Bandingkan perkembangan kebudayaan peradaban masa Abbasiyah dengan indonesia

Bandingkan perkembangan kebudayaan peradaban masa Abbasiyah dengan indonesia

Perkembangan kebudayaan dan peradaban Islam Dinasti Abbasiyah, disebut sebagai masa keemasan atau sebagai masa Golden Age kebudayaan dan peradaban Islam. Kemajuan-kemajuan tersebut meliputi berbagai bidang, perkembangannya meliputi hampir seluruh aspek kehidupan mulai dari kemajuan di bidang politik dan pemerintahan, kemajuan di bidang sosial budaya, ekonomi, pertanian, ilmu pengetahuan dan teknologi dan kemajuan ilmu-ilmu keagamaan.

Dari kemajuan-kemajuan tersebut telah melahirkan berbagai bentuk-bentuk wujud kebudayaan yang kemudian menjadi bukti pencapaian kemajuan kebudayaan dan peradaban Islam dimasa Dinasti Abbasiyah berkuasa.

Untuk mengetahui penjelasan lebih lanjut, tentang Perkembangan kebudayaan dan peradaban Islam Dinasti Abbasiyah, simaklah penjelasan lengkapnya berikut ini.

1. Kemajuan Sistem Administrasi Pemerintahan

Agar semua kebijakan pemerintahan berjalan dengan baik dan lancar, kekhalifahan Dinasti Abbasiyah memperbaharui administrasi pemerintahan, sistem politik dan tatanan kemiliteran. Khalifah Al Mansur, melakukan perbaikan administrasi pemerintahan guna meningkatkan pelayanan publik melalui sistem koordinasi dan kerja sama lintas sektoral, misalnya kerjasama antara Qadhi dengan polisi rahasia, dewan pajak dan kepala jawatan pos.

Khalifah Al Mahdi, membuat dewan korespondensi/kearsipan (dewan at-tawqi) yang menangani surat menyurat dan ketetapan khalifah, dewan pengawas (dewan az zimani), dewan penyelidik kekuasaan, depertemen kepolisian dan pos, dan pengadilan tingkat tinggi. Khalifah Harun Ar Rasyid melengkapi dengan melakukan perbaikan pengelolaan Baitul Maal untuk kepentingan masyarakat yang membutuhkan.

Pada masanya juga dibentuk departemen pertahanan dan keamanan, disebut Diwanul Jundi, yaitu untuk mengatur organisasi militer dan berbagai hal yang berkaitan dengan kemiliteran dan pertahanan keamanan. Organisasi militer tersebut terdiri dari :

1. Pengawal khalifah (haras)2. Pasukan tetap (jund)3. Pasukan sukarela (thawwi’ah), dan 4. Pasukan reguler yang terdiri dari pasukan infanteri (harbiyyah)5. Pasukan pemanah (ramiyah), dan 

6. Pasukan kavaleri (fursan).

Semua pasukan ini didominasi oleh orang-orang Persia, bukan bangsa Arab. Ada juga dari para relawan yang direkrut dari orang Badui, para petani, dan orang kota melalui disiplin tinggi dan pelatihan militer. Karenanya pada masa Ar Rasyid kekuatan militernya sangat dikagumi dan disegani, menjadikan wilayah kekuasaan Dinasti Abbasiyah membentang dari Afrika Utara sampai Hindukush, India. Afrika disebelah barat gurun Libya bersama dengan Sisilia, Mesir, Suriah, palestina, Hijaz dan Yamamah, Yaman dan Arab Selatan, Bahrain dan Oman, Sawat atau Irak.

Adapun secara keseluruhan wilayah kekuasaan Bani Abbasiyah masa kekhalifahan Baghdad meliputi Saudi Arabia, Yaman, Oman, Uni Emirat Arab, Quait, Iraq, Iran, Yordania, Palestina, Libanon, Mesir, Libia, Turki, Armenia, Tunisia, Al-Zajair, Maroko, Spanyol, Afganistan, Pakistan dan sekitar daerah laut Kospra.

Namun seluruh daerah kekuasaan di atas tidak seluruhnya di bawah kekuasaan Abbasiyah, seperti Andalusia (Spanyol), Afrika Utara, Syam, dan India, dan lainnya. Hal ini dikarenakan dinasti ini menerapkan sistim demokrasi yang merata, bukan dipegang oleh bangsa Arab sendiri. Sehingga setiap daerah memiliki wewenang untuk memimpin daerahnya masing-masing.

2. Kemajuan Sistem Politik

Sebagaimana telah disebutkan pada tema silsilah kekhalifahan Dinasti Bani Abbasiyah, dimana sejarawan membagi kepada 4 (empat) periode, maka sistem pemerintahan Dinasti Abbasiyah pun berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial,dan budaya.


