Bagaimanakah sikap kita ketika melihat ada orang yang berkelahi

- wolipop Senin, 22 Agu 2011 17:51 WIB

Bagaimanakah sikap kita ketika melihat ada orang yang berkelahi
Dok. Thinkstock

Jakarta - Saat berdebat atau bertengkar dengan kekasih, seringkali kita tidak bisa mengontrol emosi, bertindak di luar kendali dan akhirnya hanya membuat masalah meruncing. Pada dasarnya, setiap konflik dalam hubungan asmara bisa selalu diselesaikan tanpa harus tarik urat, jika masing-masing pasangan mau bersikap dewasa.Dikutip dari Womansday, berikut ini sikap yang sebaiknya Anda lakukan agar pertengkaran tidak berujung pada putusnya hubungan asmara.

1. Berpikir Sebelum Bicara

Sebelum mengritik atau berkomentar sesuatu yang mungkin menyakiti hati pasangan, sebaiknya pertimbangkan kata-kata yang pantas. Tanyakan pada diri sendiri, "Apakah yang saya katakan nanti akan membuatnya menjauh?"

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurut psikolog klinis Jennifer Hirsch, PsyD, cara terbaik untuk menangani situasi yang sulit adalah diam sejenak, pikirkan kata-kata yang akan keluar dari mulut Anda. Singkirkan kalimat yang kira-kira diinterpretasikan kasar dan pilihlah kata yang lebih halus.

2. Jangan Bertele-tele

Seringkali saat terbawa emosi, kita cenderung membahas hal-hal yang keluar dari pokok pembicaraan. Masalah-masalah yang tidak seharusnya dibicarakan saat itu, jadi terangkat kembali dan membuat perdebatan semakin meruncing. Saat bertengkar, cobalah tarik napas dalam-dalam dan fokus hanya pada satu persoalan penting saja.

3. Akui Kesalahan

Memang tidak semua orang bisa dengan legowo mengakui kesalahannya. Jika pertengkaran terjadi karena kesalahan Anda, jangan coba mengelak dan justru mencari-mencari kesalahan si dia hanya karena gengsi. Sikap ini hanya akan menambah parah masalah. Berdebat sedikit boleh saja. Tapi pada akhirnya, akuilah kalau apa yang telah Anda perbuat memang tidak benar. Melontarkan kata "maaf" atau "kamu benar" adalah cara yang paling bijak untuk mengakhiri perdebatan. Misalnya, "Ya, maaf, kamu benar. Aku tidak seharusnya bohong pada kamu soal kemana aku pergi semalam"."Berani bertanggung jawab tehadap apa yang sudah Anda perbuat akan membuat pria lebih menghargai Anda, terutama jika hubungan sudah terjalin cukup lama. Hindari bertengkar sambil menunjuk-nunjukkan jari ke wajah lawan bicara," ujar Jess McCann, konselor percintaan dan penulis 'You Lost Him at Hello'.

4. Jaga Intonasi Saat Bicara

Perhatikan intonasi suara Anda saat berbicara dengan pasangan. Ketika pertengkaran memanas, kita pasti akan berusaha mempertahankan argumen. Biasanya hal itu dilakukan dengan menaikkan nada bicara agar Anda didengarkan. Selain membuang-buang energi dan membuat suara Anda serak, tidak ada pihak yang akan diuntungkan dengan saling membentak dan berteriak.Perlu diingat, saat berbicara dengan nada keras dan tinggi, yang lawan bicara Anda dengar hanyalah kemarahan --bukan maksud yang sedang Anda bicarakan. Ketika terlibat dalam perdebatan atau pertengkaran, coba kontrol intonasi Anda. Mungkin akan sedikit sulit, karena pada dasarnya itu adalah reaksi spontan. Tapi Anda bisa memelankan dan merendahkan suara dengan berpaling sejenak dari hadapannya, tarik napas dalam-dalam dan keluarkan perlahan. Dengan begitu hati akan sedikit tenang dan Anda bisa kembali berada dalam titik rasional.

(hst/hst)

Setelah memisahkan anak, Anda harus tetap tenang. Ya, cara melerai anak yang bertengkar selanjutnya adalah kendalikan diri Anda. Jangan Jangan tersulut api emosi, memihak anak, dan memarahi temannya.

Memihak anak, sama saja menganggap bahwa anak membenarkan apa yang dilakukan anak. Ini akan membuat anak semakin tinggi harga dirinya, tidak mau disalahkan, atau tidak meminta maaf lebih dahulu.

Apalagi, jika Anda sampai berteriak atau mengeluarkan kata-kata yang keras pada teman si anak. Tindakan ini akan menjadi contoh bagi anak ketika berhadapan dengan hal yang sama.

Teman si anak juga akan merasa tidak senang dan bertambah marah, ia bisa saja melakukan penyerangan fisik lagi dan semakin sulit untuk dilerai. Lebih buruknya, pertemanan anak dan temannya akan memburuk.

3. Diskusi untuk menyelesaikan masalah

Bagi anak, pertengkaran adalah hal yang rumit untuk diselesaikan. Walaupun permasalahannya hanya karena salah satunya tidak ingin meminjamkan mainan secara bergantian.

Nah, cara melerai anak yang bertengkar selanjutnya adalah mengajak keduanya berdiskusi saat suasananya sudah cukup tenang.

