Bagaimana pendapatmu tentang perbedaan alquran dengan kitab sebelumnya?

Istilah dalam Alquran memang mirip dengan kitab dahulu tapi tak sama.

pxhere

Istilah dalam Alquran memang mirip dengan kitab dahulu tapi tak sama. Ilustrasi Alquran

Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, Alquran mewajibkan kaum Muslim untuk mengimani kitab-kitab yang pernah diturunkan Allah SWT kepada para Nabi. Soal tudingan bahwa Alquran bukanlah wahyu Allah dan hanyalah jiplakan dari orang non-Muslim, sudah disebutkan dalam Alquran: 

Baca Juga

  • Zionisme Gunakan Bibel untuk Misi Mereka, Ini Bahayanya

وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّهُمْ يَقُولُونَ إِنَّمَا يُعَلِّمُهُ بَشَرٌ ۗ لِسَانُ الَّذِي يُلْحِدُونَ إِلَيْهِ أَعْجَمِيٌّ وَهَٰذَا لِسَانٌ عَرَبِيٌّ مُبِينٌ

"Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata: "Sesungguhnya Alquran itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)". Padahal, bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya, adalah bahasa 'Ajam. Sedangkan Alquran adalah dalam bahasa Arab yang terang. ('Arabiyyun mubin)." (QS 16:103).

Jika dicermati, Alqran memang banyak menyerap istilah yang sama dengan istilah-istilah yang digunakan agama-agama sebelumnya, bahkan istilah dalam tradisi Quraisy. Shaum (puasa), misalnya, jelas-jelas ditegaskan dalam Alquran (QS 2:183) merupakan kewajiban yang dibebankan kepada kaum Muslim dan umat sebelumnya.

Tapi, konsep puasa dalam Islam, lain dengan konsep pada umat nabi sebelumnya. Begitu juga sholat, haji, nikah, dan sebagainya. Bahkan, sebutan "Allah" telah dikenal kaum Quraisy, tetapi, konsep "Allah" dalam Alquran sangat berbeda dengan konsep kaum jahiliyah Quraisy. Istilah "haji" sudah dikenal sebelum Islam. 

Namun, istilah haji dalam Islam berbeda maknanya dengan "haji" sebelum Islam. Begitu juga nama-nama para Nabi. Ibrahim, Dawud, Isa, dan para Nabi lainnya, AS, dalam konsep Alquran berbeda dengan konsep nabi-nabi dalam Bible dan Taurat (yang sekarang). Misal, Alquran menggambarkan Nabi Daud AS sebagai sosok yang saleh dan kuat. Berbeda, dengan Bible (2 Samuel 11:2-27) yang menggambarkan Daud sebagai sosok yang buruk moralnya. 

Selain merebut dan menzinahi istri pembantunya sendiri (Batsyeba binti Eliam), Dawud juga menjebak suami si perempuan (Uria) agar terbunuh di medan perang. Sedangkan Alquran menyatakan: 

اصْبِرْ عَلَىٰ مَا يَقُولُونَ وَاذْكُرْ عَبْدَنَا دَاوُودَ ذَا الْأَيْدِ ۖ إِنَّهُ أَوَّابٌ

"Bersabarlah atas segala apa yang mereka katakan, dan ingatlah hamba Kami, Daud, yang mempunyai kekuatan. Sesungguhnya dia amat taat kepada Allah." (QS 38:17).

Konsep Islam tentang "Isa" juga berbeda dengan konsep "Jesus" dalam Kristen, meskipun keduanya merujuk kepada figur yang sama. Bahkan, jika ada yang menyebut agama Islam, Kristen, dan Yahudi adalah rumpun "Abrahamic faith", maka konsep Ibrahim dalam Islam jelas berbeda dengan konsep Ibrahim dalam Yahudi dan Kristen. Alquran dengan tegas menyebut: مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَٰكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

"Ibrahim bukanlah Yahudi atau Nasrani, tetapi dia adalah seorang yang hanif dan Muslim, dan dia bukanlah orang musyrik." (QS 3:67).

Jika ditemukan banyak istilah atau terminologi dalam Alquran yang sama dan identik dengan istilah dalam Bible atau tradisi sebelum Islam, bukanlah berarti Alquran menjiplak dari kitab agama lain. Sebab, salah satu fungsi Alquran adalah sebagai "parameter" dan "korektor" terhadap penyimpangan terhadap kitab sebelumnya.

Alquran banyak mengingatkan terjadinya penyimpangan dan perubahan pada kitab para nabi itu (QS 4:46, 2:75, 2:79). Maka, kesimpulan Luxenberg, bahwa "Alquran memuat artikel tertentu dari Bible (Perjanjian Lama dan Baru) yang dibacakan dalam kebaktian Kristen", masih sangat dangkal dan sama sekali tidak meruntuhkan kewibawaan Mushaf Utsmani yang memiliki kekuatan hujjah yang kuat sebagai wahyu Allah SWT. Apalagi, kesimpulan seperti ini, meskipun menggunakan metode yang berbeda dengan para orientalis sebelumnya, bukanlah barang baru dalam tradisi orientalis dan misionaris Kristen. 

