Bagaimana pola pewarisan sifat untuk golongan darah MN

Andriko, Mariatul Kiftiah, Fransiskus Fran



Genetika adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang pewarisan sifat (hereditas) secara ilmiah. Salah satu identitas genetik yang dapat diwariskan adalah golongan darah. Sistem golongan darah yang paling umum digunakan adalah sistem golongan darah ABO dan Rhesus. Pewarisan golongan darah ini dapat dianalisis dengan memanfaatkan masing-masing antigen pada sistem golongan darah, selanjutnya antigen tersebut digunakan sebagai basis bagi sebuah ruang vektor yang bekerja atas field . Didefinisikan sebuah operasi biner untuk masing-masing sistem golongan darah dan dianalisis menggunakan aljabar gamet dan aljabar zigot. Diperoleh persamaan-persamaan yang digunakan sebagai aksioma untuk membentuk struktur aljabar bagi masing-masing sistem golongan darah. Ketika telah diperoleh masing-masing aljabar untuk sistem golongan darah ABO dan Rhesus, maka didefinisikan sebuah operasi biner bagi sistem golongan darah ABO yang dilengkapi dengan sistem golongan darah Rhesus (ABO Rh). Operasi biner ini digunakan untuk mendapatkan persamaan-persamaan yang digunakan sebagai aksioma-aksioma untuk membentuk struktur aljabar dari sistem golongan darah ABO Rh.

Kata Kunci: , operasi biner, aljabar gamet, aljabar zigot


DOI: http://dx.doi.org/10.26418/bbimst.v9i1.38592

  • There are currently no refbacks.

Bagaimana pola pewarisan sifat untuk golongan darah MN
Seringkah kita mendengar mitos bahwa golongan darah seorang anak harus sama dengan golongan darah orang tuanya? Bahkan tidak jarang mitos ini menjadi penyebab permasalahan di keluarga karena kurangnya pengetahuan kita. Mitos ini tentu saja tidak benar. Pemahaman pewarisan golongan darah sebenarnya sudah kita pelajari sewaktu di bangku SMA, namun karena dilupakan, sering kita menjadi salah pengertian dan ikut terpengaruh dengan mitos tersebut. Golongan darah kita ditentukan oleh perpaduan gen yang diwariskan oleh ayah dan gen yang diwariskan oleh ibu kita. Pewarisan gen yang menentukan golongan darah ini mengikuti Hukum Mendel.

Berdasarkan penggolongan darah sistem ABO, darah manusia digolongkan menjadi empat, yaitu golongan darah A, B, AB, dan O. Secara genetik, dua orang yang memiliki golongan darah yang sama belum tentu genotipenya (struktur gen) sama. Penjelasannya sebagai berikut :

Penggolongan darah A,B, AB, dan O ini didasarkan atas macam antigen dalam eritrosit. Adanya antigen atau aglutinogen merupakan ekspresi dari gen yang berada pada kromosom eritrosit tersebut. Gen tersebut ialah gen I yang mampu memproduksi antigen berupa protein dan disebut isoaglutinin. Golongan darah ABO diatur oleh dua gen (alel) isoaglutinin yang berinteraksi satu sama lain. Alel-alel dari gen I ialah IA dan IB, dan IO. Dalam interaksi antar alel, alel IA dan IB dominan terhadap alel IO.

Bagaimana pola pewarisan sifat untuk golongan darah MN

Sumber:

tirto.id - Darah diklasifikasi dalam tiga golongan, yaitu ABO, MN, dan Rhesus (Rh). Ketiga klasifikasi tersebut ditemukan oleh Karl Landsteiner dan tiga ilmuan lainnya sepanjang 1901 hingga 1940. Penggolongan ABO ditemukan pertama kali oleh Landsteiner, seorang ahli imunologis dan patologis asal Austria pada 1901.

Pada 1927, bersama dengan Philip Levine, Landsteiner kembali menemukan penggolongan darah berdasarkan faktor M, MN, dan N. Lalu, pada 1940 sistem penggolongan darah dengan Rhesus (Rh) ditemukan bersama Alexander Wiener. Rangkaian penemuannya itu, membuat Landsteiner menjadi penerima Penghargaan Nobel pada 1930.

Ketiga penggolongan ini digunakan untuk membedakan tipe darah antara satu individu terhadap individu lain. Penggolongan darah berguna untuk berbagai tindakan medis, salah satunya transfusi darah. Melansir laman Rumah Belajar Kemdikbud, transfusi darah hanya dapat dilakukan pada pendonor dan penerima yang memiliki kecocokan golongan darah.



Jika individu mendonorkan darah pada penerima (resipien) yang golongan darahnya cocok, maka transfusi dapat berjalan sebagaimana mestinya. Namun, jika golongan darah antara pendonor dan penerima tidak sama, maka penerima akan mengalami reaksi penggumpalan darah atau reaksi serologi yang dapat berakibat fatal. Penggumpalan darah terjadi karena adanya reaksi antara antigen dan antibodi. Hal ini menyebabkan antigen dianggap sebagai benda asing oleh antibodi.

Penggolongan darah sistem ABO

Sistem klasifikasi ABO menggolongkan darah menjadi empat jenis, yaitu A, B, AB, dan O. Penggolongan ini didasari pada keberadaan antigen dan antibodi A dan B dalam darah. Menurut BPMPK Kemdikbud, penggolongannya adalah sebagai berikut:
  • Golongan darah A, memiliki genotipe IAIA atau IAIO. Golongan darah ini eritrositnya mengandung antigen A (aglutinogen A), dan plasma darahnya mampu membentuk antibodi β (aglutinin β).
  • Golongan darah B memiliki genotipe IBIB atau IBIO. Golongan darah ini eritrositnya mengandung antigen B (aglutinogen B), dan plasma darahnya mengandung antibodi α (ataglutinin α)
  • Golongan darah AB memiliki genotipe IAIB. Golongan darah ini eritrositnya mengandung antigen A dan Antigen B. Namun, golongan darah AB tidak memiliki antibodi atau aglutinin, baik α maupun β
  • Golongan darah O memiliki genotipe IOIO. Golongan darah ini tidak memiliki antigen baik A maupun B dalam eritrositnya. Namun, golongan darah O plasma darahnya memiliki antibodi α dan β.

Penggolongan darah sistem MN

Penggolongan darah sistem MN didasari pada penemuan dua macam antigen yang disebut dengan antigen M dan antigen N. Terdapat tiga macam penggolongan darah sistem MN, yaitu golongan darah M, N, dan MN. Ketiga golongan darah tersebut tidak membentuk antibodi yang disebut zat anti-M maupun anti-N. Zat anti-M dan anti-N didapat melalui serum tubuh kelici, di mana mengandung antibodi yang disuntikkan ke tubuh manusia. Zat Anti-M dan zat anti-N tersebut dapat menimbulkan penggumpalan. Oleh karena itu, penggolongan sistem MN diuji dengan tes antiserum dari kelinci, sebagai berikut:
  • Jika dites dengan antiserum mengandung anti-M ditemukan adanya penggumpalan, sementara pada antiserum mengandung anti-N tidak tidak penggumpalan, maka orang yang diujikan bergolongan darah M.
  • Jika dites dengan antiserum mengandung anti-N ditemukan adanya penggumpalan, sementara pada antiserum yang mengandung anti-M tidak terjadi penggumpalan, maka orang yang diujikan bergolongan darah N.
  • Jika dites dengan antiserum mengandung anti-M dan anti-N mengalami penggumpalan, maka orang yang diujikan bergolongan darah MN.

Penggolongan darah sistem Rhesus (Rh)

Penggolongan darah sistem Rhesus (Rh) berdasarkan pada penemuan jenis antigen rhesus dalam eritrosit manusia. Penggolongan darah sistem Rh ini dibagi menjadi dua golongan, yaitu orang dengan rhesus positif (Rh+) dan orang dengan rhesus negatif (Rh–). Rh+ adalah orang yang memiliki antigen rhesus dalam darahnya. Sementara yang tidak memiliki rhesus disebut sebagai rhesus negatif (Rh–). Baik golongan Rh+ maupun Rh– membentuk antibodi rhesus dalam plasma darahnya. Situasi penggumpalan dapat terjadi apabila orang dengan Rh– menerima transfusi dari golongan darah rhesus positif (Rh+). Namun, jika orang Rh+ menerima darah dari orang Rh– maupun Rh+ tidak akan terjadi penggumpalan darah. Hal ini terjadi karena antibodi terhadap rhesus akan terbentuk pada orang yang bergolongan darah rhesus negatif (Rh–).

Kondisi perbedaan rhesus ini berpengaruh besar pada perkawinan. Apabila pria dengan Rh+ menikah dengan wanita Rh– ada kemungkinan anaknya akan menderita eritroblastosis fetalis (penyakit kuning bayi).

Selain itu, perkawinan beda rhesus juga dapat meningkatkan kasus inkompatibilitas rhesus antara ibu dan janin. Hal ini dapat menyebabkan sel antibodi ibu mencoba menghancurkan sel darah merah janin yang mengakibatkan anemia pada janin.

Halo Pahamifren, di materi Biologi kelas 12 sebelumnya kita sudah membahas tentang Pola-Pola Hereditas kan. Sekarang, Mipi mau menjelaskan lebih detail tentang Hereditas Pada Manusia. Simak baik-baik artikel ini ya.

Sebelum lebih jauh, Pahamifren tentu pernah mendengar jika ada anak yang golongan darahnya berbeda dari orang tuanya kan? Misalnya nih, si anak punya golongan darah O, padahal golongan darah kedua orang tuanya A. Menurut kamu, dia itu anak kandung orang tuanya atau bukan ya? 

Cara Menentukan Golongan Darah

Eits… jangan berpikiran negatif dulu. Sebenarnya, pasangan ayah dan ibu yang memiliki golongan darah sama-sama A, bisa mempunyai anak dengan golongan darah O. Kenapa bisa begitu? Yuk kita bahas lebih lanjut.

Sistem Golongan Darah ABO

Dalam hereditas pada manusia, ada beberapa cara menentukan golongan darah. Sistem pertama yang biasa digunakan adalah sistem ABO. Menurut sistem ABO, golongan darah manusia dikontrol oleh 3 macam alel, yaitu alel IA, IB, dan IO. 

Alel IA dan alel IB memiliki sifat dominan, sementara alel IO sifatnya resesif. Nah, karena sifat alel A dan B dominan, sementara O resesif, kombinasi golongan darah manusia jadi ada 4 macam, yaitu A, B, AB, dan O.

Orang yang memiliki golongan darah A memungkinkan menghasilkan dua genotip, yaitu homozigot IA IA atau heterozigot IA IO. Karena IO resesif, orang yang memiliki genotip IA IO akan memiliki golongan darah A. 

Orang dengan golongan darah B juga bisa memiliki dua kemungkinan genotip, yaitu homozigot IB IB atau heterozigot IB IO. Kalau golongan darah kamu AB, berarti kamu memiliki genotip IA IB. Golongan darah O harus memiliki genotip homozigot IO IO supaya fenotipnya O.

Bagaimana pola pewarisan sifat untuk golongan darah MN

Contoh Sistem ABO

Contoh sistem ABO dalam menentukan golongan darah misalnya seperti ini, seorang ayah memiliki golongan darah heterozigot A, IA IO, sementara seorang ibu memiliki golongan darah yang juga heterozigot A, IA IO, maka anak mereka bisa memiliki dua kemungkinan golongan darah. 

Kalau sang anak mewarisi IA dari ayahnya dan IA dari ibunya, ia akan memiliki genotip yang homozigot. Sang anak pasti akan memiliki golongan darah A. Sedangkan kalau sang anak mewarisi IA dan IO dari orang tuanya, genotipnya akan jadi heterozigot, tapi anak ini akan tetap memiliki golongan darah A. 

Nah, kalau sang anak mewarisi IO IO, baik dari ayah atau ibunya, sang anak akan memiliki golongan darah O. Jadi, dari orangtua yang memiliki golongan darah A heterozigot, bisa memiliki anak dengan perbandingan genotip 3 golongan darah dan 1 golongan darah O.

