Bukti apa yang menunjukkan Islam masuk ke Indonesia dari Persia?

Sebentar lagi bulan suci Ramadan akan tiba! Apabila tidak berubah, bulan puasa tahun ini akan jatuh pada tanggal 24 April 2020.

Ramadan adalah salah satu bulan pada kalender hijriyah. Pada bulan ini, umat Islam di seluruh dunia wajib melakukan ibadah puasa selama satu bulan lamanya. Umat Islam diwajibkan untuk menahan diri dari makanan, minuman, serta amarah dan hawa nafsu mulai dari terbitnya fajar (waktu subuh) hingga tenggelamnya matahari (waktu maghrib). Bulan Ramadan dianggap suci karena menurut agama Islam, banyak keberkahan yang akan didapatkan ketika beribadah di bulan ini.

Ramadan memberikan kesan tersendiri di kalangan masyarakat Indonesia. Waktu sahur dan berbuka dijadikan momen untuk berkumpul keluarga. Di berbagai daerah, terutama di kompleks pemukiman serta perkampungan, banyak warga yang turun ke jalan untuk menjajakan ta’jil (santapan berbuka puasa) di waktu menjelang berbuka. Di Indonesia sendiri terdapat istilah “ngabuburit” yang merupakan aktivitas menunggu waktu berbuka.

Nuansa Ramadan yang khas di Indonesia ini dapat menandakan bahwa betapa banyaknya penduduk yang beragama Islam.

Seperti yang kita sudah ketahui negara dengan penduduk pemeluk agama Islam paling banyak adalah negara Indonesia. Negara kepulauan ini memiliki warga beragama Islam sebanyak 222 juta jiwa lebih pada tahun 2016. Angka tersebut di atas dari penduduk beragama Islam Pakistan yang berada di posisi ke dua dengan 195 juta jiwa, disusul India dengan jumlah 183 juta jiwa, dan Bangladesh di urutan ke empat dengan 149 juta jiwa.

Keberadaan agama Islam di Indonesia pun memiliki sejarahnya sendiri. Pada zaman dahulu, pedagang-pedagang dunia sering sekali menggunakan samudera untuk dijadikan jalur lalu lintas perdagangan. Berkat letak Indonesia yang strategis, yaitu di antara samudera hindia dan samudera pasifik, banyak pedagang yang sering menyambangi negara ini.

Selain letaknya yang strategis, Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan rempah-rempah. Tak heran banyak pedagang mancanegara yang melakukan aktivitas perdagangan di Indonesia.

Teori Masuknya Islam di Indonesia

Islam datang ke Indonesia berkat peran pedagang yang terlebih dahulu memeluk agama Islam. Selain berdagang, mereka juga melakukan penyebaran agama Islam. Terdapat 3 terori yang mampu menjelaskan datangnya Islam di Indonesia.

1. Teori Mekkah

Menurut teori ini, Islam dibawa oleh pedagang yang berasal dari Mekkah di abad 7 masehi. Terdapat tiga bukti yang mendukung teori ini.

Pertama, adanya perkampungan Islam di Barus, Sumatera di tahun 674 masehi. Sesuai namanya, penghasilan utama dari kampung ini adalah kapur barus. Benda ini menjadi kesukaan dari Timur Tengah. Sehingga mengundang pedagang dari sana untuk datang ke Indonesia.

Kedua, ditemukannya makam Islam tertua Indonesia, tepatnya di Gresik, Jawa Tengah. Makam bernama Siti Fatimah binti Maimun tersebut ditulis menggunakan ukiran kaligrafi arab bergaya kufi.

Ketiga, adanya pemakaman Islam di wilayah Majapahit di Trowulan. Diyakini bahwa pada era kerajaan Majapahit sudah banyak orang yang memeluk agama Islam.

2. Teori Persia

Teori ini menyatakan bahwa, selain disebarkan oleh pedagang dari Mekkah, Islam juga disebarkan oleh pedagang yang berasal dari Persia yang kira-kira kini letaknya ada di negara Iran.

Menurut teori ini, Islam dibawa oleh pedagang yang asalnya dari Iran pada abad 11. Terdapat dua hal yang bisa membuktikan teori ini.

Pertama, setiap tanggal 10 Muharram, di Bengkulu dan Sumatera Barat selalu diadakan upacara Tabuik. Upacara ini diadakan untuk mengenang cucu Nabi Muhammad SAW, Husain bin Ali. Upacara ini adalah upacara tahunan yang juga dilakukan di Persia.

Kedua, Bukti kedua, adanya kesamaan ajaran sufi yang dianut oleh Syekh Siti Jenar, seorang ulama sufi asal Jepara, dengan sufi Iran beraliran Al-Hallaj.

3. Teori Gujarat

Menurut teori ini, Islam dibawa ke Indonesia oleh pedagang yang berasal dari Gujarat pada abad ke 13 Masehi.

Bukti pertama yang mendukung teori ini adalah bentuk batu nisan Sultan Malik Al-Saleh, sultan dari Kerajaan Samudra Pasai. Batu nisan ini mirip dengan batu nisan yang ada di Gujarat.

Bukti lainnya adalah tulisan dari Marco Polo, pedagang dari Venesia. Tulisan itu menyatakan bahwa Marco Polo pernah mendatangi Perlak, Aceh Timur. Dia menuliskan bahwa di Perlak terdapat Kerajaan Islam Pertama dan sudah banyak penduduk yang beragama Islam.

Kamu bisa belajar lebih lengkap lagi mengenai proses masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia menggunakan Aplikasi Pahamify. Di situ kamu bisa belajar bagaimana pedagang itu bisa menggunakan media perdagangan untuk menyebarkan Islam dan bagaimana jalur penyebaran agama Islam di Indonesia serta peranan pesantren dalam memperkuat penyebaran agama Islam di negara ini.

Keadaan dunia memang sedang kurang baik. Keharusan kita untuk melakukan physical distancing, membuat kita harus tetap beraktivitas di dalam rumah. Biarpun kamu belum bisa berangkat ke sekolah, aktivitas belajar masih bisa optimal ketika dilakukan di rumah. Apalagi kalau kamu menggunakan aplikasi Pahamify dengan berbagai fitur menarik di dalamnya yang kini bisa kamu akses secara gratis sampai tanggal 31 Mei 2020 ! Download sekarang juga untuk merasakan #BelajarSeruDiRumah!

Penulis: Afif Rizki

Bukti apa yang menunjukkan Islam masuk ke Indonesia dari Persia?

Bukti apa yang menunjukkan Islam masuk ke Indonesia dari Persia?
Lihat Foto

Indephedia

Ilustrasi masuknya Islam ke Indonesia

KOMPAS.com - Para sejarawan memiliki perbedaan pendapat terkait proses masuknya Islam ke Indonesia.

Perbedaan pendapat itu kemudian melahirkan teori-teori tentang masuknya Islam ke Indonesia.

Masuknya Islam ke Indonesia sendiri dibuktikan dengan adanya kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam, seperti contohnya Kerajaan Samudera Pasai, Aceh, Banten, Demak, Gowa-Tallo, Ternate, Tidore, Cirebon, dan masih banyak lainnya.

Adapun beberapa teori terkait masuknya Islam ke Indonesia adalah Teori Gujarat, Teori Mekkah atau Teori Arab, Teori Persia, dan Teori Cina.

Masing-masing teori tersebut memiliki kelebihan dan juga kelemahan.

Baca juga: Kelebihan dan Kelemahan Teori Mekkah

Berikut ini akan dibahas mengenai kelebihan dan kelemahan dari Teori Persia.

Teori Persia

Menurut Teori Persia, agama Islam masuk ke Indonesia pada rentang waktu abad ke-7 hingga ke-13.

Adapun yang membawa Islam adalah para pedagang dari Persia, yang pertama kali menyebarkan agama Islam di Pulau Sumatera.

Teori ini didukung oleh sejarawan seperti Prof. Hoeseom Djajadiningrat dan Prof. Umar Amir Husen.

Seperti diketahui bahwa posisi Pulau Sumatera sangat dekat dengan Selat Malaka, yang merupakan pusat perdagangan serta bisnis pada saat itu.

Ilustrasi Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia. Foto: Freepik

Indonesia adalah negara dengan pemeluk agama Islam terbanyak di dunia. Karena itu, Indonesia memiliki sejarah tersendiri tentang proses masuknya Islam ke negara ini. Bagaimana sejarah masuknya Islam ke Indonesia?

Menurut Nana Supriatna dalam buku Sejarah, masuknya agama Islam ke Indonesia diawali oleh pedagang asal Gujarat, Persia, dan Arab. Para pedagang tersebut dapat masuk ke Indonesia karena adanya kegiatan perdagangan yang terjadi pada saat itu.

Ada yang menyebutkan bahwa agama Islam mulai masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M. Namun, ada pula yang mengatakan jika Islam baru masuk ke Indonesia pada abad ke-13 M.

Teori Masuknya Islam ke Indonesia Beserta Buktinya

Ilustrasi Teori Masuknya Islam ke Indonesia. Foto: Freepik

Secara geografis, Indonesia terletak di kawasan yang sangat strategis dalam saluran perdagangan dunia. Hal inilah yang menjadi faktor utama agama Islam dapat dengan mudah masuk ke wilayah Indonesia.

Ada banyak teori yang menjelaskan tentang dari mana Islam berasal dan menyebar di Nusantara. Beberapa teori masuknya Islam ke Indonesia di antaranya adalah teori Gujarat, Mekah, dan Persia.

Teori Gujarat adalah teori masuknya Islam ke Indonesia yang pertama kali dikemukakan oleh Snouck Hurgronje dan J. Pijnapel. Dalam teori ini disebutkan bahwa Islam di Indonesia sebenarnya berasal dari Gujarat (India) dan mulai masuk sejak abad ke 8 M.

Islam masuk ke Indonesia melalui wilayah-wilayah di anak benua India, seperti Gujarat, Bengali, dan Malabar. Seperti diketahui bahwa Bangsa Indonesia pada masa itu memang telah menjalin hubungan dagang dengan India melalui saluran Indonesia-Cambay.

Berdasarkan teori ini, masuknya Islam ke Indonesia pertama kali diyakini berasal dari Gujarat. Salah satu bukti sejarah yang mendukung teori masuknya agama Islam ini adalah ditemukannya batu nisan Sultan Samudera Pasal, yaitu Malik as-Saleh berangka tahun 1297 H yang bercorak Gujarat.

Selain itu, bukti lain dari teori Gujarat juga didasarkan pada corak ajaran Islam yang cenderung memiliki warna tasawuf. Ajaran ini diterapkan oleh orang muslim di India Selatan yang mirip dengan ajaran Islam di Indonesia pada awal berkembangnya Islam.

Sejarah masuknya Islam di Jawa dibahas dalam teori Persia yang dikemukakan oleh Hoessein Djajadiningrat. Teori ini menyebutkan bahwa Islam yang masuk ke Indonesia adalah Islam yang berasal dari Persia (Iran), Islam diyakini dibawa oleh para pedagang Persia mulai pada abad ke 12.

Teori Persia berlandaskan pada bukti maraknya paham Syiah pada awal masuknya Islam ke indonesia. Selain itu, ada kesamaan tradisi budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia. Budaya tersebut adalah peringatan 10 Muharam atau hari Asyura.

Adanya suku Leran dan Jawi di Persia juga menunjukkan bukti bahwa orang orang Persia yang membawa ajaran islam ke Indonesia. Suku ini disinyalir merujuk pada orang-orang Leran dari Gresik dan suku Jawa.

Selain itu, dalam suku Jawa juga terdapat tradisi penulisan Arab Jawa atau Arab Pegon sebagaimana diadopsi oleh masyarakat Persia atas Tulisan Arab. Hal ini diperkuat dengan istilah Jer yang lazim digunakan masyarakat Persia.

Teori Arab atau Teori Mekah ini diyakini berasal dari Arab, yaitu Mekkah dan Madinah pada abad pertama Hijriah atau abad ke-7 M. Dasar pendapat ini berupa adanya bukti perkampungan Islam di Pantai Barus, Sumatera Barat, yang dikenal sebagai Bandar Khalifah.

Wilayah tersebut dikenal dengan wilayah Ta-Shih. Ta Shih adalah sebutan orang-orang China untuk orang Arab. Bukti ini terdapat dalam dokumen dari Cina yang ditulis oleh Chu Fan Chi yang mengutip catatan seorang ahli geografi, Chou Ku-Fei.

Chou Ku-Fei mengatakan bahwa adanya pelayaran dari wilayah Ta-Shih yang berjarak 5 hari perjalanan ke Jawa. Dalam dokumen China tercatat bahwa keberadaan komunitas Muslim Arab di Pantai Barus ada sekitar pada 625 M.

Melihat tahun tersebut, berarti hanya sembilan tahun dari rentang waktu ketika Rasulullah SAW menetapkan dakwah Islam secara terbuka kepada penduduk Makkah. Kala itu, beberapa sahabat Rasulullah SAW juga telah berlayar dan membentuk perkampungan Islam di Sumatera.

Pelayaran ini sangat mungkin terjadi mengingat adanya perintah Rasulullah SAW agar kaum Muslimin menuntut ilmu sampai ke negeri Cina. Hal ini berarti Islam masuk ke Indonesia saat Rasulullah masih hidup.

