Berdasarkan pernyataan pernyataan tersebut karakteristik seni tari Seudati ditunjukkan oleh angka

Liputan6.com, Aceh - "Assalamualaikum Lon tamong lam seung, Lon jak bri saleum keu bang syekh teungku…," terdengar aneuk syahi membuka salam. 

Sejurus kemudian, para pria itu tampak bergerak serasi memeragakan likok (gerakan) mengikuti nyanyian yang dilantunkan aneuk syahi. Tangan mereka melambai lincah, bergelombang, seirama nada yang terdengar konstan dari jentikan jari-jari mereka.

Para penari itu bergerak membentuk formasi tertentu. Terkadang persegi, melingkar, atau berbaris sejajar. Sementara itu, cahaya kuning dari lampu pijar terlihat diserap oleh latar pangggung yang sarat akan warna-warna rastafarian.

Baju dan celana putih yang mereka kenakan tampak kontras dengan warna kulit beberapa penari yang hitam manis.

"Plakk!" serentak para penari itu memukulkan kedua telapak tangannya ke perut bagian bawah. Berselang dua detik terdengar lagi bunyi yang sama. Meski tidak ada iringan musik, likok (gaya tarian), saman (melodi), irama kelincahan, serta hikayat yang diperdengarkan seolah membius para penonton.

Meski jarum jam di angka tengah malam, penonton enggan pulang.

Malam itu, Rabu (21/11/2018), Liputan6.com, berkesempatan menonton gelaran kelompok Seudati dari salah satu sanggar di Aceh Barat yang diundang untuk mengisi acara pernikahan warga setempat.

Sebagai catatan, pagelaran Seudati, sejatinya memang tidak diiringi musik. Sebagai tarian, Seudati hanya menampilkan gerakan rampak, seperti tepukan tangan ke dada dan di perut bagian bawah (pinggul), hentakan kaki ke tanah, serta petikan jari. Gerakan tersebut mengikuti irama dan tempo lagu yang dinyanyikan seorang syekh.

Seudati dimainkan delapan orang laki-laki sebagai penari utama, terdiri dari satu orang yang disebut syekh, satu orang pembantu syekh, dua orang pembantu di sebelah kiri yang disebut apeet wie, satu orang pembantu di belakang yang disebut apeet bak, dan tiga orang pembantu biasa. Selain itu, ada pula dua orang penyanyi sebagai pengiring tari yang disebut aneuk syahi.

Busana yang dikenakan para penari utama Seudati, yakni celana dan kaus oblong berlengan panjang, ketat dan berwarna putih.

Penari mengenakan kain songket yang dililitkan di pinggang sebatas paha. Lazimnya, mereka menyelipkan satu bilah rencong di pinggang masing-masing. Yang terakhir, para penari wajib mengenakan tangkulok (ikat kepala) berwarna merah dan sapu tangan.

Gerakan dalam Seudati cenderung dinamis, lincah dan penuh semangat. Namun, terdapat pula beberapa gerakan yang tampak kaku. Gerakan ini menonjolkan keperkasaan dan kegagahan si penari. Tepukan tangan ke dada dan pinggul mengesankan kesombongan sekaligus ksatria.

Kesan ksatria yang ditampilkan para penari Seudati sesuai pula dengan syair kepahlawanan yang sering dinyanyikan dalam tarian itu. Sebagai catatan, syair dalam Seudati banyak bertema epos, atau kisah kepahlawanan dalam menegakkan agama melalui 'jihad fi sabilillah'.

Hal ini pula yang menjadi sebab mengapa pada masa kolonial Belanda, Seudati dilarang ditampilkan. Oleh pihak Belanda, tarian ini dianggap bisa memprovokasi orang Aceh untuk melawan Belanda yang saat itu secara de jure sudah menguasai Aceh.

Karena syair dalam tarian Seudati bisa membangkitkan semangat orang Aceh untuk berperang melawan Belanda, maka Seudati dapat dikategorikan sebagai Tribal War Dance atau Tari Perang.

Salah satu tarian tradisional dari Aceh adalah Tari Seudati. Seperti dengan Tari Saman, tarian ini juga dibawakan oleh sekelompok laki-laki dengan gerakan khas, semangat dan enerjik, serta diiringi oleh lantuan nada dan syair.

Meski sama-sama berasal dari Aceh, namun tari saman dan seudati memiliki perbedaan pada gerakan dasarnya. Tari saman dilakukan dengan posisi duduk, sedangkan tari seudati dibawakan dengan berdiri.

Tari seudati adalah tari asli Aceh yang terkenal di seluruh Indonesia bahkan mancanegara. Tarian ini mengusung makna keteguhan, semangat, serta jiwa kepahlawanan seorang pria Aceh.

Pada awal perkembangannya, tarian ini juga dijadikan sarana penyebaran dakwah Islam di tanah rencong. Hal tersebut dikarenakan dalam syair tarian seudati tersisip ajaran dan nilai-nilai Islam.

Dalam pertunjukkannya, tarian ini biasa dilakukan oleh 8 orang penari dan masing-masing penari diberikan jabatan / istilah unik, seperti Syeikh (pimpinan), Apet (wakil), Apet bak (anggota ahli), Apet sak (anggota ahli), Apet uneun (anggota biasa), Apet wie (anggota biasa), Apet wie abeh (anggota biasa) dan Apet unuen abeh (anggota biasa).

Sejarah Tari Seudati

Tari seudati adalah salah seni tari tradisional khas Aceh yang berkembang di daerah pesisir. Kesenian berupa gerak tubuh ini diyakini adalah bentuk bariu dari tari ratoh atau ratoih. Tari ratoh merupakan tarian yang sering dipentaskan untuk mengawali permainan sabung ayam.

Berdasarkan pernyataan pernyataan tersebut karakteristik seni tari Seudati ditunjukkan oleh angka
pinouva.com

Selain itu, tarian tersebut juga dilakukan saat menyambut panen serta datangnya bulan purnama. Kemudian setelah Islam masuk dan tersebar ke Aceh, terjadilah akulturasi budaya dan agama sehingga menciptakan tari seudati yang kita kenal hingga kini.

Berdasarkan sejarah, tari seudati berasal dari Desa Gigieng, Kecamatan Simpang Tiga, Pidie. Tari ini diprakarsai oleh seseorang bernama Syeh Tam. Selanjutnya tarian ini berkembang di desa sekitar, seperti Desa Didoh, Kecamatan Mutiara, Pidie oleh asuhan Syeh Ali Didoh lalu tersebar ke kawasan Aceh Utara hingga seluruh wilayah Aceh.

Asal Nama Seudati

Terdapat bermacam pendapat mengenai asal kata seudati yang digunakan untuk menyebut tarian Aceh ini. Misalnya pendapat kata “seudati” berasal dari bahasa Arab, yaitu “syahadati” atau “syahadatain”. Syahadat merupakan bentuk pengakuan akan keesaan Allah dan mengakui bahwa Muhammad adalah Rasul yang diutus oleh Allah.

Akan tetapi ada pula pandangan lain tentang asal usul nama tari seudati, yaitu dianggap berasal dari kata dalam bahasa Aceh “seurasi” yang memiliki makna kompak dan harmonis. Jika dikaitkan dengan gerakan tarian ini, maka terdapat kaitan antara nama dan koreografinya.

Asal usul nama seudati juga bisa dikaitkan dengan bahasa tarekat, yaitu yā sādati yang berarti “wahai tuan guru”. Hal ini bisa dikaitkan dengan sejarah tari seudati yang berasal dari komunitas tarekat yang bangkit oleh Syekh Terekat Saman. Teori ini juga didukung oleh nama lain tari seudati dalam bahasa Aceh yang disebut “meusamman”

Fungsi Tari Seudati

Selain menjadi sarana penyebaran dakwah Islam, tari seudati juga menjadi hiburan rakyat serta memiliki fungsi lainnya. Berikut ini adalah fungsi tarian seudati bagi masyarakat Aceh, antara lain:

1. Membangkitkan Semangat

Berdasarkan kategori jenis tarian, tari seudati termasuk dalam jenis Tribal War Dance atau tarian perang. Hal itu dicerminkan dari syair-syair pengiring tarian yang dipenuhi oleh kata-kata yang menggugah semangat. Bahkan ketika masa kolonial Belanda berkuasa, tarian ini dilarang untuk ditampilkan.

Syair dan lagu tari seudati akan membangkitkan para pemuda dan menginsipirasi pemberontakan terhadap Belanda. Kemudian setelah Indonesia merdeka, tarian ini boleh ditampilkan secara bebas.

2. Mengajarkan Nilai Kehidupan

Selain sebagai pengobar semangat, tarian ini juga mengandung filosofi tentang kehidupan. Dalam syair tari seudati terkadang disisipkan cerita tentang persoalan hidup dan sosial sehari-hari, sehingga dapat menjadi solusi bagi permasalahan masyarakat.

3. Sarana Dakwah Agama Islam

Dalam bait syair pengiring tari seudati juga disisipkan ajaran-ajaran Agama Islam. Oleh karena itu, tarian ini juga menjadi sarana penyebaran dan pendidikan agama Islam. Rakyat yang terhibur oleh gerakan tari ini juga sekaligus mendapatkan pemahaman tentang agama.

Komponen Tarian Seudati

Dalam pementasan tari seudati ada beberapa komponen yang harus terpenuhi agar penampilannya dapat maksimal, antara lain:

Berdasarkan pernyataan pernyataan tersebut karakteristik seni tari Seudati ditunjukkan oleh angka
erdha

1. Penari

Tari seudati dimainkan oleh delapan orang penari pria yang salah satunya ditunjuk sebagai pemimpin. Penari pemimpin tersebut disebut sebagai syeikh. Kemudian ada seorang pembantu syeikh serta dua orang pembantu yang berada disebelah kiri dan disebut apeet wie.

Lalu satu orang pembantu berada di bagian belakang atau apeet bak, dan tiga penari lainnya adalah pembantu biasa. Selain memiliki peran masing-masing saat menari, terdapat dua orang penyanyi yang bertugas sebagai pengiring tari yang dinamakan aneuk syahi.

2. Tempo dan Irama

Jika pada tarian tradisional lain umumnya diiringi dengan alat musik seperti gamelan, pada tarian seudati tempo dan irama lagu berasal dari penari itu sendiri. Tarian ini mengandalkan bunyi tepukan tangan ke dada dan pinggul, hentak kaki ke lantai serta petikan jari.

Selain suara tersebut, tarian ini juga diiringi oleh nyanyian penari sesuai gerakannya. Gerakan demi gerakan menyesuaikan dengan irama dan tempo lagu yang dinyanyikan.

Gerakan tari seudati sangat dinamis dan penuh semangat. Namun dibeberapa bagian juga ada gerakan yang terlihat kaku. Hal itu disengaja untuk menampilkan kesan perkasa dan gagah dari para penari. Sedangkan tepukan ke dada dan perut merupakan gerakan yang mengesankan kesombongan dan sikap kstaria pria Aceh.

3. Pakaian Penari

Kostum atau busana penari seudati adalah celana panjang serta kaos oblong panjang ketat berwarna putih. Baju tersebut disertai dengan kain songket yang dililitkan sebatas paha dan pinggang penari. Sedangkan properti yang digunakan adalah rencong yang disisipkan di pinggang, ikat kepala atau tangkulok berwarna merah, serta sapu tangan.

baca juga:  Pulau Rubiah - Pesona Taman Laut di Barat Indonesia

Gerakan Penari Seudati

Tarian seudati memiliki ciri khas gerakan heroik, gembira serta penuh kekompakan dan kebersamaan yang nampak dari olah tubuh para penari ketika menarikannya.

Gerakan seperti meloncat, melangkah, memukul dada atau dhiet, petik jari atau ketrep jaroe, serta hentakan kaki ke lantai (geddham kaki) secara serentak adalah gerakan utaman tarian ini.

Gerakan dasar tari seudati dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu ketika gerakan dimulai oleh pemimpin tari atau syekh, maka kemudian diikuti oleh penari lainnya. Sedangkan cara yang kedua adalah sebaliknya.

Secara keseluruhan, gerakan tari seudati terdiri dari Nyap, Langkah, Rheng, Asek atau Lingiek, Nyet atau Keutheet, Dhiet, Ketrep Jaroe dan terakhir gerak Geddham Kaki.

Babak dan Pola Lantai

Para penari seudati menarikan tarian ini dalam beberapa babak dan masing-masing memiliki karakteristik tersendiri. Babak tersebut antara lain adalah babak glong, babak saleum, babak likok, babak saman, babak kisah, babak cahi panyang, babak lanie dan babak penutup.

Berdasarkan pernyataan pernyataan tersebut karakteristik seni tari Seudati ditunjukkan oleh angka
mediaindonesia.com

Sedangkan pola lantai tari seudati meliputi puto taloe, lidang jang, langleng, bintang buleun, tampong, binteh, tulak angen, dapu serta kapai teureubang.

Perkembangan Tari Seudati

Hingga saat ini tarian ini terus berkembang, lestari dan dipelajari oleh generasi muda. Oleh karena itu muncul bermacam kreasi dan variasi dalam gerakannya. Pada setiap pementesan akan hadir gerakan baru dan menarik, namun tanpa menghilangkan keaslian dan nilai tarian tradisional Aceh ini.

Di kehidupan sosial masyarakat Aceh, tarian ini biasanya dilakukan pada acara adat, perayaan agama dan kebudayaan. Tidak jarang terdapat perlombaan antar kelompok tari yang membuat masyarakat antusias terhadap tarian ini.