Makanya, kalau ada anak yang memiliki golongan darah O, padahal orang tuanya memiliki golongan darah A seperti yang dibahas di awal artikel ini, bukan berarti anak tersebut anak tiri atau bukan anak kandung orang tuanya. Melainkan karena anak tersebut mewarisi IO IO dari kedua orang tuanya.

Protein Pembeda Sistem ABO

Sistem ABO memiliki protein pembeda. Letak protein pembeda ini ada di membran sel darah merah atau eritrosit yang disebut antigen. Golongan darah A eritrositnya memiliki protein yang bernama antigen A. Golongan darah B memiliki antigen B. Golongan darah AB memiliki dua jenis antigen, ada A dan B. Sementara golongan darah O enggak punya antigen sama sekali. 

Jadi, penggolongan darah sistem ABO ini berdasarkan ada atau enggaknya antigen tadi. Antigen ini memiliki kaitan dengan sistem imunitas seseorang. Sistem ini nggak ada hubungannya dengan sifat seseorang yang membahas karakter manusia berdasarkan golongan darahnya. 

Selain karena kepribadian manusia itu kompleks, sifat manusia juga dipengaruhi kombinasi antara faktor gen, juga neurotransmitter otaknya yang mengatur emosi, level hormon, dan juga pengaruh lingkungan. 

Makanya kalau kamu baca buku-buku tentang karakter manusia berdasarkan golongan darah, kamu jangan langsung percaya Pahamifren. Kalau buat seru-seruan saja sih nggak apa-apa. Anggap saja kamu sedang membaca horoskop atau iseng bermain ramalan cinta. 

Transfusi Darah

Di antara kamu mungkin pernah merasa penasaran, kenapa kita nggak bisa seenaknya mendonorkan darah ke orang lain? Jawabannya karena adanya antigen. Antigen ini mejadi salah satu faktor penting dalam hereditas pada manusia.

Bagaimana pola pewarisan sifat untuk golongan darah MN

Karena, saat mendonorkan darah, golongan darah pendonor dan penerima donor harus sama. Jadi, kalau kamu mau donorkan darah A, ya harus ke orang yang golongan darahnya A.

Kalau darah A didonorkan ke orang dengan golongan darah B, tubuh orang yang bergolongan darah B tersebut akan mendeteksi kalau ada antigen A dari golongan darah A. Darah B akan memproduksi antibodi A atau anti-A untuk menghancurkan sel darah A. Kalau udah begini, transfusinya akan sia-sia. 

Namun, hereditas pada manusia membuat golongan darah cukup unik. Misalnya khusus untuk golongan darah AB. AB kan memiliki eritrosit yang mengandung antigen A dan antigen B, jadi orang yang memiliki golongan darah AB ini bisa menerima golongan darah apa saja. 

Dia bisa menerima golongan darah apa saja karena tubuhnya nggak bakal memproduksi antibodi untuk menghancurkan darah lain. Makanya, golongan darah AB ini disebut sebagai resipien universal. Wah, enak banget ya?

Berbeda ceritanya sama orang dengan golongan darah O. Orang dengan golongan darah O malah disebut pendonor universal karena eritrositnya nggak punya antigen. Jadi kalau orang dengan golongan darah O mendonorkan darahnya ke orang dengan golongan darah A, B, atau AB, darahnya bisa diterima dan nggak bakal menimbulkan reaksi pembentukan antibodi bagi si penerima. 

Sistem Rhesus

Di tahun 1939 ada kasus spesial nih Pahamifren. Ada pembekuan darah saat transfusi, padahal prosedurnya sudah sesuai aturan dari sistem ABO. Darah yang didonorkan malah membeku alias mengalami penggumpalan dan nggak diterima oleh tubuh pasien. 

Bagaimana pola pewarisan sifat untuk golongan darah MN

Terus di tahun 1940, seorang ahli fisiologi Austria bernama Karl Landsteiner dan Weiner Phillip menemukan kalau sistem penggolongan darah ini nggak bisa berdasar dari sistem ABO saja. Mereka menemukan sistem golongan darah bernama sistem rhesus atau Rh.

