Bagaimana sikapmu jika mendengar kabar kematian seseorang?

Jangan Sesalkan Kelurga Dijemput Maut, Jika untuk Bertemu Disurga

IHRAM.CO.ID,JAKARTA--Semua akan berpisah pada ketika ajal telah sampai pada waktunya. Namun bagi orang Muslim perpisahan dengan anak atau orang tua akan berjumpa lagi di surga Allah SWT.

Baca Juga

  • 540 Agen Umroh Ditutup karena Melanggar Aturan Visa
  • Saudi dan Prancis Bahas Kerja Sama Penelitian Antariksa
  • MWL: Barat Mulai tak Menilai Islam Dengan Satu Perspektif

"Tak mengapa berpisah di dunia jika untuk bertemu kembali di surga," kata pebimbing ibadah haji dan umroh Ustadz Rafiq Jauhary saat menyapaikan tausiyahnya

Baca Selengkapnya di ihram.co.id

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini

Artikel dishub(Dishub) 20 Juni 2016 10:51:55 WIB

Kematian adalah sesuatu hal yang sangat sering terjadi di sekeliling kita, ntah itu keluarga, tetangga, saudara, sahabat dsb. Bahkan dalam bulan ini semakin sering kita mendengar kabar duka, hampir setiap subuh ada kabar duka cita. Kematian bukanlah hal yang baru, tapi tetap saja ketika kita mendengar kematian hati kita merasa takut dan sedih. Terutama orang-orang yang ditimpa musibah kematian. Untuk itulah Rasul pernah berpesan

أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ – يَعْنِي الْمَوْت

“Perbanyaklah mengingat pemutus segala kelezatan (yakni kematian).” [Riwayat at-Tirmidzi IV/553/2307, Ibn Mājah II/1422/4258, dan lain-lain.]

Mengingat kematian sangat baik untuk melembutkan hati yang keras, menjadi rem untuk roda kehidupan kita yang berputar cepat sehingga kita kadang tak sadar bahwa kita akan mati. Dan menjadi penasehat yang baik buat kita. Nabi berpesan :

Kutinggalkan kepada kalian 2 penasehat; 1 penasehat yang bisa berbicara yaitu Al Quran, al-Quranlah yang menuntun kita untuk tetap berada pada rel yang mengantarkan kita selamat sampai tujuan hidup kita. Tapi apakah kita sudah selalu menjadi pedoman kita, atau kita biarkan berdebu dalam lemari, hanya kita baca ketika malam jumat atau ketika orang meninggal. Padahal Al-quran itu diturunkan untuk memberi peringatan bagi orang yang hidup (yasin).

Kalau nasehat pertama ini tak mampu menyadarkan kita maka ada penasehat kedua yang diam saja yaitu kematian. Ketika kita mendengar berita kematian atau mendapat musibah kematian itu seharusnya menyadarkan kita bahwa kita juga akan mati. Tak perduli mau yang tua, muda, miskin kaya, pejabat atau bawahan, tinggal nunggu giliran saja. Kullu nafsin dzaiqatul maut Setiap Nafs pasti akan mati, walaupun kita bersembunyi dalam benteng yang kokoh (ainama takunu yudrikkumul maut walau kuntum fi buruj musyayyadah). Mau kemanapun kita lari Malaikat Izrail tetap setia menguntit kita, qul innal mautal ladzi tafirruna minhu fainnahu mulaqikum

Kematian adalah salah satu ujian yang Allah berikan kepada manusia.

Dan kami uji kalian dengan sesuatu berupa ketakukan, kelaparan, kemiskinan, kematian dan krisis makanan pokok. Maka berilah kabar gembira orang-orang yang lulus dengan predikat shobirin. Yaitu orang-orang yang ketika mereka ditimpa musibah mereka berkata inna lillah wa inna ilaihi rajiun semua ini punya Allah (harta, hidup, kekayaan, dsb) maka semua akan kembali pada pemilikNya. Mereka itulah yang mendapatkan piala kemenangan dari Allah, dicintai oleh Allah dan diberi petunjuk. (Albaqarah 155)

