Cikal bakal Bahasa Indonesia yang saat Ini kita gunakan berasal dari


Cerita indonesia | Kamis, 13 April 2017 | 20:52 WIB

Raja Ali Haji adalah seorang pujangga dan sejarahwan keturunan Bugis Melayu. Raja Ali Haji juga menjadi pencatat pertama dasar-dasar tata bahasa Melayu. Catatannya tertuang dalam kitab pengetahuan bahasa. Kamus ekabahasa melayu inilah yang menjadi cikal bakal bahasa Indonesia.

Penulis : Herwanto

Sumber : Kompas TV

TAG :


Koropak.co.id, 09 July 2022 12:27:40

Eris Kuswara

Koropak.co.id - Sebelum berdirinya Bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng dan Bandara Halim Perdanakusuma di Cililitan, Bandara Kemayoran merupakan bandara internasional pertama di Indonesia. 

Bandara Kemayoran mulai dibangun sebagai bandara komersial oleh pemerintah kolonial Belanda sejak 1934-an. Resmi dibuka pada 8 Juli 1940, namun sebenarnya bandara ini sudah mulai beroperasi pada 6 Juli 1940 dengan pesawat pertamanya yang mendarat jenis DC-3 Dakota.

Pesawat pertama yang mendarat itu merupakan milik perusahaan penerbangan Hindia Belanda, Koningkelije Nederlands Indische Luchtvaart Maatschapij (KNILM) yang diterbangkan dari Lapangan Terbang Tjililitan atau yang sekarang menjadi Bandara Halim Perdanakusuma.

Pemberian nama "Kemayoran" pada bandara tersebut diambil dari nama sebuah tanah yang dimiliki oleh Komandan VOC, Mayor isaac de I'ostal de Saint Martin, yang berlokasi di Kemayoran.

Namun versi lain menyebutkan bahwa berdirinya Bandara Kemayoran ini bersamaan dengan pembangunan tentara Belanda yang berpangkat mayor. Oleh karena itulah, daerah yang dijadikan sebagai lokasi penerbangan pun bernama Kemayoran.

Pada masa itu, banyak sekali penerbangan yang masuk ke Indonesia, sehingga Bandara Kemayoran menjadi salah satu saksi berbagai kegiatan penting dan bermanfaat bagi nusa dan bangsa. Misalnya kegiatan konferensi perdamaian maupun perjanjian internasional.

Menjelang pecahnya perang di Asia Pasifik, Bandara Kemayoran pun digunakan untuk penerbangan pesawat-pesawat militer seperti saat pertama kalinya dioperasikan oleh Belanda. Akan tetapi, pada saat Belanda menyerah kepada Jepang, penguasaan Bandara Kemayoran pun secara otomatis jatuh ke tangan pemerintah Jepang. 

Saat Indonesia meraih kemerdekaannya, mulai saat itulah seluruh bentuk penguasaan tanah, pengelolaan dan pengembangan Bandara Kemayoran sepenuhnya dilakukan oleh Pemerintah  Indonesia. 

Setelah dipegang Djawatan Penerbangan Sipil Indonesia, pengelolaan Bandara Kemayoran selanjutnya diserahkan kepada Badan Usaha Milik Negara Angkasa Pura.


Baca: Pelat Kendaraan; Sejak Kapan Dibuat dan Kenapa?

Pada masa Orde Baru, Bandara Kemayoran semakin ramai hingga membuat penerbangan sipil di area tersebut menjadi sempit. Sementara di sisi lain, lalu lintas udara kala itu meningkat cepat hingga mengancam lalu lintas internasional. 

Ditambah lagi dengan perkembangan kota Jakarta sebagai ibukota negara yang begitu pesat, membuat penduduknya bertambah banyak dan hunian pun semakin padat, tidak terkecuali Kemayoran.

Imbasnya, Bandara Kemayoran yang dulunya berada di luar kota pun kini berada di tengah kota. Di sisi lain, semakin padatnya volume penerbangan juga turut mempengaruhi keselamatan penerbangan dan kebisingan.

Oleh karena itu, demi kepentingan pembangunan Kota Jakarta, pemerintah akhirnya membuat bandara baru di kawasan Cengkareng pada 1985 dengan nama Bandara Soekarno-Hatta.

Pada 1 Juni 1984, Bandara Kemayoran juga perlahan mulai berhenti beroperasi hingga resmi berhenti total pada 31 Maret 1985 dengan dimulainya pemindahan aktivitas penerbangan ke Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta.

Bersamaan dengan pembangunan bandara baru tersebut, setelah hampir 50 tahun lamanya mengabdi untuk bangsa dan negara, Bandara Kemayoran akhirnya secara resmi ditutup pada 5 Juli 1985. 

Lahan bekas bandara seluas 454 hektar itu juga diserahkan kepada Kementerian Sekretariat Negara sebagai bagian dari aset negara dan dikelola oleh Badan Layanan Umum Pusat Pengelolaan Komplek Kemayoran.

Dalam pengelolaannya, kawasan bekas bandara itu kini menjadi kawasan smart city dengan mengedepankan pembangunan dan ketersediaan Ruang Terbuka Hijau di ibukota. Meskipun telah berubah, namun jasa Bandara Kemayoran tentunya akan tetap dikenang oleh bangsa Indonesia maupun bangsa lainnya sebagai gerbang dunia bagi Indonesia.

Silakan tonton berbagai video menarik di sini:

Cikal bakal Bahasa Indonesia yang saat Ini kita gunakan berasal dari

Cikal bakal Bahasa Indonesia yang saat Ini kita gunakan berasal dari
Lihat Foto

Shutterstock

Ilustrasi Bahasa Indonesia

KOMPAS.com - Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia juga menjadi bahasa persatuan Bangsa Indonesia.

Bahasa Indonesia diresmikan sebagai bahasa nasional setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 18 Agustus 1945.

Ketetapannya dituangkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 pasal 36, yang menyatakan bahwa "Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia".

Sejarah Bahasa Indonesia

Dilansir dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), bahasa Indonesia lahir pada 28 Oktober 1928.

Pada saat itu para pemuda di pelosok Nusantara sedang berkumpul dalam rapat pemuda. Dalam rapat tersebut menghasilkan tiga ikrar yang diberi nama Sumpah Pemuda.

Baca juga: Utamakan Pemakaian Bahasa Indonesia di Ruang Publik

Tiga ikrar tersebut, yakni bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia. Berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Ikrar yang ketiga merupakan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada waktu itulah bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional.

Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa ini tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang jaman dulu sudah dipakai sebagai bahasa perhubungan dan perdagangan.

Tidak hanya ke Kepulauan Nusantara tapi hampir di seluruh Asia Tenggara. Di Asia Tenggara, bahasa melayu sudah dipakai sejak abad ke-7.

Kerajaan-kerajaan di Indonesia juga memakai bahasa melayu. Tidak hanya Kerajaan Majapahit, tapi juga Kerajaan Sriwijaya.

Baca juga: Universitas Al-Azhar Mesir akan Buka Prodi Bahasa Indonesia

Jakarta - Suku-suku di Indonesia memiliki bahasa masing-masing yang khas. Ketika berbagai suku tersebut saling berinteraksi sebagai warga negara Indonesia, bahasa Indonesia digunakan sebagai sarana berkomunikasi. Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional yang digunakan oleh warga negara Indonesia.

Dilansir situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), awal mula sejarah bahasa Indonesia yakni bahasa Indonesia lahir pada 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam suatu rapat dan berikrar:

1. Bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia,2. Berbangsa yang satu, bangsa Indonesia,

3. Menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. 

Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda. Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia.

Pada tahun 1928 itulah bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. Nah, Bahasa Indonesia lalu dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945. Karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 36 disebutkan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia.

Lalu dari mana Bahasa Indonesia berasal? Berdasarkan keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara lain, menyatakan bahwa berdasarkan sejarah, bahasa Indonesia mempunyai akar dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang sudah dipergunakan sebagai bahasa penghubung bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan hampir di seluruh Asia Tenggara.

Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Hal itu dibuktikan dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit berangka tahun 683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M (Palembang), Kota Kapur berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi berangka tahun 688 M (Jambi).

Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu Kuna itu tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya. Di Jawa Tengah (Gandasuli) juga ditemukan prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor ditemukan prasasti berangka tahun 942 M yang juga menggunakan bahasa Melayu Kuna. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha.

Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa penghubung antarsuku di Nusantara dan sebagai bahasa perdagangan baik pedagang antar suku di Nusantara maupun para pedagang yang datang dari luar Nusantara. Informasi dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain, menyatakan bahwa di Sriwijaya ada bahasa yang bernama Koen-louen. Yang dimaksud Koen-luen adalah bahasa perhubungan di Kepulauan Nusantara, yaitu bahasa Melayu.

Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti tulisan pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun hasil susastra pada abad ke-16 dan abad ke-17 seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin.

Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak mengenal tingkat tutur. Bahasa Melayu dipakai di mana-mana di wilayah Nusantara serta makin berkembang dan bertambah kukuh keberadaannya.

Bahasa Melayu yang dipakai di daerah di wilayah Nusantara dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek.

Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara memengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia sesuai isi Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928.

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Bahasa Indonesia pun dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah. Meskipun bahasa dari daerah masing-masing masih dipakai, namun untuk mempersatukan bangsa, masyarakat Indonesia antar suku menggunakan bahasa Indonesia untuk percakapan sehari-hari.

(https://travel.detik.com/travel-news/d-5189304/sejarah-bahasa-indonesia-singkat-yang-wajib-diketahui)