Bekas-bekas perbuatan yang masih melekat dan berpengaruh pada kehidupan manusia disebut

Bekas-bekas perbuatan yang masih melekat dan berpengaruh pada kehidupan manusia disebut

Kaskus Addict

26-05-2008 06:48

2008-05-26T06:48:58+07:00 2008-05-26T06:48:58+07:00


Bekas-bekas perbuatan yang masih melekat dan berpengaruh pada kehidupan manusia disebut

Ekam Sat, Viprah Bahudha Vadanti

Hanya ada satu kebenaran, dan manusia mendapatkan kebebasan untuk menjelaskan hal ini dengan cara berbeda


Salam Sejahtera... Kepada segenap Sahabat FS, Setelah beberapa saat turut melibatkan diri dalam dinamika forum yang sangat kondusif ini, ijinkanlah saya memberanikan diri untuk mengangkat dan memperkenalkan ajaran Hindu, sebagai suatu fenomena budaya yang telah turut memberikan warna dasar pada khasanah budaya dan peri-kehidupan bangsa Indonesia selama ini. Semoga dengan adanya thread ini dapat pula meluruskan pendapat publik yang terlanjur mendeskriditkan Hindu sebagai bagian dari praktek "per-Klenik'an" (perdukunan) ataupun ritual pemujaan berhala.


[quote=]

Saya mulai dengan... Hinduisme bukanlah suatu agama yang sarat dengan dogma-dogma tapi mungkin lebih tepat kalau dikatakan sebagai satu cara hidup (a way of life) dari para penganutnya untuk mencari arti kebenaran dalam kehidupan. Dalam membahas agama Hindu akan ditemukan bahwa ajaran ini dipenuhi dengan berbagai jenis ide, yang tidak sedikit "seakan" bertentangan satu dengan lainnya, misalnya: Konsepsi Hindu memiliki Advaita dan Raja Yoga yang memiliki spiritualitas yang tinggi pada satu sisi dan philafat Charvaka yang materialistik dan hedonistik serta tidak percaya pada Tuhan dan Weda, pada sisi yang lain. Atau pada satu sisi pemujaan citra (patung, gambar dan simbol-simbol) ada yang menganggapnya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari ajaran Hindu, sedangkan pada sisi lain, sebagaimana dikatakan oleh philsuf Jerman Max Muller, "Agama Weda tidak mengenal patung." juga Jahala Upanishad mengatakan, "Citra dimaksudkan hanya sebagai alat bantu meditasi bagi orang yang bodoh." Lalu bagaimana ajaran Hindu ini menjanjikan kebenaran pada para pemeluknya? mungkin ringkasan stanzah dibawah ini dapat dijadikan awal untuk memahami Hindu: - Tiada seorangpun tahu apa yang benar dan apa yang salah; - Tiada seorangpun tahu apa yang baik dan apa yang buruk; - Ada satu dewa yang bersemayam dalam dirimu; - Temukan dan ikuti perintah-perintahnya.

[/quote]

Catatan: Untuk menghindari terjadinya "debat kusir" saya mengajak semua Sahabat untuk berdiskusi hanya dalam konteks "fenomena budaya" bukan dalam konteks dogma agama dan keyakinan masing-masing.
Semoga Sahabat selalu berlimpah damai...

Bekas-bekas perbuatan yang masih melekat dan berpengaruh pada kehidupan manusia disebut

nona212 memberi reputasi

Masuk untuk memberikan balasan

Bekas-bekas perbuatan yang masih melekat dan berpengaruh pada kehidupan manusia disebut

Spiritual

7.2K Threads • 1.1M Post

Perkenalkan... Saya Hindu (thread terbuka)

Bekas-bekas perbuatan yang masih melekat dan berpengaruh pada kehidupan manusia disebut

2008-07-31T16:31:05+07:00 2008-07-31T16:31:05+07:00

Bekas-bekas perbuatan yang masih melekat dan berpengaruh pada kehidupan manusia disebut

Segala gerak atau aktivitas yang dilakukan, disengaja atau tidak, baik atau buruk, benar atau salah, disadari atau diluar kesadaran, kesemuanya itu disebut "Karma". Ditinjau dari segi ethimologinya, kata karma berasal dari kata "Kr" (bahasa sansekerta), yang artinya bergerak atau berbuat. Menurut Hukum Sebab Akibat, maka segala sebab pasti akan membuat akibat. Demikianlah sebab dari suatu gerak atau perbuatan akan menimbulkan akibat, buah, hasil atau pahala. Hukum sebab akibat inilah yang disebut dengan Hukum Karma Phala. Di dalam Weda disebutkan

Quote:Karma phala ika palaing gawe hala ayu(Clokantra 68)
Karma phala adalah akibat phala dari baik buruk suatu perbuatan atau karma

Hukum karma ini sesungguhnya sangat berpengaruh terhadap baik buruknya segala mahluk sesuai dengan perbuatan baik dan perbuatan buruknya yang dilakukan semasa hidup. Hukum karma dapat menentukan seseorang itu hidup bahagia atau menderita lahir bathin. Jadi setiap orang berbuat baik (subha karma), pasti akan menerima hasil dari perbuatan baiknya itu. Demikian pula sebaliknya, setiap yang berbuat buruk (asubha karma), maka keburukan itu sendiri tidak bisa terelakkan dan pasti akan diterima. Phala atau hasil dari perbuatan itu tidak selalu langsung dapat dirasakan atau dinikmati. Tangan yang menyentuh es akan seketika dingin, namun menanam padi harus menunggu berbulan-bulan untuk bisa memetik hasilnya. Setiap perbuatan akan meninggalkan bekas, ada bekas yang nyata, ada bekas dalam angan dan ada yang abstrak. Oleh karena itu hasil perbuatan yang tidak sempat dinikmati pada saat berbuat atau pada kehidupan sekarang maka akan ia terima setelah di akherat kelak dan ada kalanya pula akan dinikmati pada kehidupan yang akan datang. Dengan demikian karma phala dapat digolongkan menjadi 3 macam sesuai dengan saat dan kesempatan dalam menerima hasilnya, yaitu Sancita Karma Phala, Prarabda Karma Phala, dan Kriyamana Karma Phala.

1.Sancita Karma Phala

Hasil perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu yang belum habis dinikmati dan masih merupakan benih yang menentukan kehidupan kita yang sekarang.

2.Prarabda Karma Phala:

Hasil perbuatan kita pada kehidupan ini tanpa ada sisanya lagi;

3.Kriyamana Karma Phala:

Hasil perbuatan yang tidak sempat dinikmati pada saat berbuat, sehingga harus diterima pada kehidupan yang akan datang. Jadi adanya penderitaan dalam kehidupan ini walaupun seseorang selalu berbuat baik, hal itu disebabkan oleh karmanya yang lalu (sancita karma), terutama yang buruk yang harus ia nikmati hasilnya sekarang, karena pada kelahirannya terdahulu belum habis diterimanya. Sebaliknya seseorang yang berbuat buruk pada kehidupannya sekarang dan nampaknya ia hidup bahagia, hal itu disebabkan karena sancita karmanya yang dahulu baik, namun nantinya ia juga harus menerima hasil perbuatannya yang buruk yang ia lakukan pada masa kehidupannya sekarang ini. Tegasnya, bahwa cepat atau lambat, dalam kehidupan sekarang atau nanti, segala hasil perbuatan itu pasti akan diterima, karena hal itu sudah merupakan hukum perbuatan. Di dalam Weda (Wrhaspati Tatwa 3), dinyatakan sebagai berikut: "Wasana artinya bahwa semua perbuatan yang telah dilakukan didunia ini. Orang akan mengecap akibat perbuatannya di alam lain, pada kelahiran nanti; apakah akibat itu akibat yang baik atau yang buruk. Apa saja perbuatan yang dilakukannya, pada akhirnya kesemuanya itu akan menghasilkan buah. Hal ini adalah seperti periuk yang diisikan kemenyan, walaupun kemenyannya sudah habis dan periuknya dicuci bersih-bersih namun tetap saja masih ada bau, bau kemenyan yang melekat pada periuk itu. Inilah yang disebut wasana. Seperti juga halnya dengan karma wasana. Ia ada pada Atman. Ia melekat pada-Nya. Ia mewarnai Atman."

Quote:

Bhatara Dharma ngaran ira Bhatara Yamasang kumayatnaken cubhacubha prawrti

sekala janma.

(Agastya Parwa 355.15)

Bhatara Dharma (juga) bergelar Bhatara Yama (sebagai Dewa Keadilan), adalah pelindung keadilan yang mengamat-amati (mengadili) baik buruk perbuatan manusia. Baik buruk dari (karma) itu akan memberi akibat yang besar terhadap kebahagiaan atau penderitaan hidup manusia.

Jadi segala baik dan buruk suatu perbuatan akan membawa akibat tidak saja di dalam hidup sekarang ini, tetapi juga setelah di akhirat kelak, yakni setelah Atma dengan suksma sarira (alam pikiran) terpisah dari badan (tubuh) dan akan membawa akibat pula dalam penjelmaan yang akan datang, yaitu setelah atman dengan suksma sarira memasuki badan atau wadah yang baru. Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa) akan menghukum roh yang berbuat dosa dan merahmati roh seseorang yang berbuat kebajikan. Hukuman dan rahmat yang dijatuhkan oleh Hyang Widhi ini bersendikan pada keadilan. Pengaruh hukum ini pulalah yang menentukan corak serta nilai dari pada watak manusia. Hal ini menimbulkan adanya bermacam-macam ragam watak manusia di dunia ini. Terlebih-lebih hukuman kepada roh yang selalu melakukan dosa semasa penelmaannya, maka derajatnya akan semakin bertambah merosot. Hal ini disebutkan dalam Weda sebagai berikut:

Quote:

Dewanam narakam janturjantunam narakam pacuh, Pucunam narakam nrgo mrganam narakam khagah, Paksinam narakam vyalo vyanam narakam damstri,

Damstrinam narakam visi visinam naramarane

(Clokantara 40.13-14)

Dewa neraka (menjelma) menjadi manusia. Manusia neraka (menjelma) menjadi ternak. Ternak menjadi binatang buas, binatang buas neraka menjadi burung, burung neraka menjadi ular, dan ular neraka menjadi taring. (serta taring) yang jahat menjadi bisa (yakni) bisa yang dapat membahayakan manusia.

Demikianlah kenerakaan yang dialami oleh Atman (roh) yang selalu berbuat jahat (dosa) semasa penjelmaannya di dunia. Jika penjelmaan itu telah sampai pada limit yang terhina akibat dosanya, maka ia tetap akan menjadi dasar terbawah dari kawah neraka.