Bagaimana perspektif tentang pembangunan pertanian di era 4.0

Jakarta, PONTAS.ID – Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan pemerintah Indonesia telah mempersiapkan diri dalam menghadapi era Revolusi Industri 4.0  yang disebut-sebut akan berdampak pada segala bidang, termasuk pertanian.

Hal ini dikemukakan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Kementan, Dr. Fadjry Djufry saat menyampaikan pidato ilmiah dalam rangka Dies Natalis ke-59 dalam keterangan tertulis yang ditrima PONTAS.id, Senin (20/5/2019).

“Era Revolusi Industri 4.0 dicirikan dengan operasionalisasi sistem usaha pertanian berbasis Artificial Intelegence (AI), Internet of Things (IoT), serta Cyber Physical Systems (CPS),” ujar Fadjry.

Untuk itu ia mengajak seluruh pemangku kepentingan Balitbangtan, termasuk dari kalangan akademisi untuk ikut berkontribusi dalam mempersiapkan diri memasuki era industri 4.0 ini.

“Badan Litbang Pertanian beserta segenap stakeholder, termasuk akademisi di Perguruan Tinggi untuk bersama-sama berkontribusi dalam menggagas pemikiran-pemikiran untuk memformulasikan strategi adaptasi dan tranformasi menuju era industri 4.0.” tegasnya.

Menurut Fadjry, dalam merumuskan strategi tersebut perlu mencermati beberapa hal, antara lain dengan memformulasikan perencanaan riset dan pemanfaatan hasilnya dengan memperhatikan teknologi AI, IoT serta CPS.

Kemudian pentingnya penciptaan inovasi pertanian yang memanfaatkan teknologi digital dalam sistem usaha pertanian, penciptaan inovasi alat dan mesin pertanian yang dikontrol secara otomatis, serta penciptaan inovasi pertanian yang mendukung implementasi precision farming.

Penerapan Inovasi Menuju era Revolusi Industri 4.0

Menurutnya, beberapa strategi tersebut secara operasional sebagian telah digagas dalam program dan kegiatan utama Balitbangtan. Seperti dalam inovasi KATAM (Kalender Tanam) Terpadu, salah satu inovasi berbasis teknologi informasi yang dapat memberikan pedoman waktu tanam, lokasi, kebutuhan input produksi yang sesuai, serta informasi lain yang dibutuhkan oleh pengguna, khususnya penyuluh dan petani.

Pada sisi lain, Balitbangtan mendukung Nawa Cita Presiden RI dengan membangun dan mengembangkan Taman Sains dan taman Teknologi Pertanian, yang juga dapat diintegrasikan dengan model kawasan pertanian berbasis korporasi petani.

“Dua model hilirisasi inovasi pertanian ini, telah sebagian besar menerapkan karakteristik pertanian era Revolusi Industri 4.0,” ungkap Fadjry.

Fadjry juga menyebutkan bahwa, selain menghasilkan inovasi pertanian yang bersifat public domain, Balitbangtan hingga tahun 2018 juga telah berhasil menghasilkan 319 paten terdaftar, dan 148 di antaranya telah dikabulkan (granted) oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Kemenkumham.

“Di antara lembaga litbang pemerintah, jumlah paten granted yang diperoleh litbang pertanian merupakan yang terbanyak,” jelasnya bangga.

Selain paten, Balitbangtan juga telah menghasilkan lebih dari 500 varietas terdaftar dan 102 diantaranya telah diajukan permohonan untuk dilindungi, dan saat ini telah terbit sertifikat Perlindungan Varietas Tanaman untuk 59 varietas.

Fadjry menambahkan, sebagai lembaga riset di bawah Kementan, Balitbangtan memiliki peran strategis dalam konstelasi pembangunan pertanian nasional. Menurutnya, penelitian dan Pengembangan dalam perspektif ke depan harus berada di garda terdepan untuk menjawab tantangan di masa mendatang melalui riset yang berorientasi output dan outcome.

Penulis: Hartono

Editor: Idul HM

Fakultas Pertanian Universitas Lampung (FP Unila) melalui Dr. Ir. Dewangga Nikmatullah, M.S., Dr. Ir. Sumaryo Gitosaputro, M.Si., dan Dr. Yuniar Aviati Syarief, S.P., M.T.A. melaksanakan program siaran Faperta Berkarya di Radar Lampung Televisi, dengan tema Literasi Digital Petani di Era Revolusi Industri 4.0, Kamis (20/1/2022) di laboratorium lapang terpadu FP Unila.

Revolusi Industri 4.0 bagi masyarakat petani
Perjalanan Revolusi Industri bisa dibagi tahapannya atau dikelompokkan menjadi 1.0, 2.0, 3.0, dan 4.0.

Industri 1.0: Ketika tenaga manusia dan hewan digantikan oleh penemuan mesin. Diawali penemuan Mesin uap di abad 18.

Industri 2.0: Dimulai penemuan pembangkit tenaga listrik, dilanjutkan penemuan pesawat telepon, mobil, pesawat terbang, dll yang kemudian diproduksi secara masal.

Industri 3.0: Awal tahun 1970-an, perkembangan semikonduktor, teknologi digital dan internet, dan penggunaan elektronik dan teknologi informasi untuk otomatisasi produksi.

Indutri 4.0: System Cyber-Physical. Konektivitas manusia, mesin dan data. Internet of things, industri internet. Munculnya inovasi disruptif yang dapat mengancam keberadaan perusahaan yang sudah lama ada.

Perkembangan yang begitu cepat akhir-akhir ini (1987 – saat ini) begitu cepat, mau tak mau kita semua harus mengikuti perkembangan tersbut bila tak ingin tertinggal. Demikian halnya masyarakat tani kita harus melek digital, (Dr. Ir. Sumaryo Gitosaputro, M.Si).

Manfaat dari Revolusi Industri 4.0 bagi pembangunan pertanian.
Manfaat industri 4.0 bagi pembangunan umumnya dan pembangunan pertanian pada khususnya.

Sebagian besar petani 40 tahun ke atas harus mampu internet karena semua serba internet, tanpa adanya koneksi internet akan ketinggalan, ini contoh dari 4,0 petani.  Untuk membeli pupuk sudah bisa e billing, ( Dr. Ir. Dewangga Nikmatullah, M.S).

Implikasi revolusi industri 4.0 bagi semua stakeholders dalam pembangunan.

  • Industri 4.0 telah Menyentuh banyak aspek dalam kehidupan kita sehari-hari
  • Industri 4.0 mengintegrasikan dunia digital dan fisik
  • Dapat meningkatkan operasi bisnis, produktivitas dan pertumbuhan  pendapatan. Memberikan nilai tambah dan customer experiences
  • enghubungkan Ekosistem : Mendorong Keputusan Yang Lebih Baik.
  • Organisasi akan dituntut untuk dinamis, inovative dan mampu berdaptasi  terhadap dinamika tekanan dan tuntutan pasar.

Dengan demikian diperlukan adanya:
Kolaborasi antara teknologi dan sdm yang mampu memanfaatkan artificial inteligence: kecerdasan buatan: robot, sensor, dan lain-lain. Sarana prasarana, sudah ada hp android? Apa sudah dimanfaatkan secara tepat, banyak yang punya hp tapi bukan untuk cari informasi, ( Dr. Yuniar Aviati Syarief, S.P., M.T.A ).

Untuk mendapatkan manfaat tersebut, langkah apa yang harus dikuasai oleh masyarakat petani kita? Petani kita yang sebagian besar (60%) berumur di atas 40 tahun, harus melek digital, artinya petani harus minimal mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi berbasis internet.  Sekarang eranya sudah menjadi internet of things.

Langkah apa yang harus disiapkan masyarakat petani dalam menghadapi  revolusi industri 4,0? Pemerintah, masyarakat, dunia usaha saling mendukung ketersediaan sarana prasana terjangkau dan merata, ketersediaan signal, penyuluh sudah ada android dengan software yang menunjang sebagai penyuluh yang itu harus ditrasfer ke petani. Termasuk ke kelembagaannya BPP sudah mendukung kesana, bisa menjangkau signal, listrik.

Literasi digital dalam penyuluhan.
Literasi digital merupakan pengetahuan serta kecakapan pengguna dalam memanfaatkan media digital, seperti alat komunikasi, jaringan internet dan lain sebagainya. 

Kecakapan pengguna dalam literasi digital mencakup kemampuan untuk menemukan, mengerjakan, mengevaluasi, menggunakan, membuat serta memanfaatkannya dengan bijak, cerdas, cermat serta tepat sesuai kegunaannya.

Tujuan dan manfaat literasi digital bagi stakeholder (pemerintah, masyarakat, dunia usaha).

Bagi pemerintah:

  1. Membantu percepatan pembangunan SDM.
  2. Pertimbangan dalam pengambilan kebijakan pembangunan.

Bagi masyarakat:

  1. Menciptakan dan mengembangkan budi pekerti yang baik.
  2. Menciptakan budaya membaca di masyarakat.
  3. Meningkatkan pengetahuan dengan membaca berbagai macam informasi bermanfaat bagi petani.
  4. Meningkatkan kepahaman seseorang terhadap suatu materi penyuluhan.
  5. Membuat seseorang bisa berpikir kritis.
  6. Memperkuat nilai kepribadian masyarakat petani.

Bagi dunia usaha:

  1. Percepatan pengembangan usaha (bisnis).
  2. Pertimbangan dalam penentuan langkah pengembangan bisnis.
  3. Meningkatkan efisiensi usaha.

Tantangan dalam literasi digital petani bagi pembangunan pertanian khususnya di bidang penyuluhan pertanian.

Karakteristik petani yang masih kuat memegang budaya memerlukan proses yang lebih lamban dalam menerima inovasi.

Ini masih menjadi tantangan bagi penyuluh pertanian dalam menyampaikan teknologi baru. Soekartawi (1988) menyatakan bahwa petani kecil umumnya mempunyai sifat menolak resiko (risk averter), merekalah yang akan menanggung resiko apa yang terjadi dengan menerapkan suatu inovasi.

Setelah mereka yakin dengan hasil yang akan diperoleh jika teknologi diadopsi maka selanjutnya adalah penerapan teknologi.

Tingkat pendidikan petani berusia lanjut saat ini relative rendahnya, dan sebagian besar masih aktif pada usahataninya.

Kepemilikan lahan yang sempit merupakan faktor penentu pertimbangan untuk menghadapi resiko.

Masih tingginya jumlah petani gurem merupakan tantangan yang harus diperhatikan dalam mendiseminasikan suatu teknologi baru.

Program apa yang ditawarkan oleh Pemerintah khususnya Kementerian Pertanian yang terkait dengan pemanfaatan teknologi cyber dalam penyuluhan pertanian.

Mulai tahun 2010 Kementerian Pertanian sudah meluncurkan program Cyber Extension (Cybex). Website Cybex dikembangkan untuk menjalin percepatan penyebarluasan informasi, teknologi, dan inovasi di bidang pertanian dari dan antar peneliti, penyuluh, dan petani.

Unila sebagai lembaga pendidikan tinggi, kontribusi apa yang dapat diberikan bagi peningkatanliterasi digital masyarakat tani.

Sebagai lembaga pendidikan, Unila bertanggung jawab dalam mempersiapkan SDM pertanian, khususnya calon-calon penyuluh.

Program studi S1 Penyuluhan Pertanian, Program Studi S2 Penyuluhan dan Komunikasi pertanian, serta Program Doktor Ilmu Pertanian dengan minat Penyuluhan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat siap mencetak dan melahirkan SDM penyuluh dan pembangunan pertanian yang handal, yang menekankan penguasaan teknologi yang terus berkembang untuk diterapkan dalam mendampingi petani di lapangan, maupun memberikan masukan untuk merumuskan kebijakan pembangunan pertanian di masa yang akan datang.

Peran Unila dalam mendampingi petani untuk memanfaatkan peluang bisnis pertanian di era digital.

1. Pemasaran yang lebih luas

Di tengah pesatnya kemajuan teknologi, kita (petani dan mahasiswa) bukan hanya bisa melakukan budidaya padi, sayur, buah, maupun komoditas lainnya.

kita juga bisa mempromosikan hasil panennya secara lebih luas melalui strategi digital marketing. Untuk itu, perlu mempersiapkan website ataupun media sosial untuk menjangkau para audiens. Selain itu, harus bisa memasang produk-produk di marketplace sehingga pelanggan bisa langsung memesannya.

2. Produk-produk yang menarik

Menjadi pebisnis di bidang pertanian juga membuka kesempatan bagi kita (mahasiswa) untuk menghadirkan produk-produk menarik yang sebelumnya jarang dikenal, misalnya saja seperti budidaya tumbuhan yang nantinya akan dibuat sebagai jamu. Ada berbagai jenis bagian tumbuhan yang bisa Kamu manfaatkan, mulai dari kulit batang, daun-daunan, rimpang, serta buah.

 3. Bertani secara fleksibel

Siapa bilang usaha pertanian hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang memiliki lahan luas di daerah pegunungan?

Kita yang tinggal di daerah perkotaan juga bisa loh memulai budidaya aneka sayur dan buah dari rumah Kita sendiri.

Soalnya, ada banyak teknologi urban farming yang saat ini menjadi semakin populer, salah satunya ialah bertani dengan teknologi hidroponik.

4. Kontribusi terhadap kebutuhan pangan

Seiring dengan bertambahnya jumlah populasi, tentu sektor pertanian berperan penting untuk memastikan agar kebutuhan pangan selalu tercukupi. Nah, upaya ini bisa Kita mulai dari diri Kita sendiri, yakni dengan menghadirkan berbagai jenis pangan dari lahan pertanian Kita.

Makanya, tidak heran apabila bisnis pertanian juga menjadi salah satu rekomendasi yang tepat untuk Kita yang ingin menjalankan bisnis berkelanjutan.

 5. Upaya menjaga lingkungan

Ketika Kita menjalankan usaha pertanian menggunakan prinsip-prinsip bisnis yang berkelanjutan, maka Kita dapat mengurangi polusi dan dampak buruk lainnya yang bisa membahayakan lingkungan.

Sebagai petani millenial, Kita juga bisa menggunakan Cashlez App, aplikasi pembayaran yang menyediakan berbagai pilihan transaksi nontunai serta fitur e-receipt yang tentunya bisa mengurangi jumlah penggunaan kertas! Tanpa adanya regenerasi, Indonesia akan kekurangan jumlah petani.

Maka dari itu, dibutuhkan peran dari para generasi muda untuk memaksimalkan produktivitas sektor pertanian melalui berbagai kemudahan dari teknologi. Yuk, mulai langkah perubahan Kita dan kelola bisnis Kita secara lebih praktis bersama Cashlez.

Sumber, Fakultas Pertanian Universitas lampung, 2022.

Maju Cemerlang Faperta Kita.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA