Buah Buah iman seperti yang dinyatakan dalam Yakobus 2 14 16 adalah

Hari ke-14 | 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Yakobus
Baca Pengantar Kitab Yakobus di sini

2:14 Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?

2:15 Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari,

2:16 dan seorang dari antara kamu berkata: “Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!”, tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?

2:17 Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.

Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974

Beberapa tahun yang lalu, aku membaca sebuah cerita di media sosial tentang seorang pendeta yang menyamar sebagai seorang tunawisma pada kunjungan pertamanya ke gereja yang akan ia pimpin. Dikisahkan bahwa hanya tiga orang dari 10.000 jemaat yang hadir menyapanya. Tidak ada yang menggubrisnya saat ia minta sedikit uang untuk membeli makanan. Saat ia hendak duduk di bangku barisan depan, para petugas penyambut tamu segera menyuruhnya pindah ke belakang.

Tibalah waktunya para majelis hendak memperkenalkan sang pendeta baru itu. Jemaat bertepuk tangan dan saling melihat kiri kanan, mereka sangat bersemangat ingin melihat pendeta baru mereka. Sang “tunawisma” pun maju ke depan dan memperkenalkan siapa ia sebenarnya. Ia mengambil pengeras suara lalu membacakan Matius 25:34-45. Dalam bagian itu, Yesus mengakhiri perumpamaan-Nya tentang domba dan kambing dengan berkata, “sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.”

Kisah itu kemudian dikabarkan sebagai kisah rekaan semata, tetapi prinsip-prinsip yang bisa dipelajari dari kisah tersebut masih relevan hingga sekarang: iman yang sejati harus disertai dengan belas kasihan dan tindakan nyata.

Bisa jadi sebagian kisah tersebut diinspirasi oleh bacaan Alkitab kita hari ini. Dalam suratnya, setelah membahas isu memandang muka di dalam gereja, rasul Yakobus bertanya, “Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seseorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?” (ayat 14).

Di sini kita melihat Yakobus menarik hubungan yang tidak terpisahkan antara iman dan perbuatan. Ia menggambarkan skenario yang menggelikan tentang seseorang yang berkata kepada saudaranya yang kekurangan makanan dan tidak punya pakaian, “Selamat jalan, pakailah baju hangat dan makanlah sampai kenyang ya!” Namun, orang itu tidak berbuat apa-apa untuk membantu saudaranya memiliki baju hangat dan makanan yang cukup. Gambaran ini memperjelas prinsip yang hendak diajarkan Yakobus: iman, tanpa tindakan nyata itu mati (ayat 17). Mati—tidak bernyawa, tidak efektif, tidak berguna.

Dalam zaman media sosial sekarang, kita bisa melihat prinsip utama yang diajarkan Yakobus ini begitu nyata dalam berbagai situasi. Misalnya, kita mungkin mengetik #berdoauntukSuriah, tetapi mengabaikan keluarga pengungsi miskin yang baru saja pindah di dekat tempat tinggal kita. Mungkin saja kita mengetik #diberkati di bawah foto diri atau makanan yang kita santap, tetapi pada saat yang sama gagal meneruskan berkat itu kepada orang-orang yang membutuhkan. Mungkin pula kita membagikan video inspirasional yang mengisahkan pergumulan gereja yang dianiaya, tetapi kita sendiri tidak memberikan bantuan sama sekali kepada saudara-saudari seiman kita yang sedang dianiaya itu.

Aku percaya tantangan yang diberikan Yakobus kepada kita untuk hidup sebagai para murid Kristus yang sejati adalah tantangan untuk memastikan bahwa iman yang kita miliki di dalam pesan Injil melimpah keluar dalam perbuatan-perbuatan yang baik. Kita melakukannya bukan untuk mendapatkan perkenan Tuhan, melainkan karena kita begitu bersyukur atas pengorbanan Yesus dan terkagum-kagum atas kasih-Nya yang tak bersyarat kepada kita, sehingga kita tidak bisa tidak menyatakan keyakinan kita itu dalam tindakan-tindakan yang positif di tengah komunitas masyarakat tempat kita berada. —Caleb Young, Australia

Handlettering oleh Novia Jonatan

Pertanyaan untuk direnungkan 1. Bagaimana kita dapat memahami bacaan hari ini dalam terang bagian Alkitab lainnya seperti Efesus 2:8-9 yang mengatakan bahwa kita dibenarkan hanya oleh iman? 2. Bagaimana bacaan hari ini menolong kita untuk memahami dengan lebih baik iman sejati di dalam Yesus?

3. Adakah ketidakselarasan yang bisa terdeteksi antara iman dan perbuatan dalam hidup kita?

Jawaban

Yakobus berkata, "Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati" (Yakobus 2:26). Iman tanpa perbuatan baik disebut mati karena kurangnya perbuatan baik itu mengungkapkan kehidupan yang tidak diubahkan, serta hati yang mati secara rohani. Ada berbagai ayat yang menjelaskan bahwa iman sejati yang menyelamatkan akan menghasilkan kehidupan yang berubah, bahwa iman terbukti oleh perbuatan kita. Cara hidup kita mengungkapkan kepercayaan kita dan apakah iman yang kita akui benar-benar iman yang hidup. Yakobus 2:14-16 terkadang diceraikan dari konteksnya demi menciptakan sistem kesalehan beragama yang didasari perbuatan baik, padahal berlawanan dengan pengajaran lainnya di dalam Alkitab. Yakobus bukan mengajar bahwa perbuatan baik dapat membenarkan kita di hadapan Allah, melainkan bahwa iman sejati akan terbukti oleh perbuatan baik. Perbuatan baik bukanlah penyebab keselamatan; perbuatan baik adalah bukti keselamatan. Iman sejati di dalam Kristus selalu menghasilkan perbuatan baik. Orang yang mengklaim dirinya Kristen tetapi hidup dalam ketidaktaatan pada Kristus yang disengaja, imannya palsu dan ia tidak selamat. Paulus mengulangi hal serupa dalam 1 Korintus 6:9-10. Yakobus membandingkan dua jenis iman yang berbeda - iman sejati yang menyelamatkan dan iman palsu yang mati. Banyak orang mengaku sebagai Kristen, namun kehidupan dan prioritas mereka menunjukkan kenyataan yang sesungguhnya. Yesus mengutarakannya demikian: "Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" (Matius 7:16-23). Perhatikan kesamaan antara pesan Yakobus dengan pesan Yesus. Ketaatan kepada Allah adalah bukti dari iman yang menyelamatkan. Yakobus menggunakan contoh Abraham dan Rahab sebagai teladan dimana ketaatan selalu menyertai keselamatan. Hanya sekedar mengatakan kita percaya tidak menyelamatkan kita, begitu pula dengan sebatas hadir beribadah. Yang menyelamatkan kita adalah pembaruan hati kita oleh Roh Kudus, dan pembaruan tersebut akan tercermin di dalam kehidupan beriman yang taat kepada Allah. Kesalahpahaman terkait hubungan di antara iman dan perbuatan datangnya dari penyalah-tafsiran ajaran Alkitab mengenai keselamatan. Pada umumnya ada dua kesalahan yang muncul dalam pengertian iman dan perbuatan. Kesalahan yang pertama ialah bahwa, selama seseorang pernah mengucapkan doa atau pernah berkata, "Saya percaya Yesus," maka ia selamat tanpa pengecualian apapun. Ilustrasinya adalah jika seorang anak kecil pernah memenuhi panggilan ke altar untuk menerima Yesus dan dianggap selamat, walaupun ia tidak sedikitpun menunjukkan keinginan untuk berjalan dengan Allah sejak itu dan sedang hidup dalam keberdosaan yang disengaja. Ajaran ini dikenal dengan ungkapan "pembaruan mengikuti keputusan," dan sangat berbahaya. Idenya ialah bahwa pengakuan iman menyelamatkan seseorang, walaupun ia hidup bagaikan iblis setelahnya, dan memasuki kategori "Kristen karnal." Ajaran ini menyepelekan gaya hidup yang bejat: seseorang dapat meneruskan hidupnya sebagai pezinah yang tidak bertobat, pembohong, atau pencuri, namun ia selamat; karena ia hanya "karnal." Namun, sebagaimana kita jumpai dalam Yakobus 2, pengakuan iman yang kosong - pengakuan yang tidak menghasilkan hidup yang taat kepada Kristus - adalah iman yang mati, yang tidak dapat menyelamatkan. Kesalahan kedua terkait iman dan perbuatan adalah upaya untuk menjadikan perbuatan sebagai hal yang membenarkan kita di hadapan Allah. Upaya mendapatkan keselamatan dengan mencampurkan iman dan perbuatan sangat berlawanan dengan Alkitab. Roma 4:5 menyatakan, "Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran." Yakobus 2:26 menyatakan, "Iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati." Tidak ada konflik antara kedua bagian ayat tersebut. Kita dibenarkan oleh kasih karunia melalui iman, dan akibat alami dari iman di hati ialah perbuatan yang dapat diamati. Perbuatan yang mengikuti keselamatan tidak membenarkan kita di hadapan Allah; perbuatan itu hanya mengalir dari hati yang diperbarui sama seperti air mengalir dari mata air. Keselamatan adalah tindakan berdaulat Allah dimana seseorang berdosa mengalami "permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus" yang dicurahkan di atasnya (Titus 3:5), sehingga ia lahir kembali (Yohanes 3:3). Ketika hal ini terjadi, Allah memberi orang berdosa yang telah diampuni sebuah hati baru dan menaruh roh yang baru di dalamnya (Yehezkiel 36:26). Allah mencabut hatinya yang telah dikeraskan oleh dosa dan mengisinya dengan Roh Kudus. Roh ini menyebabkan orang yang selamat jalan dalam ketaatan kepada Firman Allah (Yehezkiel 36:26-27). Iman tanpa perbuatan disebut mati karena yang terungkap ialah fakta bahwa hatinya belum diubahkan oleh Allah. Ketika kita diperbarui oleh Roh Kudus, kehidupan kita akan menyaksikan kehidupan baru itu. Perbuatan kita akan dikenal oleh ketaatannya kepada Allah. Iman yang tidak terlihat dapat disaksikan secara nyata oleh kehadiran buah-buah Roh yang menghiasi kehidupan kita (Galatia 5:22). Orang Kristen adalah milik Kristus, Sang Gembala yang Baik. Sebagai domba-Nya kita mendengar suara-Nya dan mengikuti Dia (Yohanes 10:26-30). Iman tanpa perbuatan disebut mati karena iman sejati menghasilkan ciptaan baru, bukan pengulangan pola perilaku yang berdosa. Sebagaimana dituliskan oleh Paulus di dalam 2 Korintus 5:17, "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." Iman tanpa perbuatan disebut mati karena datangnya dari hati yang belum diperbarui oleh Allah. Pengakuan iman yang hampa tidak mampu merubah kehidupan. Mereka yang mengklaim iman tetapi tidak memiliki Roh Kudus akan mendengar Kristus Sendiri berkata pada mereka, "Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" (Matius 7:23).

English

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA