Contoh implementasi iman dan taqwa dalam kehidupan sehari-hari

I. PEMBAHASAN

A. Pengertian Iman dan Taqwa

Iman yang berarti percaya menunjuk sikap batin yang terletak dalam hati.

Secara sempurna pengertiannya adalah membenarkan (mempercayai) Allah dan segala apa yang  datang dari pada-Nya sebagai wahyu melalui rasul-rasul-Nya dengan kalbu, mengikrarkan dengan lisan dan mengerjakan dengan perbuatan.

Taqwa adalah sikap abstrak yang tertanam dalam hati setiap muslim, yang aplikasinya berhubungan dengan syariat agama dan kehidupan sosial. Seorang muslim yang bertaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan perintah Tuhannya dan menjauhi segala laranganNya dalam kehidupan ini.

B. Wujud Iman dan Taqwa

Akidah Islam dalam al-Quran disebut iman. Iman bukan hanya berarti percaya melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat. Oleh karena itu lapangan iman sangat luas.

Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam.

Menjaga mata, telinga, pikiran, hati dan perbuatan dari hal-hal yang dilarang agama, merupakan salah satu bentuk wujud seorang muslim yang bertaqwa. Karena taqwa adalah sebaik–baik bekal yang harus kita peroleh dalam mengarungi kehidupan dunia

C. Proses terbentuknya Iman

Pada dasarnya, proses pembentukan iman. Diawali dengan proses perkenalan, mengenal ajaran Allah adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah. Jika seseorang tidak mengenal ajaran Allah maka orang tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah.

Disamping proses pengenalan, proses pembiasaan juga perlu diperhatikan, karena tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja seorang yang benci menjadi senang. Seorang anak harus dibiasakan terhadap apa yang diperintahkan Allah dan menjahui larangan Allah agar kelak nanti terampil melaksanakan ajaran Allah.

D. Korelasi Keimanan dan Ketakwaan

Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi menjadi dua yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis.

Tahuid teoritis adalah tahuid yang membahas tentang keesaan Zat, sifat dan Perbuatan Tuhan. Adapun tahuid praktis yang disebut juga tauhid ibadah berhubungan dengan amal dan ibadah manusia.

Tahuid praktis merupakan penerapan dari tauhid toritis. Seperti dengan kata lain, tidak ada yang disembah selain Allah , atau yang wajib disembah hanyalah Allah semata yang menjadikan-Nya tempat tumpuhan hati dan tujuan gerak langkah. Oleh karena itu seseorang baru dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah mengucapkan kalimat tahuid dan dengan mengamalkan semua perintah Allah dan menjahui larangannya.

E. Implementasi Iman dan Takwa

Problematika, Tantangan, dan Risiko dalam Kehidupan Modern

Masalah sosial budaya merupakan masalah alam pikiran dan realitas hidup masyarakat. Alam pikiran bangsa Indonesia adalah majemuk, sehingga pergaulan hidupnya selalu dipenuhi konflik dengan sesama orang Islam maupun dengan non-Islam.

Pada zaman modern ini, dimungkinkan sebagian masyarakat antara yang satu dengan yang lainnya saling bermusuhan, yaitu ada ancaman kehancuran.

Adaptasi modernisme, kendatipun tidak secara total yang dilakukan bangsa Indonesia selama ini, telah menempatkan bangsa Indonesia menjadikan bangsa Indonesia menjadi pengkhayal. Oleh karena itu, kehidupannya selalu terombang-ambing.

Secara ekonomi bangsa Indonesia semakin tambah terpuruk. Hal ini karena di adaptasinya sistem kapitalisme dan melahirkan korupsi besar-besaran. Sedangkan di bidang politik, selalu muncul konflik di antara partai dan semakin jauhnya anggota parlemen dengan nilai-nilai qur’ani, karena pragmatis dan oportunis.

Di bidang sosial banyak munculnya masalah. Berbagai tindakan kriminal sering terjadi dan pelanggaran terhadap norma-norma bisa dilakukan oleh anggota masyarakat. Lebih memprihatinkan lagi adalah penyalagunaan NARKOBA oleh anak-anak sekolah, mahasiswa, serta masyarakat.

Persoalan itu muncul, karena wawasan ilmunya salah, sedang ilmu merupakan roh yang menggerakan dan mewarnai budaya. Hal itu menjadi tantangan yang amat berat dan menimbulkan tekanan.

Sebagian besar permasalahan sekarang adalah bahwa umat islam berada dalam kehidupan modern yang serba mudah, serba bisa bahkan cenderung serba boleh. Setiap detik dalam kehidupan umat islam selalu berhadapan dengan hal-hal yang dilarang agamanya akan tetapi sangat menarik naluri kemanusiaanya, ditambah lagi kondisi religius yang kurang mendukung.

Keadaan seperti ini sangat berbeda dengan kondisi umat islam terdahulu yang kental dalam kehidupan beragama dan situasi zaman pada waktu itu yang cukup mendukung kualitas iman seseorang. Olah karenanya dirasa perlu mewujudkan satu konsep khusus mengenai pelatihan individu muslim menuju sikap taqwa sebagai tongkat penuntun yang dapat digunakan (dipahami) muslim siapapun. Karena realitas membuktikan bahwa sosialisasi taqwa sekarang, baik yang berbentuk syariat seperti puasa dan lain-lain atau bentuk normatif seperti himbauan khatib dan lain-lain terlihat kurang mengena, ini dikarenakan beberapa faktor, diantaranya :

Muslim yang bersangkutan belum paham betul makna dari taqwa itu sendiri, sehingga membuatnya enggan untuk memulai,

  •   Ketidaktahuannya tentang bagaimana, darimana dan kapan dia harus mulai merilis sikap taqwa,
  •   Kondisi sosial dimana dia hidup tidak mendukung dirinya dalam membangun sikap taqwa.

Oleh karenanya setiap individu muslim harus paham pos – pos alternatif yang harus dilaluinya, diantaranya yang paling awal dan utama adalah gadhul bashar (memalingkan pandangan), karena pandangan (dalam arti mata dan telinga) adalah awal dari segala tindakan, penglihatan atau pendengaran yang ditangkap oleh panca indera kemudian diteruskan ke otak lalu direfleksikan oleh anggota tubuh dan akhirnya berimbas ke hati sebagai tempat bersemayam taqwa.

Untuk membebaskan bangsa Indonesia dari persoalan tersebut, perlu diadakan revolusi pandangan. Dalam kaitan ini, iman dan takwa berperan menyelesaikan problema dan tantangan kehidupan modern tersebut.

F. Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan Modern

  •       Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda
  •       Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
  •       Iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan
  •       Iman memberikan ketenangan jiwa
  •       Iman memberikan kehidupan yang baik
  •       Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen
  •       Iman memberikan keberuntungan
  •       Iman mencegah penyakit

II. KESIMPULAN

Hubungan religiusitas dan modernisasi (industrialisasi) merupakan persoalan rumit yang banyak menimbulkan kontroversi, khususnya di kalangan ilmuwan sosial. Suatu ungkapan yang hampir menjadi stereotip dalam percakapan sehari-hari menggambarkan seolah-olah agama merupakan hambatan terhadap proses modernisasi dan industrialisasi. Meskipun pada beberapa kasus mungkin asumsi itu benar, misalnya ada agama yang menentang program Keluarga Berencana (KB) padahal menurut para ahli mutlak diperlukan di negara-negara berkembang. Tetapi generalisasi bahwa agama merupakan rintangan modernisasi dan industrialisasi tidak dapat dibenarkan.

Dengan adanya hubungan yang dinamis antara agama dan modernitas, maka diperlukan upaya untuk menyeimbangkan pemahaman orang terhadap agama dan modernitas. Pemahaman orang terhadap agama akan melahirkan sikap keimananan dan ketaqwaan (Imtaq), sedang penguasaan orang terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) di era modernisasi dan industrialisasi mutlak diperlukan. Dengan demikian sesungguhnya yang diperlukan di era modern ini tidak lain adalah penguasaan terhadap Imtaq dan Iptek sekaligus. Salah satu usaha untuk merealisasikan pemahaman Imtaq dan penguasaan Iptek sekaligus adalah melalui jalur pendidikan. Dalam konteks inilah pendidikan sebagai sebuah sistem harus didesain sedemikian rupa guna memproduk manusia yang seutuhnya. Yakni manusia yang tidak hanya menguasai Iptek melainkan juga mampu memahami ajaran agama sekaligus mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Dari uraian pembahasan yang telah diutarakan, kiranya dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut;

Pertama, perana agama pada masa modern dirasakan masih sangat penting, bahkan menunjukkan gejala peningkatan. Fenomena kebangkitan agama di antaranya dapat diamati dari maraknya kegiatan-kegiatan keagamaan dan larisnya buku-buku agama. Fenomena ini setidaknya dipengaruhi oleh beberapa hal seperti adanya kesadaran providensi setiap individu, ketidakberhasilan modernisasi dan industrialisasi dalam mewujudkan kehidupan yang lebih bermakna (meaningful). Di samping itu, kegagalan organized religions dalam mewujudkan agama yang bercorak humanistik, juga disinyalir turut mendorong praktik spiritualitas era modern.

Kedua, agama tetap akan memegang peranan penting di masa mendatang, terutama dalam memberikan landasan moral bagi perkembangan sains dan teknologi. Dalam kaitan ini perlu ditekankan pentingnya usaha mengharmoniskan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) dengan agama (Imtaq). Iptek harus selalu dilandasi oleh nilai-nilai moral-agama agara tidak bersifat destruktif terhadap nilai-nilai kemanusiaan (dehumanisasi). Sedangkan ajaran agama harus didekatkan dengan konteks modernitas, sehingga dapat bersifat kompatibel dengan segala waktu dan tempat.

Pada dasarnya dalam kehidupan modern, kita sebagai manusia tidak bisa terlepas dari iman dan taqwa. Karena dengan kita beriman dan bertaqwa, kita dapat mencegah dan menyelamatkan diri dari hal-hal yang menyesatkan atau dari segala sesuatu yang tidak baik.  Selain itu, kita juga dapat menentukan apakah modernisasi tersebut dianggap sebagai suatu kemajuan atau tidak, dipandang bermanfaat atau tidak, diperlukan atau sebaliknya perlu dihindari.

III. DAFTAR PUSTAKA

Abdiansyah, Septian (2010). Keimanan dan Ketaqwaan. From http://tugaskuliahseptian.blogspot.com/2010/06/keimanan-dan-ketakwaan.html, 25 September 1010.

Abidin, Buya Masoed (2008). Pemantapan Iman dan Taqwa. From http://Buyamasoedabidin.wordpress.com/2008/05/24/pemantapan-iman-dan-taqwa, 25 September 2010.

Abubakar(2010). Taqwa. Form http://abubakar39.tripod.com/id15.html, 25 September 2010.

Ainasabila(2010). Iman dan Taqwa Jalan Menuju Kemenangan. From http://ainasabila.wordpress.com/2010/08/12/iman-dan-taqwa-jalan-menuju-kemenangan, 25 September 2010.

Alim, Syahirul dkk. 1995. Islam untuk Disiplin Ilmu Pengetahuan Alam dan Teknologi. Jakarta: Departemen Agama RI.

Biyanto(2010). Paradigma Spiritualitas Era Modern. From http://ush.sunan-ampel.ac.id/?p=796, 25 September 2010.

Palawi, Kencana S., Guritno, Sri. 1997. Pergeseran Interpretasi terhadap Nilai-Nilai Keagamaan di Kawasan Industri. Jakarta: CV. Bupara Nugraha.

Susantimansa(2010). Pengaruh Iptek dan Imtaq. From http://susantimansa.wordpress.com/2010/08/21/pengaruh-iptek-dan-imtaq, 25 September 2010.