Bukti arkeologis juga ditemukan di Barus, yakni berupa sebuah makam kuno di kompleks pemakaman Mahligai, Barus. Pada salah satu batu nisannya tertulis nama Syekh Rukunuddin yang wafat pada 672 M.

Para arkeolog dari Ecole Francaise D'extreme-Orient Prancis dan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional menyatakan bahwa sekitar abad ke-9 sampai 12 Masehi, Barus pernah menjadi sebuah perkampungan dari berbagai suku bangsa. Di antaranya seperti Arab, Aceh, India, Cina, Tamil, Jawa, Bugis, dan Bengkulu.

Bukti lain yang mendukung teori masuknya Islam ke Indonesia adalah munculnya kerajaan Islam pertama di Indonesia, yaitu Kerajaan Perlak yang diteruskan oleh Kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan bercorak paham Syafi'i yang kala itu dianut banyak penduduk Mesir dan Mekah.

Bagaimana Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia?

Ilustrasi Proses Masuknya Islam ke Indonesia. Foto: Freepik

Penyebaran agama Islam di Indonesia dilakukan melalui berbagai media. Lantas, bagaimana proses masuknya Islam ke Indonesia? Berikut penjelasannya seperti dihimpun dari buku Sejarah Islam Nusantara oleh Rizem Aizid.

Pedagang-pedagang Islam dari Arab, Persia, dan Gujarat memegang peranan penting dalam penyiaran agama Islam di Indonesia. Masuknya Islam ke Indonesia salah satunya melalui media perdagangan yang terjadi ketika ramainya lalu lintas perdagangan laut pada abad ke 7 M hingga abad ke-16 M.

Pada masa itu, para pedagang Muslim yang berdagang ke Indonesia semakin banyak, sehingga akhirnya membentuk sebuah pemukiman yang disebut pekojan. Dari tempat inilah mereka saling berinteraksi dan berasimilasi dengan masyarakat setempat atau penduduk asli seraya menyebarkan ajaran agama Islam di Indonesia.

Para pedagang Islam yang datang ke Indonesia banyak yang menikah dengan wanita-wanita pribumi. Sebelum perkawinan berlangsung, wanita-wanita pribumi yang belum beragama Islam diminta untuk mengucapkan syahadat sebagai tanda menerima Islam sebagai agamanya.

Melalui proses perkawinan inilah kaum Muslim di Indonesia semakin besar dan lambat laun berkembang. Bahkan, perkawinan ini pun juga berhasil membuat keturunan yang mampu menyebarkan Islam hingga menjadi kerajaan di zaman itu.

Penyebaran Islam dengan pendidikan dilakukan melalui pesantren pesantren, khususnya oleh para kiyai. Semakin terkenal kiyai yang mengajar di sebuah pesantren itu, semakin besar pula pengaruh pesantren tersebut di tengah-tengah masyarakat.

Beberapa pesantren yang terkenal di Indonesia di antaranya:

  • Pesantren Ampel Denta yang didirikan oleh Sunan Ampel (Raden Rahmat)

  • Pesantren Sunan Giri yang didirikan oleh Sunan Giri, yang kebanyakan muridnya berasal dari Maluku.

Selain mengajar di pesantren-pesantren, para kiyai juga sering kali menjadi penasihat para raja ataupun bangsawan.

Penyebaran Islam yang tidak kalah penting adalah melalui tasawuf. Tasawuf merupakan ajaran atau cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tasawuf lebih mudah bagi orang yang telah mempunyai dasar ketuhanan untuk mengerti dan menerima ajaran agama Islam.

Di samping itu, ajaran tasawuf ini juga dinilai mampu memelihara unsur-unsur budaya yang diteruskan dalam kehidupan Islam, sehingga Islam pun mudah diterima oleh masyarakat.

Ajaran tasawuf ini banyak dijumpai dalam cerita-cerita babad dan hikayat masyarakat setempat. Beberapa tokoh penyebar tasawuf di antaranya, Hamzah Fansuri, Syamsuddin, Syekh Abdul Shamad, dan Nurdin al-Raniri.

Penyebaran agama Islam di Indonesia juga dilakukan melalui budaya dan kesenian, seperti peninggalan seni bangunan, seni musik, seni pahat, dan seni sastra. Hasil-hasil karya seni ini dapat dilihat pada bangunan masjid masjid kuno di Demak, Banten, Cirebon dan Aceh.