Periode I atau periode pengaruh Arab dan Persia I, pada tahun 132-232 H/750-847 (seiring meninggalnya khalifah Al Watsiq), sebagai berikut:

Khalifah dibantu oleh wazir, gubernur, menteri, dan para panglima memegang penuh kekuasaan. Kegiatan politik, sosial, ilmu pengetahuan dan kebudayaan berpusat di ibu kota negara, Baghdad Ilmu pengetahuan dijadikan sebagai suatu hal yang sangat penting. Kebebasan berpikir dijunjung tinggi dan diakui sepenuhnya. Para menteri turunan Persia diberi hak yang penuh dalam menjalankan pemerintahan, sehingga mereka memiliki peranan yang penting dalam membina peradaban Islam


Periode II atau periode pegaruh Turki I, yakni tahun 232-334 H/847-945 M dimana Khalifah Al Mutawakkil memegang kekhalifahan.

Periode III atau periode pengaruh Persia II (334-447 H/945-1055 M), yakni kekuasaan dinasti Bani Buwaihi dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah.

Periode IV atau periode pengaruh Turki II(447-590 H/1055-1194 M), yakni masa kekuasaan daulat Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah sampai datangnya pengaruh lain seperti invasi dari bangsa Tar-Tar dan ekspansi bani Utsmani, sebagai berikut:


  • Kekuasaan khalifah mulai melemah, bahkan hanya sebatas lambang (formalitas) saja.
  • Berdirinya daulah Umayyah II di Andalusia yang mengangkat Abdurrahman Al Nasir.
  • Afrika Utara terbagi menjadi daulah Idrisiyyah di Maroko, Aghlabiyah di Tunisia, dan Ikhsyidiyah di Mesir.
  • Kota Baghdad tidak lagi menjadi pusat peradaban dan kota internasional
  • Ilmu pengetahuan semakin melesit dan berkembang seiring dengan keadaan politik dan militer merosot.
  • Golongan Syiah Ismailiyah mendirikan daulah Fatimiyyah dan mengangkat Ubaidillah al-Mahdi.

3.  Kemajuan Bidang Sosial, Ekonomi dan Budaya

1. Sistem Sosial George Zaydan dalam bukunya Tamaddun al-Islam menggambarkan pada masa Bani Abbasiyah, masyarakat terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelas khusus dan kelas umum. (a) Kelas khusus terdiri dari: 1. Khalifah 2. Keluarga Khalifah, Bani Hasyim 3. Para pejabat negara 4. Para bangsawan yang bukan Bani Hasyim, yaitu Bani Quraisy 5. Para petugas khusus seperti anggota tentara dan para pegawai istana (b) Kelas Umum 1. Para seniman 2. Para ulama, fuqaha dan pujangga 3. Para saudagar dan pengusaha 4. Para tukang dan petani

Namun demikian, untuk menciptakan keadilan sosial kekhalifahan Dinasti Abbasiyah membuat kebijakan membentuk Badan Negara yang anggotanya terdiri dari wakil semua golongan. Tugasnya untuk melayani masyarakat dari berbagai golongan. Tidak ada perbedaan suku, kelas sosial dan agama. Di dalamnya para wakil golongan bebas berpendapat di depan khalifah.

Dalam lindungan kebijakan ini pula, masyarakat non muslim dilindungi dan diberikan hak-haknya sebagai warga negara. Mereka bebas melaksanakan berbagai aktivitas keagamaannya. Bahkan beberapa orang non muslim pernah menduduki jabatan penting di pemerintahan, seperti Gabriel bin Bakhtishu.

b. Sistem Ekonomi

Perekonomian Abbasiyah digerakkan oleh perdagangan dan pertanian. Di berbagai wilayah kekuasaan Abbasiyah terdapat kegiatan-kegiatan industri diantaranya, Industri kain linen di Mesir, sutra di Syiria dan irak, kertas di Samarkand, serta berbagai produk pertanian seperti gandum dari Mesir dan Kurma dari Irak Hasil-hasil industri dan pertanian ini diperdagangkan ke berbagai wilayah kekuasaan Abbasiyah dan Negara lain.

Secara bersamaan dengan kemajuan Daulah Abbasiyah, Dinasti Tang di Cina juga mengalami masa puncak kejayaan sehingga hubungan perdagangan antara keduanya menambah semaraknya kegiatan perdagangan dunia. Hubungan dagang dengan dunia luar jazirah Arab telah membuktikan bahwa masa Abbasiah hubungan diplomatik dalam bidang ekonomi perdagangan sudah dibangun sebelum orang Arab terjun ke dunia perdagangan.

Selain itu, perdagangan barang tambang juga semarak. Emas yang ditambang dari Nubia dan Sudan Barat semakin melambungkan perekonomian Abbasiyah.

Untuk mendukung kegiatan perdagangan berbagai sarana pendukung didirikan seperti: membangun sumur dan tempat-tempat istirahat di jalan-jalan yang dilewati kafilah dagang, membangun armada-armada dagang, membangun armada pertahanan laut untuk melindungi parta-partai negara dari serangan bajak laut, dan lain-lain.

