Beberapa peninggalan masjid kuno sebagai bentuk akulturasi dan Sinkretisme dengan budaya sebelumnya

30 Desember 2021

09:09 WIB

JAKARTA – Kedatangan Islam ke pulau Jawa sekitar abad ke-11, berlangsung dengan damai dan tenang. Islam tiba di tengah masyarakat Jawa yang kala itu hidup dalam kepercayaan Hindu, namun bisa diterima dan pada akhirnya berkembang dengan konsisten ke penjuru Jawa, begitupun di wilayah-wilayah lainnya di nusantara.

Kunci suksesnya penyebaran Islam di Jawa ataupun nusantara, salah satu faktor utamanya yaitu karena datang dengan damai, di mana Islam diperkenalkan sebagai agama yang terbuka untuk melebur dengan budaya hingga nilai-nilai lokal yang sudah ada.

Arkeolog, Guru Besar FIB UI, Dr. Agus Aris Munandar menjelaskan, Islam berkembang dengan proses akulturasi dengan khazanah Hindu yang sudah eksis di Jawa. Akulturasi itu terlihat dalam berbagai aspek kehidupan masyarakatnya di kemudian hari.

“Islam dikembangkan dengan kesinambungan-kesinambungan budaya yang tidak mengagetkan masyarakat Jawa kuno pada masa lalu,” ungkap Agus dalam seri Simposium Borobudur Writers & Cultural Festival yang disiarkan kanal YouTube Direktorat Jenderal Kebudayaan, Rabu (29/12).

Salah satunya yaitu dalam wujud arsitektur bangunan-bangunan Islam di Jawa. Arsitektur masjid-masjid kuno di Jawa, yang jelas memperlihatkan kesinambungan budaya itu.

Masjid-masjid kuno di Jawa, yang dibangun sekitar abad ke-16, umumnya memiliki gaya desain yang jauh berbeda dengan corak masjid yang dibangun di era modern ini. Tidak ada menara sebagaimana umumnya tampak menyatu dengan masjid-masjid hari ini.

Aris memberi contoh Masjid Menara Kudus yang terkenal. Masjid ini jelas-jelas sangat mirip dengan candi, menyerupai bentuk-bentuk candi seperti pada zaman Majapahit. Lebih spesifik lagi, menurutnya, masjid tersebut mirip dengan bentuk Candi Jawi dari abad ke-14.

Menurut Agus, jejak arsitektur itu merupakan bukti kesinambungan yang luwes antara kebudayaan Hindu dan Islam di Jawa pada masa lalu. Lewat jejak akulturasi itu, bisa dibayangkan betapa luwesnya jalan penyebaran Islam di Jawa dahulu kala.

Mengenai asal-usul bentuk Masjid Menara Kudus menyerupai candi, ada dua teori, merujuk penjelasan arkeolog Islam Uka Tjandrasasmita.

Pertama yaitu karena ketika masjid itu dibangun, para pembuatnya belum mempunyai model khusus tentang menara sebagai tempat untuk menyerukan azan. Maka ditirulah model candi-candi yang tinggi sebagai bentuk menara. Teori kedua yaitu bahwa Masjid Menara Kudus dulunya merupakan bekas candi, yang kemudian diubah dan dimanfaatkan menjadi masjid.

Agus mengatakan, jejak-jejak serupa juga bisa ditemukan pada masjid-masjid kuno lainnya di pulau Jawa. Secara desain keseluruhan, umumnya masjid-masjid kuno itu mengambil bentuk bangunan-bangunan yang sudah dikenal waktu itu. Misalnya dari model atap yang meniru bentuk atap tumpang tiga yang sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat.

“Atap masjid kuno itu bentuknya sama dengan bentuk atap tumpang pada relief-relief di candi jago, di candi panataran, dan lain-lain. Namun konsepnya berbeda, semula untuk menaungi candi menjadi untuk menaungi masjid,” ujar dia.

Kesinambungan antara peninggalan Hindu maupun Budha dengan Islam di tanah Jawa itu masih bisa dilihat dalam berbagai jejak arkeologis lainnya. Selain arsitektur masjid,terlihat juga misalnya pada bentuk makam-makam orang Islam di masa lalu di Jawa, yang dihiasi dengan ragam hiasan yang juga bisa ditemukan pada candi-candi di Jawa.

carilah satu Kasus "diskriminasi" terhadap image beragama!​

Pada tahun 420m agama Budha dibawa masuk ke Indonesia oleh...

apakah kepentingan rempah ratus kepada british

kebudayaan kerajaan Makassar dikenal sebagai budaya laut seperti pembuatan kapal pinisi dan alat penangkap ikan sebabcorak Kerajaan Makassar adal … ah kerajaan maritim yang bertumpu pada aktivitas perdagangan dan pelayaran​

pada masa pemerintahan raddn patah ,kerajaan demak berkembang pesat sebab?​

dinasti siapkan islam masuk ke nusantara menurut alwi sihab​

Apa pendapatmu taubat harus setiap hari, seperti Rasulullah SAW?

sebutkan salah satu ilmuwan bangsa arab

perubahan sosial di yogyakarta​

Tolong buatin visi misi dewan ambalan dong terimakasih.. ​

2 menit

Tahukah kamu ada beberapa masjid di Indonesia hasil akulturasi budaya seperti Hindu, Budha, hingga Tionghoa? Berikut ini masjid-masjidnya!

Ada beberapa masjid di Tanah Air yang menunjukkan hasil akulturasi budaya dan menjadi saksi sejarah bagaimana perkembangan Islam pada masa lampau.

Sebagaimana kita ketahui, sebelum agama Islam masuk ke Nusantara, Hindu dan Budha adalah dua agama yang berkuasa hingga dikenal dengan era kerajaan Hindu-Buddha.

Islam kemudian masuk ke Nusantara melalui jalur perdagangan, dari perdagangan Gujarat yang kemudian diikuti oleh perdagangan Arab dan Persia.

Agama Islam kemudian mulai banyak diterima oleh masyarakat, hingga akhirnya kerajaan bercorak Hindu-Budha mulai beralih menjadi kerajaan bercorak Islam.

Islam masuk ke Tanah Air dengan damai. Dari situ, dapat dilihat bagaimana agama Islam berakulturasi dengan budaya-budaya yang sudah ada terlebih dahulu.

Hal tersebut bisa dilihat dari beberapa masjid di Indonesia hasil akulturasi budaya berikut ini…

Masjid di Indonesia Hasil Akulturasi Budaya

1. Masjid Menara Kudus, Kudus

Beberapa peninggalan masjid kuno sebagai bentuk akulturasi dan Sinkretisme dengan budaya sebelumnya

sumber: daaruttauhiid.org

Masjid di Indonesia hasil akulturasi yang paling terkenal adalah Masjid Menara Kudus, sebuah masjid yang jauh dari nuansa Timur Tengah.

Masjid yang dibangun pada tahun 1549 menampilkan corak kebudayaan pra-Islam seperti Jawa, Hindu, dan Budha.

Corak tersebut terlihat bentuk menara serta gapura yang ada di sekitar masjid.

2. Masjid Cheng Ho, Surabaya

Beberapa peninggalan masjid kuno sebagai bentuk akulturasi dan Sinkretisme dengan budaya sebelumnya

sumber: sewabussurabaya.com

Masjid Cheng Ho yang berdiri di Jalan Gading, Ketabang, Genteng, Surabaya ini menjadi bentuk penghormatan terhadap Laksamana Cheng Ho yang menyebarkan agama Islam di kawasan Asia Tenggara.

Corak masjid ini sangat erat dengan nuansa Tionghoa yang tercermin melalui warna merah, hijau, dan kuning serta bentuk bangunan khas Tionghoa.

3. Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta

Beberapa peninggalan masjid kuno sebagai bentuk akulturasi dan Sinkretisme dengan budaya sebelumnya

sumber: kompas.com

Masjid Gedhe Kauman adalah masjid berarsitektur khas Jawa yang terletak di barat Alun-Alun Utara Yogyakarta.

Bangunan utama masjid ini berbentuk tajug lambang teplok dengan atap berbentuk tiga yang mencerminkan filosofi Jawa dengan nilai-nilai Islam seperti hakekat, ma’rifat, dan syariat.

Masjid ini dibanguna oleh Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1773 yang diarsitekturi oleh Kiai Wiryokusumo.

4. Masjid Raya Cipaganti, Bandung

Beberapa peninggalan masjid kuno sebagai bentuk akulturasi dan Sinkretisme dengan budaya sebelumnya

sumber: suakaonline.com

Salah satu masjid di Indonesia hasil akulturasi budaya juga ada di Bandung, yakni Masjid Raya Cipaganti.

Masjid yang berstatus sebagai cagar budaya ini memadukan arsitektur Jawa dan Eropa hasil rancangan arsitektur Belanda Wolff Schoemaker.

5. Masjid Raya Sumatera Barat, Padang

Beberapa peninggalan masjid kuno sebagai bentuk akulturasi dan Sinkretisme dengan budaya sebelumnya

sumber: andalastourism.com

Masjid Raya Sumatera Barat adalah masjid modern tanpa kubah yang rampung dibangun pada 4 januari 2019 lalu.

Jauh dari gaya Timur Tengah, masjid ini dibangun menyerupai rumah gadang yang merupakan rumah adat khas Sumbar.

***

Semoga bermanfaat, Sahabat 99.

Simak informasi menarik lainnya di Berita 99.co Indonesia.

Kunjungi www.99.co/id dan rumah123.com untuk menemukan hunian impianmu dari sekarang.

Dapatkan kemudahan untuk memenuhi kebutuhan properti, karena kami selalu #AdaBuatKamu.

Kunjungi dari sekarang dan temukan hunian favoritmu, salah satunya Griya Reja Residence!