa’

Penerjemah: Ust Fadhail Hosni, Lc (PJ Syar’i KAF Surabaya)

Seorang ibu berkata: Anakku berusia 8 tahun dan selalu bertanya, kenapa kita mati? Orang kedua bertanya: Pada usia berapa saya berbicara dengan anak-anakku tentang surga dan neraka? Orang ketiga: Sulit menjelaskan tentang hari kebangkitan dan fase-fase hari akhir ke anak-anak, apa yang harus aku katakan kepada mereka? Orang keempat: Anak perempuanku bertanya, apakah di surga ada binatang dan game? Orang kelima: Anakku usia 13 tahun bertanya, apa yang terjadi pada orang mati dalam kubur?

Inilah beberapa pertanyaan yang saya terima seputar bagaimana mendidik anak-anak dan berbicara dengan mereka tentang hari akhir.

Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan ini kita harus menentukan usia dan tingkat pemahaman anak, karena biasanya anak-anak di bawah usia 7 tahun sulit bagi mereka untuk menyerap hal-hal ghaib (metafisik) atau membayangkannya. Karena itu kita harus memperhatikan sisi ini ketika kita berbicara dengan anak-anak.

Anak-anak usia dini penting sekali memfokuskan mereka selama bercakap bahwa Allah mencintai mereka dan menginginkan kebaikan bagi mereka. Kita berbicara tentang sifat-sifat Allah, kekuatan, dan keindahan ciptaan-Nya, dan kita wajib bersyukur kepada-Nya karena Dia telah memberikan nikmat kesehatan, kesejahteraan dan kehidupan, tanpa masuk pada detail hari akhir dengan fase-fasenya, mulai masuk kubur, hari kebangkitan, al-hasyr (manusia dikumpulkan), didalamnya syafa’at, hisab, mizan (timbangan amal), tathayur shuhuf (pembagian catatan amal), telaga, ujian keimanan manusia, titian shirat, jahannam, qantharah (tempat membalas hukuman), kemudian terakhir surga. Maka tidak perlu masuk pada detail ini semua saat berbicara dengan anak-anak dibawah usia 7 tahun. Tidak dilarang berbicara dengan mereka seputar surga di dalamnya terdapat semua yang diinginkan mereka dari permainan, coklat dan lainnya hingga kita bisa membuat mereka menginginkan surga dan cinta Allah swt.

Sedangkan anak-anak yang usianya lebih dari 7 tahun, tidak masalah masuk kedalam yang lebih rinci secara umum dan tidak terlalu detail pada fase-fase hari akhir. Namun, anak-anak yang usianya lebih dari 12 tahun berbicara dengan mereka denga sangat rinci dan detail, karena mereka telah mendekati usia baligh dan pemikirannya telah matang.

Adapun pertanyaan masalah kematian, kita jelaskan dengan cara yang benar dan sederhana sesuai pemahaman anak, saya ingat ketika seorang suami bersama istrinya datang kepada saya dan mengeluh soal penolakan istrinya untuk melakukan perjalanan (safar) dan ketika dicari akar masalahnya ditemukan bahwa neneknya dulu meninggal saat ia masih kecil lalu ibunya berkata bahwa nenekmu sedang bepergian (safar), lalu ia menjadi benci bepergian dan takut sejak hari itu.

Jawaban yang salah akan mengantarkan pendidikan yang salah. Kematian adalah sebuah fase dari kehidupan. Ketika anak menyaksikan burung mati, kita tanamkan kesempatan ini dan berbicara tentang kematian bahwa kematian adalah fase lain dari kehidupan selain dunia di mana manusia berpindah untuk menemui Tuhannya. Tetapi yang terpenting kita beramal shaleh di dunia agar fase kematian lebih indah dari dunia di mana kita hidup. Seperti inilah kita berbicara dengan anak tentang kematian tanpa menakuti-nakuti dan berdusta.

Sedangkan jika anak berusia lebih dari 7 tahun, kita beri maklumat tambahan bersifat umum. Dan anak yang berusia lebih dari 12 tahun atau mendekati usia baligh, kita bisa bicara dengannya seputar keluarnya ruh, nikmat dan siksa kubur tapi secara ringkas juga dan kita fokus pada pentingnya manusia menjadi shalih dan taat kepada Tuhannya, memiliki akhlak yang baik dan hubungan baik dengan orang lain serta melayani masyarakat.

Kita fokus mengarahkan anak untuk beramal shalih dan kenikmatan akhirat lebih kita fokuskan daripada informasi yang menakutkan dan menyeramkan.

Inilah jawaban dalam kondisi kita berbicara dengan anak. Sedangkan jika anak bertanya kepada kita dan ia memiliki informasi rinci yang ia dengar dari orang lain, maka dalam hal ini jawaban kami untuknya berbeda dan merincinya pada beberapa poin, kita bersikap jujur dengannya saat memberikan informasi tanpa masuk terlau detail hingga kita bisa menenangkannya.

#2kurikulum

#imansebelumquran

#adabsebelumilmu