Sistem Rhesus ini adalah pembagian golongan darah berdasarkan faktor rhesus, alias antigen lain yang ada di eritrosit. Orang yang punya faktor rhesus ini digolongkan ke kelompok orang dengan rhesus positif. 

Rhesus positif ini memiliki sifat dominan alias memiliki genotip R dan h. Sementara orang yang nggak punya faktor rhesus, digolongkan ke kelompok orang dengan rhesus negatif. Rhesus negatif ini memiliki sifat resesif dengan genotip r dan h.

Orang dengan rhesus positif hanya bisa menerima darah yang sama dari pendonor rhesus positif juga. Demikian sebaliknya dengan orang dengan rhesus negatif, hanya bisa menerima darah dari pendonor rhesus negatif juga. Kalau rhesusnya beda, akan terjadi pembekuan darah karena antigennya bakal melawan darah yang bukan jenisnya.

Rhesus dan Kehamilan

Adanya penemuan perbedaan rhesus tadi bukan hanya memecahkan kasus pembekuan darah pada transfusi darah lho, penemuan ini bahkan memecahkan kasus berkurangnya sel-sel darah pada janin atau yang sering disebut sebagai hemolitik janin. Dalam kasus ini, janin yang memiliki rhesus berbeda dengan ibunya, bisa mengalami kematian.

Bayi bisa memiliki rhesus yang berbeda dari ibunya kalau sang ibu memiliki rhesus negatif dan ayahnya memiliki rhesus positif. Karena rhesus positif dari sang ayah ini dominan, sang anak pasti rhesusnya positif juga. 

Adanya dua rhesus yang berbeda antara sang ibu dan janin, membuat tubuh sang ibu menghasilkan reaksi alergi pada keberadaan janin dalam rahimnya. Kalau sudah begini, tubuh sang ibu akan memproduksi antibodi yang akan menyerang sel darah merah janin. Akibatnya, janin akan kekurangan sel darah merah atau anemia dan berakhir pada kematian janin dalam kandungan sang ibu.

Sistem MN

Setelah ditemukannya antigen A dan B pada golongan darah A, B, O, dan faktor rhesus pada rhesus positif-negatif, ternyata ada antigen lain lagi di membran eritrosit. Antigen ini bernama antigen M dan N yang dikenal dengan sistem golongan darah M, N dan MN. Kalau di sistem ABO alelnya menggunakan lambang I, pada sistem MN ini digunakan lambang L. 

Jadi, jika eritrositnya memiliki alel LM, golongan darahnya M. Kalau eritrositnya memiliki alel LN, golongan darahnya N. Nah, kalau eritrositnya memiliki alel LM dan LN, golongan darahnya MN. 

Uniknya, melalaui cara menentukan golongan darah pada sistem MN ini, plasma darah nggak akan memproduksi antibodi. Jadi, walaupun punya golongan darah yang berbeda, transfusi bisa tetap dilakukan. Tapi, tetep sebelum transfusi harus memperhatikan dua sistem lainnya, yaitu sistem ABO dan sistem rhesus.

Sistem MN ini biasanya digunakan untuk menentukan keturunan seseorang. Misalnya, ada dua bayi yang tertukar di rumah sakit dengan golongan darah dan rhesus yang sama, maka cara untuk mengetahui siapa orang tua masing-masing bayi tersebut adalah dengan menggunakan sistem MN.

Nah, itu dia ulasan materi Biologi Kelas 10 tentang hereditas pada manusia. Bagimana? Sekarang kamu sudah paham kan tentang proses golongan darah diturunkan dari orang tua ke anak? 

Kalau kamu ingin mendalami materi pelajaran SMA dengan cara yang mudah dan menyenangkan, kamu bisa mengunduh aplikasi pelajaran SMA Pahamify. Dengan berlangganan paket belajar Pahamify, kamu bakal mendapatkan metode belajar online yang seru dan efektif. Apalagi ada promo Pahamify yang bisa kamu manfaatkan untuk mendapatkan akses ke semua mata pelajaran. Yuk download Pahamify sekarang.

Penulis: Salman Hakim Darwadi