Usaha-usaha tersebut sangat besar pengaruhnya dalam meningkatkan perdagangan dalam dan luar negeri, karena para kafilah-kafilah dagang dapat leluasa melintasi segala negeri, bahkan kapal-kapal dagang Abbasiyah dikenal mampu mengarungi tujuh lautan.

Dalam bidang pengembangan perdagangan Khalifah membela dan menghormati kaum petani, bahkan meringankan pajak hasil bumi dan ada beberapa yang dihapuskan sama sekali. Pertanian berkembang pesat karena pemerintahannya berada pada pemerintahan yang suburdi tepi sungai Sawad. Tanaman asli terdiri dari gandum, padi, kurma, wijen kapas dan rami. Sayuran segar sepert, kacang, jeruk,terong, tebu dan anek ragam bunga.

Dinasti Abbasiyah juga sudah mengenal mata uang dinar.Khalifah Abbasiyah yang pertama menerbitkan dinar adalah Abu Al-Abbas Abdullah bin Muhammad, pada 749 M. Ia mengganti corak koin, kalimat Muhammad Rasulullah dipakai mengganti Allah Ahad, Allah Al-Samad, lam Yalid wa lam yulad, pada sisi belakang koin.

Selama masa Abbasiyah dinar emas juga diterbitkan di Mesir dan Damaskus dengan menggunakan kata-kata yang sama dengan gambar dan cetakan yang ditulis dalam dinar Bani Umayyah, kecuali tanggal penerbitan. Selama masa Abu Jafar Al-Mansur, koin baru diterbitkan di Teheran dan Provinsi-provinsi lain (145 H). Pada koin-koin tersebut terlihat nama dan gelar putra Mahkota (diperintahkan oleh Al-Mahdi Muhammad bin Amir Al-Mukminin).


c. Sistem Budaya

Di masa Bani Abbassiyah terjadinya asimilasi Arab dengan non Arab dan perluasan wilayah telah melahirkan kemajemukan warga negara. Warga negara terdiri dari berbagai suku bangsa, dan agama. Apa yang terjadi dalam unsur bangsa, terjadi pula dalam unsur kebudayaan. Dalam perkembangan kebudayaan, berkembang corak kebudayaan, yang berasal dari beberapa bangsa.

Ada 4 (empat) unsur kebudayaan yang mempengaruhi pembangunan dan kebudayaan pada masa Abbasiyah, yaitu:

1. Kebudayaan Persia : Pengaruh kebudayaan Persia terjadi diantaranya karena dua faktor :
  • Pembentukan lembaga wizarah
  • Pemindahan ibu kota pemerintahan
2. Kebudayaan India : Pengaruh India dalam membentuk kebudayaan Islam terjadi dengan dua cara:
  • Secara langsung, kaum muslimin berhubungan dengan orang-orang India diantaranya melalui perdagangan.
  • Secara tidak langsung, kebudayaan India masuk ke dalam kebudayaan Islam lewat kebudayaan Persia.
3. Kebudayaan Yunani : Pusat-pusat kebudayaan Yunani setelah berada di tangan kaum muslimin dilakukan perubahan dan pengembangan diantaranya:
  • Jundaisabur, sekolah tinggi kedokteran berbahasa Yunani.
  • Harran, pusat pertemuan berbagai peradaban
  • Iskandariyyah, Ibukota Mesir waktu menjadi jajahan Yunani,
4. Kebudayaan Arab : Pengaruh kebudayaan Arab masuk melalui penggunaan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi dan bahasa agama.


4. Kemajuan Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Kebijakan pemerintah yang mendukung aktivitas intelektual dan riset melahirkan kemajuan dalam berbagai bidang pengetahuan, sebagai berikut :

1. Filsafat

Filsafat diartikan sebagai pengetahuan dengan akal budi tentang segala yang ada, hakekat yang ada, sebab yang ada, asal yang ada, hukum yang ada dan segala sesuatu dibahas secara mendalam dan mendasar. Pada masa Dinasti Abbasiyah Ilmu filsafat banyak diterjemahkan, tidak hanya dari kebudayaaYunani, termasuk Romawi, Persia, India, Syiria.

Proses ini biasanya disebut dengan istilah Hellenisasi. Buku-buku yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab antara lain Categories, Pyssices dan Makna Maralia karya Aristoteles, Republik, Laws, da Timaeus karya Plato, dan lain-lain. Penerjemahan yang dilakukan dengan mengadakan perubahan serta perbaikan sesuai ajaran Islam, sehingga munculah yang dinamakan ilmu filsafat Islam.

Ilmu filsafat Islam adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat yang ada, sebab asal dan hukumnya atau ketentuan-ketentuannya berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis. Munculah tokoh-tokoh terkenal dalam bidang filsafat Islam diantaranya:

a. Al Farabi

Nama lengkapnya Muhammad bin Turkhan Abi Nasir Al-Farabi, lahir pada tahun 870 di Farab, sebuah kota di Turki Tengah (kini tidak ada lagi). Sejak kecil, rajin belajar dan memiliki otak yang cerdas. Ia belajar agama, bahasa Arab, bahasa Turki, dan bahasa Parsi. Setelah besar al-Farabi pindah ke Baghdad dan tinggal selama 20 tahun.

Di Baghdad ia memperdalam filsafat, logika, matematika, etika, ilmu politik, musik, dan lain-lain. Dari Baghdad Al-Farabipindah ke Harran (Iran) dan mempelajari filsafat Yunani kepada beberapa guru diantaranya Yuhana bin Hailan. Dari Harran kemudian pindah lagi ke Baghdad. Selama di Baghdad waktunya dihabiskan untuk mengajar dan menulis.

Hasil karyanya meliputi ilmu logika, fisika, ilmu jiwa, metafisika, kimia, ilmu politik, musik, dan lain-lain. Banyak dari karya–karyanya yang ditulis dalam bahasa Arab telah hilang. Diperkirakan hanya sekitar 30 buah yang masih ada, diantaranya:

  • Agrad al Kitab ma Ba’da Tabi’ah (Intisari Buku Metafisika)
  • Al–Jam’u Baina Ra’yai al–Hakimaini (Mempertemukan dua pendapat Filusuf : Plato dan Aristoteles).
  • ‘Uyun al Masa’il (Pokok–pokok persoalan)
  • Ara’u Ahl al–Madinah (Pikiran–pikiran Penduduk Kota)
  • Ihsa’ al– ‘Ulum (Statistik Ilmu)

Al-Farabi terkenal dengan filsafat kenabian dan filsafat politik kenegaraannya. Dalam hal filsafat kenabian, Al-Farabi disebut sebagai filosof pertama yang membahas soal kenabian. Al-Farabi berkesimpulanbahwa para nabi/rasul maupun para filosof sama-sama dapat berkomunikasi dengan akal Fa’al, yakni akal ke sepuluh (malaikat).

Perbedaannya, komunikasi nabi/rasul dengan akal kesepuluh terjadi melalui perantaraan imajinasi (al-mutakhayyilah) yang sangat kuat, sedangkan para filosof berkomunikasi dengan akal kesepuluh melalui akalMustafad, yaitu akal yang mempunyai kesanggupan dalam menangkap inspirasi dari akal kesepuluh yang ada di luar diri manusia.


Filsafat politiknya yang terkenal tentang kenegaraan yang dibedakannya menjadi lima macam:

1.  Negara Utama (al-madinah al-fadilah), yaitu negara yang penduduknya berada dalam kebahagiaan. Menurutnya negara terbaik adalah negara yang dipimpin oleh rasul dan kemudian oleh para filosuof.

2.  Negara orang-orang bodoh (al-madinah al-jahilah), yaitu negara yang penduduknya tidak mengenal kebahagiaan.

3.  Negara orang-orang fasik (al-madinah al-fasiqah), yakni negara yang penduduknya mengenal kebahagiaan, Tuhan dan akal Fa’alal-madinah al-fadilah), tetapi tingkah laku mereka sama dengan penduduk negeri yang bodoh.

4.  Negara yang berubah-ubah (al-madinah a-lmutabaddilah), ialah negara yang penduduknya semula mempunyai pikiran dan pendapat seperti yang dimiliki negara utama, tetapi kemudian mengalami kerusakan.

5.  Negara sesat (al-madinah ad-dallah), yaitu negara yang penduduknya mempunyai konsepsi pemikiran yang salah tentang Tuhan dan akalFa’al, tetapi kepala negaranya beranggapan bahwa dirinya mendapat wahyu dan kemudian ia menipu orang banyak dengan ucapan dan perbuatannya.

Para ilmuan Barat memanggilnya dengan nama Alfarabius atau Avennasar dan menjulukinya sebagai pendiri filsafat Arab. Juga menyebut Al-Farabi sebagai guru kedua (The Second Master, Muallim At-Tsani), sedangkan Aristoteles sebagai Guru Pertama (The First Master, al Mu’allim al Awwal)). Al-Farabi bekerja di Istana Saif Ad-Daulah Al Hamdani.

Al-Farabi wafat di Halb (Aleppo) pada tahun 339 Hijriyah 950 Masehi.

b. Ibn Rusyd

Ibnu Rusyd dikenal dengan nama Averroes. Nama lengkapnya adalah Abu Al Khalid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Rusd, lahir di Cordova pada tahun 520 Hijriyah atau 1126 Masehi, dibesarkan dalam lingkungan keluarga tedidik. Diantara karya-karyanya yang hingga kini dapat ditemukan adalah Bidayah al Mujtahid, yang membahas tentang ilmu hukum, dan kitab al Kulliya, yang membahas tentang ilmu kedokteran.

Selain itu, ia melakukan komentar terhadap pemikiran Aristoteles, sehingga ia di dunia Barat dikenal sebagai seorang ’komentator Aristoteles’ yang termasyhur. Di dunia Timur (Islam) Ibnu Rusyd dikenal sebagai filosof yang membela pemikiran para Filosof dari kritikan Al Ghazali. Karyanya dalam bidang ini terdapat dalam Fashl al Maqail fi ma Baina al Hikmah wa al Syar’iyyah min al Ittishal.

Pikiran dan pendapat (filsafat)Ibn Rusyd berpengaruh di Eropa, yang dikenal dengan Averoisme. Dari karya-karyanya dunia Barat mendapat pencerahan, sehingga karyanya dan karya-kaya para filosof dan ilmuwan muslim lainnya diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Dunia Barat mencapai masa kejayaan, dikenal dengan istilah Aufklarung, Renesaince, yang melahirkan zaman industri (revolusi industri). Ibnu Rusyd meninggal pada tahun 595 Hijriyah 1196 Masehi.


c. Ibnu Bajjah

Nama lengkap Ibnu Bajjah adalah Abu Bakr Muhammad Ibnu Yahya bin As-Sa’igh At-Tujibi As-Sarakusti, tapi lebih populer dengan nama Ibnu Bajjah atau Ibnu Saligh. Di Barat, Ibnu Bajjah dikenal dengan nama Avempace, Avenpace, atau Aben Pace, lahir pada tahun 1802 di Saragosa, Spanyol, sebagai anak dari seorang pandai emas.

Selain sebagai filosof muslim Arab terbesar dari Spanyol, Ibnu Bajjah dikenal sebagai seorang astronom, musisi, dokter, fisika, psikologi, pujangga, ahli logika, matematikus, penyair dan juga juga sebagai musisi. Ia piawai bermain musik terutama gambus. Yang lebih mengesankan lagi, Ibnu Bajjah adalah ilmuwan yang hafal Al-Quran.

Selain menguasai beragam ilmu, Ibnu Bajjah dikenal sebagai politikus ulung. Kehebatannya dalam berpolitik mendapat perhatian dari Abu Bakar Ibrahim, gubernur Saragosa, dan Ia pun diangkat sebagai menteri semasa Abu Bakr Ibrahim berkuasa di Saragossa.

Pandangan filsafat Ibn Majah tentang berbagai hal sangat banyak. Diantaranya dia membahas tentang perbuatan manusia. Menurutnya, perbuatan manusia dibagi dua, yaitu perbuatan hewani dan manusiawi. Perbuatan hewani didasarkan atas dorongan naluri untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan keiginan hawa nafsu, sedangkan perbuatan manusiawi yaitu perbuatan yang didasarkan pada rasio dan kemauan yang bersih lagi luhur.

Adapun yang berkaitan dengan filsafat politik Ibnu Bajjah, membahas tentang konsep negara. Ia membagi Negara menjadi Negara utama (al-madinat al- fadilat) atau Negara sempurna dan Negara yang tidak sempurna. Pendapat Ibnu Bajjah ini sejalan dengan Al-Farabi, perbedaannya hanya terletak pada penekanannya, Al-Farabi titik tekannya pada kepala Negara, sedangkan Ibnu Bajjah titik tekannya pada warga Negara (masyarakat).


Beberapa karya penting dalam bidang Filsafat, ialah:

Kitab takbir al-mutawahhid, ini adalah kitab yang paling popular dan penting dari seluruh karya tulisnya. Kitab ini berisikan akhlak dan politik serta usaha-usaha individu menjauhkan diri dari segala macam keburukan-keburukan dalam masyarakat negara, yang disebut sebagai insan muwahhid (manusia penyendiri)

  • Risalat al-wada’, risalah ini membahas penggerak pertama (Tuhan), manusia, alam, dan kedokteran.
  • Risalat al-ittishal, risalah ini menguraikan tentang hubungan manusia dengan akal fa’al.
  • kitab al-nafs, kitab ini menjelaskan tentang jiwa.
Ibnu Bajjah meninggal dunia pada tahun 55 Hijriyah 1138 Masehi.

d. Ibnu Thufail

Nama lengkapnya Abu Bakar Muhammad Abd Al-Malik Ibn Muhammad Ibn Thufail Al-Qoisyi, lahir di Cadix, provinsi Granada Spanyol pada tahun 506 Hijriyah 1110 Masehi. Ia termasuk dalam keluarga suku Arab terkemuka, Qais. Di Barat terkenal dengan sebutan Abu Bacer. Selain terkenal sebagai filosof muslim, juga seorang dokter, ahli matematika dan kesusastraan (penyair) dari dinasti Al-Muwahhid Spanyol. Ia memulai kariernya sebagai dokter praktik di Granada.

Lewat ketenarannya sebagai dokter ia diangkat menjadi sekretaris Gubernur di Provinsi itu. Kemudian, menjadi sekretaris pribadi Gubernur Cueta(Sabtah) dan Tonjah di Magribi, dan akhirnya sebagai dokter pribadi Abu Yusuf Ya’qub Al-Manshur, Khalifah Daulat Muwahhidin (1163-1184 M), sekaligus menjadi qadhi. 

Dalam bidang filsafat, Ibn Thufail dengan gigih menselaraskan sains Yunani dengan hikmah Timur, atau antara filsafat dengan agama. Wujud konkrit perpaduan ini tergambar dalam karyanya yang terkenal Hayy Ibn Yaqzhan fi asrar al-Hikmah al-Masyriqiyyah (Hidup Anak yang sadar, rahasia-rahasia hikmah dari Timur) sebuah roman filsafat yang sarat makna dan kritis, menggambarakan orang yang mempunyai akal fikiran sebagai fitroh bagi setiap manusia akan menemukan kebenaran (Tuhan).

Buku Hayy Ibn Yaqzhan menurut beberapa ahli sebenarnya merupakan inti dari semua pemikiran Ibn Tufail. Dalam mukadimahnya Ibn Thufail menjelaskan tujuan penulisan buku itu untuk menyaksikan kebenaran (al-haqq) menurut cara yang ditempuh oleh para Ahl al-zauq dan Musyahadah yang telah mencapai tingkat kewalian.


2. Kedokteran

Selain itu, ada dua buku tentang kedokteran yang ditulis oleh dua orang muridnya yang dipersembahkan kepada Ibn Thufail, yaitu karya Al-Bithruji berjudul Kitab al-Hai’ah, dan karya Ibn Rusyd berjudul fi al-Buqa’ al-Maskunah wa al-Ghair al-Maskunah. Ibnu Thufail meninggal di kota Marraqesh, Maroko pada 581 H /1185 M.

llmu kedokteran mendapatkan perhatian paling besar dan kedudukan terhormat. Mulai berkembang pada akhir masa Abbasiyah I, yaitu masa Khalifah Al-Watsiq, sedangkan puncaknya terjadi pada masa Abbasiyah II, III, dan IV. Buku-buku karya Ar-Razi banyak dijumpai di museum-museum Eropa dan banyak digunakan sebagai buku rujukan untuk dunia kedokteran.

Semua khalifah memiliki dokter pribadi. Khalifah Al-Mansur memindahkan pusat kedokteran dari Jundisapur ke Baghdad. Pada masa khalifah Harun Ar-Rasyid, tercatat sebanyak 800 orang dokter, mencerminkan kemajuan pengetahuan dalam bidang kedokteran.Rumah sakit-rumah sakit didirikan sekaligus dijadikan sebagai pusat kegiatan praktek ilmu kedokteran, sementara teorinya diajarkan di masjid dan madrasah. Pada masa itu telah didirikan apotik yang pertama di dunia yaitu tempat menjual obat.


Beberapa ilmuwan di bidang kedokteran yang terkenal diantaranya:

1. Ali bin Rabban At-Tabbari adalah orang pertama yang mengarang buku kedokteran yiatu Firdaus al-Hikmah (850 M).

2. Ar Razi atau Razes (809-873 M), menulis buku terkenal mengenai cacar dan campak yang diterjemahkan dalam bahasa latin.

3. Ibnu Sina, menemukan sistem peredaran darah pada manusia dan menjadi sangat termasyhur karena bukunya Qanun fi al-Thibb, diterjemahkan di Eropa pada pertengahan kedua bad 15 M dan dijadikan pegangan dalam bidang kedokteran hingga sekarang. Dia dijuluki Ibnu “Raja Obat” serta dianggap sebagai perintis tentang penyakit syaraf dan berbagai macam penyakit.

4. Hunain bin Ishaq Al Abadi (810-878 M), dokter dari ahlu Dzimmah, penganut agama Kristen dari mazhab Nastarian, Ahli mata,Dia mengabdikan keahliannya pada masa Al-Makmun, Al-Mu’tashim, Al-Watsiq, dan Al-Mutawakil. Dia adalah satu-satunya dokter yang berhasil menyembuhkan Al-Mutawakkil setelah para dokter istana yang lain gagal mengobatinya.

3. Matematika

Terjemahan buku-buku dari Yunani, Romawi dan India ke dalam bahasa Arab, menghasilkan berbagai karya termasuk dalam bidang matematika. Selanjutnya ilmu matematika/ilmu hisab berkembang karena kebutuhan dasar pemerintah untuk menemukan waktu yang tepat dalam setiap pembangunan. Setiap sudut harus terukur secara tepat supaya tidak terjadi kesalahan hitung dalam pembangunan gedung-gedung.

Di antara ahli matematika muslim yang terkenal adalah Al-Khawarizmi, pengarang kitab Al-Jabar wal Muqabalah (ilmu hitung), dan penemu angka nol. Kemudian Abu Al-Wafa Muhammad bin Muhammad bin Ismail bin Al-Abbas (940-998) terkenal sebagai ahli matematika. Tokoh-tokoh lain yang juga dikenal ahli matematika dan memberikan sumbangan signifikan bagi pengembangan matematika adalah:

1. Al Biruni meliputi aritmatika teoritis dan praktis, penjumlahan seri, analisis kombinatorial, kaidah angka 3, bilangan irasional, teori perbandingan, definisi aljabar, metode pemecahan penjumlahan aljabar, geometri. teorema Archimedes, sudut segitiga.

2. Umar Khayyam (1048 – 1131 M) mengarang buku tentang aljabar, yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis oleh F. Woepeke (1857), yaitu Reatise on Algabera.

4. Astronomi


Ilmu astronomi, dalam Islam disebut ilmu falak, yaitu ilmu yang mempelajari benda-benda langit, seperti matahari, bulan bintang dan planet-planet lain. Ilmu ini ditemukan sekitar 3000 tahun SM di Babylonia. Dalam perkembangan ilmu astronomi, muncullah sistem penanggalan.

Dalam dunia Islam lmu astronomi sangat penting karena sangat mendukung penentuan waktu ibadah, terutama waktu salat, penentuan arah kiblat dan penanggalan Qamariyah. Khalifah Al-Mansur ketika menentukan letak ibukota yang ingin dibangunnya, menggunakan bantuan ilmu astronom. Beliau banyak dibantu oleh ahli astronomi dari India.

Ilmuwan muslim mendirikan observatorium dilengkapi dengan peralatan yang maju, untuk melakukan kajian pengembangkan ilmu tersebut. Habasyi Al-Hasib Al-Marwazi melakukan observasi sejak usia 15 tahun. Ia memimpin penyusunan 3 tabel Zij Al Makmun (Tabel Al-Makmun) pada masa pemerintahan khalifah Al Makmun. Tabel pertama mengkritik metode Al-Khawarizmi, kedua menulis tentang Al Ziz Al Mumtahan, ketiga Al Zij As Syah. 

Tokoh astronomi muslim pertama adalah Muhammad Al-Fazani, dikenal sebagai pembuat astrolob atau alat mempelajari ilmu perbintangan pertama di kalangan muslim. Tokoh-tokoh lainnya antara lain:

  • Nasiruddin Al-Thusi (pendiri Observatorium di Maragha, Asia kecil)
  • Ali bin Isa Al-Usturlabi, tokoh pertama penulis risalah astrolobe.
  • Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi tokoh ilmu falak, yang juga ahli dalam bidang matematika.
  • Al- Fargani (Al-Faragnus), menulis ringkasan ilmu astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis Al-Battani (Albatenius), bapak Ilmu Astronomi, menemukan bahwa garis bujur terjauh matahari mengalami peningkatan sebesar 16,47 derajat sejak perhitungan yang dilakukan oleh Ptolemy. 

Ini membuahkan penemuan yang penting mengenai gerak lengkung matahari. Al-Battani juga menentukan secara akurat kemiringan ekliptik, panjangnya musim, dan orbit matahari, Iapun berhasil menemukan orbit bulan dan planet dan menetapkan teori baru untuk menentukan sebuah kondisi kemungkinan terlihatnya bulan baru. 

Ini terkait dengan pergantian dari satu bulan ke bulan lainnya. Hasil penelitiannya, Kitab al-Zij diterjemahkan oleh Plato dari Tivoli ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12 dengan judul De Scienta Stellerum De Numeris Stellerum et Motibus. Terjemahan tertua itu masih ada di Vatikan. Terjemahan bukunya keluar tahun 1116, sedangkan edisi cetaknya beredar tahun 1537 dan tahun 1645.

Al-Biruni menulis karya besar bidang Astronomi, Masudic Canon yang didedikasikan kepada putra Mahmud, yaitu Ma’sud. Al-Biruni juga banyak menulis buku astrologi, yaitu The Elements of Astrology. Pada tahun 1031, dia merampungkan ensiklopedia astronomi yang sangat panjang, Al-Qanun Al-Mas’udi.Al-Biruni berpendapat bahwa galaksi Bima Sakti adalah kumpulan sejumlah bintang. 

Dia merupakan ilmuwan yang pertama kali membedakan istilah astronomi dengan astrologi.

Nasiruddin At-Thusi, 1201 – 1274 M), berhasil membuat table pergerakan planet yang akurat. Kontribusi lainnya yang amat penting bagi perkembangan astronomi adalah kitab Zij-Ilkhani yang ditulis dalam bahasa Persia dan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Kitab itu disusun stelah 12 tahun memimpin observatorium Maragha.

Selain itu Nasiruddin juga berhasil menulis kitab terkemuka lainnya yang berjudul At-Tadhkira fi’ilm Al-hay’a (Memoar Astronomi). Nasiruddin mampu memodifikasi model semesta apisiklus Ptolomeus dengan prinsip-prinsip mekanika untuk menjaga keseragaman rotasi benda-benda langit. Nasiruddin meningal dunia pada tahun 672 H / 1274 M di kota Baghdad, yang pada saat itu di bawah pemrintahan Abaqa (Pengganti Hulagu). 


5. Sejarah

Pada masa Dinasti Abbasiyah, kajian sejarah masih terfokus pada tokoh atau peristiwa tertentu misalnya, sejarah hidup Nabi Muhammad SAW. Minat terhadap kajian sejarah sangat besar dan mendapat dukungan dari khalifah. Ilmuwan dalam bidang sejarah pada masa Abbasiyah diantaranya adalah Muhammad bin Ishaq bin Yasar, lebih dikenal sebagai Ibnu Ishaq, sejarawan muslim pertama, lahir pada tahun 85H / 704 M dan meninggal pada tahun 151 H / 768 M.

Dialah yang pertama kali menulis Sirah al-Nabawiyah lil Ibn Ishaq yang merupakan biografi Rasulullah pertama yang paling komprehensif. Kemudian disunting oleh muridnya Ibn Hisyam (w.230 H/845 M) menjadi Sirah al-Nabawiyah lil Hisyam. Muhammad Ibnu Sa'ad, (w.230 H/845 M) yang menulis karya al-Thabaqat al-Kubra (8 jilid) berkata tentang Ibnu Ishaq, "Ia merupakan yang pertama mengumpulkan sejumlah ekspedisi dari Utusan Allah (Muhammad) dan mencatatnya."

Al-Biruni juga disebut sejarawan masa Abbasiyah, dia telah menulis buku sejarah yang berjudul Chronology.


6. Ilmu Bumi/geografi

Dalam tradisi Islam, ilmu bumi tidak bisa dipisahkan dengan astronomi. Ahli bumi pertama dalam sejarah ilmuawan muslim adalah Hisyam Al Kalbi (abad ke 9 Masehi) dengan studinya tentang kawasan Arab.

Berkembangnya geografi di dunia Islam dimulai ketika Khalifah Al-Makmun (813-833 Masehi) memerintahkan ahli-ahli geografi Muslim untuk mengukur kembali jarak bumi. Sejak saat itu muncul istilah mil untuk mengukur jarak. Usaha tersebut berhasil, sehingga Al-Makmun memerintahkan para geografer Muslim untuk menciptakan peta bumi yang besar.

Di bawah koordinasi Al-Khawarizmi bersama 70 geografer lainnya berhasil membuat peta globe pertama pada tahun 830 Masehi. Al-Khawarizmi juga berhasil menulis kitab geografi berjudul Surah Al-Ard (Morfologi Bumi) sebuah koreksi terhadap karya Ptolemeus. Yang mana kitab tersebut menjadi landasan ilmiah bagi geografi Muslim tradisional. 


Pada abad yang sama, Al-Kindi juga menulis sebuah buku bertajuk ‘Keterangan tentang Bumi yang Berpenghuni’. Demikian juga Al-Biruni berhasil menemukan radius bumi mencapai 6.339,6 km dimana dunia Barat belum mampu mengukur radius bumi seperti yang dilakukan Al-Biruni.

Di era kejayaan Dinasti Abbasiyah, perkembangan astronomi Islam, penerjemahan naskah-naskah kuno ke dalam bahasa Arab serta meningkatnya ekspansi perdagangan dan kewajiban menunaikan ibadah haji merndukung semakin berkembangnya geografi di dunia Islam. Semakin banyak bermunculan ahli di bidang geografi, di antaranya :

  1. Al-Ya’qubi (wafat 897 M), menulis buku geografi berjudul ’’Negeri-negeri’’ dengan studi topografisnya.
  2. Ibn Khordadbeh (820 M - 912 M), murid Al-Kindi yang mempelajari jalan-jalan di berbagai provinsi secara cermat dan menuangkannya ke dalam buku Al-Masalik wa Al-Mamalik (Jalan dan Kerajaan).
  3. Al-Dinawari (828 M-898 M)
  4. Hamdani (893 M - 945 M)
  5. Ali al-Masudi (896 M - 956 M), mempelajari faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pembentukan batu-batuan di bumi.
  6. Ahmad ibn Fadlan (abad ke-10 M), menulis ensiklopedia dan kisah perjalanan ke daerah Volga dan Kaspia.
  7. Ahmad ibn Rustah (abad ke-10 M), menulis ensiklopedia besar mengenai geografi.
  8. Al Balkhi, mendirikan sekolah di kota Baghdad yang secara khusus mengkaji dan membuat peta bumi.
  9. Al Istakhar II dan Ibnu Hawqal (abad ke-10 M), membuat pemetaan dunia.
  10. Al Baghdadi (1162 M)
  11. Abdul-Leteef Mawaffaq (1162 M)
  12. Abu Ubaid Al- Bakri (abad 11 M) menulis kitab Mu’jam Al-Ista’jam (Eksiklopedi Geografi). berisi nama-nama tempat di Jazirah Arab dan Al-Masalik wa Al-Mamalik (Jalan dan Kerajaan), berisi pemetaan geografis dunia Arab zaman dahulu.
  13. Al-Idrisi (1100 M), membuat peta dunia, menulis kitab Nazhah Al- Muslak fi Ikhtira Al-Falak (Tempat Orang yang Rindu Menembus Cakrawala).. Kitab ini. diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, menjadi Geographia Nubiensis.

Itulah bahasan tentang perkembangan kebudayaan dan peradaban Islam Dinasti Abbasiyah, disertai dengan kemajuan-kemajuan yang telah diraihnya selama masa kekuasaannya.