Itu bisa disimak misalnya, pada buku karya Samuel M Zwemmer, misionaris Kristen terkenal di Timur Tengah, yang berjudul "Islam: A Challenge to Faith" (terbit pertama 1907). Di sini, Zwemmer memberikan resep untuk "menaklukkan" dunia Islam. Zwemmer menyebut bukunya sebagai "studies on the Mohammedan religion and the needs and opportunities of the Mohammedan world from the standpoint of Christian missions".

Dalam bukunya ini, Zwemmer menulis, unsur-unsur yang dipimjam oleh Islam dari berbagai agama dan tradisi sebelumnya, seperti Sabeanism, Arabian Idolatry, Zoroastrianism, Buddhism, Judaism, dan Christianity. Termasuk yang dipinjam dari Christianity, menurut Zwemmer, adalah konsep puasa Ramadhan, cerita tentang Ashabul Kahfi, Lukman, Iskandar Zulkarnaen, dan sebagainya. 

Tentang Alquran ini, Zwemmer menyatakan: (1) penuh dengan kesalahan sejarah (2) banyak mengandung cerita fiktif yang tidak normal, (3) mengajarkan hal yang salah tentang kosmogoni (4) mengabadikan perbudakan, poligami, perceraian, intoleransi keberagamaan, pengasingan dan degradasi wanita. Di akhir penjelasannya tentang Alquran, Zwemmer mencatat: "In this respect the Koran is inferior to the sacred books of ancient Egypt, India, and China, though, unlike them, it is monotheistic. It can not be compared with the Old or the New Testament." (1985:91).

Bagaimana pendapatmu tentang perbedaan alquran dengan kitab sebelumnya?

sumber : Harian Republika

Al-Qur'an dalam pandangan Islam memiliki posisi yang sangat jelas berkaitan dengan keberadaan teks-teks keagamaan yang termasuk dalam kitab-kitab yang diturunkan kepada kaum sebelum kaum Nabi Muhammad SAW. Berkaitan dengan hal ini dalam doktrin Islam, Al-Qur'an dalam beberapa ayatnya menegaskan posisinya terhadap kitab-kitab tersebut.

Berikut adalah pernyataan Al-Qur'an yang tentunya menjadi doktrin bagi ummat Islam mengenai hubungan al-Qur'an dengan kitab-kitab tersebut.

Menegaskan eksistensi kitab terdahulu

Secara eksplisit dalam surah Al-Baqarah ayat ke 2-4 ditegaskan bahwa salah satu ciri orang yang bertaqwa (muttaqin) adalah mereka yang percaya pada al-Qur'an dan wahyu yang diturunkan sebelum al-Qur'an diturunkan kepada Rasulullah SAW. Berikut adalah petikan terjemahan bagian tersebut.

Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan salat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. (Al-Baqarah 2-4)

Pembenar & Ujian

Al-Qur'an juga diposisikan sebagai pembenar (mushaddiq) dan batu ujian/verifikator (muhaymin) terhadap kitab-kitab yang lain. Hal ini terdapat pada surah Al-Ma'idah ayat 48 yang artinya:

Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu, (Al-Ma'idah 48)

Referensi utama

Dalam Islam dipercayai bahwa setiap bangsa memiliki nabi yang diutus kepada mereka sebagaimana terdapat dalam surat Yunus ayat 47 yang artinya:

Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya. (Yunus 47)

Dan bila tiap umat tersebut berselisih mengenai sesuatu hal maka Al-Qur'an dapat menjadi hakim atau referensi untuk menerangkan hal-hal yang mereka perselisihkan tersebut. Dalam Al-Qur'an mengenai hal ini dijelaskan lebih lanjut dalam surat An Nahl ayat 63 dan 64 yang artinya:

Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi syaitan menjadikan umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk), maka syaitan menjadi pemimpin mereka pada hari itu dan bagi mereka azab yang sangat pedih Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (An Nahl 63-64)

Sejarah yang benar

Maksudnya ialah bahwa Al-Qur'an meluruskan sejarah. Dalam Al-Qur'an terdapat cerita-cerita mengenai kaum dari rasul-rasul terdahulu, juga mengenai beberapa bagian mengenai kehidupan para rasul tersebut. Cerita tersebut pada beberapa aspek penting berbeda dengan versi yang terdapat pada teks-teks lain yang dimiliki baik oleh kaum Yahudi dan Nasrani.

  • Islam
  • Al-Qur'an
  • Nama lain Al-Qur'an
  • Muhammad
  • Ahli Kitab
  • Taurat
  • Injil
  • Kitabullah
  • Syari'ah Islam
  • Bahasa Arab
  • Alkitab
  • Perjanjian Lama
  • Perjanjian Baru
  • Yahudi
  • Nasrani

  • Iman Kepada Kitab-Kitab Suci Allah.

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hubungan_Al-Qur%27an_dengan_kitab_lain&oldid=16510404"