Buku panduan mandor panen cargill tropical palm learning academy

1 MANAJEMEN PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH TOMMY HARIONO PAKPAHAN A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Pengendalian Gulma Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2016 Tommy Hariono Pakpahan NIM A

4

5 ABSTRAK TOMMY HARIONO PAKPAHAN. Manajemen Pengendalian Gulma Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh SOFYAN ZAMAN. Pengendalian gulma untuk areal kebun dengan luasan ribuan hektar memiliki kesulitan yang cukup tinggi di dalam pengelolaannya terhadap kebutuhan alat, bahan, dan tenaga kerja. Kegiatan magang bertujuan untuk mempelajari aspek teknis dan manajerial budidaya kelapa sawit dalam praktek kerja nyata di lapang khususnya dalam aspek pengendalian gulma. Kegiatan magang dilaksanakan dari bulan Februari hingga Juni Hasil pengamatan menunjukkan bahwa gulma dominan di BKLE adalah Mucuna bracteata, Ageratum conyzoides, Centotheca lappaceae, dan Brachiaria mutica. Manajemen pengendalian gulma telah dilakukan dengan baik, namun dalam beberapa hal masih belum memenuhi kriteria standar operasional perusahaan seperti dosis racun ha -1 aplikasi yang tinggi yaitu 402, 36 cc ha -1, kondisi peralatan yang kurang sesuai standar, pusingan semprot yang tinggi, prestasi tenaga kerja piringan manual dan semprot chemist yang rendah, kesadaran penggunaan APD yang rendah, dan mutu semprot yang masih dibawah standar perusahaan. Biaya ha -1 pengendalian gulma manual lebih tinggi daripada biaya ha -1 pengendalian gulma chemist. Kata kunci : biaya, dominansi gulma, herbisida, prestasi kerja. ABSTRACT TOMMY HARIONO PAKPAHAN. Weed Control Mangement of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Supervised by SOFYAN ZAMAN. Weed control in estate area with an area of thousands of hectares has a challange on its management in term of equipment, material, and labor. This internship aims to study the technical and management aspects of oil palm plantations specifically in weed control`s aspect. Internship activities undertaken from February to June The results showed that the dominant weed in BKLE are Mucuna bracteata, Ageratum conyzoides, Centotheca lappaceae, and Brachiaria mutica. Weed control management has been done well, but in some aspects still not met with the criteria of the standard company such as the dose of herbicide ha -1, equipment, rotation of spraying, labor echievements, awareness of using APD, and the spraying quality. Cost ha -1 manual weed control was higher than the cost ha -1 chemist weed control. Keywords : costs, dominance of weeds, herbicides, labor achievements.

6

7 MANAJEMEN PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH TOMMY HARIONO PAKPAHAN A Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Departemen Agronomi dan Hortikulutra DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016

8

9

10

11 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan karunia-nya saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul `Manajemen Pengendalian Gulma Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah` dengan baik. Terima kasih penulis ucapkan kepada : 1. Bapak Ir. Sofyan Zaman, M.P. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan serta arahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. 2. Bapak Dr. Edi Santosa, S.P., M.Si. dan Bapak Dr. Dwi Guntoro, S.P., M.Si. selaku dosen penguji dalam ujian akhir yang telah memberikan saran dan kritik dalam penyempurnaan skripsi. 3. Ibu Dr. Ir. Maya Melati, M.S., M.Sc. selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani pendidikan di AGH. 4. Bapak Soetikno selaku Estate Manager BKLE, Bapak Shohafin, Bapak Agustiono Sitohang, Bapak Eka Siswanto selaku Asisten Divisi BKLE yang dengan sabar telah membimbing dan memberikan masukan kepada penulis selama kegiatan magang berlangsung. 5. Seluruh mandor dan karyawan divisi 3 BKLE 6. Ilham Kurniawan dan Alfie Yusrada Siagiaan selaku rekan magang yang telah membantu penulis dalam melakukan kegiatan analisis vegetasi gulma dan sebagai teman berdiskusi selama berada di lokasi magang. 7. Orang tua dan seluruh keluarga atas doa dan dukungannya. Semoga skripsi ini bermanfaat dan menjadi bahan pertimbangan untuk kegiatan magang berikutnya. Bogor, September 2016 Tommy Hariono Pakpahan

12

13 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Sifat Unggul Gulma 2 Prinsip Pengendalian Gulma 3 Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit 3 Manajemen Pengendalian Gulma 3 METODE 5 Waktu dan Tempat Magang 5 Metode Pelaksanaan 6 Pengamatan dan Pengambilan Data 6 Analisis Data dan Informasi 7 KEADAAN UMUM 9 Profil Perusahaan 9 Letak Geografis dan Wilayah Administratif 9 Keadaan Iklim dan Tanah 9 Keadaan Tanaman dan Produksi 10 Luas Areal dan Tata Guna Lahan 10 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 11 HASIL DAN PEMBAHASAN 12 Aspek Teknis 12 Aspek Manajerial 36 Pembahasan 39 KESIMPULAN DAN SARAN 44 Kesimpulan 44 Saran 45 DAFTAR PUSTAKA 45 LAMPIRAN 47 RIWAYAT HIDUP 61

14

15 DAFTAR TABEL 1. Populasi per hektar per divisi BKLE Produksi dan produktivitas tandan buah segar (TBS) tahun Luas areal dan tata guna lahan BKLE Jumlah tenaga kerja BKLE April Rekomendasi pemupukan anorganik BKLE Rekomendasi takaran untilan berdasarkan dosis kg pokok -1 dan jumlah 16 pokok until Jumlah pelepah yang dipertahankan berdasarkan umur tanaman Prestasi kerja piringan manual Prestasi kerja gawangan manual Survei kerapatan gulma Koefisien komunitas vegetasi gulma di BKLE Data kalibrasi nozzle dan volume larutan Ha -1 tim BSS Time motion study (tms) penyemprot Prestasi kerja tim BSS Pengamatan kematian gulma Biaya pengendalian gulma manual Biaya pengendalian gulma chemist Seksi panen dalam 1 rotasi divisi 3 BKLE Daftar premi potong buah divisi 3 BKLE Denda panen divisi 3 BKLE 35 DAFTAR GAMBAR 1. Kegiatan pengambilan sampel tanah blok L Sensus BBC semester Organisasi penguntilan BKLE : (a) penguntilan pupuk, (b) susunan 16 untilan siap diaplikasikan 4. Kegiatan pemupukan BKLE : (a) pengeceran pupuk MOP, (b) penaburan 17 pupuk MOP 5. Pasar pikul yang telah diaplikasikan janjang kosong Pengembangbiakan kumbang penyerbuk (Elaeidobius kamerunicus) 18 : (a) kotak hatch and carry, (b) panen kumbang (Elaeidobius kamerunicus) 7. Timbang bobot janjang rata-rata di TPH divisi Dendogram jarak ketidaksamaan gulma berdasarkan analisis cluster a) Pengukuran flow rate, b) pengukuran lebar semprot dan kecepatan 24 jalan 10. Persentase penggunaan APD tim semprot BSS Teknis pelaksanaan semprot yang kurang tepat : a) menakar racun 27 dengan menggunakan tutup knapsack, b) pengisian air dengan menggunakan air genangan di tengah blok

16

17 12. Penggunaan racun ha -1 bulan Januari sampai dengan Mei tim BSS 13. Oles gulma berkayu blok P (a) Panen dengan cara curi buah, b) pemotongan V-cut Kegiatan muat buah menggunakan tojok 36 DAFTAR LAMPIRAN 1. Jurnal kegiatan sebagai pegawai tidak tetap (PTT) Jurnal kegiatan sebagai pendamping supervisi Jurnal kegiatan sebagai pendamping asisten Peta areal BKLE Data curah hujan dan hari hujan BKLE tahun Peta jenis tanah BKLE Struktur organisasi BKLE Format RKH tim unit semprot BKLE Nisbah jumlah dominan (NJD) jenis gulma di BKLE

18

19 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan Indonesia yang pertumbuhannya sangat cepat. Luas tanam kelapa sawit terus meningkat dari tahun yaitu ha, ha, ha, ha, dan ha. Produksi minyak sawit mentah tahun terus meningkat yaitu sebesar ton, ton, ton, ton, dan ton dengan produktivitas yang berfluktuatif yaitu 3,59 ton ha -1, 3,52 ton ha -1, 3,72 ton ha -1, 3,53 ton ha -1, dan 3,56 ton ha -1 (Pusdatin, 2014). Menurut FAO (2013) total ekspor minyak sawit Indonesia tahun 2013 sebesar ton (49,35 % dari total minyak ekspor dunia). Produktivitas kelapa sawit Indonesia yang berfluktuatif disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah keberadaan gulma. Menurut Moenandir (2010) gulma dan tanaman budidaya membutuhkan syarat tumbuh yang sama yaitu cahaya, nutrisi, ruang tumbuh, air, dan gas CO 2 untuk dapat tumbuh sehingga dapat menimbulkan persaingan. Persaingan akan terjadi bila persediaan dari hal yang dipersaingkan tersedia dalam jumlah yang terbatas di bawah kebutuhan masing-masing pokok. Persaingan gulma dan tanaman budidaya dapat menurunkan hasil produksi tanaman budidaya. Piringan, pasar pikul, dan tempat pemungutan hasil (TPH) merupakan 3 lokasi penting di perkebunan kelapa sawit yang kebersihannya harus dikelola dengan baik. Piringan merupakan tempat jatuhnya buah dan brondolan kelapa sawit serta merupakan area utama penyebaran akar tersier dan akar kuarter. Kondisi piringan harus dalam keadaan bersih gulma (W0). Piringan yang dalam keadaan semak akan meningkatkan potensi losses buah tinggal yang tidak terpanen ataupun brondolan tinggal yang tidak terkutip saat kegiatan panen berlangsung. Piringan yang semak juga akan meningkatkan potensi persaingan antara gulma dan tanaman budidaya khususnya dalam hal penyerapan unsur hara dan air. Pasar pikul merupakan akses (jalan) utama karyawan dalam melakukan kegiatan produksi ataupun pemeliharaan di lapang. Pasar pikul sebagai jalan pemanen untuk mengangkut buah dengan angkong dari dalam blok ke TPH dan jalan utama tenaga pupuk dalam kegiatan mengecer pupuk dengan angkong. Pasar pikul yang tidak terawat dengan baik dapat menurunkan prestasi kerja yang dihasilkan karyawan. Tempat pemungutan hasil merupakan lokasi terakhir penyusunan buah yang telah dipotong dari pokok sebelum diangkut ke pabrik kelapa sawit. Kondisi TPH yang semak dapat meningkatkan jumlah kontaminasi sehingga dapat menurunkan mutu buah yang dihasilkan. Hal ini yang mendasari keberadaan gulma di perkebunan kelapa sawit harus dikendalikan. Pengendalian gulma untuk areal kebun dengan luasan ribuan hektar memiliki kesulitan yang cukup tinggi di dalam pengelolaannya. Faktor alat, bahan, tenaga kerja, dan waktu pengendalian gulma harus dikelola dengan baik sesuai dengan jenis gulma sasaran dan luasan target pengendalian sehingga output yang diperoleh sesuai dengan input produksi yang dikeluarkan (Sembodo, 2010). Luas areal yang relatif luas dan ketersediaan jumlah tenaga kerja yang terbatas

20 2 merupakan faktor-faktor yang menyebabkan penggunaan metode pengendalian secara chemist banyak diadopsi oleh perusahaan-perusahaan besar. Metode pengendalian secara chemist merupakan metode pengendalian dengan menggunakan bahan kimia yang beracun yaitu herbisida. Penggunaannya yang kurang tepat dapat menimbulkan bahaya keracunan terhadap aplikatornya, lingkungan sekitar aplikasi, dan tanaman budidaya sehingga penerapannya di lapang harus dikelola dengan baik. Tujuan Kegiatan magang ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penulis dalam memahami aspek teknis dan manajerial budidaya kelapa sawit dalam praktek kerja nyata di lapang dan secara khusus memahami aspek pengendalian gulma baik dari segi teknis maupun manajerial. TINJAUAN PUSTAKA Sifat Unggul Gulma Gulma adalah semua jenis vegetasi tumbuhan yang menimbulkan gangguan pada lokasi tertentu terhadap tujuan yang diinginkan manusia (Lubis dan Widanarko, 2011). Menurut Sembodo (2010) interaksi antara tanaman budidaya dengan gulma akan mengakibatkan kerugian secara perlahan terhadap pertumbuhan tanaman. Kerugian tersebut diakibatkan karena adanya beberapa sifat unggul yang dimiliki gulma dan jarang ditemui pada tanaman budidaya yaitu penguasaan areal yang baik karena gulma mampu memproduksi biji yang banyak dan pertumbuhan populasinya besar, biji yang dihasilkan memiliki masa dormansi yang lama sehingga sangat menguntungkan gulma untuk mampu bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama, daya adaptasi yang sangat tinggi dikarenakan sebagian besar gulma tergolong tumbuhan C4 sehingga lebih efisien dalam proses fotosintesisnya, dan penyebarannya yang luas. Alelopati yaitu proses penekanan pertumbuhan tanaman oleh senyawa kimia (alelokimia) yang dikeluarkan gulma juga dapat menimbulkan kerugian pada tanaman utama. Menurut Fauzi et al. (2005) jenis-jenis gulma yang sering ditemukan pada lingkungan kelapa sawit adalah Ageratum conyzoides (babadotan), Ageratum houstonianum (wedusan), Amaranthus spinosus (bayam duri), Axonopus compressus (rumput pahit), Borreria latifolia (kantangan), Cyperus cyperoides (teki ijem, jukut bebalean), Cyperus rotundus (teki), Eupatorium odoratum (putihan), Gleichenia linearis (pakis kawat), Imperata cylindrica (alang-alang), Mikania micrantha (mikania), Mimosa invisa (kucingan), Ottochloa nodosa (bambu-bambuan), Paspalum conjugatum (paitan), Panicum repens (lampujangan), dan Scleria sumatrensis (krisan).

21 3 Prinsip Pengendalian Gulma Pengendalian gulma (control) harus dibedakan dengan pemberantasan gulma (eradication). Pengendalian gulma merupakan proses membatasi infestasi gulma sehingga tanaman budidaya dapat dibudidayakan secara produktif dan efisien. Prinsip pengendalian gulma tidak ada keharusan untuk membunuh atau memusnahkan seluruh gulma yang ada, melainkan cukup dengan menekan pertumbuhan gulma atau mengurangi populasi gulma sampai pada tingkat dimana penurunan produksi yang terjadi tidak berarti atau keuntungan yang diperoleh dari penekanan gulma sedapat mungkin seimbang dengan biaya yang dikeluarkan. Pemberantasan merupakan suatu usaha mematikan seluruh gulma yang ada baik yang sedang tumbuh maupun alat-alat reproduksinya, sehingga populasi gulma ditekan sampai nol (Sukman, 2002). Menurut Tjandrahusada (2004) pengendalian gulma merupakan suatu usaha meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Keunggulan tanaman pokok harus dikembangkan menjadi sedemikian rupa, sehingga gulma tidak mampu mengembangkan pertumbuhannya. Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit Pengendalian gulma yang sering digunakan di perkebunan kelapa sawit yaitu pengendalian secara kimiawi, manual, dan kultur teknis (Setyamidjaja, 2006). Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan herbisida. Keuntungan pengendalian gulma secara kimiawi adalah tenaga kerja yang digunakan relatif sedikit, total biaya lebih rendah, serta kerusakan perakaran dan erosi dapat dihindari. Kelemahan pengendalian secara kimia adalah diperlukannya keterampilan tenaga kerja yang tinggi dalam pengaplikasiannya, baik yang berhubungan dengan keselamatan pekerja, dosis herbisida, dan jenis nozzle. Penggunaan aplikasi herbisida yang berlebihan dapat membahayakan lingkungan sekitar maupun tanaman budidaya. Menurut Fauzi et al. (2005) pengendalian secara manual adalah pengendalian gulma yang dilakukan dengan menggunakan alat dan tenaga secara langsung. Alat yang digunakan antara lain sabit, cangkul, garpu, kored, dan garu. Menurut Marpaung et al. (2013) pengendalian dengan manual menunjukkan hasil yang tertinggi meskipun tidak berbeda nyata dengan pengendalian menggunakan herbisida. Pengendalian gulma dapat meningkatkan hasil tanaman sebesar 37,7%. Manajemen Pengendalian Gulma Manajemen merupakan suatu seni dalam ilmu dan proses seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan (pelaksanaan), dan pengendalian atau pengawasan. Pengertian manajemen sebagai seni karena seni berfungsi dalam mewujudkan tujuan yang nyata dengan hasil atau manfaat, sedangkan manajemen sebagai ilmu yang berfungsi menerangkan fenomena-fenomena atau kejadian, sehingga memberikan penjelasan yang sebenarnya. Manajemen berasal dari bahasa inggris yaitu manage yang berarti mengurus, mengelola, mengendalikan, mengusahakan, ataupun memimpin, sedangkan pengertian manajemen secara etimologis adalah seni melaksanakan dan mengatur. Pengertian manajemen juga

22 4 dipandang sebagai disiplin ilmu yang mengajarkan proses mendapatkan tujuan organisasi dalam upaya bersama dengan sejumlah orang atau sumber milik organisasi. Fungsi manajemen merupakan elemen-elemen dasar yang selalu ada dan berada dalam proses manajemen yang menjadi patokan bagi seseorang dalam melaksanakan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen secara umum dibagi menjadi fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan (pengarahan), dan fungsi pengawasan atau evaluasi. Menurut Sembodo (2010) perencanaan harus dilakukan dengan cermat sesuai dengan hasil identifikasi permasalahan yang terdapat di lapang. Fungsi merencanakan merupakan hal penting dalam kegiatan manajemen. Gagal dalam merencanakan sama artinya dengan merencanakan kegagalan. Perencanaan pengendalian gulma meliputi pemilihan metode pengendalian gulma, jadwal atau rotasi pengendalian gulma, peralatan dan bahan yang digunakan, tenaga kerja, serta pengusulan untuk periode berikutnya. Pemilihan metode pengendalian gulma harus disesuaikan dengan umur tanaman, jenis tanah, dan keragaman gulma sasaran pengendalian. Tanaman belum menghasilkan kelapa sawit (TBM) umumnya menerapkan pengendalian secara mekanis, tanaman menghasilkan (TM) umumnya menerapkan metode pengendalian secara kimia, dan tanaman penutup tanah (LCC) dilakukan secara manual. Jenis tanah akan mempengaruhi keragaman gulma yang tumbuh. Jenis tanah gambut akan didominasi oleh gulma paku-pakuan sedangkan jenis tanah mineral banyak didominasi oleh gulma rumput seperti rumput sarang buaya (Ottochloa nodosa). Lahan yang didominasi oleh gulma dari golongan yang sama, seperti lahan yang didominasi oleh alang-alang (Imperata cylindrica) dan oleh rumput sarang buaya (Ottochloa nodosa) akan memiliki cara penanganan yang berbeda. Penjadwalan harus dilakukan secara cermat dengan mempertimbangkan ketersediaan waktu, peralatan, tenaga kerja, luas areal, dan juga biasanya terkait jadwal pemupukan. Antisipasi melesetnya jadwal yang sudah dibuat karena kondisi tertentu, misalnya turun hujan sehingga aplikasi herbisida tidak bisa dilakukan perlu disertakan dalam pembuatan jadwal sehingga diharapkan kegiatan pengendalian gulma dapat berjalan dengan baik. Peralatan dan bahan yang dibutuhkan harus dalam keadaan tersedia dan siap untuk digunakan. Peralatan semprot yang akan digunakan terlebih dahulu harus dilakukan pengecekan seperti kegiatan kalibrasi ataupun pengecekan tabung semprot, dan lainnya agar saat jadwal pengendalian gulma peralatan tersebut sudah siap pakai. Bahan yang akan digunakan juga harus dalam keadaan tersedia di gudang atau tempat penyimpanan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan sebelumnya. Jumlah bahan tersedia yang kurang dari jumlah yang dibutuhkan ataupun tidak tersedia saat akan melakukan penyemprotan akan merusak jadwal pengendalian dan akan berpengaruh terhadap jadwal kegiatan pemeliharaan lainnya khususnya pemupukan. Bahan yang digunakan juga harus sesuai dengan gulma sasaran. Percobaan jenis herbisida baru harus dilakukan demplot untuk mengetahui kesesuaian herbisida dengan gulma sasaran, sehingga apabila penggunaan herbisida baru tidak efektif mengendalikan gulma atau bahkan meracuni tanaman budidaya, kerugian yang dialami tidak terlalu besar.

23 5 Ketersediaan tenaga kerja juga harus dipersiapkan dengan baik khususnya untuk tenaga kerja harian lepas. Kekurangan tenaga kerja sering terjadi saat setelah gajian. Karyawan lebih mengutamakan untuk istirahat sejenak. Antisipasi terhadap kelangkaan tenaga kerja harus dilakukan seperti pemberitahuan jadwal semprot jauh-jauh hari sebelum kegiatan semprot dilakukan, ataupun dengan menetapkan kerja lembur. Pengusulan untuk periode (rotasi) semprot berikutnya harus dilakukan dengan tepat waktu sebelum saat pengendalian dilakukan sehingga saat sarana tersebut diperlukan, semuanya sudah siap tersedia dengan kebutuhannya. Keterlambatan terhadap pengusulan bahan akan berakibat kepada keterlambatan penyediaan barang dan akan mengganggu penjadwalan serta proses pelaksanaan pengendalian gulma. Menurut Sembodo (2010) pelaksanaan pengendalian gulma harus berpedoman pada perencanaan pengendalian gulma yang sudah ditetapkan, baik metode pengendalian yang digunakan, alat dan bahan yang digunakan, serta jadwal pengendalian gulma. Pengawasan merupakan hal penting dalam pelaksanaan pengendalian gulma. Pengawasan baik dari segi persiapan (peralatan, bahan yang digunakan, dan cara penakaran herbisida) ataupun selama proses pengendalian berlangsung merupakan kegiatan yang sangat penting. Pengarahan kerja mulai dari asisten, mandor 1, dan mandor semprot penting dilakukan untuk menghindari terjadinya bias antara perencanaan dengan pelaksanaan di lapang. Menurut Sembodo (2010) evaluasi pengendalian gulma merupakan tindakan yang sangat penting dilakukan untuk menilai keberhasilan suatu tindakan pengendalian. Keberhasilan diukur berdasarkan pelaksanaan pengendalian gulma dalam mengatasi gulma sasaran (persentase kematian gulma) ataupun tindakan pengendalian gulma tersebut telah sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Halhal yang tidak sesuai dengan yang diharapkan misalnya keberhasilan pengendalian gulma yang rendah harus dilakukan evaluasi secara cermat terhadap proses identifikasi masalah, perencanaan, dan pelaksanaan. Pergeseran jenis gulma dominan akibat suatu tindakan pengendalian tertentu dan resistensi gulma juga dapat diamati melalui proses evaluasi. Hasil evaluasi pelaksanaan pengendalian gulma dapat digunakan sebagai bahan penyusunan rencana kerja pada musim selanjutnya. Hasil yang baik pada musim ini dapat direkomendasikan untuk pengendalian musim berikutnya dan kesalahan yang terjadi pada musim ini diharapkan tidak terulang lagi pada musim yang akan datang. METODE Waktu dan Tempat Magang Kegiatan magang dilaksanakan dari Februari - Juni Kegiatan magang bertempat di Bangun Koling Estate (BKLE), PT Windu Nabatindo Abadi, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.

24 6 Metode Pelaksanaan Kegiatan magang disesuaikan dengan kegiatan sehari-hari yang ada di kebun meliputi aspek teknis dan aspek manajerial kebun. Penulis menjabat sebagai pegawai tidak tetap (PTT) selama 1 bulan, pendamping supervisi selama 1 bulan, dan pendamping asisten selama 2 bulan. Kegiatan aspek teknis yang dilakukan selama menjadi PTT yaitu pengendalian gulma secara manual dan kimia, pemupukan, panen, dan kutip brondolan. Aspek teknis lain juga didalami saat penulis menjabat sebagai pendamping mandor dan pendamping asisten seperti Leaf Sampling Unit (LSU), Soil Sampling Unit (SSU), Black Bunch Census (BBC), hatch and carry, pengendalian hama tanaman, timbang bobot janjang rata-rata (BJR), sanitasi, dan pruning. Jurnal kegiatan sebagai PTT dapat dilihat pada Lampiran 1. Kegiatan yang dilakukan selama menjadi pendamping supervisi adalah membantu dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pada lingkup kerja supervisi. Tugas sehari-hari yang dilakukan ketika mendampingi supervisi adalah mengikuti kegiatan apel pagi, mengawasi karyawan, dan membuat laporan harian. Jurnal kegiatan sebagai pendamping supervisi dapat dilihat pada Lampiran 2. Kegiatan yang dilakukan selama menjadi pendamping asisten adalah membantu asisten dalam pembuatan rencana kerja harian (RKH), pembuatan laporan asisten, pengawasan tenaga kerja, dan mengevaluasi pekerjaan yang telah dilaksanakan. Jurnal kegiatan sebagai pendamping asisten dapat dilihat pada Lampiran 3. Pengamatan dan Pengambilan Data Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapang terhadap aspek khusus yang diamati. Data sekunder diperoleh dari arsip yang dimiliki perusahaan dan literatur terkait. Data sekunder yang diperoleh dari arsip perusahaan yaitu profil perusahaan, letak geografis dan wilayah administratif, peta kebun, keadaan iklim dan tanah, keadaan tanaman dan produksi, luas areal konsesi dan tata guna lahan, serta struktur organisasi dan ketenagakerjaan. Pengamatan dominansi gulma dilakukan dengan metode analisis vegetasi menggunakan metode kuadrat berukuran 50 cm x 50 cm pada 6 blok (1 blok seluas 30 ha) yang dibedakan berdasarkan tahun tanam (TT) yaitu TT 2006 (L026), TT 2007 (L029), TT 2008 (P025), TT 2009 (P026), TT 2010 (P028), dan TT 2011 (P271). Pengambilan sampel setiap blok dilakukan dengan teknik sampling acak tidak langsung (Sembodo, 2010) di 15 piringan dan 15 pasar pikul. Gulma dari masing-masing kuadrat dipanen dan dipisahkan berdasarkan spesiesnya untuk menentukan kerapatan mutlak (KM), berat basah mutlak (BBM), dan frekuensi mutlak (FM) gulma. Kerapatan mutlak ditentukan dengan cara menghitung jumlah individu spesies gulma tertentu dalam petak sampel, bobot basah mutlak ditentukan dengan cara menimbang spesies gulma tertentu dengan menggunakan timbangan digital segera setelah dipanen, dan frekuensi mutlak ditentukan dengan cara menghitung jumlah petak sampel yang memuat spesies gulma tertentu.

25 7 Pengamatan manajemen pengendalian gulma manual dan chemist meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Perencanaan pengendalian gulma manual meliputi survei jenis gulma sasaran pengendalian, penentuan jenis pekerjaan pengendalian, dan pengalokasian tenaga kerja. Pengendalian gulma chemist meliputi survei jenis gulma sasaran pengendalian, menghitung kebutuhan alat, bahan, dan tenaga kerja yang diperlukan serta kalibrasi alat semprot. Data diperoleh melalui wawancara dengan mandor dan asisten serta pengamatan di lapang. Pengamatan kalibrasi alat semprot (nozzle) dilakukan terhadap 5 tenaga semprot sebanyak 3 ulangan. Data yang dikumpulkan adalah lebar semprot (m), kecepatan jalan operator selama 10 detik (m menit -1 ), output semprot atau flow rate di gelas ukur selama 1 menit (l menit -1 ), dan menghitung jumlah volume semprot ha -1 (l). Pelaksanaan pengendalian gulma meliputi pengamatan terhadap prinsip 5 tepat pengendalian gulma, prestasi tenaga kerja, dan penggunaan alat pelindung diri (APD). Prinsip 5 tepat pengendalian gulma manual yaitu pengamatan tepat cara pengendalian yaitu pengamatan tepat jenis, tepat sasaran, tepat dosis, tepat cara, dan tepat waktu. Pengukuran tepat jenis dan sasaran dilakukan dengan mencatat jenis herbisida dan gulma sasaran pengendalian hasil survei kerapatan gulma oleh mandor semprot. Pengukuran tepat dosis (pengendalian chemist) dilakukan melalui pengamatan time motion study (TMS) dengan mencatat jumlah dosis herbisida cap -1 dan jumlah cap ha -1 yang digunakan saat penyemprotan di lapang pada 5 tenaga semprot. Pengamatan tepat cara dilakukan dengan mengamati cara memformulasi herbisida yang digunakan dan cara kerja metode pengendalian saat aplikasi di lapang. Menurut Yuniarko (2010) pengukuran tepat waktu dilakukan dengan mengamati rotasi pengendalian gulma di blok tertentu dan waktu aplikasi herbisida di lapang. Pengamatan prestasi tenaga kerja dilakukan dengan menghitung total luasan pengendalian yang dihasilkan dan dibagikan dengan total tenaga kerja yang digunakan. Pengamatan penggunaan APD dilakukan dengan mengamati pekerja yang sedang bertugas melakukan penyemprotan. Jumlah pekerja yang diamati sebanyak 10 orang yang dipilih secara acak dan diulangi sebanyak 5 ulangan. Evaluasi pengendalian gulma yaitu pengamatan mutu semprot dan biaya pengendalian gulma. Mutu semprot dilihat berdasarkan kematian gulma pada blok yang telah disemprot 2 minggu setelah aplikasi (MSA). Pokok pengamatan disesuaikan dengan format pengamatan kebun yaitu pokok tersemprot mati dan merata, pokok tersemprot mati tidak merata, dan pokok yang tidak tersemprot. Jumlah sampel yang diambil sebanyak ± 400 pokok (3 pasar rintis) sebanyak 5 ulangan. Biaya pengendalian gulma dihitung berdasarkan penggunaan bahan dan tenaga kerja yang digunakan untuk pengendalian manual serta piringan, pasar pikul, dan TPH chemist dari bulan Januari - April Analisis Data dan Informasi Data analisis vegetasi diolah untuk mendapatkan angka Nisbah Jumlah Dominansinya (NJD) atau Some Dominance Ratio (SDR). NJD dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (Tjitrosemito, 1999) :

26 8 Keterangan : KN = Kerapatan nisbih BBN = Berat basah nisbih FN = Frekuensi nisbih Kerapatan nisbih (KN) dihitung dengan menggunakan persamaan : Bobot basah nisbih (BBN) dihitung dengan menggunakan persamaan : Frekuensi nisbih (FN) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : Koefisien Komunitas (KK) dapat menunjukkan tingkat kesamaan vegetasi gulma setiap blok pengamatan. KK dapat dihitung menggunakan indeks kesamaan Bray-Curtis (Ludwig dan Reynolds, 1998). KK dihitung dengan rumus : Keterangan : W = jumlah spesies gulma terendah pada 2 blok yang dibandingkan a = jumlah semua individu spesies gulma pada blok pertama b = jumlah semua individu spesies gulma pada blok kedua Jarak ketidaksamaan antara setiap blok dihitung dengan menggunakan persamaan : Data jarak ketidaksamaan komunitas diuji dengan analisis cluster menggunakan metode single linkage untuk mengetahui pengelompokan tahun tanam menggunakan jarak euclidian. Hasil analisis cluster ditampilkan dalam bentuk dendogram. Data volume semprot (VS) dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : Data lain yang diperoleh diolah menggunakan perhitungan matematis sederhana seperti nilai rata-rata, persentase, serta uji korelasi dengan software Minitab 16 dan Microsoft Excel. Data dianalisis secara deskriptif untuk dibandingkan dengan standart operasional prosedur (SOP) perusahaan, norma kerja perusahaan, serta literatur terkait lainnya.

27 KEADAAN UMUM Profil Perusahaan Harita Group merupakan sebuah perusahaan yang dirintis oleh Lim Tju King dan putranya Lim Hariyanto sejak tahun Harita Group memiliki beberapa divisi usaha yaitu divisi pertambangan emas, nikel, batubara, kayu, serta divisi perkebunan dan pabrik kelapa sawit. Bumitama Gunajaya Agro (BGA) Group merupakan nama perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan dan pabrik kelapa sawit. BGA group memiliki anak perusahaan yang terletak di Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Riau. Anak perusahaan yang berada di Kalimantan Tengah yaitu PT Nabatindo Karya Utama (NKU), PT Windu Nabatindo Abadi (WNA), dan PT Windu Nabatindo Lestari (WNL). PT Windu Nabatindo Abadi mengelola 4 unit usaha yang terdiri dari 3 kebun dan 1 pabrik. Kebun dan pabrik yang dikelola yaitu Bangun Koling Estate (BKLE), Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), dan pabrik Sungai Cempaga Mill (SCMM). Kegiatan magang dilaksanakan di BKLE yang terdiri atas 3 divisi. Penulis melakukan kegiatan magang di divisi 3 BKLE. Tanaman tertua di BKLE adalah tahun tanam 2006 dan yang termuda adalah Progeni yang ditanam di BKLE berasal dari Costa Rica, Lonsum, Marihat, Papua New Guinea, dan Socfindo. Letak Geografis dan Wilayah Administratif Bangun Koling Estate (BKLE) terletak pada koordinat 112,01 o 113,09 o BT dan 1,45 o - 1,85 o LS di Desa Tumbang Koling, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. BKLE di sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Cempaga Estate (SCME), sebelah Selatan berbatasan dengan perkebunan rakyat setempat, sebelah Barat berbatasan dengan PT Tunas Agro Subur Kencana (TASK), dan sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Mirah Minting Estate (SMME). Peta BKLE dapat dilihat pada Lampiran 4. Keadaan Iklim dan Tanah Curah hujan rata-rata di BKLE dalam waktu 5 tahun terakhir ( ) yaitu 3.144,39 mm tahun -1 dengan jumlah hari hujan rata-rata 117,6 hari tahun -1. Rata-rata bulan basah sebesar 10 bulan dan bulan kering sebesar 1,2 bulan sehingga iklim di BKLE menurut klasifikasi Schmidth dan Ferguson termasuk dalam kategori tipe iklim A (Sangat Basah) dengan nilai Q sebesar 12 %. Data curah hujan dan hari hujan BKLE dapat dilihat pada Lampiran 5. Jenis tanah di BKLE terdiri atas tanah Inceptisol seluas 1.259,69 ha, Entisol seluas 767,84 ha, Ultisol seluas 354,91 ha, dan Histosol seluas 147,21 ha. Topografi lahan cenderung datar (kemiringan 0-8 %). Kesesuaian lahan di BKLE termasuk kedalam kategori S3 dengan faktor pembatas tekstur tanah berpasir. Peta jenis tanah di BKLE terdapat pada Lampiran 6.

28 10 Keadaan Tanaman dan Produksi Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di BKLE adalah varietas tenera (dura x pisifera). Jarak tanam yang digunakan adalah 9,2 m x 9,2 m x 9,2 m dengan jarak antar pokok 7,9 m dan satuan pokok hektar -1 (SPH) sebesar 136 pokok. Pengamatan populasi dan jarak tanam per hektar di lapang menunjukkan jumlah yang lebih rendah daripada populasi dan jarak tanam seharusnya. Hal ini dikarenakan topogrofi lahan yang berbeda antar blok tanam, letak sungai yang memotong lahan, dan perencanaan tanam sisip titik kosong yang belum terealisasi. Jumlah populasi tanaman di BKLE dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Populasi per hektar per divisi BKLE Divisi Luas tanam (ha) Populasi (pokok) SPH (pokok ha -1 ) 1 811, , , Rata-rata Total 2.529, Sumber : Kantor Kebun BKLE (2016) Tanaman di BKLE mulai berproduksi pada tahun 2009 yaitu tanaman tahun tanam Produksi dan produktivitas tandan buah segar di BKLE terus meningkat setiap tahunnya. Produksi dan produktivitas BKLE tahun dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Produksi dan produktivitas tandan buah segar (TBS) tahun Tahun Luas TM Produksi Produktivitas BJR (kg) (ha) (ton) (ton TBS ha -1 ) ,76 9, ,20 13, ,52 16, ,29 20, ,75 23,12 Keterangan : TM ; Tanaman sudah Menghasilkan, BJR ; Berat Janjang Rata-rata Sumber : Kantor Kebun BKLE (2016) Luas Areal dan Tata Guna Lahan Luas hak guna usaha (HGU) BKLE adalah 3.183,02 ha. Luas areal yang diusahakan seluas 2.669,16 ha dengan rincian 2.529,65 ha digunakan sebagai areal penanaman dan 139,51 ha digunakan untuk areal prasarana. Luas areal dan tata guna lahan BKLE dapat dilihat pada Tabel 3. Areal penanaman terdiri dari 2.504,64 ha untuk tanaman menghasilkan (TM) dan 25,01 ha untuk tanaman belum menghasilkan (TBM Pro) Areal prasarana terdiri dari 67,10 ha untuk bangunan atau emplasement serta 72,41 ha untuk jalan (main road dan collection road) dan jembatan. Luas areal yang bisa ditanam seluas 157,89 ha dan yang tidak dapat ditanam seluas 355,97 ha.

29 11 Tabel 3. Luas areal dan tata guna lahan BKLE Uraian Luas (ha) I. Areal diusahakan (= A+B) 2.669,16 A. Areal ditanam (=1+2) 2.529,65 1. Tanaman menghasilkan (TM) 2.504, Tahun tanam , Tahun tanam , Tahun tanam , Tahun tanam , Tahun tanam ,35 2. Tanaman belum menghasilkan (TBM pro) 25, Tahun tanam ,01 B. Areal prasarana 139,51 1. Emplasemen (bangunan) lainnya 67,10 2. Jalan dan jembatan 72,41 II. Areal bisa ditanam atau Okupasi (C) 157,89 III. Areal tidak bisa ditanam (= D+E) 355,97 D. Tanah Desa 53,00 E. Bukit, sungai, rawa, pasir, dll. 302,97 Total luas areal kebun (= I+II+III) 3.183,02 Sumber : Kantor Kebun BKLE (2016) Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Pemimpin tertinggi di BKLE adalah seorang Estate Manager (EM) yang dibantu oleh seorang kepala administrasi (kasie) dan 3 asisten divisi. Estate Manajer memiliki wewenang dan tanggung jawab penuh untuk mengkoordinir setiap kegiatan operasional dan administrasi kebun. Asisten divisi adalah orang yang bertanggung jawab langsung kepada EM dalam memimpin semua kegiatan yang ada di divisi agar terlaksana sesuai dengan program. Kepala administrasi (kasie) membantu EM untuk mengelola semua kegiatan administrasi serta keuangan kebun dan membawahi bagian accounting, kasir, admin tanaman, personalia, krani gudang, dan mantri kebun. Struktur organisasi BKLE dapat dilihat pada gambar Lampiran 7. Ketenagakerjaan BKLE terdiri dari karyawan staff dan non-staff. Karyawan staff terdiri dari 1 orang EM, 1 orang kasie, dan 3 orang asisten. Karyawan nonstaff terdiri dari 18 orang pekerja tetap bulanan (PTB), 186 orang pekerja tetap harian (PTH), dan 102 orang pekerja tidak tetap (PTT) (Tabel 4). Indeks tenaga kerja di BKLE sebesar 0,12 HK ha -1 dengan ITK standart perkebunan KS 0,16 HK ha -1. Sistem penggajian karyawan staff dan PTB disesuaikan dengan tingkat golongannya, karyawan PTH dan PTT disesuaikan dengan upah pokok yang ditetapkan perusahaan tahun 2016 yaitu Rp ,00. Karyawan staff, PTB, dan PTH mendapat tunjangan jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek) setiap tahunnya. Karyawan PTB dan PTH mendapatkan tambahan beras setiap bulannya sedangkan karyawan PTT tidak. Fasilitas yang diberikan perusahaan kepada karyawan antara lain rumah, air bersih, listrik, poliklinik, tempat peribadatan, lapangan olahraga, tempat penitipan anak (TPA), dan sekolah.

30 12 Tabel 4. Jumlah tenaga kerja BKLE April 2016 No Status karyawan Jumlah (orang) 1 Karyawan staf 5 2 Pegawai tetap bulanan (PTB) 18 3 Pegawai tetap harian (PTH) Pegawai tidak tetap (PTT) 102 Total 306 Indeks Tenaga Kerja (ITK) 0,12 Sumber : Kantor Kebun BKLE (2016) HASIL DAN PEMBAHASAN Hari kerja perusahaan adalah Senin - Sabtu dari pukul WIB (terkecuali hari Jumat, 5 jam kerja) dan diberikan waktu 30 menit (pukul ) (kebijakan perusahaan). Seluruh kegiatan diawali dengan apel yang dilaksanakan pada pagi dan sore hari. Apel pagi divisi terdiri dari 2 tahap yaitu tahap 1 (bersifat optional) yang dimulai pukul WIB berisi penekanan kembali oleh asisten kepada para mandor dan krani apabila terdapat perubahan terhadap RKH. Perubahan RKH terjadi dikarenakan beberapa faktor seperti kondisi hujan, kekurangan tenaga kerja, ataupun instruksi langsung dari Estate Manager (EM). Apel pagi tahap 2 dimulai pukul WIB yang berisi pemeriksaan kehadiran (absensi) karyawan dan pengarahan oleh mandor terkait rencana kerja hari tersebut, evaluasi hasil kerja 1 hari sebelumnya, mengingatkan kembali kepada seluruh karyawan untuk menggunakan alat pelindung diri (APD), serta membawa bekal dan air minum yang cukup selama bekerja di lapang. Apel sore dilaksanakan pada pukul WIB di kantor divisi. Kegiatan ini bertujuan untuk mengevaluasi pekerjaan yang telah dilakukan pada hari tersebut, membuat laporan harian divisi, dan membuat RKH. Apel sore dihadiri oleh seluruh supervisi divisi yaitu mandor 1, mandor panen, krani panen, krani transport, dan krani divisi. Kegiatan apel dipimpin langsung oleh asisten divisi dan dapat digantikan oleh mandor 1 apabila asisten berhalangan hadir. Aspek Teknis Leaf Sampling Unit (LSU) Leaf Sampling Unit bertujuan untuk menentukan kondisi unsur hara yang dikandung tanaman melalui pengambilan sampel daun. Pokok sampel harus produktif dan sehat. Alat dan bahan yang digunakan adalah egrek, gergaji, cat putih, alat tulis, label, meteran, dan kantong plastik. Sampel diambil secara diagonal dari arah Selatan-Timur ke Utara-Barat. Nomor baris diambil setiap kelipatan 4 sebanyak 1 pokok baris -1. Pokok sampel pertama adalah pokok ke-4 dan ditambahkan 1 dari nomor pokok sebelumnya untuk pengambilan sampel baris berikutnya. Pelepah yang diambil adalah pelepah ke-17 untuk TM dan pelepah ke-9 untuk TBM. Potong pelepah menggunakan egrek dan ambil 6 helai anak daun (3 helai dari kanan dan 3 helai dari kiri). Helai anak daun diambil pada jarak satu jengkal dari mata pancing (titik pertemuan ke-2 sisi pelepah) mengarah

31 13 ke pangkal pelepah. Anak daun yang diukur panjang (pangkal hingga ujung daun) dan lebarnya (bagian tengah daun). Anak daun yang diambil dimasukkan ke dalam kantong plastik serta diberi label. Pokok yang telah selesai diambil sampel daunnya diberi identitas nomor pokok dan nomor baris pada pokok dengan menggunakan cat. Sampel daun diantar ke kantor divisi yang kemudian akan diberikan ke Departemen Riset. Pengambilan data vegetatif juga dilakukan sebanyak 20% dari total pokok sampel yaitu pokok sampel ke- 5, 10, 15, 20, 25, dan 30. Data vegetatif yang diukur yaitu tinggi pokok, keliling pokok, jumlah anak daun, jumlah pelepah per spiral, lebar dan tebal pelepah, serta panjang dan lebar anak daun. Standart prestasi kerja karyawan yang ditetapkan perusahaan sebesar 10 ha HK -1. Prestasi kerja karyawan yang melebihi standart kerja perusahaan akan diberikan premi sebesar Rp 7.000,00 ha -1. Soil Sampling Unit (SSU) Soil Sampling Unit bertujuan untuk menganalisa sifat fisik dan kimia tanah untuk keperluan program pemupukan. Pengambilan sampel tanah dilakukan di 3 baris tanaman blok -1 (2 di masing-masing ujung blok dan 1 di tengah blok) dan setiap baris diambil sampel sebanyak 3 titik lubang (2 di masing-masing ujung baris dan 1 di tengah baris). Sampel tanah blok -1 sebanyak 2 buah yang masingmasing sampel merupakan campuran 9 titik lubang yang dibedakan berdasarkan kedalaman tanah (0-30 cm dan cm). Titik lubang sampel yang berada di ujung baris diambil di gawangan antara pokok ke-3 dan ke-4 dari pinggir CR dan titik sampel di tengah baris diambil sekitar baris ke-17 dan ke-18. Peralatan yang digunakan adalah cangkul, 1 bor tanah, kantong plastik, dan label. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 2 orang yang masingmasing memiliki tugas yang berbeda. Seorang bertugas sebagai pengebor tanah dan 1 orang lainnya bertugas untuk mencampurkan tanah dan memberi label pada plastik. Sampel tanah diantar ke kantor estate untuk diserahkan kepada tim riset. Kegiatan pengambilan sampel tanah dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Kegiatan pengambilan sampel tanah blok L31 Black Bunch Census (BBC) Black Bunch Census (BBC) adalah kegiatan menghitung jumlah janjang hitam yang telah berumur 2-5 bulan untuk mengetahui estimasi produksi atau janjang yang dapat dipanen pada periode panen berikutnya selama 4 bulan kedepan. Parameter janjang yang disensus dilihat berdasarkan warna dan ukuran buah. Kriteria umum buah yang dihitung dalam BBC adalah buah yang terlihat

32 14 telah terbentuk sempurna pada janjang dan berwarna hitam mengkilap, ukuran buah terlihat seragam (homogen) dan tidak terdapat buah partenocarpy, seludang telah terbuka sempurna pada janjang, buah berwarna merah yang belum membrondol, dan duri spiklet pada janjang secara visual kurang dari 20% atau dominan terisi buah atau brondolan. Alat yang digunakan dalam melakukan sensus adalah kayu kait, cat warna putih memberikan tanda sensus, peralatan tulis, kuas, papan clift board, sendok atau parang, dan format formulir BBC. Baris sensus diambil setiap kelipatan 10. Teknis pelaksanaan sensus diawali dengan penandaan arah masuk sensus dengan menggunakan cat putih, kemudian seluruh pokok yang ada di jalur tersebut dihitung buahnya dan diberi tanda pada tiap pokok. Prestasi kerja standar perusahaan yaitu 10 ha HK -1 dan bagi karyawan yang menyelesaikan lebih dari standar diberikan tambahan premi sebesar Rp 7.000,00 ha -1. Kegiatan sensus BBC semester 2 dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Sensus BBC semester 2 Pemupukan Pemupukan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang memegang peranan penting dalam penyediaan kembali unsur hara tanah yang terbawa oleh tandan buah segar (TBS). Kebutuhan hara yang tercukupi akan mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman yang sehat dan produksi TBS yang maksimum. Kegiatan pemupukan BKLE membutuhkan biaya operasional yang tinggi mencapai 68,35% dari total biaya pemeliharaan yaitu senilai Rp ,00 sehingga sangat diperlukan penerapan teknis aplikasi dan pengawasan pemupukan yang baik. Pemupukan di BKLE terdiri dari pemupukan anorganik dan pemupukan organik. Pemupukan anorganik dilakukan dengan pemberian pupuk tunggal yaitu pupuk RP (Rock Phosphate), pupuk Urea, pupuk MOP (Muriate of Potash), pupuk Kieserite, dan pupuk Borate. Pemupukan organik dilakukan dengan pemberian janjang kosong (jangkos). Pedoman rekomendasi tahunan pupuk anorganik BGA disusun oleh Tim Riset BGA berdasarkan hasil analisis laboratorium dari sampel daun (LSU) dan sampel tanah (SSU). Rekomendasi pemupukan anorganik BKLE 2016 pada Tabel 5 menunjukkan pupuk anorganik yang digunakan adalah RP, Urea, MOP, Kieserite, dan Borate. Rencana aplikasi pupuk RP dilakukan pada bulan Januari, pupuk Urea pada bulan Februari, Mei, dan Oktober, pupuk MOP pada bulan Maret, Juni, dan Agustus, pupuk Kieserite pada bulan September, serta pupuk Borate pada bulan Mei.

33 15 Tabel 5. Rekomendasi pemupukan anorganik BKLE 2016 Tahun tanam Aplikasi Jenis pupuk RP Urea MOP Borate Kieserite ( kg pokok ) 2006 I 1,75 0,79 1,50 0,10 0,23 II - 0,50 1, III - 0,75 0, I 1,67 0,81 1,50 0,10 0,12 II - 0,50 1, III - 0,74 0, I 1,05 0,54 1,50 0,10 0,05 II - 0,50 1, III - 0,65 0, I 1,75 0,94 1,50 0,10 - II - 0,50 1, III - 0,75 0, I 1,75 0,75 1,50 0,10 - II - 0,50 1, III - 0, I 1,75 0,75 1,50 0,10 - II - 0,50 1, III - 0, Sumber : Kantor Kebun BKLE (2016) Prosedur pemupukan anorganik. Persiapan pupuk diawali dengan pembuatan RKH oleh asisten dan mandor pupuk. Penentuan blok dan luasan rencana pupuk disesuaikan dengan jadwal pada rencana kerja dan absensi mandor (REKAM). Blok dan luasan rencana pupuk sewaktu-waktu dapat berubah disesuaikan dengan kondisi lahan yang akan diaplikasikan pupuk, jumlah tenaga kerja yang tersedia, dan jumlah tonase untilan yang tersedia di gudang pupuk. Pelaksanaan pemupukan diawali dengan apel pagi oleh mandor pupuk dan sewaktu-waktu dihadiri oleh asisten koordinator pupuk. Tim bongkar muat (BM) pupuk menuju ke gudang pupuk untuk memuat untilan pupuk ke dalam dum truck (DT) segera setelah apel pagi selesai. Tim BM, pengecer, penabur, dan mandor pupuk berangkat menuju lokasi pemupukan segera setelah untilan selesai dimuat. Mandor pupuk harus tiba terlebih dahulu di lokasi untuk membagikan ancak masing-masing kelompok kerja pemupukan (KKP). Tim penabur dan pengecer diturunkan di lokasi pupuk sedangkan tim BM membagikan (bongkar) untilan di setiap pasar pikul. Tim penabur segera memulai penaburan pupuk sedangkan tim pengecer mengecer pupuk pada pokok aplikasi berikutnya dengan menggunakan angkong. Pengecer mengumpulkan karung eks untilan pupuk (jumlah karung 1 gulung sebanyak 9-10 karung). Tim BMS bergegas pulang bila target kerja pupuk telah selesai. Penguntilan pupuk merupakan kegiatan penakaran pupuk induk ke dalam takaran yang lebih kecil menggunakan penakar yang telah dikalibrasi sebelumnya. Kegiatan penguntilan pupuk dan untilan pupuk yang telah siap untuk dimuat dapat dilihat pada Gambar 3.

34 16 (a) (b) Gambar 3. Organisasi penguntilan BKLE : (a) penguntilan pupuk, (b) susunan untilan siap diaplikasikan Bobot dan jumlah pokok aplikasi until -1 disesuaikan dengan dosis pupuk kg -1 tanaman (Tabel 6). Rekomendasi takaran untilan bertujuan untuk memudahkan perhitungan bobot untilan berdasarkan rekomendasi pokok yang dipupuk dalam 1 untilan. Norma kerja yang ditetapkan perusahaan untuk 1 orang penguntil adalah kg HK -1. Tabel 6. Rekomendasi takaran untilan berdasarkan dosis kg pokok -1 dan jumlah pokok until -1 Pokok ha -1 Dosis (kg pokok -1 ) Pokok until -1 Kilogram until , , , , , , , , , , , , , ,50 Sumber : BKLE (2016) Pelangsiran pupuk merupakan kegiatan mobilisasi untilan pupuk yang telah disiapkan sebelumnya oleh tenaga bongkar muat (BM) dari gudang BMS menuju ke blok lokasi rencana pupuk. Tugas seorang BM adalah menaikkan dan menyusun untilan pupuk pada unit transportasi pupuk (Dum Truck) serta menurunkan untilan pupuk tempat peletakan pupuk (TPP) blok lokasi rencana pupuk. Untilan pupuk harus diletakkan secara hati-hati dan kendaraan angkut untilan pupuk harus berhenti. Norma kerja yang ditetapkan perusahaan untuk seorang BM adalah kg HK -1. Pengeceran dan penaburan pupuk dilakukan oleh tenaga ecer dan tenaga tabur yang dikelompokkan dalam 1 kelompok kerja pemupukan (KKP). Tenaga ecer bertugas untuk mengambil untilan pupuk yang diletakkan di tempat peletakan pupuk (TPP) dengan menggunakan angkong dan mulai mengecer pupuk pada titik ecer yang telah ditentukan (Gambar 4a). Tenaga tabur bertugas untuk menaburkan seluruh pupuk teraplikasi tepat dosis ke setiap pokok (Gambar 4b) menggunakan `cepuk` yang telah dikalibrasi sebelumnya. Masing-masing penabur menabur pada 1 baris tanaman. Goni eks untilan yang telah selesai diaplikasikan, diletakkan pada pokok terakhir di pinggir CR. Norma kerja yang ditetapkan perusahaan untuk seorang tenaga penabur yaitu 650 kg HK -1. Kegiatan pengeceran dan penaburan pupuk dapat dilihat pada Gambar 4.

35 17 Aplikasi pupuk Urea dan MOP dilakukan pada piringan dengan jarak 1,5-2 m dari pokok terluar tanaman. Pupuk ZN, Borate, dan CuSO4 (pupuk mikro) diaplikasikan di sekeliling pokok dengan radius maksimum 1 meter dari pangkal pokok, dan pupuk RP diaplikasikan dengan cara ditaburkan keseluruh areal diluar dari lokasi penaburan pupuk Ca, B, CuSO4, Urea, dan MOP. (a) (b) Gambar 4. Kegiatan pemupukan BKLE : (a) pengeceran pupuk MOP, (b) penaburan pupuk MOP Jangjang kosong (pupuk organik) diaplikasikan di pinggir pasar pikul tanaman dengan ukuran 2 m x 1 m (Gambar 5). Jangkos yang telah ditumpuk di pinggir CR dimuat ke dalam angkong dengan menggunakan gancu dan dibawa ke dalam blok untuk diaplikasikan. Dosis yang digunakan untuk aplikasi adalah 60 ton ha -1 atau sekitar 440 kg tanaman -1 tanaman menghasilkan (TM) dan 40 ton ha -1 atau sekitar 300 kg tanaman -1 untuk tanaman belum menghasilkan (TBM). Rotasi aplikasi jangkos di BKLE sebanyak 1,3 kali dalam setahun. Aplikasi jangkos dilakukan dengan sistem borongan. Target prestasi kerja 1 tenaga aplikasi jangkos dalam 1 hari adalah 0,5 ha. Upah yang diterima tenaga borongan disesuaikan dengan jumlah pokok yang mampu diaplikasikannya. Upah 1 pokok aplikasi sebesar Rp 2.700,00. Gambar 5. Pasar pikul yang telah diaplikasikan janjang kosong Hatch and Carry Hatch and carry merupakan suatu metode pengembangbiakan kumbang penyerbuk (Elaeidobius kamerunicus) dengan menggunakan kotak sederhana. Pengembangbiakan ini bertujuan untuk membantu penyerbukan pada blok yang banyak terjadi masalah polinasi. Pakan yang diberikan sebagai sumber kumbang

36 18 penyerbuk adalah bunga jantan 4 hari setelah anthesis. Pengembangbiakan kumbang penyerbuk (Elaeidobius kamerunicus) dapat dilihat pada Gambar 6. (a) (b) Gambar 6. Pengembangbiakan kumbang penyerbuk (Elaeidobius kamerunicus) : (a) kotak hatch and carry, (b) panen kumbang (Elaeidobius kamerunicus) Pengendalian Hama Tanaman Pengertian hama yaitu semua hewan perusak tanaman atau hasilnya yang dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis. Hama penting yang terdapat di BKLE dan perlu tindakan pengendalian yaitu tikus, tirathaba sp (ulat penggerek tandan buah), dan Oryctes rhinoceros (kumbang penggerek pucuk). Tikus dikendalikan dengan klerat. Dosis klerat yang digunakan 5 gram pokok -1. Klerat diletakkan pada piringan kelapa sawit. Prestasi atau standar norma kerja yang ditetapkan perusahaan adalah 5 ha HK -1. Pengendalian lain yang dilakukan yaitu dengan pemanfaatan burung hantu (Tyto alba). Tirathaba sp dikendalikan menggunakan bahan kimia Decis dengan konsentrasi 0,2 %. Penyemprotan dilakukan pada bunga dan buah yang terkena serangan. Penimbangan Bobot Janjang Rata-Rata (BJR) Penimbangan bobot janjang rata-rata (BJR) dilakukan untuk mengetahui BJR dalam 1 blok yang berguna sebagai informasi untuk mengestimasi produksi di bulan berikutnya dan sebagai evaluasi terhadap kegiatan pemeliharaan. Sensus BJR dilakukan oleh 3 orang yaitu 2 orang bertugas untuk menimbang bobot janjang dan 1 orang bertugas untuk mencatat (Gambar 7). Penimbangan BJR dilakukan mengikuti blok-blok yang dipanen pada hari tersebut. Alat yang digunakan untuk penimbangan BJR adalah timbangan 100 kg, karung eks pupuk, tali nilon serta format, dan alat tulis. Jumlah sampel penimbangan BJR sebanyak 20% dari total janjang yang diperkirakan panen pada hari tersebut. Gambar 7. Timbang bobot janjang rata-rata di TPH divisi 3 3

37 19 Manajemen Kanopi Kanopi merupakan mahkota pohon yaitu dahan-dahan atau pelepah-pelepah yang berdaun dan membentuk suatu tudung atau payung. Manajemen kanopi terdiri kegiatan sanitasi dan penunasan pokok (pruning). Sanitasi merupakan kegiatan membersihkan pokok dari pelepah-pelepah yang sudah kering dan menyentuh tanah, buah parthenocarpy, buah yang terserang penyakit, serta sampah-sampah di sekitar pokok. Tujuan kegiatan sanitasi adalah untuk mempermudah proses panen dan mendapatkan kondisi tanaman/buah yang sehat. Standar norma kerja seorang tenaga sanitasi adalah 0,5 ha HK -1 atau 2 HK ha -1. Penunasan pokok atau pruning merupakan kegiatan pemotongan pelepah untuk mendapatkan jumlah pelepah yang optimum di setiap pokok kelapa sawit berdasarkan umur dan pertumbuhan tanaman. Jumlah pelepah optimum yang dipertahankan menurut SOP BGA dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jumlah pelepah yang dipertahankan berdasarkan umur tanaman Umur TM Kebijakan 1-2 Penunasan periodik 3-4 Penunasan korektif >4 Penunasan korektif Jumlah pelepah yang dipertahankan pelepah pelepah pelepah Keterangan : TM = Tanaman menghasilkan Sumber : SOP BGA (2010) Jumlah pelepah spiral -1 Songgo Rotasi tahun ,3 x pelepah 6-7 pelepah 5-6 pelepah 3 2 Sesuai kebutuhan jumlah pelepah ideal yang harus dipertahankan Tujuan dilakukan penunasan pokok atau pruning yaitu untuk mempermudah pekerjaan potong buah (melihat dan memotong buah masak), menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak pelepah, memperlancar penyerbukan alami, menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan hama dan penyakit, serta menghindari penguapan yang berlebihan pada musim kemarau. Penunasan dilakukan dengan sistem penunasan korektif (corrective pruning). Penunasan dilakukan langsung oleh tenaga potong buah bersamaan dengan kegiatan potong buah dengan tetap mengacu pada prinsip dasar jumlah pelepah produktif yang harus dipertahankan sesuai ketentuan leaf area index. Penambahan tugas dan tanggung jawab pemeliharaan pelepah kepada tenaga potong buah akan diberikan kompensasi imbalan berupa premi sebesar Rp 600,00 pokok -1. Pola pengancakkan dalam kerja potong buah dapat sekaligus menjadi ancak penunasan. Pengendalian Gulma Pengendalian gulma secara manual. Jenis pekerjaan pengendalian gulma secara manual di BKLE adalah garuk piringan, tarik goloran di pokok sawit, babat layang (slashing), dan dongkel anak kayu (DAK) atau membongkar tanaman penggangu. Garuk piringan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menjaga piringan dalam kondisi bersih terutama dari brondolan busuk, anak sawit maupun

38 20 gulma lunak lainnya yang memiliki perakaran dangkal. Tarik goloran merupakan kegiatan pengendalian gulma merambat termasuk kacangan yang telah merambat naik melilit pokok hingga pelepah kelapa sawit dengan cara menarik dan memotong gulma dengan menggunakan parang dan arit. Gulma yang dikendalikan dengan tarik goloran adalah kacangan Mucuna bracteata (MB) dan Micania micrantha. Babat layang merupakan kegiatan babat yang memotong atau menebas gulma dengan menggunakan parang tajam. Gulma yang dikendalikan dengan babat layang adalah Nephrolepis biserata dan Stenochlaena palustris (pakis udang). Dongkel anak kayu (DAK) adalah kegiatan mendongkel atau mencabut anak kayu sampai ke akarnya dengan menggunakan alat cados (cangkul dodos kecil dengan lebar ± 14 cm) ataupun langsung menggunakan tangan. Gulma yang menjadi sasaran pengendalian kegiatan DAK adalah Melastoma malabathricum (senduduk atau senggani), Chromolaena odorata (putihan), Urena lubota (anggrung), Lantana camara (bunga tahi ayam), Vitex pinnata (laban), dan Clidemia hirta (harendong atau akar kala) yang terdapat pada gawangan dan piringan kelapa sawit. Pengendalian gulma secara manual dilakukan oleh tim perawatan divisi 3 yang terdiri dari 19 tenaga kerja (TK) dengan 1 mandor perawatan. Teknis pelaksanaan pengendalian manual di lapang yaitu mandor perawatan membagikan ancak kepada karyawannya sesuai dengan luasan target yang akan dikerjakan. Pengancakan 1 pasar pikul dikerjakan oleh 2 karyawan. Hasil pengamatan prestasi tenaga kerja jenis pekerjaan piringan dan gawangan manual dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9. Tabel 8. Prestasi kerja piringan manual No Tanggal Norma kerja Jumlah Output Output Blok pengamatan (ha HK -1 ) TK (ha) (ha HK -1 ) 1 8-Mar-16 N029 0,56 6 3,50 0, Mar-16 O027 0,56 3 0,75 0, Mar-16 L029 0,56 2 1,00 0, Mar-16 O027 0,56 3 1,00 0, Mar-16 O030 0,56 1 1,00 1,00 Total 15 7,25 0,48 Sumber : Pengamatan penulis (2016) Tabel 9. Prestasi kerja gawangan manual No Tanggal Norma kerja Jumlah Output Output Blok pengamatan (ha HK -1 ) TK (ha) (ha HK -1 ) 1 1-Apr-16 P271 0,42 2 0,50 0, Apr-16 O027 0,42 2 1,00 0, Apr-16 O027 0,42 4 2,00 0, Mar-16 N029 0,42 3 1,50 0, Mar-16 N029 0,42 3 1,50 0,50 Total 14 6,50 0,46 Sumber : Pengamatan penulis (2016) Norma kerja piringan dan gawangan manual berturut-turut adalah 1,8 HK ha -1 (0,56 ha HK -1 ) dan 2,4 HK ha -1 (0,42 ha HK -1 ) sesuai dengan rencana kerja

39 21 tahunan (RKT) 2016 BKLE. Realisasi target kerja jenis pekerjaan piringan dan gawangan manual di lapang disamaratakan yaitu 2 HK ha -1 (0,5 ha HK -1 ). Hasil pengamatan penulis terhadap rata-rata prestasi kerja karyawan untuk jenis pekerjaan piringan dan gawangan manual berturut-turut adalah 0,48 ha HK -1 dan 0,46 ha HK -1. Pengendalian gulma secara chemist (semprot piringan, pasar rintis, dan TPH). Perencanaan semprot diawali dengan penyusunan `RKH Tim Unit Semprot` oleh asisten koordinator BGA Spraying System (BSS). Informasi yang diperoleh dari RKH berupa blok rencana semprot, luasan rencana semprot (LRS), golongan gulma sasaran pengendalian, spray factor (SF), jenis alat dan nozzle yang digunakan, data kalibrasi nozzle,serta jenis dan kebutuhan herbisida yang dibutuhkan. Format RKH Tim Unit semprot dapat dilihat pada Lampiran 8. Gulma sasaran pengendalian ditentukan berdasarkan hasil survei kerapatan gulma yang dilakukan oleh mandor BSS 1 hari sebelum rencana kegiatan semprot dilakukan. Survei dilakukan secara visual dengan sampel sebanyak 5-10 % dari LRS. Hasil survei kerapatan gulma beberapa blok rencana semprot di BKLE dapat dilihat pada Tabel 10. Dominansi gulma ke-1 dan ke-2 berturut-turut berasal dari golongan gulma berdaun lebar serta golongan gulma rumput dan teki-tekian. Tabel 10. Survei kerapatan gulma Tanggal survei Blok Luas sampel (ha) Daun lebar (%) Jenis gulma dominan Rumput dan teki-tekian (%) Pakis (%) Anak kayu (%) 10-Feb-16 M29 2,00 60,63 23,13 11,38 4,88 11-Feb-16 L28 2,00 62,50 21,88 11,38 4,88 9-Mar-16 P27 1,50 65,00 20,83 9,00 5,17 10-Mar-16 P26 0,90 54,17 29,17 11,50 5,17 21-Mar-16 L26 2,00 61,88 23,75 9,50 4,88 Rata-rata 60,83 23,75 10,55 4,99 Sumber : Kantor BSS BKLE (2016) Nisbah jumlah dominan (NJD). Hasil analisis vegetasi gulma di Bangun Koling Estate (BKLE) diperoleh komposisi gulma golongan rumput terdiri atas 1 famili dan 11 jenis gulma, teki-tekian terdiri atas 1 famili dan 4 jenis gulma, serta daun lebar terdiri atas 14 famili dan 20 jenis gulma. Gulma yang paling dominan pada blok tahun tanam (TT) 2006 adalah Mucuna bracteata dengan NJD 24,94 %, TT 2007 adalah Mucuna bracteata dengan NJD 22,89 %, TT 2008 adalah Centotheca lappaceae adalah 26,17 %, TT 2009 adalah Centotheca lappaceae dengan NJD 25,38 %, TT 2010 adalah Ageratum conyzoides dengan NJD 29,75 %, dan TT 2011 adalah Brachiaria mutica dengan NJD 19,77 %. Tabel NJD dan jenis gulma dapat dilihat pada Lampiran 9. Gulma golongan rumput tertinggi terdapat pada blok tahun tanam 2011 dengan jumlah 62,89 %. Gulma teki-tekian tertinggi terdapat pada blok tahun tanam 2011 dengan jumlah 6,76 %. Gulma berdaun lebar tertinggi terdapat pada blok tahun tanam 2010 dengan jumlah 75,38 %. Golongan gulma yang paling dominan dari 6 blok pengamatan analisis vegetasi termasuk ke dalam golongan gulma berdaun lebar.

40 22 Koefisien komunitas (indeks keseragaman). Keseragaman jenis dari vegetasi gulma tertinggi di BKLE dapat dilihat dari nilai koefisien komunitasnya atau nilai indeks keseragamannya dari tiap tahun tanam yang dibandingkan. Nilai koefisien komunitas tiap tahun tanam yang dibandingkan dapat dilihat pada Tabel 11. Nilai koefisien komunitas tertinggi yang dibandingkan yaitu pada blok tahun tanam 2006 dan 2007 sebesar 74,84 % sedangkan nilai koefisien komunitas terendah yang dibandingkan yaitu pada blok tahun tanam 2009 dan 2011 sebesar 9,29 %. Tabel 11. Koefisien komunitas vegetasi gulma di BKLE Tahun tanam % ,84 52,34 50,30 50,21 19, ,90 52,52 47,31 26, ,08 48,57 18, ,95 9, ,03 Sumber : Pengamatan penulis (2016) Dendogram pada Gambar 8 menunjukkan jarak ketidaksamaan komunitas gulma berdasarkan hasil analisis gerombol. Komunitas gulma dibagi menjadi 4 kelompok atau cluster yaitu A, B, C, dan D. Kelompok A terdiri dari blok tahun tanam 2006 dan 2007, kelompok B terdiri atas blok tahun tanam 2008 dan 2009, kelompok C terdiri dari blok tahun tanam 2010, dan kelompok D terdiri dari blok tahun tanam ,5 0 0,50 0,37 0,25 0,28 A Gambar 8. Dendogram jarak ketidaksamaan gulma berdasarkan analisis cluster Jarak ketidaksamaan terendah hingga tertinggi berturut-turut terdapat pada kelompok A sebesar 0,25, kelompok B sebesar 0,28, kelompok C dengan gabungan kelompok A dan B sebesar 0,50, dan kelompok D dengan gabungan kelompok A, B, dan C sebesar 0,74. Hal ini menunjukkan bahwa blok-blok yang memiliki keadaan vegetasi gulma yang paling homogen adalah blok tahun tanam 2006 dan 2007 yang terdapat pada kelompok A sedangkan blok-blok yang memiliki keadaan vegetasi yang paling heterogen adalah blok blok tahun tanam 2011 dan blok yang berada pada kelompok A. Kelompok A didominasi oleh gulma Mucuna bracteata, kelompok B didominasi oleh gulma Centotheca B 0,74 C D

41 23 lappaceae, kelompok C didominasi oleh gulma Ageratum conyzoides, dan kelompok D didominasi oleh gulma Brachiaria mutica. Spray factor (SF) merupakan nilai persentase perbandingan luas semprot efektif dan luas blanket. Luas semprot efektif merupakan penjumlahan dari arealareal yang dikenakan tindakan pengendalian gulma yaitu daerah piringan, pasar pikul, dan TPH. Informasi yang perlu diketahui untuk menentukan nilai SF yaitu lebar piringan dan pasar pikul yang ingin disemprot, luas TPH standart, dan jumlah pokok ha -1. Contoh perhitungan SF pada blok L029, luas 42,82 ha, SPH 134 pokok, lebar piringan 2 meter, lebar pasar pikul 1,5 meter (m) dan luas TPH 12 m 2 (4 m x 3 m) diperoleh nilai SF sebesar 25,9504 % 26 %. luas efektif ha -1 blok L029 adalah: Piringan = (3,14 x 2 m x 2 m) x 134 pokok = 1.683,04 m 2 Pasar Pikul = (1,5 m x 600 m) = 900 m 2 TPH = (3 m x 4 m) = 12 m 2 Total luas efektif ha -1 = 1.683,04 m m m 2 = 2.595,04 m 2 Spray factor (SF) blok L029 adalah : Luas efektif ha -1 blok L029 = 2.595,04 m 2 Luas ha -1 blanket = m 2 Nilai SF = Luas efektif ha -1 x 100 % Luas blanket ha -1 = 2.595,04 m 2 x 100 % m 2 SF = 25,95 % 26 % Volume semprot ha -1 setiap nozzle berbeda-beda tergantung tipe nozzle yang digunakan. Volume semprot ha -1 yang dihasilkan oleh suatu tipe nozzle dapat menggambarkan kondisi nozzle tersebut yang masih sesuai standart atau sudah saatnya untuk diganti. Kondisi nozzle dapat diketahui melalui kegiatan kalibrasi. Data kalibrasi nozzle dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Data kalibrasi nozzle dan volume larutan ha -1 tim BSS No. FR (l menit -1 Swath(m) ) Tangki (h=30-40 cm) V (m menit -1 ) VS (l ha -1 ) 1 0,59 1,38 36,67 116,88 2 0,73 1,09 34,00 196,08 3 0,52 1,39 36,00 104, ,56 1,36 34,67 118, ,59 1,42 35,67 116,49 Rata-rata 0,60 1,33 35,40 127,19 Keterangan : FR= Flow rate; Swath= lebar semprot; V= kecepatan jalan Sumber : Pengamatan penulis di lapang (2016) Hasil pengamatan kalibrasi nozzle menunjukkan nilai rata-rata FR, lebar semprot, kecepatan jalan, dan volume semprot ha -1 yang dihasilkan oleh 5 tenaga semprot dengan jenis nozzle yang sama berbeda-beda. Rata-rata FR tertinggi diperoleh oleh penyemprot no. 2 dengan nilai sebesar 0,73 l menit -1 dan rata-rata FR terendah diperoleh penyemprot no. 3 dengan nilai sebesar 0,52 l menit -1. Ratarata FR dari 5 tenaga semprot adalah 0,60 l menit -1. Rata-rata lebar semprot

42 24 tertinggi diperoleh oleh penyemprot no. 5 dengan nilai sebesar 1,42 m dan ratarata lebar semprot terendah diperoleh penyemprot no. 2 dengan nilai sebesar 1,09 m. Rata-rata lebar semprot dari 5 tenaga semprot adalah 1,33 m. Rata-rata kecepatan jalan tercepat diperoleh oleh penyemprot no. 1 dengan nilai sebesar 36,67 m menit -1 dan rata-rata kecepatan jalan terlambat diperoleh oleh penyemprot no. 2 dengan nilai sebesar 34,00 m menit -1. Rata-rata kecepatan jalan dari 5 tenaga semprot adalah 35,40 m menit -1. Rata-rata volume semprot tertinggi diperoleh oleh penyemprot no. 2 dengan nilai sebesar 196,08 l ha -1 dan rata-rata volume semprot terendah diperoleh oleh penyemprot no. 3 dengan nilai sebesar 104,17 l ha -1. Rata-rata volume semprot dari 5 tenaga semprot adalah 127,19 l ha -1. Volume semprot (VS) ha -1 blanket yang dihasilkan penyemprot no. 1 sebesar 116,88 l ha -1. Jumlah VS ha -1 efektif diperoleh dari hasil perkalian antara volume semprot ha -1 blanket dan SF. Nilai VS ha -1 efektif penyemprot no. 1 setelah dikalikan dengan SF 26 % diperoleh sebesar 30,38 l ha -1. Hasil kalibrasi (Tabel 12) menunjukkan masih terdapat nozzle yang tidak sesuai standar yaitu nozzle penyemprot no. 2 karena telah melebihi standar flow rate (FR) nozzle VLV 100 yaitu 0,45-0,65 l menit -1. Kegiatan kalibrasi dapat dilihat pada Gambar 9. (a) (b) Gambar 9. a) Pengukuran flow rate, b) pengukuran lebar semprot dan kecepatan jalan Jenis herbisida yang digunakan untuk semprot piringan, pasar pikul, dan TPH di BKLE adalah KLEEN UP 480 SL, AMIRON-M 20 WG dan AGRISTIK 400 L. KLEEN UP 480 SL berbentuk cairan berwarna coklat muda dengan bahan aktif isopropyl amina glifosat 480 g l -1 atau setara dengan glifosat 356 g l -1. AMIRON-M 20 WG berbentuk butiran berwarna putih dengan bahan aktif metsulfuron methyl 20%. AGRISTIK 400 L berbentuk cairan dengan bahan aktif alkilaril poliglikol eter 400 g l -1. Dosis merupakan jumlah (volume) herbisida terlarut dalam satuan liter atau kg pada luasan tertentu (l ha -1 atau kg ha -1 ). Penetapan dosis ha -1 blanket di BKLE dilakukan oleh tim manajemen. Dosis ha -1 blanket yang ditetapkan perusahaan untuk herbisida KLEEN UP 480 SL sebesar 1 l ha -1 sedangkan untuk herbisida AMIRON M-20 WG sebesar 0,0332 kg ha -1. Dosis herbisida KLEEN UP 480 SL dan AMIRON M-20 WG berturut-turut setelah dikalikan dengan SF 26 % adalah 0,26 l ha -1 dan 0,0083 kg ha -1 8,3 gram ha -1. Total kebutuhan herbisida

43 herbisida KLEEN UP 480 SL dan AMIRON M-20 WG blok contoh L029 dengan luas 42,82 ha berturut-turut adalah 11,13 l dan 0,35 kg. Jumlah racun yang dibutuhkan sesuai dengan RKH diambil dari gudang estate oleh Mandor BSS yang diajukan dalam bon permintaan barang (BPB). Pengambilan herbisida dapat dilakukan apabila BPB telah disetujui oleh asisten koordinator BSS, manajer, dan kepala gudang. Mandor BSS membawa dan menyimpan herbisida di tempat penyimpanan herbisida yang terdapat di kantor BSS. Jumlah herbisida yang masuk dicatat pada buku stock gudang yang dipegang oleh mandor BSS. Pelaksanaan penyemprotan diawali dengan pembuatan larutan racun oleh mandor BSS. Perbandingan pencampuran herbisida glifosat, metil metsulforon, dan air berturut-turut adalah 20 l : 500 g : 20 l. Mandor semprot bersiap-siap untuk memimpin apel pagi setelah pencampuran racun selesai. Apel pagi dimulai pukul WIB. Mandor semprot mengabsensi karyawan yang masuk, mengecek kelengkapan peralatan kerja dan alat pelindung diri (APD), serta memberikan pengarahan terkait RKH semprot pada hari tersebut. Alat kerja dan larutan racun dimuat dan disusun rapi ke atas truk unit semprot oleh supir truk dan dibantu oleh tenaga semprot. Tim BSS siap berangkat ke lokasi semprot setelah apel pagi selesai. Truk unit semprot merupakan truk modifikasi khusus yang bertujuan untuk mendukung kinerja tim BSS dan sebagai alat transportasi khusus dalam mobilisasi tim BSS. Truk dilengkapi dengan tangki air bervolume ± 3000 liter sebagai sumber air bersih dalam kegiatan semprot, kotak reparasi tempat spare part dan perlengkapan sprayer, tempat bontot tenaga kerja, dan tempat obat-obatan atau PK3. Kondisi truk unit semprot dalam keadaan rusak selama ± 3 bulan penulis mengikuti kegiatan magang. Alat kerja yang wajib dibawa tim BSS yaitu knapsack sprayer semi otomatis SA 15 dengan jenis fan nozzle tipe very low volume (VLV) 100, bendera kuning, bendera merah, dan sebuah parang. Jumlah knapsack disesuaikan dengan jumlah tenaga semprot yang masuk dan dibawa 2-3 knapsack sebagai cadangan bila sewaktu-waktu terjadi kerusakan knapsack saat kegiatan semprot berlangsung. Bendera kuning sebagai alat bantu tenaga semprot untuk memberikan tanda batas terakhir penyemprotan bila kehabisan racun di tengah blok, saat kegiatan semprot berlangsung. Bendera merah sebagai penanda ancak penyemprot yang telah diberi nomor sesuai dengan nomor penyemprot. Parang berfungsi sebagai alat kerja pengendalian gulma manual yang dialihkan dari pekerjaan semprot chemist karena hujan. Alat pelindung diri (APD) yang wajib digunakan penyemprot sesuai dengan SOP semprot yang berlaku di BGA yaitu sarung tangan (a), masker (b), penutup kepala (c), baju lengan panjang (d), celana panjang (e), apron (f), kaca mata (googles) (g), dan sepatu boots (h). Hasil pengamatan penulis terhadap penggunaan APD (Gambar 10) saat pengecekan apel pagi diperoleh rata-rata persen pemakaian sarung tangan sebanyak 88 %, masker atau respirator sebanyak 94 %, penutup kepala sebesar 100 %, baju lengan panjang 100 %, celana panjang 88 %, apron 100 %, googles atau kaca mata 0% dan sepatu boots sebanyak 100 %. 25

44 26 % Penggunaan ,00 94,00 100,00 100,00 88,00 100,00 100, ,00 a b c d e f g h Gambar 10. Persentase penggunaan APD tim semprot BSS APD Mandor semprot menentukan ancak tiap tenaga semprot setelah tiba di lokasi semprot. Pembagian ancak harus diatur agar blok yang disemprot setiap hari terkonsentrasi (tidak terpencar-pencar) sehingga memudahkan dalam pelaksanaan kegiatan semprot, mobilisasi kendaraan, dan pengawasan. Mandor semprot membagikan ancak tiap tenaga kerja semprot berdasarkan kelompok kerja semprot (KKS). Masing-masing KKS terdiri 3 penyemprot. Seorang tenaga semprot menyemprot langsung 1 pasar pikul (2 baris) hingga tembus collection road (CR). Seluruh anggota KKS wajib membantu menyelesaikan ancak tersebut. Ancak semprot ditandai dengan bendera merah yang telah diberi nomor 1-20 (sesuai dengan nomor penyemprot). Tenaga pengairan bertugas menakar herbisida saat mandor sedang melakukan pembagian ancak. Knapsack yang telah berisi racun ditambahkan air bersih sebanyak 15 liter yang diperoleh dari air yang terdapat di tangki truk. Penyemprot yang telah selesai melakukan pengisian racun dan air segera memasuki ancaknya masing-masing sesuai dengan nomor yang tertera pada bendera merah dan memulai kegiatan semprot. Tenaga semprot harus mengatur agar posisi nozzle stabil pada ketinggian 40 cm dari permukaan gulma (sebatas lutut), tangkai sprayer tidak diayun dan harus searah dengan arah angin. Semprot gulma dari arah CR menuju barisan pokok secara selang-seling hingga membentuk angka delapan. Batas terakhir penyemprotan ditandai dengan menancapkan bendera kuning apabila larutan racun habis sebelum 1 pasar pikul selesai disemprot. Tenaga semprot keluar menuju CR tempat tenaga pengairan berada untuk melakukan pengisian racun serta air bersih dan segera kembali ke batas tanda terakhir penyemprotan untuk melanjutkan kegiatan semprot hingga pasar pikul tersebut selesai disemprot. Penyemprot pindah ke pasar pikul berikutnya sesuai dengan ancak yang telah ditetapkan oleh mandor BSS. Tim BSS bersiap-siap pulang ke kantor BSS untuk membersihkan diri dan peralatan semprot setelah kegiatan semprot hari tersebut selesai. Hasil pengamatan penulis selama mengikuti pelaksanaan semprot di lapang ditemukan pengisian ulang racun dilakukan sendiri oleh tenaga semprot. Persediaan racun diberikan kepada tenaga semprot yang disimpan di dalam botol aqua 600 ml atau botol lainnya. Takaran yang digunakan untuk mengukur kebutuhan racun cap -1 adalah tutup knapsack (Gambar 11a). Air yang digunakan oleh tenaga semprot berasal dari air parit atau air genangan yang terdapat di dalam ancak (Gambar 11b).

45 27 (a) (b) Gambar 11. Teknis pelaksanaan semprot yang kurang tepat : a) menakar racun dengan menggunakan tutup knapsack, b) pengisian air dengan menggunakan air genangan di tengah blok Hasil pengamatan time motion study (tms) penulis terhadap pokok tersemprot cap -1, jumlah cap ha -1, dan penggunaan dosis ha -1 aplikasi setiap penyemprot berbeda-beda. Hasil pengamatan tms dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Time motion study (TMS) penyemprot Penyemprot Blok Dosis cap -1 (l) Jumlah cap (1 pasar pikul) Total pokok tersemprot cap -1 (pokok) Cap ha -1 Dosis campuran ha -1 (l) Dosis murni ha -1 (l) A K07 0,200 2,00 29,00 4,66 0,931 0,465 B K07 0,200 1,50 38,00 3,49 0,698 0,349 C K017 0,200 2,00 32,00 4,25 0,850 0,425 D K017 0,200 2,00 32,00 4,25 0,850 0,425 E K016 0,180 2,00 35,00 3,86 0,694 0,347 Rata-rata 0,196 1,90 33,00 4,10 0,804 0,402 Sumber : Hasil pengamatan penulis di lapang (2016) Rata-rata jumlah dosis dan cap yang digunakan untuk penyemprotan 1 pasar pikul berturut-turut sebanyak 0,196 l cap -1 dan 1,90 cap. Dosis yang digunakan sebesar 0,2 l cap -1 atau 0,18 l cap -1. Menurut hasil diskusi antara penulis dan mandor BSS perbedaan dosis ini dikarenakan waktu penyemprotan herbisida dilakukan pada waktu yang berbeda yaitu 0,2 l untuk perlakuan di pagi hari dan 0,18 l untuk perlakuan menjelang siang hari (setelah wolon). Total pokok tersemprot cap -1 yang dihasilkan oleh setiap penyemprot dengan dosis cap -1 dan jumlah cap yang sama (penyemprot A dan C) atau dosis cap -1 yang sama dan jumlah cap berbeda (penyemprot A dan B) atau dosis cap -1 berbeda dan jumlah cap sama (penyemprot D dan E) berbeda-beda. Penyemprot A dan C menyemprot dengan menggunakan dosis cap -1 0,2 l dan jumlah cap yang sama yaitu 2 cap untuk 1 pasar pikul diperoleh jumlah pokok tersemprot cap -1 berturut-turut adalah 29 pokok cap -1 dan 32 pokok cap -1. Hal ini menunjukkan bahwa dosis racun aplikasi yang diperoleh pokok -1 juga berbeda-beda. Rata-rata penggunaan dosis ha -1 yang digunakan oleh 5 penyemprot adalah 0,804 l (dosis campuran) 0,402 l (dosis murni). Hasil pengamatan ini sesuai dengan laporan penggunaan bahan racun kantor kebun yang menunjukkan bahwa penggunaan dosis ha -1 tim BSS

46 28 masih diatas budget yang dianggarkan yaitu 0,25 l ha -1. Penggunaan bahan tim BSS dari bulan Januari - Mei 2016 dapat dilihat pada Gambar 12. Liter ha-1 0,34 0,33 0,35 0,37 0, ,25 0,25 0,25 0,25 0,25 Januari Februari Maret April Mei Gambar 12. Penggunaan racun ha -1 bulan Januari - Mei 2016 tim BSS Budget Realisasi Bulan Standar norma yang ditetapkan perusahaan untuk jenis pekerjaan semprot piringan, pasar pikul, dan TPH adalah 3 ha HK -1. Prestasi kerja tim BSS diperoleh berdasarkan total luas tersemprot dibagikan dengan jumlah tenaga semprot yang digunakan. Rata-rata prestasi kerja tim BSS masih di bawah standart yaitu 2,73 ha HK -1. Hasil pengamatan terhadap rata-rata pencapaian prestasi kerja tim BSS dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Prestasi kerja tim BSS Tanggal Blok Jumlah TK Output Pusingan Output HK (orang) (ha) semprot (hari) (ha) 11-Feb-16 M , ,67 12-Feb-16 L , ,33 10-Mar-16 P , ,00 11-Mar-16 P , ,50 22-Mar-16 K , ,80 22-Mar-16 K , ,54 Rata-rata , ,73 Keterangan : TK = Tenaga kerja, HK = Hari Kerja Sumber : Pengamatan penulis (2016) Rotasi semprot merupakan jumlah frekuensi masuk pada 1 blok aplikasi dalam satuan waktu tertentu. Rotasi semprot piringan, pasar rintis, dan TPH BKLE adalah 4-5 kali dalam 1 tahun. Pusingan semprot adalah jumlah hari atau interval yang dibutuhkan untuk masuk ke blok yang sudah disemprot sebelumnya. Pusingan semprot yang tinggi mengindikasikan semakin tinggi angka kerapatan gulma yang akan berpengaruh terhadap prestasi kerja karyawan semprot. Hasil uji korelasi antara pusingan semprot (hari setelah aplikasi) dan prestasi kerja yang dihasilkan karyawan memiliki nilai r sebesar -0,97 dan nilai p-value sebesar 0,001. Evaluasi mutu semprot dilakukan dengan melakukan pengecekan langsung terhadap kematian gulma pada blok semprot 2 minggu setelah aplikasi (MSA). Pengecekan dilakukan oleh mandor BSS, mandor I, asisten divisi, manager, dan AQC masing-masing sebanyak 2 cek hari -1, 1 cek hari -1, 2 cek per hari -1, 2 cek minggu -1, dan 2 kali dalam 1 bulan. Jumlah pengecekan dalam sekali cek adalah 3

47 29 pasar rintis (± 200 pokok, 3 karyawan semprot). Hasil pengamatan penulis terhadap kematian gulma dengan menggunakan kriteria penilaian sesuai standar diperoleh sebesar 88,23 %. Hasil ini masih dibawah standar perusahaan yaitu 95 %. Persen kematian gulma dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Pengamatan kematian gulma Tanggal Blok Pokok Pokok Pokok Pokok tersemprot tidak mati tidak Kematian pengamatan mati tersemprot merata (%) (pokok) merata (pokok) (pokok) (pokok) 25-Feb-16 M ,72 26-Feb-16 L ,05 24-Mar-16 P ,56 25-Mar-16 P ,74 5-April-16 K ,76 Total ,23 Sumber : Pengamatan penulis (2016) Oles gulma berkayu di gawangan. Herbisida yang digunakan adalah Garlon 670 EC dengan bahan aktif triklopir yang dilarutkan dalam solar. Triklopir dan solar dicampur dengan perbandingan 0,05 liter : 1 liter solar. Gulma sasaran pengendalian adalah gulma berkayu dengan nama daerah `Laban`. Alat yang digunakan adalah parang dan tongkat kayu sepanjang cm yang salah satu ujungnya diikatkan dengan kain. Standar kerja HK -1 yang ditetapkan perusahaan adalah 0,3 HK ha -1 atau 3,30 ha HK -1. Teknis pelaksanaan kegiatan oles gulma berkayu diawali dengan pembagian ancak oleh mandor perawatan. Pengancakkan 1 pasar pikul dikerjakan oleh 2 karyawan yang masing-masing memiliki tugas yang berbeda yaitu sebagai pemotong gulma berkayu dan sebagai pengoles racun. Gulma sasaran dipotong dengan menggunakan parang sekitar 10 cm dari permukaan tanah. Gulma yang telah dipotong langsung diolesi dengan tongkat yang sebelumnya telah diberi larutan herbisida. Karyawan pengoles racun diharuskan kerja beriringan dengan karyawan pemotong gulma untuk mencegah adanya gulma yang telah dipotong namun tidak teraplikasi herbisida. Kegiatan oles gulma berkayu dapat dilihat pada Gambar 13. Gambar 13. Oles gulma berkayu blok P271

48 30 Biaya pengendalian gulma manual dan chemist. Pengendalian gulma di BKLE merupakan biaya pemeliharaan terbesar ke-2 setelah biaya pemupukan. Biaya total yang dianggarkan untuk kegiatan pengendalian gulma tahun 2016 sebesar Rp ,00. Anggaran biaya untuk pengendalian gulma piringan, pasar rintis, TPH, dan gawangan manual sebesar Rp ,00 dan pengendalian gulma piringan, pasar rintis, dan TPH chemist sebesar Rp ,00. Komponen biaya pengendalian gulma manual hanya dipengaruhi oleh biaya upah tenaga kerja sedangkan biaya pengendalian gulma chemist dipengaruhi oleh biaya upah dan biaya bahan. Upah tenaga kerja HK -1 sebesar Rp ,00 yang terdiri dari Rp ,00 merupakan upah pokok dan Rp 4.000,00 untuk premi. Biaya herbisida KLEEN UP, AMIRON M-20 WG, dan AGRISTIK berturut-turut sebesar Rp ,00, Rp Biaya ,00, dan Rp ,00. Biaya ha -1 dan jumlah tenaga kerja pengendalian gulma secara manual membutuhkan biaya yang lebih besar daripada pengendalian secara chemist. Biaya pengendalian gulma manual membutuhkan rata-rata biaya Rp ,00 ha -1 sedangkan pengendalian gulma chemist membutuhkan biaya rata-rata Rp ,00 ha -1. Rata-rata biaya chemist masih berada diatas standar norma yang ditetapkan perusahaan yaitu Rp ,54 ha -1 karena prestasi kerja yang rendah dan dosis penggunaan herbisida yang tinggi. Analisis biaya pengendalian manual ha -1 * Piringan Manual (A) Kebutuhan HK / Ha = 2,38 HK Upah / HK = Rp ,00 Premi / HK = Rp 4.000,00 Total Biaya / Ha = Rp ,9 * Gawangan Manual (B) Kebutuhan HK / Ha = 1,78 HK Upah / HK = Rp ,00 Premi / HK = Rp 4.000,00 Total Biaya / Ha = Rp ,00 Total biaya pengendalian manual ha -1 = A + B = Rp ,9 Analisis biaya pengendalian chemist ha -1 Kebutuhan HK = 0,33 HK/Ha Kebutuhan Bahan = 0,26 liter/ha Glifosat = 0,0083 kg/ha Metil metsulfuron Upah pokok = Rp ,00 Premi = Rp 4.000,00 Harga glifosat = Rp ,00 Harga Metil metsulfuron = Rp ,00 Total biaya chemist ha -1 = Rp ,54 Biaya pengendalian manual dan kimia dan persentase pencapaian biaya pengendalian bulan Januari - April 2016 berturut-turut dapat dilihat pada Tabel 16 dan Tabel 17.

49 31 Tabel 16. Biaya Pengendalian gulma manual Bulan (Output) Upah (Rp) Biaya ha -1 (Rp) Pencapaian (%) HK ha Januari ,6 Februari ,0 Maret ,7 April ,1 Total Keterangan : SD BI = Sampai dengan bulan ini Sumber : Kantor kebun (2016) Tabel 17. Biaya pengendalian gulma chemist Bulan (Output) ha HK Upah (Rp) Bahan (Rp) Biaya ha -1 (Rp) Pencapaian (%) Januari ,4 Februari ,6 Maret ,7 April ,5 Total Keterangan : SD BI = sampai dengan bulan ini Sumber : Kantor kebun (2016) Panen Panen merupakan rangkaian kegiatan potong buah yang telah memenuhi kriteria matang panen, mengutip seluruh brondolan serta mengumpulkan TBS dan brondolan ke TPH serta kegiatan mengangkut semua buah dan brondolan di TPH ke dalam unit transport untuk dikirimkan ke PKS. Buah dan brondolan segar yang dikirim ke PKS untuk diolah menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO). Pusingan dan rotasi panen. Pusingan panen adalah jumlah hari (interval) yang dibutuhkan untuk kembali ke areal/blok/seksi yang sudah dipanen sebelumnya. Pusingan yang ditetapkan di BKLE adalah pusingan 7 hari. Rotasi panen adalah jumlah frekuensi masuk kegiatan potong buah pada areal/blok/seksi yang sama dalam 1 tahun. Rotasi yang diperoleh untuk pusingan 7 hari selama 1 bulan adalah 3,5-4,5 kali dalam 1 bulan sehingga total rotasi selama 1 tahun sebanyak kali. Kebutuhan tenaga potong buah. Total kebutuhan tenaga kerja potong buah yang dibutuhkan divisi 3 BKLE adalah sebanyak 49 orang. Realisasi jumlah tenaga kerja potong buah yang terdapat di divisi 3 BKLE hingga tanggal 4 Juni 2016 sebanyak 40 orang, terbagi ke dalam 3 kemandoran yaitu kemandoran A, B, dan C. Jumlah ini masih kurang dari total kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan di divisi 3. Strategi yang diterapkan untuk menghadapi kekurangan tenaga panen adalah dengan menggunakan sistem kelompok kerja pemanen (KKP). Masingmasing KKP berjumlah 5 orang yang bertanggung jawab secara kumulatif untuk menyelesaikan ancak panen kelompoknya.

50 32 Seksi panen merupakan luas areal yang harus selesai dipanen dalam 1 hari. Divisi 3 BKLE terbagi 6 seksi, yaitu seksi panen A, B, C, D, E, dan F. Luas setiap seksi Tabel 18 relatif sama jika potensi produksi setiap blok relatif homogen (hampir sama), sedangkan seksi yang dikerjakan pada hari Jumat memiliki luas kerja sebesar 5/7 dari luas seksi yang lain. Tabel 18. Seksi panen dalam 1 rotasi divisi 3 BKLE Seksi Blok Tahun tanam Luas (ha) A. Senin P ,06 P ,01 P ,01 P ,56 P ,57 Total luas 161,21 B. Selasa P ,06 P ,91 O ,19 O ,50 O ,56 O ,11 N ,41 Total luas 138,74 C. Rabu N ,33 N ,78 N ,78 N ,52 N ,30 Total luas 155,71 D. Kamis N ,84 M ,44 M ,09 M ,34 Total luas 125,71 E. Jumat M ,55 M ,29 M ,56 L ,82 L ,15 Total luas 129,37 F. Sabtu L ,67 L ,82 L ,02 L ,18 Total luas 146,69 Sumber : kantor kebun BKLE (2016)

51 33 Angka kerapatan panen (AKP). Angka kerapatan panen merupakan gambaran persentase jumlah buah siap panen yang diperoleh dari hasil pembagian antara seluruh janjang masak hasil sensus dengan seluruh pokok sampel produktif. Persen AKP akan dijadikan dasar perhitungan estimasi janjang dan tonase produksi esok hari. Contoh perhitungan estimasi janjang dan tonase produksi pada seksi F, SPH 132, AKP 17,14 %, dan BJR 8,5 adalah sebagai berikut : Estimasi janjang panen seksi F = AKP x SPH x Luas seksi panen 100 = 17,14 x 132 x146, = janjang Estimasi tonase panen seksi F = Janjang estimasi x BJR = x 8,5 kg = kg Pengancakkan. Ancak merupakan luasan areal yang menjadi tanggung jawab seorang dan sekelompok tenaga potong buah. Pembagian ancak panen bertujuan untuk memudahkan dalam kegiatan potong buah, pemeliharaan pokok, dan pengawasan mandor. Jumlah ancak yang terdapat di divisi 3 BKLE sebanyak 49 ancak. Pemanen memiliki luas ancak sebanyak 2-3 baris tanaman. Sistem pengancakkan yang diterapkan di divisi 3 BKLE adalah ancak giring dan ancak giring tetap. Ancak giring tetap dilakukan hampir pada seluruh blok yang terdapat di divisi 3, kecuali blok P027 yang masih menerapkan sistem ancak giring. Hal ini disebabkan karena kondisi blok P027 tidak berbentuk petak sabun, terbagi menjadi 6 areal tanam. Alat pelindung diri (APD) dan peralatan panen. Perusahaan bertanggung jawab atas keamanan dan keselamatan kerja karyawan panen terutama tenaga potong buah. Tenaga potong buah sangat rentan terhadap resiko kecelakaan kerja seperti kepala bocor akibat tertimpa pelepah saat menurunkan buah, mata perih terkena serbuk bunga jantan, dan lain-lain sehingga penggunaan APD yang standar harus senantiasa diterapkan. Perusahaan telah berusaha untuk mengingatkan tenaga kerja untuk senantiasa menggunakan APD selama bekerja di lapang. APD standar yang penulis amati dalam kegiatan panen antara lain sepetu boot, kacamata, dan helm. Kesadaran penggunaan APD tenaga potong buah masih sangat rendah, terutama dalam penggunaan helm dan kacamata. Kurangnya kesadaran penggunaan helm karena alasan ketidaknyamanan. Helm yang digunakan sering lepas dari kepala sehingga akan membuang waktu. Peralatan panen yang digunakan berbeda-beda menurut tinggi tanaman (umur tanaman). Peralatan panen terbagi menjadi 3 bagian yaitu alat untuk memotong buah (dodos dan egrek), alat untuk membawa buah dan brondolan ke TPH (gancu dan angkong), serta alat untuk memuat buah dari TPH ke Dum Truck (tojok dan karung goni). Tata cara pemotongan buah. Alur kegiatan pemotongan buah yaitu pengecekan buah matang pokok -1, pemotongan buah, peletakkan buah di pasar pikul, penyusunan pelepah, pengutipan brondolan dan pengangkutan buah, penyusunan buah dan brondolan di TPH, serta pemberian stempel. Pemanen harus memutari setiap pokok yang terdapat di ancaknya dan memotong buah yang

52 34 sudah layak potong. Pemotongan buah dapat dilakukan dengan cara mencuri buah (Gambar 14a) tanpa menurunkan pelepah dan dengan cara memotong pelepah. Pemotongan pelepah dilakukan apabila posisi buah sulit karena diapit oleh 2-3 pelepah sehingga pelepah harus dipotong. Pemotongan pelepah tidak dibenarkan bila memungkinkan untuk dilakukan curi buah agar jumlah pelepah berada pada kondisi optimum. Jumlah pelepah optimum dapat dilihat pada Tabel 7. Pelepah yang diturunkan disusun di gawangan mati atau diantara tanaman membentuk zigzag atau U-shape. Brondolan yang ada di piringan ataupun yang menyangkut di pasar pikul dikutip sampai bersih dengan menggunakan sistem hand picking yang bertujuan untuk mengurangi jumlah kotoran atau kontaminasi dan dimasukkan ke dalam karung khusus untuk pengutipan brondolan. Buah di pasar pikul diangkut bersamaan dengan brondolan yang telah dikutip ke dalam angkong dan dibawa ke TPH. Buah disusun rapi di TPH secara berbaris dengan jumlah 4-5 janjang per baris. Buah yang masih memiliki tangkai panjang atau masih banyak terdapat buah parthenocarpy (buah hasil penyerbukan yang kurang sempurna) dipotong V-cut (Gambar 14b) atau mepet dengan tujuan untuk menghilangkan berat semu buah yang akan berpengaruh terdahap nilai Oil Extraction Rate (OER). Brondolan yang telah dikutip dituang ke atas goni khusus brondolan dan dibersihkan lagi jika masih terdapat kotoran. Buah diberi identitas stempel sesuai nomor pemanen sebagai identitas buah dalam pencatatan buah oleh krani panen. (a) (b) Gambar 14. (a) Panen dengan cara curi buah, b) pemotongan V-cut Basis, premi, dan denda tenaga potong buah. Tenaga potong buah akan mendapat upah kerja sesuai dengan prestasi kerja yang diperolehnya. Basis merupakan jumlah bobot panen yang harus diperoleh setiap hari kerja oleh setiap tenaga potong buah. Sistem basis yang diterapkan BKLE adalah basis waktu, basis ancak, dan basis tonase yang dikonversikan ke dalam jumlah janjang. Bobot basis waktu, ancak, dan tonase berturut-turut adalah 7 jam kerja, 2-3 ha HK -1 (sama untuk semua divisi di BKLE), dan basis tonase disesuaikan dengan tahun tanam divisi tersebut. Basis tonase divisi 3 adalah sebesar kg untuk setiap tenaga potong buah. Tenaga potong buah yang prestasi kerjanya melebihi basis yang telah ditetapkan akan mendapatkan insentif atau penghargaan berupa premi. Premi yang diterima oleh tenaga potong buah yang tidak capai basis

53 35 namun capai basis ancak sebesar Rp 5.000,00. Daftar premi divisi 3 BKLE dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Daftar premi potong buah divisi 3 BKLE Siap basis (janjang) (khusus hari Jumat) 140 = Rp 8.500, = Rp 8.500, = Rp , = Rp , = Rp , = Rp , = Rp , = Rp , = Rp , = Rp , = Rp , = Rp , = Rp , = Rp , = Rp , = Rp , = Rp , = Rp , = Rp , = Rp , = Rp , = Rp , = Rp ,00 Sumber : Kantor divisi 3 BKLE Lebih basis (Rp janjang -1 ) 375,00 Potongan berupa denda dikenakan kepada tenaga potong buah jika melakukan kesalahan seperti menurunkan buat mentah atau kurang matang (KM) saat kegiatan potong buah berlangsung. Jenis dan besar denda yang ditetapkan perusahaan dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Denda panen divisi 3 BKLE Mutu ancak Rincian Satuan Denda (Rp satuan -1 ) Brondolan tidak dikutip Biji 100,00 Tangkai panjang Janjang 2.000,00 Janjang masak tinggal Janjang 2.500,00 Brondolan sama sekali tidak dikutip Pokok 5.000,00 Pelepah tidak disusun Pokok 1.000,00 Pelepah sengkleh Pokok 2.000,00 Over pruning Pokok 2.000,00 Mutu buah Buah mentah Janjang 5.000,00 Buah KM Janjang 2.000,00 Kontaminasi Janjang 2.000,00 Tidak beralas brondol Alas 1.000,00 Sumber : Kantor divisi 3 BKLE Transportasi panen. Kegiatan transportasi panen diawali dengan kontrol oleh krani transport untuk melihat kondisi buah di blok panen pada hari tersebut. Krani transport segera menyiapkan unit transportasi angkut buah (Dum Truck) dan tenaga bongkar muat (BM) apabila jumlah estimasi buah yang berada di TPH telah mencukupi kapasitas unit. Peralatan yang perlu dipersiapkan tim BM berupa

54 36 tojok yang digunakan untuk mengangkut buah dari TPH ke dum truck. Krani transport memberikan arahan kepada supir dan tim BM terkait lokasi buah yang siap untuk dimuat. Krani transport juga segera memberitahukan kepada krani panen bahwa unit muat akan segera masuk. Hal ini bertujuan untuk mencegah adanya TPH yang tidak ter-grading. Unit transport beserta tim BM berangkat ke lokasi panen dan segera melakukan kegiatan muat buah (Gambar 15) setibanya di blok panen. Buah diangkut dengan menggunakan tojok sedangkan brondolan diangkut dengan cara dilemparkan ke arah dum truck dengan menggunakan goni alas brondol. Goni alas karung turut dibawa oleh tim BM dan diletakkan di dekat rak tempat penyimpanan goni. Kegiatan muat terus dilakukan sampai muatan dum truck penuh. Unit yang telah penuh sudah siap untuk dikirim ke PKS. Jumlah kapasitas muatan dum truck berkisar antara 6-7,5 ton. Unit yang siap kirim akan diberikan surat pengiriman buah (SPB) oleh krani transport. SPB berisi informasi jumlah estimasi janjang dan tonase yang dikirim ke PKS. Unit muat langsung menuju ke PKS segera setelah menerima SPB oleh krani transport. Tim BM divisi 3 berjumlah 5 orang. Sistem kerja tim BM dibagi ke dalam 2 kelompok. Hal ini disesuaikan dengan jumlah unit transport yang tersedia untuk divisi 3. Basis tenaga BM sebanyak 5 ton HK -1 dan lebih basis akan dikalikan Rp 10,00 kg -1 nya. Upah utuh juga akan diterima oleh masing-masing BM jika semua buah yang terpanen pada hari tersebut habis termuat. Gambar 15. Kegiatan muat buah menggunakan tojok Aspek Manajerial Pendamping Supervisi Supervisi adalah karyawan non-staff yang berhubungan langsung dengan karyawan di lapang yang menjadi partner kerja asisten dalam menyelesaikan setiap jenis pekerjaan teknis dan administratif divisi. Supervisi bertugas untuk mengarahkan pekerjaan sesuai dengan instruksi asisten, mengawasi karyawan, membuat laporan hasil pekerjaan, dan memotivasi karyawan. Selama menjadi pendamping supervisi, penulis mengikuti kegiatan pengawasan di lapang, penyusunan dan pelaporan administrasi sebagai mandor 1, krani divisi, mandor panen, mandor perawatan, mandor BSS, mandor pupuk (BMS), krani panen, dan krani transport. Pendamping mandor 1. Mandor 1 adalah orang pertama yang mendapatkan instruksi kerja langsung dari asisten mengenai jenis pekerjaan yang

55 akan dilakukan di lapang dan merupakan atasan langsung dari semua mandor dan krani yang ada di divisi. Tugas seorang mandor 1 adalah memastikan semua rencana kerja harian (RKH) serta kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh semua mandor dan krani berjalan dengan baik. Kegiatan yang dilakukan penulis sebagai mandor 1 adalah melakukan kontrol lapang di pagi hari untuk menilai hasil kerja tim bongkar muat (BM) tandan buah segar (TBS) yang dipanen 1 hari yang lalu, memastikan ketersediaan unit transportasi untuk mengantar karyawan ke tempat kerjanya masing-masing apabila blok lokasi kerja sangat jauh dari lokasi tinggal karyawan, sehingga karyawan dapat memulai kerjanya dengan tepat waktu, mengontrol dan menggantikan posisi mandor yang tidak masuk kerja, melakukan check mutu ancak dan mutu buah pada blok panen sesuai RKH pada hari tersebut, melakukan taksasi angka kerapatan panen (AKP) dan merekap taksasi untuk rencana kerja panen besok, serta membuat laporan harian mandor di kantor divisi. Pendamping krani divisi. Krani divisi adalah bagian dari anggota kebun yang bertugas untuk mengurus bagian administrasi harian dan bulanan tingkat divisi. Tugas dan tanggung jawab seorang krani divisi adalah membuat dan merekap daftar absensi karyawan dan mandor, laporan harian mandor (LHM) dan laporan harian asisten (LHA), menginput laporan tersebut ke dalam BGA Plantation System (BPS), mengisi papan RKH, mengisi papan monitoring produksi pengiriman TBS ke pabrik kelapa sawit (PKS), pembuatan bon permintaan barang (BPB), mengarsipkan surat masuk dan keluar, membantu proses pembagian gaji dan beras bulanan kepada karyawan, membuat surat sakit untuk karyawan, dan tugas lain yang diinstruksikan oleh asisten. Kegiatan yang dilakukan penulis sebagai pendamping krani divisi adalah mengiput data laporan harian kedalam BPS, mengisi papan monitoring produksi, serta membantu pembagian gaji dan beras bulanan kepada karyawan. Pendamping mandor panen. Mandor panen adalah orang yang bertanggung terhadap pelaksanaan dan pengawasan kegiatan panen (potong buah) di divisi. Tugas dan tanggung jawab seorang mandor panen adalah memimpin apel pagi dan mengabsensi karyawan panen serta membagikan buku saku pemanen, membagi dan mengancakkan pemanen, mengontrol (mengecek) ancak pemanen, mengisi LHM, memonitoring taksasi potong buah, mengisi pusingan potong buah, koordinasi dengan krani panen untuk pengecekan buah, melaporkan hasil pemeriksaan mutu buah dan mutu ancak kepada asisten, mengecek peralatan panen, menerima tugas-tugas lain yang diberikan asisten, dan memotivasi karyawan. Kegiatan yang dilakukan penulis sebagai pendamping mandor panen adalah melakukan absensi terhadap pekerja yang masuk, turut serta bersama mandor panen dalam pemberian instruksi saat apel pagi, memastikan kembali jumlah karyawan panen yang datang di lokasi panen, membagi hancak kepada anggota kelompok kerja pemanen (KKP) apabila ada salah satu anggota KKP-nya yang tidak hadir, mengawasi pemanen agar pemanen tidak memotong buah mentah, tidak meninggalkan buah segar, mengutip brondolan di ketiak pohon, piringan, dan pasar pikul, cek mutu ancak dan buah blok panen hari tersebut, melakukan taksasi angka kerapatan panen (AKP) dan melaporkannya kepada mandor 1, koordinasi dengan krani panen untuk pengecekan buah, mengecek peralatan panen, mengingatkan karyawan potong buah untuk menggunakan alat pelindung 37

56 38 diri (APD) agar terhindar dari kecelakaan kerja (Zero Accident), membuat laporan harian mandor (LHM) yang dilaporkan setiap sore, dan mengisi rencana kerja dan absensi mandor (REKAM). Pendamping mandor perawatan. Mandor perawatan adalah orang yang bertanggung jawab langsung untuk mengurus pekerjaan perawatan divisi. Tugas dan tanggung jawab seorang mandor perawatan adalah menentukan areal yang perlu dilakukan perawatan berdasarkan hasil pengamatannya dilapang ataupun informasi yang diterima dari asisten dan mandor, mengalokasikan tenaga perawatan sesuai dengan jenis pekerjaan yang telah direncanakan, memimpin dan mengabsensi karyawan perawatan saat apel pagi, membagi ancak karyawan, mengawasi setiap jenis pekerjaan perawatan, dan membuat LHM perawatan. Jenis pekerjaan perawatan adalah pengendalian gulma manual dan chemist, rawat jalan, sensus LSU, SSU, BJR, dan BBC. Kegitan penulis saat menjadi pendamping mandor perawatan adalah mengawasi kegiatan perawatan dan membuat LHM. Pendamping mandor BSS. Mandor BSS memiliki tugas untuk menentukan areal rencana semprot, melakukan survei kerapatan gulma 1 hari sebelum kegiatan semprot dilakukan, mengajukan BPB herbisida kepada manajer dan kepala gudang, membuat larutan herbisida yang akan diaplikasikan, memimpim apel pagi, melakukan absensi dan pengecekan kelengkapan peralatan dan pelindung diri karyawan semprot, membagi ancak karyawan, melakukan pengawasan terhadap kinerja karyawan, dan melakukan pengecekan terhadap kematian gulma melalui pengecekan mutu semprot. Kegiatan administrasi yang dilakukan adalah mengikuti kegiatan apel sore, membuat LHM dan mengisi kartu stock gudang BSS. Kegiatan yang dilakukan penulis sebagai pendamping mandor BSS adalah melakukan survei kerapatan gulma, mengajukan BPB, membuat larutan herbisida, melakukan pengawasan dan membuat LHM, serta mengisi kartu stock gudang Pendamping mandor pupuk (mandor BMS). Mandor BMS terdiri dari mandor until dan mandor tabur. Mandor until bertugas untuk menyediakan untilan pupuk sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan untuk kegiatan pemupukan, mengawasi pelaksanaan pemuatan untilan pupuk dan mengawasi jumlah goni eks untilan yang telah terkumpul sama dengan jumlah goni untilan yang dimuat. Mandor tabur bertugas untuk memimpin karyawan tabur saat apel pagi, melakukan absensi dan pengecekan peralatan dan pelindung diri karyawan, mengatur pembagian ancak kerja tiap KKP, melakukan koordinasi dengan mandor until terkait kebutuhan jumlah untilan yang dibutuhkan, mengawasi kegiatan penaburan pupuk, melakukan pemeriksaan mutu pemupukan, serta membuat LHM. Kegiatan penulis selama menjadi pendamping mandor pupuk adalah mengawasi pekerjaan tabur, mengawasi pekerjaan until pupuk, dan mengawasi pemuatan untilan pupuk. Pendamping krani panen. Krani panen bertugas untuk menghitung dan mencatat jumlah janjang panen, memeriksa kualitas mutu buah yang dipanen masing-masing tenaga potong buah. dan melakukan deteksi dini terhadap serangan hama dan penyakit. Krani buah berkewajiban untuk memberikan peringatan dan denda kepada tenaga potong buah yang memotong buah tidak sesuai standar untuk dipanen seperti buah KM dan buah mentah. Krani panen memiliki tugas untuk mengisi buku penerimaan buah, mengisi buku pemanen, mengisi laporan potong buah (LPB) dan premi tenaga potong buah, serta berkoordinasi dengan krani transport terhadap jumlah buah yang dikirim ke PKS.

57 39 Kegiatan yang dilakukan penulis adalah mencatat jumlah janjang panen, memeriksa kualitas buah, mengisi buku penerimaan buah, mengisi buku pemanen, mengisi LPB, dan mencatat premi tenaga potong buah. Pendamping krani transport. Krani transport bertugas untuk memastikan semua buah dan brondolan yang dipanen pada hari tersebut terangkut dan terkirim ke PKS. Krani transport mengkoordinir tenaga bongkar muat (BM) dan unit transport yang tersedia, mengabsensi tenaga BM yang hadir saat apel pagi, melakukan kontrol lapang untuk mengetahui posisi buah yang telah siap dimuat, mengawasi kegiatan pemuatan buah, berkoordinasi dengan krani panen terkait perkiraan jumlah buah yang dikirim, membuat surat pengantar buah (SPB) dan memberikannya kepada supir unit yang telah siap untuk mengirim buah ke PKS, membuat laporan harian krani transport, mencatat premi tenaga BM serta melaporkan SPB yang telah ditimbang PKS kepada krani divisi. Kegiatan yang dilakukan penulis selama mendampingi krani transport adalah melakukan kontrol lapang, mengawasi kegiatan pemuatan buah, membuat SPB dan memberikannya kepada supir, serta melaporkan SPB kepada krani divisi. Pendamping Asisten Asisten adalah orang yang bertanggung jawab penuh terhadap kelancaran kegiatan operasional dan administrasi divisi. Seorang asisten harus memastikan target produksi bulanan sesuai dengan hasil sensus yang dilakukan sebelumnya tercapai dan penggunaan biaya yang digunakan tidak melebihi budget yang dianggarkan. Tugas seorang asisten adalah membuat rencana kerja harian (RKH), membimbing, mengarahkan dan memberi perintah kepada mandor dalam membuat perbaikan jika terjadi penyimpangan, melakukan kontrol lapang untuk memastikan seluruh rencana kerja berjalan sesuai target yang diinginkan, mengingatkan karyawan untuk selalu menjaga keselamatan dan kesehatan kerja, serta memberikan laporan pertanggungjawaban kepada manajer. Kegiatan yang dilakukan penulis selama menjadi pendamping asisten divisi adalah membantu mengawasi kerja karyawan dan mandor, melakukan taksasi panen, pengecekan mutu ancak dan mutu buah, serta menyusun rencana kerja dan absensi mandor (REKAM) setiap bulannya. Pembahasan Gulma Dominan Mucuna bracteata merupakan jenis tanaman penutup tanah yang dibudidayakan di BKLE. Kelebihan yang dimiliki oleh Mucuna bracteata adalah tahan terhadap naungan dan kekeringan, toleran terhadap serangan hama dan penyakit, tidak disukai ternak karena mengandung kadar fenol yang tinggi, dan memiliki laju pertumbuhan yang cepat. Menurut Harahap et al. (2008) laju penutupan tanah Mucuna bracteata mencapai 2-3 m 2 bulan -1. Laju penutupannya yang cepat menyebabkan Mucuna bracteata yang semula berfungsi sebagai tanaman penutup tanah berubah menjadi gulma bagi tanaman kelapa sawit karena telah berada di daerah piringan kelapa dan pasar pikul kelapa sawit bahkan sampai melilit pokok kelapa sawit. Mucuna bracteata yang menutupi piringan dan pasar pikul akan mengganggu kelancaran kegiatan operasional panen dan pemupukan di lapang sehingga keberadaannya harus dikendalikan.

58 40 Ageratum conyzoides dan Centotheca lappaceae merupakan contoh gulma yang menggunakan biji sebagai organ perbanyakannya. Menurut Ekeleme et al. (2005) Ageratum conyzoides mampu memproduksi biji sebanyak biji per individu. Biji yang kecil dan ringan mudah terbawa angin sehingga peluang Ageratum conyzoides dan Centotheca lappaceae untuk mendominasi suatu areal sangat besar. Brachiaria mutica merupakan gulma rumput tahunan yang tumbuh di tanah lembab atau basah, dengan suasana terbuka atau suasana ternaung dan berbunga sepanjang tahun. Blok P271 lokasi pengambilan sampel merupakan blok rawa yang sering tergenang sehingga sangat cocok sebagai habitat pertumbuhannya. Koefisien Komunitas dan Analisis Cluster Nilai koefisien komunitas yang > 70 % menunjukkan bahwa ke-2 komunitas yang dibandingkan memiliki kesamaan vegetasi yang tinggi. Blok yang memiliki umur tanam yang berdekatan akan memiliki kesamaan vegetasi yang lebih tinggi dan sebaliknya blok yang memiliki umur tanam yang berjauhan akan memiliki kesamaan vegetasi yang semakin rendah. Hal ini dipengaruhi oleh intensitas naungan (penutupan tajuk) kelapa sawit. Blok tahun tanam yang lebih tua akan memiliki intensitas naungan yang lebih tinggi dari pada blok tahun tanam yang lebih muda sehingga akan mempengaruhi indeks keseragaman gulma yang tumbuh. Blok TT 2006 dan TT 2007 memiliki penutupan tajuk yang hampir sempurna sehingga intensitas cahaya yang masuk hingga ke pasar pikul sangat sedikit dan jenis gulma yang tumbuh didominasi oleh tanaman penutup tanah yang tahan terhadap naungan. Blok TT 2011 memiliki figure tanaman yang pertumbuhannya terhambat dikarenakan lokasi tanam blok ini sering tergenang banjir disaat air sungai meluap sehingga penutupan tajuknya sangat rendah dan cahaya bebas masuk hingga ke piringan dan pasar pikul. Jenis gulma yang tumbuh didominasi oleh gulma rumputan yang suka kondisi lembab seperti Brachiaria mutica dan gulma rumputan yang suka terhadap keberadaan cahaya matahari yang tinggi. Pengelompokkan pada analisis cluster menunjukkan bahwa blok yang memiliki jarak terdekat dan dalam 1 cluster memiliki metode pengendalian gulma yang sama. Pemilihan metode pengendalian disesuaikan dengan karakteristik jenis gulma yang tumbuh dalam cluster tersebut. Metode pengendalian dapat dibedakan berdasarkan jenis metode pengendalian, rotasi pengendalian, serta jenis dan dosis herbisida yang digunakan. Blok TT 2006 dan TT 2007 memiliki jenis gulma dominan Mucuna bracteata sehingga dalam pemilihan metode pengendalian yang direncanakan adalah metode pengendalian manual dan chemist. Metode pengendalian manual perlu direncanakan karena tanaman penutup tanah Mucuna bracteata yang pertumbuhannya tidak terkontrol memiliki potensi untuk menjadi gulma karena dapat masuk ke piringan dan melilit pokok kelapa sawit sehingga harus dikendalikan secara manual dengan jenis pekerjaan `tarik goloran`. Perencanaan Pengendalian Gulma Pengendalian Gulma Manual. Dongkel anak kayu (DAK) diganti dengan pekerjaan tebas `slashing`dengan tujuan untuk meningkatkan output tenaga kerja. Hal ini dikarenakan penyebaran gulma anak kayu seperti Melastoma malabathricum, Vitex pinnata, Urena lubota, dan lain-lain tidak merata, serta

59 waktu dan energi yang dibutuhkan untuk mendongkel anak kayu relatif lebih lama dan membutuhkan energi yang lebih besar. Luas areal pengendalian disesuaikan dengan jumlah tenaga kerja yang tersedia. Tenaga kerja yang sebelumnya telah direncanakan oleh mandor untuk pekerjaan pengendalian manual dapat berubah apabila terdapat karyawan panen ataupun pemeliharaan yang mangkir (tidak masuk kerja tanpa izin yang jelas). Kebijakan yang diambil oleh seorang mandor dan asisten adalah dengan mengurangi jumlah tenaga kerja kemudian dialokasi untuk pekerjaan panen yang kurang ataupun dengan meniadakan jenis pekerjaan tersebut dan ditunda untuk pekerjaan hari esok. Pengendalian Gulma Chemist. Luas areal, kebutuhan alat dan bahan pengendalian gulma chemist khususnya semprot piringan, pasar rintis dan TPH yang sebelumnya telah ditetapkan dalam REKAM dapat berubah sewaktu-waktu dikarenakan adanya tenaga kerja yang mangkir, areal rencana terendam banjir, dan terjadi tabrakan blok aplikasi dengan jenis pekerjaan panen ataupun pupuk. Kebijakan yang diambil asisten ataupun mandor BSS adalah menjalankan sistem KKS atau mengalokasikan tenaga perawatan untuk menyemprot bila tenaga kerja kurang serta mengalihkan pekerjaan ke blok terdekat yang belum teraplikasi dan tidak terdapat aktivitas budidaya bila terjadi tabrakan blok aplikasi. Nozzle berfungsi untuk memecah (atomisasi) larutan semprot menjadi butiran semprot (droplet). Ukuran droplet yang dihasilkan ditentukan berdasarkan ukuran lubang nozzle. Ukuran lubang nozzle yang semakin besar akibat adanya pengcongkelan oleh penyemprot untuk membersihkan nozzle yang tersumbat akan meningkatkan ukuran droplet yang terbentuk. Pendugaan ukuran butiran semprot suatu jenis nozzle dapat diketahui dari jumlah larutan racun (flow rate) yang dihasilkan melalui kegiatan kalibrasi. Nozzle VLV termasuk ke dalam jenis fan nozzle yang memiliki ukuran butiran semprot sedang yang cocok untuk pengendalian herba (gulma). Nozzle VLV 100 memiliki kisaran nilai flow rate antara 0,45-0,65 l menit -1. Nozzle yang memiliki nilai flow rate > 10 % dari nilai flow rate seharusnya wajib untuk diganti. Pemilihan nozzle VLV disesuaikan dengan jenis herbisida yang digunakan. Menurut SOP BGA (2010) dan Barus (2003) aplikasi nozzle dengan kategori low volume (LV) l ha -1 dan very low volume (VLV) l ha -1 sangat sesuai digunakan untuk jenis herbisida sistemik dan kawasan yang sulit air. Kegiatan kalibrasi alat juga merupakan salah satu kontrol yang dapat menggambarkan bagaimana teknis penyemprotan dilakukan di lapang. Hasil kalibrasi diperoleh tenaga semprot yang memiliki lebar semprot yang normal berkisar antara 1,2-2 m, tetapi flow rate yang dihasilkan melebihi standar normal nozzle VLV 100. Hal ini mengindikasikan bahwa teknis penyemprotan masingmasing penyemprot masih berbeda-beda, sehingga diperlukannya pelatihan teknis terkait cara penyemprotan yang baik dan benar kepada seluruh karyawan semprot. Kondisi peralatan yang baik sangat mempengaruhi kegiatan pengendalian gulma. Ukuran nozzle yang membesar, katup penutup nozzle, dan trigger yang aus merupakan contoh kerusakan peralatan yang sering terjadi di lapang. Pengecekan terhadap seluruh kondisi komponen alat wajib dilakukan oleh mandor sebelum kegiatan pengendalian dilakukan. Peralatan yang rusak diberikan kepada mandor semprot atau operator truk untuk diperbaiki atau diganti dengan spare part yang baru bila sudah tidak dapat diperbaiki. 41

60 42 Pelaksanaan Pengendalian Gulma Pengendalian Gulma Chemist. Jenis herbisida ditentukan berdasarkan jenis gulma sasaran pengendalian. Jenis gulma di BKLE beragam dan didominasi oleh gulma golongan daun lebar dan rumput. Herbisida KLEEN UP 480 SL merupakan herbisida sistemik purna tumbuh yang diformulasikan dalam bentuk larutan yang mudah larut dalam air yang bersifat non selektif untuk mengendalikan gulma berdaun sempit, berdaun lebar, dan teki-tekian. Menurut Yardha dan Meilin (2010) herbisida KLEEN UP 480 SL efektif digunakan untuk mengendalikan gulma rumput. AMIRON-M 20 WG merupakan herbisida sistemik pra tumbuh dan purna tumbuh yang bersifat selektif untuk mengendalikan gulma daun lebar. Menurut Khasanah (2014) herbisida metil metsulfuron efektif untuk mengendalikan gulma berdaun lebar hingga 12 MSA. Pencampuran herbisida glifosat dan metil metsulfuran bertujuan untuk memperluas spektrum pengendalian gulma sehingga efikasi (daya bunuh) herbisida lebih tinggi. Menurut Wibawa dan Sugandi (2012) pencampuran herbisida glifosat dan metil metsulfuron meningkatkan persentase kematian gulma hingga 7,22 % daripada penggunaan herbisida glifosat secara tunggal. Pencampuran herbisida berbahan aktif glifosat lebih efektif dengan herbisida berbahan aktif metil metsulfuron daripada herbisida berbahan aktif triklopir, yang sama-sama efektif digunakan untuk mengendalikan gulma berdaun lebar dikarenakan gulma daun lebar yang terdapat di piringan dan pasar pikul BKLE lebih didominasi oleh gulma daun lebar yang memiliki batang lunak daripada gulma daun lebar yang berkayu atau anak kayu. Herbisida berbahan aktif triklopir efektif digunakan untuk pengendalian anak kayu. Blok TT 2007 dan TT 2008 (divisi 3) khusus blok O027 - O030 merupakan blok yang didominasi oleh tanah gambut. Gulma yang tumbuh di daerah piringan dan pasar pikul blok gambut didominasi oleh gulma Stenochlaena palustris (pakis udang). Menurut Tampubolon (2010) Stenochlaena palustris efektif dikendalikan dengan metode pengendalian manual ataupun dengan menggunakan herbisida berbahan aktif paraquat yang diaplikasikan secara tunggal maupun campuran. Tingkat mortalitas gulma yang dihasilkan mencapai > 95 %. Herbisida berbahan aktif paraquat tidak digunakan lagi di BKLE sebagai bahan pengendali gulma. Hal ini dikarenakan BKLE sedang dalam proses sertifikasi RSPO yang mana salah satu prinsip dalam RSPO menegaskan untuk tidak menggunakan herbisida berbahan aktif paraquat dichlorida. Metode pengendalian yang digunakan untuk mengendalikan Stenochlaena palustris ataupun tumbuhan pakis lain seperti Neprholepis biserata yang telah tumbuh semak adalah menggunakan cara manual `slashing` dan penggunaan herbisida sistemik KLEEN UP 480 SL yang dicampur dengan AMIRON-M 20 WG. Penerapan teknis pelaksanaan pengendalian chemist yang kurang tepat seperti tuas sprayer yang dipompa secara terus menerus, bendera kuning sebagai penanda pokok terakhir yang disemprot tidak dilaksanakan saat akan melakukan pengisian ulang racun, stick sprayer yang diayunkan kiri-kanan secara berulang kali, dan tuas trigger yang ditekan secara terus-menerus akan mempengaruhi kebutuhan racun yang digunakan. Bendera kuning yang tidak digunakan sebagai penanda pokok terakhir semprot menyebabkan pokok tersemprot 2 kali dan tuas trigger yang ditekan secara terus-menerus menyebabkan pengendalian tidak diterapkan secara selective weeding. Konsep selective weeding yaitu menghindari

61 pemberantasan rumput dan gulma lainnya yang lunak, berakar dangkal, dan tidak tumbuh tinggi di gawangan. Pemberantasan gulma yang berada di gawangan baik pasar pikul ataupun gawangan mati menyebabkan tanah gundul. Tanah gundul tidak diinginkan karena mendorong terjadinya erosi. Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca pada suatu wilayah yang relatif luas pada jangka waktu yang lama. Hujan merupakan salah satu unsur iklim yang dapat mempengaruhi tingkat kematian gulma. BKLE memiliki rata-rata curah hujan yang sangat tinggi dengan rata-rata jumlah hari hujan sebanyak 117,6 hari selama setahun. Daerah dengan curah hujan dan hari hujan yang tinggi memiliki potensi pencucian herbisida yang tinggi. Menurut Girsang (2005) pencucian air hujan dengan selang waktu lebih dari 2 jam setelah aplikasi herbisida dapat mengurangi daya bunuh herbisida. Pencucian akan mengurangi konsentrasi herbisida yang digunakan. Penurunan konsentrasi akan menurunkan laju reaksi herbisida untuk membunuh gulma sasaran. Strategi yang dilakukan bila terjadi hujan ditengah kegiatan semprot berlangsung adalah mengalihkan jenis pengendalian dari pengendalian chemist ke pengendalian manual. Prestasi Kerja. Menurut Mahendra (2014) prestasi kerja seseorang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor biografis (usia, masa kerja, dan gender). Faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi kerja hasil pengamatan penulis di lapang adalah penerapan jam kerja efektif, kesiapan peralatan kerja, kondisi blok pengendalian, dan fungsi pengawasan mandor. Jam kerja efektif yang ditetapkan perusahaan adalah 7 jam kerja yang dimulai dari pukul WIB dan diselangi istirahat selama 30 menit pada pukul Hasil pengamatan di lapang terdapat tenaga kerja yang menggunakan waktu istirahat lebih dari waktu yang ditentukan bisa mencapai menit. Losses waktu merupakan salah satu penyebab tidak tercapainya prestasi kerja karyawan. Peralatan kerja yang tidak dapat berfungsi dengan baik di lapang akan menurunkan produktivitas dari alat tersebut. Peralatan kerja harus dipersiapkan terlebih dahulu di rumah pada sore hari. Parang, arit dan mata cangkul yang digunakan harus tajam serta gagang cangkul, parang, dan kored harus kuat. Parang, arit, dan cangkul yang diasa di lahan akan membuang waktu kerja sehingga dapat menurunkan prestasi kerja yang diperoleh. Kondisi blok atau lokasi pengendalian yang keadaan gulma di piringan dan pasar pikul yang berat dapat menurunkan prestasi kerja karyawan. Contoh blok yang memiliki kondisi gulma yang berat dan akses blok yang buruk adalah blok O027. Piringan dan pasar pikul blok O027 semak ditutupi oleh gulma Stenochlaena palustris. Pasar pikul bercabang dikarenakan pola tanam blok tidak beraturan. Blok O027 didominasi oleh jenis tanah gambut sehingga blok sering terendam banjir yang berpengaruh terhadap pertumbuhan kelapa sawit. Pelaksanaan beberapa jenis pekerjaan seperti piringan dan pasar pikul manual yang dikerjakan dalam waktu yang bersamaan merupakan salah satu penyebab prestasi kerja tidak tercapai sesuai target perusahaan. Pengawasan merupakan faktor penting dalam menentukan produktivitas kerja seorang karyawan. Fungsi pengawasan dilakukan oleh seorang mandor perawatan dan mandor 1. Pengawasan pengendalian manual akan dapat dilakukan dengan baik jika seluruh karyawan bekerja pada lokasi yang sama atau yang berdekatan. Faktanya di lapang pekerjaan pengendalian manual tidak terpusat 43

62 44 pada 1 lokasi atau tidak pada lokasi yang berdekatan sehingga mandor harus bekerja lebih ekstra untuk dapat membagi waktu mengontrol seluruh karyawannya. Prestasi kerja karyawan yang rendah karena penerapan jam kerja efektif dan kondisi peralatan kerja yang kurang baik dapat diminimalisir dengan pengawasan yang baik oleh seorang mandor. Faktor lain yang mempengaruhi prestasi kerja tim BSS selain faktor yang disebutkan dalam pengendalian manual adalah pusingan semprot yang tinggi dan truk unit semprot yang rusak. Pusingan semprot yang tinggi akan meningkatkan kerapatan gulma yang harus dikendalikan. Kerapatan gulma yang tinggi akan menurunkan prestasi kerja karyawan. Truk unit semprot yang tidak dapat beroperasi dengan baik mengakibatkan tenaga semprot harus melakukan pengisian air secara manual dengan mencari ke sumber air yang terdekat sehingga dapat menyebabkan inefisiensi waktu kerja. Air yang sering digunakan untuk mencampur racun adalah air parit atau air genangan yang berada di dalam blok. Alat Pelindung Diri. Tertib penggunaan APD merupakan salah satu budaya penting perusahaan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan karyawan selama bekerja di lapang. Tenaga semprot memiliki potensi keracunan bahan kimia yang tinggi, sehingga pemakaian APD yang lengkap dan sesuai standar sangat diperlukan. Menurut Budiawan (2013) alpikator pestisida harus menggunakan APD untuk meminimalkan masuknya pestisida lewat jalur pernapasan (inhalasi), kulit (dermal), mata, dan mulut (oral). Penggunaan sarung tangan yang tidak sesuai standar terbuat dari kain masih banyak ditemukan sebagai alternatif sarung tangan karet yang hilang. Penggunaan googles (kaca mata) dalam waktu yang lama dapat menyebabkan terjadinya penguapan yang dapat mengganggu penglihatan karyawan selama kegiatan semprot. Apron atau pelindung tubuh sering dilepas setelah istirahat wolon karena membuat penyemprot merasa kepanasan. Pengawasan terhadap penggunaan APD juga belum berjalan dengan baik dikarenakan mandor BSS merupakan mandor baru yang sebelumnya bekerja sebagai mandor pupuk, sehingga masih melakukan adaptasi terhadap karyawan BSS. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kegiatan magang memberikan pengalaman kerja dan pengetahuan kepada mahasiswa mengenai hal teknis dan manjerial dalam praktek budidaya kebun kelapa sawit. Hasil pengamatan terhadap nisbah jumlah dominan menunjukkan bahwa gulma dominan di BKLE berasal dari golongan gulma berdaun lebar dan rumput yaitu Mucuna bracteata, Centhoteca lappaceae, Ageratum conyzoides, dan Brachiaria mutica. Manajemen pengendalian gulma di BKLE telah dilakukan dengan baik, namun dalam beberapa hal belum memenuhi kriteria standar operasional perusahaan seperti dosis racun ha -1 aplikasi yang tinggi yaitu 402,36 cc ha -1, kondisi peralatan semprot yang kurang sesuai dengan standar, pusingan semprot yang tinggi, prestasi tenaga kerja piringan manual dan semprot chemist

63 45 yang rendah, kesadaran penggunaan APD yang rendah, dan mutu semprot yang masih dibawah standar perusahaan. Biaya ha -1 pengendalian manual lebih tinggi daripada biaya ha -1 pengendalian chemist. Saran Pengawasan terhadap pelaksanaan pengendalian gulma perlu ditingkatkan. Pusingan semprot harus diperhatikan dengan baik guna meningkatkan prestasi tenaga kerja semprot. Sosialisasi mengenai pentingnya penggunaan APD dan bahaya yang ditimbulkan bila racun teresidu perlu dilakukan. Pelatihan dan simulasi rutin untuk meningkatkan skill karyawan semprot mengenai teknik penyemprotan yang benar dan pemahaman tentang konsep selective weeding yang benar. DAFTAR PUSTAKA Barus E Pengendalian Gulma di Perkebunan, Efektivitas dan Efisiensi Aplikasi Herbisida. Kanisiun, Yogyakarta. Budiawan A.R Faktor risiko cholinesterase rendah pada petani bawang merah. Jurnal KESMAS. 8(2): Ekeleme F., Forcella F., Archer D.W., Akobundo I.O., and Chikoye D Seeding emergence model for tropic ageratum (Ageratum conyzoides). Weed Science. 53: [FAO] Food and Agriculture Organization Exports of top 5 exporters. [27 Juli 2016] Fauzi Y., Widyastuti Y.E., Satyawibawa I., dan Hartono R Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah dan Analisis Usaha Pemasaran Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta. Girsang W Pengaruh tingkat dosis herbisida Isopropilamina glifosat dan selang waktu terjadinya pencucian setelah aplikasi terhadap efektivitas pengendalian gulma pada perkebunan karet (Hevea brasiliensis) TBM. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian. 3(2): Harahap I.Y., Taufik C.H., Simangunsong G., dan Rahutomo R Mucuna bracteata Pengembangan dan Pemanfaatannya di Perkebunan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan. Khasanah N.H Efikasi herbisida metil metsulfuron terhadap gulma pada tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) yang belum menghasilkan (TBM). Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. 15(1):1-7. Ludwig J.A. dan Reynold J.F Statistical Ecology: A Primer on Methods and Computing. John Wiley & Sons Inc, New York (US). Lubis R.E dan Widanarko A Buku Pintar Kelapa Sawit. Agro Media Pustaka, Jakarta. Mahendra A. D Analisis pengaruh pendidikan, upah, jenis kelamin, usia dan pengalaman kerja terhadap produktivitas tenaga kerja (studi di industri kecil tempe di kota Semarang). Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.

64 46 Marpaung I.S., Parto Y., dan Sodikin E Evaluasi kerapatan tanam dan metode pengendalian gulma pada budidaya tanam benih langsung di lahan sawah pasang surut. Jurnal Lahan Suboptimal. 2(1): Moenandir J Ilmu Gulma. Universitas Brawijaya Press (UB Press), Malang. [PUSDATIN] Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Statistik Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. Jakarta Selatan. Rankine I. dan Fairhurst T Indonesia oil palm reserarch institute, oil palm series volume 1. Dalam E. Sigit, D. Witcaksana (Eds.). Seri Tanaman Kelapa Sawit Volume Pembibtan. PT. Cargill Indonesia, Jakarta. Sembodo D.R.J Gulma dan Pengelolaannya. Graha Ilmu, Yogyakarta. Setyamidjaja D Kelapa Sawit. Kanisius, Yogyakarta. Sukman Y Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Tampubolon I Uji efektivitas herbisida tunggal maupun campuran dalam pengendalian Stenochlaena palustris di gawangan kelapa sawit. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. Tjandrahusada S.S Corporate Agronomy Buku ke-7. PT Matahari Kahuripan Indo, Jakarta. Tjitrosemito S Analisis Vegetasi. Materi Pelatihan. Jaringan Kerjasama Akademik. Bidang Pengelolaan Gulma Terpadu. SEAMEO BIOTROP- Southeast Regional Centre For Tropical Biology, Bogor. Wibawa W. dan Sugandi D Herbisida Efektif, Efisien dan Ramah Lingkungan untuk Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Bengkulu. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Bengkulu. Yardha dan Meilin A Efektivitas Aplikasi Beberapa Herbisida Sistemik terhadap Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Jambi. Yuniarko Y Pengelolaan gulma pada perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) tanaman menghasilkan di PT Jambi Agro Wijaya (PT JAW), bakrie sumatera plantation, Sarolangun, Jambi. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

65 LAMPIRAN

66

67 Lampiran 1. Jurnal harian sebagai pegawai tidak tetap (PTT) Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi kerja Penulis Karyawan Standart Lokasi (Blok) 5/2/2016 Tiba di lokasi Kantor Estate 6/2/2016 Orientasi Lapang 7 jam - - Div III Membantu krani divisi 4 jam - - Kantor Divisi III 7/2/2016 Libur /2/2016 Libur /2/2016 Panen Orientasi 156 jjg 150 jjg P028 10/2/2016 Panen (kutib brondol) 7 jam 7 jam 7 jam P024 11/2/2016 Semprot Chemist Orientasi 2,5 ha 3 ha HK -1 M029 12/2/2016 Semprot Chemist 1 ha 3 ha 3 ha HK -1 L028 13/2/2016 Panen (Potong buah) 5 jjg 120 jjg 140 jjg M032 14/2/2016 Libur /2/2016 Pemupukan (BM Pupuk RP) 2 ton 4 ton 4 ton HK -1 Gudang pupuk 16/2/2016 Tarik goloran 0,25 ha 0,5 ha 0,56 ha HK -1 N027 17/2/2016 Semprot Chemist 2 ha 3 ha 3 ha HK -1 L032 18/2/2016 Piringan manual 0,5 ha 0,5 ha 0,46 ha O027 19/2/2016 Kutip Kepresan 7 jam 7 jam 7 jam HK -1 N032/N026 20/2/2016 Sisir Blok 2 jam 2 jam L031 7 jam Kutib Brondol TPH 5 jam 5 jam M027/M029 21/2/2016 Libur /2/2016 Panen (kutib brondol) 7 jam 7 jam 7 jam P028/P025 23/2/2016 Panen (potong buah) 25 jjg 95 jjg 150 jjg O028/O030 24/2/2016 Simulasi Kontaminan 3 jam 3 jam - N029 25/2/2016 Semprot Tirathaba 7 jam 7 jam 7 jam HK -1 N030 Evaluasi mutu semprot M029 26/2/2016 Grading Buah TPH 5 jam 9 jam 7 jam M029/M032 Evaluasi mutu semprot L028 49

68 Lampiran 1. Jurnal harian sebagai pegawai tidak tetap (PTT) (lanjutan) Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi kerja Penulis Karyawan Standart Lokasi (Blok) 27/2/2016 Membantu asisten 7 jam - - Kantor Divisi 3 28/2/2016 Libur /2/2016 Grading Buah TPH 4 jam 7 jam 7 jam L027-L028 1/3/2016 Pemupukan (Until Pupuk) 1,5 ton 2,5 ton 2,5 ton Gudang pupuk 2/3/2016 Pemupukan (Penabur) 250 kg 650 kg 650 kg M029 3/3/2016 Kutib Brondol TPH & ketek 7 jam 7 jam 7 jam Blok N 4/3/2016 Inventarisasi Hancak C 7 jam - - M028/L031 5/3/2016 Langsir Buah 3 jam 7 jam 7 jam LO30/L029 Inventarisasi Bunga Betina 4 jam 4 jam - O027, M027, P024 6/3/2016 Libur Lampiran 2. Jurnal harian sebagai pendamping supervisi Prestasi kerja Penulis Tanggal Uraian Kegiatan Jumlah KH yang diawasi (orang ) Luas areal yang diawasi (ha) Lama kegiatan (jam) Lokasi (Blok) 7/3/2016 Mengawasi pengambilan sampel tanah 2 5 blok 7 L032,L031,L029,L028,L027 8/3/2016 Mengawasi piringan manual (tarik goloran) 6 3,5 7 N29 9/3/2016 Libur /3/2016 Mengawasi semprot chemist P028 dan P027 11/3/2016 Mengawasi semprot chemist P271 dan P026 12/3/2016 Mengawasi perawatan pasar pikul timbun O027 13/3/2016 Libur /3/2016 Mengawasi pemupukan 5 21,97 6 L027 15/3/2016 Mengawasi pemupukan L029 16/3/2016 Mengawasi gawangan manual (tebas) 3 1,5 7 N029 17/3/2016 Mengawasi gawangan manual (tebas) 3 1,5 7 N029 50

69 Lampiran 2. Jurnal harian sebagai pendamping supervisi (lanjutan) Tanggal Uraian Kegiatan Jumlah KH yang diawasi (orang ) Prestasi kerja Penulis Luas areal yang diawasi (ha) Lama kegiatan (jam) Lokasi (Blok) 18/3/2016 Mengawasi piringan manual (tebas) 3 1,5 5 O027 19/3/2016 Sabtu Kentosan L030 Quality check ancak 19 dan L030 Sensus buah P026 20/3/2016 Libur /3/2016 Mengawasi piringan manual (tarik goloran) L029 22/3/2016 Mengawasi semprot chemist K010-K011 23/3/2016 Mengawasi panen (kemandoran B) N031/N028 24/3/2016 Simulasi kontaminan M027/M028 Ambil sampel praktik kontaminan 3 3 (TPH) 2 M028/M029 Evaluasi mutu semprot P027 Sensus bunga P026 dan P021 25/3/2016 Evaluasi mutu semprot P026 26/3/2016 Sabtu Kentosan L029 Taksasi Panen O027, O028,dan P024 Quality check panen L029 27/3/2016 Libur /3/2016 Mengawasi piringan manual (tebas) 3 1,5 7 O027 29/3/2016 Mengawasi tebas dan oles anak kayu P271 30/3/2016 Inventarisasi ancak kemandoran ABC O027 dan O028 31/3/2016 Mengawasi piringan manual (tebas) O030 1/4/2016 Mengawasi gawangan manual (tebas) P271 2/4/2016 Membantu krani divisi kantor divisi 3/4/2016 Libur

70 Lampiran 3. Jurnal harian sebagai pendamping asisten Prestasi kerja Penulis Tanggal Uraian Kegiatan Jumlah Mandor yang Luas areal yang Lama kegiatan Lokasi (Blok) diawasi (orang ) diawasi (ha) (jam) 4/4/2016 Membantu asisten membuat REKAM kantor kebun 4/5/2016 Evaluasi mutu semprot K010 Anveg P028 6/4/2016 Mengawasi LSU(Leaf Sampling Unit) L027 7/4/2016 Mengawasi gawangan manual (tebas) O027 8/4/2016 Mengawasi LSU(Leaf Sampling Unit) L029 9/4/2016 Anveg P271 10/4/2016 Libur /4/2016 Membantu asisten buat PUAS kantor kebun 12/4/2016 Mengawasi sensus BJR TPH 7 P028 s/d P025 13/4/2016 Membantu kantor kebun kantor kebun 14/4/2016 Mengawasi babat dan oles anak kayu P271 15/4/2016 Mengawasi sensus BJR 1 80 TPH 7 L027 s/d L030 16/4/2016 Mengawasi gawangan manual (tebas) O027 17/4/2016 Libur /4/2016 Anveg P026 19/4/2016 Mengawasi aplikasi Klerat L32,L31,L30 20/4/2016 Anveg P025 21/4/2016 Kontrol lapang M30 s/d L31 22/4/2016 Anveg L029 23/4/2016 Simulasi BBC L23/L24 Anveg L026 52

71 Lampiran 3. Jurnal harian sebagai pendamping asisten (lanjutan) Tanggal Uraian Kegiatan Jumlah Mandor yang diawasi (orang ) Prestasi kerja Penulis Luas areal yang diawasi (ha) Lama kegiatan (jam) Lokasi (Blok) 24/4/2016 Libur /4/2016 Mengawasi sensus BBC J17 s/d J19 26/4/2016 Mengawasi sensus BBC P28 s/d P21, O030 dan O027 M32 s/d M27, N32 s/d N26, L32 s/d l31, O028, dan O029 27/4/2016 Mengawasi sensus BBC /4/2106 Membantu kantor kebun kantor estate 29/4/2016 Recheck validasi sensus BBC K09 dan K10 30/4/2016 Recheck validasi sensus BBC M11 dan M12 Membantu kantor kebun kantor estate 1/5/2016 Libur /5/2016 Mengawasi aplikasi klerat L30 s/d L27 3/5/2016 Mengawasi aplikasi klerat N30-N32, M32-M27 4/5/2016 Mengawasi aplikasi klerat N29-N26, O27-O30 5/5/2016 libur /5/2016 libur /5/2016 kontrol lapang L28, L27, P28 dan P27 Bantu pembagian gaji karyawan Kantor divisi 8/5/2016 Libur /5/2016 Bantu mengevakuasi karyawan sakit ke wil wil 4 ke wil 3 10/5/2016 Membuat REKAM Kantor Estate 11/5/2016 Handle Krani Transport - 188,56 7 N27, M27-M30 12/5/2016 Membantu asisten untuk update PUAS Kantor estate 13/5/2016 Mengawasi semprot chemist 1 21,28 7 M17 14/5/2016 Mengawasi semprot chemist 1 34,02 7 L15 dan L16 53

72 Lampiran 3. Jurnal harian sebagai pendamping asisten (lanjutan) Tanggal Uraian Kegiatan Jumlah Mandor yang diawasi (orang ) Prestasi kerja Penulis Luas areal yang diawasi (ha) Lama kegiatan (jam) Lokasi (Blok) 15/5/2016 Libur /5/2016 Mengawasi semprot chemist 1 54,93 7 K16, K17, K07 18/5/2016 Simulasi one Show (pemupukan) K23 dan K24 19/5/2016 Mengawasi aplikasi Klerat M029 20/5/2016 Mengawasi panen 7 129,37 7 M30 s/d L31 21/5/2016 Mengawasi panen 7 146,69 7 L30 s/d L27 22/5/2016 Libur /5/2016 Kontrol lapang P028/P025 24/5/2016 Mengawasi semprot chemist M025 dan M026 25/5/2016 Menyusun RKB Kantor kebun 26/5/2016 Kunjungan ke Pabrik SCMM Wilayah 4 27/5/2016 Kunjungan ke Pabrik SCMM Wilayah 4 28/5/2016 Pembuatan REKAM Juni Kantor kebun 29/5/2016 Libur /5/2016 Izin menulis Kantor kebun 31/5/2016 Pembuatan Presentasi Kantor kebun 1/6/2016 Pembuatan Presentasi Kantor kebun 2/6/2016 Presentasi Hasil Magang Kantor kebun 3/6/2016 Perpisahan Rumah asisten 4/6/2016 Membantu kantor kebun (gajian karyawan) Kantor kebun 5/6/2016 Kembali ke Bogor

73 Lampiran 4. Peta areal BKLE 2016 PETA TAHUN TANAM BKLE SMME TASK SCME Sumber : Kantor kebun BKLE 2016 Perkebunan Rakyat 55

74 Lampiran 5. Data curah hujan dan hari hujan BKLE tahun Rata-rata Bulan HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH (hari) (mm) (hari) (mm) (hari) (mm) (hari) (mm) (hari) (mm) (hari) CH (mm) Januari , , , , ,00 12,00 253,95 Februari 6 292, , , , ,00 11,40 334,40 Maret , , , , ,00 13,20 316,45 April , , , , ,00 14,00 339,27 Mei 8 208, , , , ,00 11,40 354,10 Juni 6 105, , , , ,00 6,80 180,50 Juli 4 81, , , , ,00 7,80 190,30 Agustus 2 8, , , , ,00 4,80 104,82 September 4 62, , , ,00 0 0,00 4,80 142,05 Oktober 8 233, , , , ,00 7,60 267,30 November 9 342, , , , ,00 10,40 297,60 Desember , , , , ,00 13,40 363,65 Total , , , , ,00 117, ,39 BB ,00 BK ,20 BL ,80 Keterangan : BB = Bulan Basah ( Curah Hujan > 100 mm) Perhitungan tipe iklim (Q) menurut Schmith-Ferguson BL = Bulan Lembab ( Curah Hujan mm) Q = (Rata-rata BK/Rata-rata BB) x 100% BK = Bulan Kering ( Curah Hujan < 60 mm) Q = (1,2/10) x 100% = 12 % Tipe iklim di BKLE termasuk iklim A (sangat basah) CH = Curah Hujan HH = Hari Hujan Sumber : Kantor kebun BKLE

75 Lampiran 6. Peta jenis tanah BKLE 2016 SMME SCME BKLE SBHE Sumber : Kantor kebun BKLE

76 Lampiran 7. Struktur organisasi BKLE 2016 STRUKTUR ORGANISASI BANGUN KOLING ESTATE ESTATE SUTIKNO PJS. ESTATE MANAGER VACANT ASKEP ROBI FIRMAN.H KASIE ADMINISTRASI SHOHAFIN EKA SISWANTO AGUSTIONO S. ASISTEN DIVISI 1 ASISTEN DIVISI 2 ASISTEN DIVISI 3 KANTOR KEBUN SECURITY TRAKSI MANTRI ESTATE DIVISI 1 DIVISI 2 DIVISI 3 SRI GULANDIA ANTON R.A SUHENDAR YUNIUS ARDI JUNAIDI MISRIYADI ACCOUNTING DANRU MANDOR TRAKSI MANTRI TANAMAN MANDOR 1 MANDOR 1 MANDOR 1 YOKI ADM. TANAMAN SUHARDI B BINTI CHAMIDAH VACANT DEDI SETYAWAN ZAKHIA USIK SECURITY KRANI TRAKSI MANTRI PRODUKSI KRANI DIVISI KRANI DIVISI MANDOR 1 HASBI KRANI GUDANG RUSLAN B SUYANTO VACANT BAYU EKO PRASETYO SECURITY MEKANIK MANTRI HPT MANDOR PANEN A MANDOR PANEN A RUSTI YULANDASARI KRANI DIVISI ENDAH KASIR JUMAIDI ALIM GEORGERIUS M. JUJUL LANSEN SECURITY HLP. MEKANIK MANDOR PANEN B MANDOR PANEN B PASIRAN MANDOR PANEN A HENY RUSMANA PERSONALIA MARCOPOLO SUPRIADI ARDINANTO DEDE SAPTONO SECURITY DRIVER DT-027 MANDOR PANEN C MANDOR PANEN C VACANT MANDOR PANEN B LELY ADM. RSPO BETANG HANDOKO SECURITY SODIRIN DRIVER DT-022 YUSTINA TEI MANDOR BMS HERNITA MANDOR BSS UMAR SOLAHUDIN MANDOR PANEN C HINDRAS DWI K MANTRI KLINIK RONNY SECURITY ARIF WIHARJA DRIVER DT-017 HERNITA MANDOR BMS BADI FITRA MANDOR RAWAT SUGIYANTI MANDOR RAWAT SURATIN DRIVER RANGER SYAIFULLAH SECURITY STEFANUS N DRIVER DT-012 GILANG ADI P MANDOR BMS PETRUS KRANI PANEN RITA B KRANI PANEN RUSLAN A SECURITY ADRIANUS N DRIVER LT-003 GUNAWAN MANDOR RAWAT KUSWANTO KRANI PANEN SANTI K KRANI PANEN HERMANSYAH DRIVER TT-001 BETTY KRANI PANEN ULI KRANI PANEN NANI KRANI PANEN FERDINANDUS DRIVER BS-003 HENDRO KRANI PANEN SEBASTIANUS M KRANI TRANSPORT FERNANDO T KRANI TRANSPORT EMILIA DASONTA KRANI PANEN ANDI KRANI TRANSPORT 58 Sumber : Kantor kebun BKLE 2016