Tanyakan alasan kenapa mereka bertengkar. Ketimbang menyalahkan salah satunya, cobalah untuk menjelaskan solusi untuk menyelesaikan masalah mereka. Jelaskan pada mereka bahwa berteriak, menangis, memukul, menggigit, atau menjelekkan satu sama lain bukanlah suatu penyelesaian.

Anda mungkin butuh menjelaskannya pelan-pelan bagaimana cara mereka untuk menyelesaikan masalah. “Kalau kalian bertengkar karena mainan, kan bisa saling pinjam. Adit bisa main dan Budi bisa main, kan. Jadi, nggak perlu berantem ya.”

4. Minta keduanya untuk berbaikan

Cara melerai anak yang bertengkar tidak hanya selesai pada tahap diskusi menyelesaikan masalah. Anda perlu memastikan keduanya saling memaafkan dan kembali bermain.

Ajak keduanya untuk saling berdiri berhadapan. Kemudian, minta mereka untuk saling mengulurkan tangan sebagai simbol saling memaafkan. Lalu, minta anak dan temannya secara bergantian untuk mengakui kesalahannya dan mengucapkan permintaan maaf.

Setelah ini, anak mungkin masih menarik diri tidak ingin bermain bersama. Namun, situasi ini akan hilang dengan sendirinya dan Anda tidak perlu khawatir karena tidak lama si kecil akan kembali bermain riang gembira dengan temannya.

Memasuki usia dewasa, tiap orang perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi beragam masalah, salah satunya dalam hubungan pertemanan. Memiliki konflik dengan teman karena satu dan lain hal merupakan hal yang biasa terjadi. Rasa kecewa, sedih, kesal, marah, hingga senang yang justru akan memperkuat pertemanan. Pasalnya, semua emosi tersebut adalah milik Anda sendiri sehingga dapat dengan mudah dikendalikan. Yang sulit adalah saat dua di antara sahabat Anda bertengkar. Sebagai orang yang tidak terlibat konflik, Anda mungkin berpikir tindakan apa yang sebaiknya dilakukan untuk membuat hubungan mereka membaik. Apakah harus menjadi penengah atau mendiamkan mereka saja? Sebelum keadaan semakin buruk, yuk segera ambil tindakan melalui tips berikut ini.

Jangan memihak

Saat dua teman berselisih, secara tidak sadar, Anda tengah menjadi mediator yang menghubungkan komunikasi keduanya. Tentu merupakan tindakan yang baik jika Anda melakukannya. Namun, hal yang harus diingat, jangan biarkan salah satu dari mereka berperan sebagai 'wasit' di mana Anda dipaksa dipaksa untuk menimbang siapa yang benar dan siapa yang salah, ungkap psikolog bernama Marie Land. Jika salah satu dari mereka mulai berbicara seolah-olah meminta Anda berada di pihaknya, katakanlah sesuatu seperti, "Kalau membicarakan si A dengan Anda rasanya kurang nyaman, deh. Saya harap kalian bisa membicarakannya bersama tanpa melalui saya untuk memperbaiki masalah."

Jangan mengubah situasi

Circle pertemanan Anda dan dari masing-masing kedua sahabat itu penting dan saling mempengaruhi. Ketika berada di tengah kondisi di mana kedua teman bertengkar, hal ini penting karena pada akhirnya Anda akan berurusan dengan orang dewasa yang menentukan bagaimana dan dengan siapa mereka lebih banyak menghabiskan waktu. Menurut Andrea Bonior, seorang psikolog dan pembawa acara Baggage Check di The Washington Post, "Bukan tugas Anda mengurusi masalah orang lain. Meskipun akan sangat menyebalkan memiliki dua teman yang bertengkar, namun ingatlah bahwa semakin membuat semuanya tentang Anda, maka akan semakin sengsara."

Tetapkan aturan mengenai obrolan yang "sehat"

Tetapkan batasan yang jelas dengan setiap teman untuk membangun peran pertemanan atau ketiadaan sosok Anda dalam permusuhan ini. Coba untuk menegakkan aturan seperti tidak ada pembicaraan negatif tentang teman lain di depan Anda atau tidak ada menyampaikan pesan di antara keduanya. Serahkan dan percayakan masalah yang tengah mereka hadapi tanpa harus terlibat lebih dalam.

Mempercayakan pertemanan sepenuhnya di tangan mereka

Dalam proses menjadi dewasa di kehidupan sehari-hari, terkadang kita pernah belajar untuk mengalah. Anda mungkin bergaul dengan kedua orang teman ini, tetapi jika mereka tidak lagi terhubung sebagai teman, Anda tidak perlu merasa stres dan menjadikannya sebuah beban. "Pada titik ini, mereka mungkin memiliki sedikit kesamaan kecuali pertemanan dengan Anda," terang Irene S. Levine, seorang psikolog dan penulis Best Friend Forever: Surviving A Breakup With Your Best Friend. Jika saat bersama terasa menjadi tidak nyaman, Anda mungkin perlu memberikan mereka waktu sendiri. Yang bisa Anda lakukan adalah meyakinkan keduanya bahwa secara pribadi, pertemanan mereka dengan Anda akan selalu penting.

Baca Juga: Agar Tidak Merusak Persahabatan, Ini Tips untuk Mengatur Hubungan Saat Bekerja dengan Sahabat