Jadi solusi atau kunci jawaban dari soal ujian yang diberikan oleh Allah ini sebenarnya sudah ada. Tinggal mengerjakannya saja lagi. Tinggal copy paste. Tapi meskipun begitu tetap saja berat dalam menjalankannya

itulah pengajian yang diberikan ustadz Drs. Yuflizar saat melakukan takziah kerumah salah seorang PNS Perhubungan Kominfo Sumbar yang berpulang kerahmatullah di awal Ramadhan ini, Takziah yang dipimpin langsung oleh Kepala Dinas Perhubungan Kominfo Sumbar Amran, SE. MM menyampaikan maaf kepada keluarga yang ditinggalkan almarhum dan berharap agar dapat sabar dan dapat mengambil hikmah dari semua kejadian hidup.

Kita tahu bahwa jatah kita hidup di dunia hanya satu kali. Kita pun sangat paham kalau kita bisa saja meninggal sewaktu-waktu. Dan terkadang kita juga baru sadar bahwa kematian bisa datang kepada siapa saja, termasuk ke orang yang paling kita cintai, kapan pun dan di saat yang sama sekali tak kita duga. Pernahkah Anda tiba-tiba merasa terkejut saat menerima sebuah kabar duka—kabar duka tentang meninggalnya seseorang yang sangat Anda cintai dan kasihi? Lalu apa yang langsung terbesit di pikiran Anda saat Anda tahu orang yang paling dekat dengan Anda sudah berada di dunia yang berbeda?

Advertisement

“It is a curious thing, the death of a loved one. We all know that our time in this world is limited, and that eventually all of us will end up underneath some sheet, never to wake up. And yet it is always a surprise when it happens to someone we know. It is like walking up the stairs to your bedroom in the dark, and thinking there is one more stair than there is. Your foot falls down, through the air, and there is a sickly moment of dark surprise as you try and readjust the way you thought of things.” ― Lemony Snicket, Horseradish

Ketika sebuah kabar duka sampai di telinga kita, rasanya akan ada banyak sekali hal dan ribuan tanya yang memenuhi pikiran. Benarkah ia sudah meninggal? Kenapa ia meninggal lebih dahulu? Bukankah tadinya dia masih baik-baik saja? Ah, sayang sekali aku tak memberi kesan yang baik untuknya ketika aku terakhir kali bertemu dengannya. Bagaimana bisa dia meninggal di saat yang seperti ini? Atau… tidak, kabar ini tidak benar, ia jelas-jelas masih hidup, aku bisa merasakannya.

“Death ends a life, not a relationship.” ― Mitch Albom, Tuesdays with Morrie. Kematian… ia sering disebut-sebut sebagai ujung akhir kehidupan seseorang, terputusnya akses seseorang dengan kehidupan dunia. Tapi pernahkah Anda berpikir bahwa meskipun kematian seseorang itu telah memutuskan kemampuannya untuk berhubungan dengan kita (yang masih hidup), tapi hubungan yang pernah kita jalin bersamanya akan terus ada, akan terus dikenang.

Saat seorang anggota keluarga yang paling kita cintai dan kasihi meninggal dunia, kita bisa langsung tergugu dan pikiran jadi kosong. Atau ketika sang kekasih hati meninggal dengan cara yang sangat mendadak, akal sehat ini bisa jadi berhenti bekerja. Benarkah kabar yang kuterima ini? Saat pada akhirnya kita melihat wajah orang yang paling kita sayangi untuk terakhir kalinya, tepat sebelum dikuburkan, mungkin di saat itulah kita baru percaya bahwa memang orang yang kita cintai itu sudah menempuh dunia yang berbeda, melanjutkan ‘petualangan dan perjalanannya’ yang baru ke dimensi yang belum bisa kita tembus.

“To the well-organized mind, death is but the next great adventure.” ― J.K. Rowling, Harry Potter and the Sorcerer's Stone

Tapi meskipun kita sudah tak bisa lagi melihat senyuman wajahnya, mendengar suaranya, menyentuh kedua tangannya yang hangat, kita tahu bahwa masih ada sebuah ruang dalam hati kita bahwa kita akan selalu mengenangnya. Kita tak akan pernah melupakan semua memori indah yang kita miliki dengannya.

Iya, kita pasti sedih saat orang yang paling kita cintai sudah terlebih dahulu meninggalkan dunia dan melanjutkan perjalanannya. Hanya saja, apakah kita pernah terpikir bahwa kita pun masih memiliki kesempatan hidup kita sendiri? Akankah kita hanya menyia-nyiakan hidup ini? Tegakah kita mengecewakan orang-orang yang menyayangi kita saat masih hidup saat ini? Atau mampukah kita memenuhi janji kita pada seseorang yang sudah meninggalkan kita itu untuk jadi seseorang yang lebih baik lagi?

  • Sedang Mengalami Masa Sulit? Ingatlah Kembali 4 Hal Ini
  • Saat Rasa Takut Melanda, Ingatlah 4 Hal Ini
  • Jangan Siksa Diri Anda dengan Rasa Takut dan Keraguan Anda Sendiri
  • Temukan Kembali Tujuan Hidup Anda dengan Cara Termudah Ini
  • Saat Aku Meragukan Diriku Sendiri, Ini yang Akan Kulakukan
  • Mau Tak Mau, Anda Pasti Akan Menghadapi 7 Kenyataan Pahit Ini
(vem/nda)

Oase.id- Nyaris setiap hari, publik disajikan aneka berita duka berupa perkembangan jumlah pasien positif terjangkit korona (Covid-19) yang terus bertambah. Begitu pun, angka pasien meninggal dunia yang masih merangkak naik. Hal ini, tentu menghadirkan suasana prihatin bagi siapapun yang mendengarnya.

Sisi baiknya, beberapa hari belakangan, optimisme masyarakat turut terdorong dengan kenaikan jumlah pasien yang sembuh dengan angka yang cukup signifikan.

Baca: Sumpek di Rumah Terus? Ini Doa agar Tempat Tinggal Terasa Luas dan Nyaman

Selalu mengambil hikmah dan memperhitungkan makna kebaikan sekalipun di sela kabar duka adalah salah satu ciri orang yang beriman. Selain itu, aneka kabar duka, kematian, dan berita-berita tentang kondisi yang tidak begitu diharapkan hendaknya ditanggapi dengan ucapan istirja (Innalillahi), memperbanyak zikir, juga doa.

Berikut adalah doa yang bisa dibaca ketika mendengar kabar duka atau pun berita kematian;


إِنَّا لِلهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ، وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ، اللهم اكْتُبْهُ عِنْدَكَ فِي المُحْسِنِيْنَ، وَاجْعَلْ كِتَابَه فِي عِلِّيِّيْنَ، وَاخْلُفْهُ فِي أَهْلِهِ فِي الغَابِرِيْنَ،وَلاَتَحْرِمنَا أَجْرَهُ وَلاَ تَفْتِنَّا بَعْدَهُ


Innalillahi wa inna ilaihi raaji'un, wa inna ilaa Rabbina lamunqalibuun, allahumma uktubhu ‘indaka fi al-muhsinin, waj’al kitaabahu fii ‘illiyyiin, wakhlufhu fii ahlihi fi al-ghaabirin, wa laa tahrimnaa ajrahu walaa taftinnaa ba’dahu.

Baca: Parno dengan Wabah Korona? Baca Doa Ini agar Hati Kembali Tenang

"Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya lah kami kembali. Dan sesungguhnya kepada Tuhan kamilah kami kembali. Ya Allah, tuliskanlah ia di sisi-Mu termasuk golongan orang-orang yang baik. Jadikanlah catatannya di ‘illiyyin. Berikanlah ganti kepada keluarga yang ditinggalkan. Janganlah Engkau haramkan bagi kami pahalanya dan janganlah Engkau beri fitnah kepada kami sesudahnya.

Sumber: Disarikan dari Al-Adzkar Al-Muntakhabatu min Kalaami Sayyidi Al-Abraar atau Al-Adzkaar An-Nawawiyah karya Imam Abi Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawi.


(SBH)

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA