Berikut ini yang bukan menunjukkan pasangan karya sastra dan pengarangnya yang benar adalah

Berikut ini yang bukan menunjukkan pasangan karya sastra dan pengarangnya yang benar adalah
Masuknya pengaruh Hindu-Budha berdampak pula terhadap perkembangan kesusasteraan bercorak Hindu-Budha. Kitab Ramayana dan Mahabarata yang ada di India turut pula berpengaruh terhadap bidang sastra Indonesia. Kemudian di Indonesia muncul berbagai orang yang ahli dalam membuat kitab atau yang terkenal dengan nama Empu (Mpu). Para Mpu atas perintah dari Raja kemudian membuat karya sastra yang berbentuk kakawin yang berisi tentang kejayaan sang raja. Kakawin adalah sebuah bentuk syair dalam bahasa Jawa Kuno dengan metrum (satuan irama) yang berasal dari India.

Karya sastra Hindu-Buddha itu kini banyak yang disimpan di negeri Belanda, karena pada masa penjajahan dulu Belanda berhasil membawa dan menyelamatkan beragam bentuk karya sastra yang ada di berbagai kerajaan. Apabila hendak membaca karya sastra tersebut, kita bisa menggunakan terjemahan yang ada di beberapa perpustakaan ternama. Dari berbagai terjemahan itu, kita bisa menyaksikan bagaimana kuatnya pengaruh India di dalam perkembangan tradisi tulis yang ada di Indonesia.

  1. Kakawin Bharatayudha yang ditulis oleh Empu Sedah dan Empu Panuluh. Isinya memperingati kemenangan Janggala atas Panjalu semasa raja Jayabaya.
  2. Kitab Kresnayana karangan Empu Triguna, isinya menceritakan riwayat Kresna. Ia dikenal sebagai seorang anak yang nakal, tetapi sangat dikasihani oleh setiap orang karena ia suka menolong. Selain itu, ia mempunyai kesaktian yang luar biasa. Setelah dewasa ia kawin dengan Dewi Rukmini.
  3. Kitab Sumarasantaka karangan Empu Monaguna, isinya menceritakan bidadari Harini yang kena kutuk kemudian menjelma menjadi seorang putri. Ketika masa kutukannya habis, ia kembali lagi ke kahyangan.
  4. Kitab Hariwangsa dan Gatotkacasraya ditulis oleh Empu Panuluh. Kitab Hriwangsa isinya menceritakan tentang perkawinan antara Kresna dengan Dewi Rukmini.
  5. Kitab Smaradhahana, karya Empu Dharmaja berisi pujian kepada raja sebagai titisan dari Dewa Kama.
  6. Kitab Lubdaka dan Kitab Wrtasancaya, karya Empu Tan Akung. Kitab Lubdaka berisi kisah Lubdaka sebagai pemburu yang mestinya masuk neraka yang akhirnya diangkat ke surge karena pemujaan istimewanya.
  7. Kitab Negara Kertagama, karangan Empu Prapanca. Isinya tentang keadaan kota Majapahit, daerah-daerah jajahan dan perjalanan Hayam Wuruk mengelilingi daerah-daearah kekuasaannya. Selain itu, juga disebutkan adanya upacara Sradda untuk Gayatri, mengenai pemerintahan dan kehidupan keagamaan zaman Majapahait. Kitab ini sebenarnya lebih bernilai sebagai sumber sejarah budaya daripada sumber sejarah politik. Sebab, mengenai raja-raja yang berkuasa hanya disebutkan secara singkat, terutama raja-raja Singasari dan Majapahit lengkap dengan tahun.
  8. Kitab Sotasoma, karangan Empu Tantular. Isinya tentang riwayat Sotasoma, seorang anak raja yang menjadi pendeta Buddha. Ia bersedia mengorbankan dirinya untuk kepentingan semua makhluk yang ada dalam kesulitan. Oleh karena itu, banyak orang yang tertolong olehnya. Di dalam Kitab ini terdapat ungkapan yang berbunyi; “Bhinneka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrawa”, yang kemudian dipakai sebagai motto Negara kita.
  9. Kitab Arjunawijaya, karangan Empu Tantular. Isinya tentang raksasa yang berhasil dikalahkan oleh Arjuna Sasrabahu.
  10. Kitab Kunjarakarna, tidak diketahui pengarangnya. Isinya menceritakan tentang raksasa Kunjarakarna yang ingin menjadi manusia. Ia meng- hadap Wairocana dan diizinkan melihat neraka. Oleh karena taat kepada agama Buddha, akhirnya apa yang diinginkannya terkabul.
  11. Kitab Parthayajna, juga tidak diketahui pengarangnya. Isinya tentang keadaan Pandawa setelah kalah main dadu, yang akhirnya mereka mengembara di hutan.
  12. Kitab Pararaton, isinya sebagian besar cerita mitos atau dongeng tentang raja-raja Singasari dan Majapahit. Selain itu, juga diceritakan tentang Jayanegara, pemberontakan Ranggalawe dan Sora, serta peristiwa Bubat.
  13. Kitab Sudayana, isinya tentang Peristiwa Bubat, yaitu rencana perkawinan yang kemudian berubah menjadi pertempuran antara Pajajaran dan Majapahit di bawah pimpinan Gajah Mada. Dalam pertempuran itu raja Sunda (Sri Baduga Maharaja) dengan para pembesarnya terbunuh, sedangkan Dyah Pitaloka sendiri kemudian bunuh diri. Kitab ini ditulis dalam bentuk kidung.
  14. Kitab Sorandakan, ditulis dalam bentuk kidung, menceritakan tentang pemberontakan Sora terhadap Raja Jayanegara di Lumajang.
  15. Kitab Ranggalawe, ditulis dalam bentuk kidung dan menceritakan tentang pemberontakan Ranggalawe dari Tuban terhadap Jayanegara.
  16. Kitab Panjiwijayakrama, ditulis dalam bentuk kidung dan isinya riwayat R.Wijaya sampai menjadi raja Majapahit.
  17. Kitab Usana Jawa, tentang penaklukan Bali oleh Gajah Mada dan Aryadamar. Tantu Panggelaran, tentang pemindahan gunung Mahameru ke Pulau Jawa oleh Dewa Brahma, Wisnu, dan Siwa. Runtuhan gunung Mahameru sepanjang pulau Jawa menjadi gunung-gunung di Jawa.
  18. Kitab Calon Arang, isinya tentang seorang tukang tenung yang bernama Calon Arang yang hidup pada masa pemerintahan Airlangga. Ia mempunyai anak yang sangat cantik, tetapi tidak ada yang berani me- minangnya. Calon Arang dengan sendirinya merasa terhina dan menyebarkan penyakit di seluruh negeri. Atas perintah Airlangga ia dapat dibunuh oleh Empu Bharada.

Berikut ini yang bukan menunjukkan pasangan karya sastra dan pengarangnya yang benar adalah

Mari berlomba lomba dalam kebaikan. Semoga isi dari blog ini membawa manfaat bagi para pengunjung blog. Terimakasih

KOMPAS.com - Peninggalan dari zaman kerajaan Hindu-Buddha banyak yang dapat dinikmati hingga saat ini.

Peninggalan yang kemudian menjadi sumber sejarah tersebut dapat berupa bangunan, seni rupa, seni pertunjukan, ataupun karya sastra.

Dalam bidang sastra sendiri, terdapat karya-karya tertulis berupa kitab dan kakawin (puisi Jawa Kuno) yang dikarang oleh para pujangga.

Meski begitu, tidak semua kerajaan bercorak Hindu-Buddha di Indonesia mempunyai peninggalan berupa kitab.

Berikut ini daftar kitab peninggalan dari masa Hindu-Buddha di Indonesia.

Nama kitab Pengarang Nama kerajaan
Kitab Negarakertagama Mpu Prapanca Kerajaan Majapahit
Kitab Sutasoma Mpu Tantular Kerajaan Majapahit
Kitab Pararaton Tidak diketahui Kerajaan Majapahit
Kitab Arjunawijaya Mpu Tantular Kerajaan Majapahit
Kitab Tantu Panggelaran Tidak diketahui Kerajaan Majapahit
Kitab Panjiwijayakrama Tidak diketahui Kerajaan Majapahit
Kitab Usana Jawa Tidak diketahui Kerajaan Majapahit
Kitab Ranggalawe Tidak diketahui Kerajaan Majapahit
Kitab Sorandakan Tidak diketahui Kerajaan Majapahit
Kitab Sundayana Tidak diketahui Kerajaan Majapahit
Kitab Bharatayudha Mpu Sedah dan Mpu Panuluh Kerajaan Kediri
Kitab Kresnayana Mpu Triguna Kerajaan Kediri
Kitab Smaradahana Mpu Darmaja Kerajaan Kediri
Kitab Lubdhaka Mpu Tanakung Kerajaan Kediri
Kitab Sumanasantaka Mpu Monaguna Kerajaan Kediri
Kitab Hariwangsa Mpu Panuluh Kerajaan Kediri
Kitab Gatotkacasraya Mpu Panuluh Kerajaan Kediri
Kitab Writasanjaya Mpu Tanakung Kerajaan Kediri
Kitab Arjunawiwaha Mpu Kanwa Kerajaan Kahuripan
Kitab Sang Hyang Kamahayanikan Mantranaya Tidak diketahui Kerajaan Mataram Kuno
Ramayana Kakawin Tidak diketahui Kerajaan Mataram Kuno

Baca juga: Kitab Negarakertagama: Sejarah, Isi, dan Maknanya

Kitab peninggalan Hindu-Buddha yang terkenal

1. Kitab Negarakertagama

Kitab kakawin karangan Mpu Prapanca yang menceritakan kehidupan Kerajaan Singasari adalah Negarakertagama.

Meskipun disebut sebagai peninggalan Kerajaan Majapahit yang paling penting dan terkenal, kitab ini juga menguraikan tentang Kerajaan Singasari, yang merupakan pendahulunya.

Kitab Negarakertagama ditulis saat Kerajaan Majapahit diperintah oleh Prabu Hayam Wuruk.

Isinya menguraikan kisah keagungan Prabu Hayam Wuruk dan puncak kejayaan Kerajaan Majapahit.

Selain itu, kitab ini juga menceritakan banyak hal tentang Kerajaan Majapahit. Mulai dari asal-usul, hubungan keluarga raja, para pembesar negara, jalannya pemerintahan, serta kondisi sosial, politik, keagamaan, dan kebudayaan.

2. Kitab Sutasoma

Peninggalan Hindu-Budha di bidang sastra yang memuat istilah Bhineka Tunggal Ika adalah Kitab Sutasoma.

Kitab Sutasoma merupakan peninggalan sejarah dalam bentuk karya sastra dikarang oleh Mpu Tantular pada abad ke-14, lebih tepatnya ketika Majapahit diperintah oleh Prabu Hayam Wuruk.

Selain memuat istilah Bhineka Tunggal Ika yang menjadi semboyan NKRI, kitab ini juga menceritakan tentang kerukunan hidup beragama di Kerajaan Majapahit, khususnya antara Hindu dan Buddha.

Baca juga: Kitab Sutasoma: Pengarang, Isi, dan Bhinneka Tunggal Ika

3. Kitab Pararaton

Kitab Pararaton termasuk salah satu karya sastra peninggalan Kerajaan Majapahit yang terkenal.

Para sejarawan menduga kitab yang tidak diketahui pengarangnya ini ditulis pada sekitar 1481-1600 M.

Isi Kitab Pararaton dapat dibagi ke dalam dua bagian, di mana pada bagian pertama menceritakan tentang riwayat Ken Arok, pendiri Kerajaan Singasari, dan para raja penerusnya.

Sementara bagian kedua mengisahkan tentang kehidupan Kerajaan Majapahit. Mulai dari riwayat pendirinya, Raden Wijaya, hingga daftar raja-raja yang berkuasa dan pemberontakan yang berlangsung pada awal berdirinya kerajaan.

4. Kitab Bharatayudha

Masa pemerintahan Kerajaan Kediri kerap disebut sebagai zaman keemasan Jawa Kuno, karena menghasilkan karya-karya sastra berbentuk kakawin yang berkualitas tinggi.

Salah satu karya sastra yang dimaksud adalah Kitab Bharatayuddha, yang ditulis oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh pada zaman kekuasaan Raja Jayabaya (1135-1159 M).

Cerita Kitab Bharatayudha merupakan penggalan dari Kitab Mahabharata, yang mengisahkan tentang perang 18 hari antara Pandawa dan Kurawa di Padang Kuruksetra yang dikenal sebagai Perang Bharatayuddha.

Referensi:

  • Isnaini, Danik. (2019). Kerajaan Hindu-Buddha di Jawa. Singkawang: Maraga Borneo Tarigas.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.