Contoh kegunaan barang berdasarkan bentuk

Merdeka.com - Sadar atau nggak, semua barang yang kamu punya di rumah pasti punya fungsi. Dalam ilmu Ekonomi, kegunaan benda sering dikenal dalam bahasa Inggris, utility (utilitas). Nah, proses produksi selama ini digunakan untuk meningkatkan nilai guna suatu barang. Nilai guna suatu barang bisa ditingkatkan dengan banyak cara, nggak cuma dengan diubah dari bahan mentah menjadi barang setengah jadi, dan kemudian diubah lagi menjadi barang jadi, tetapi setelah menjadi barang jadi pun nilai gunanya masih bisa terus ditingkatkan.

Ada 5 penggolongan kegunaan barang. Namun yang akan dibahas pada Kelas Merdeka kali ini adalah 2 di antaranya, yaitu kegunaan bahan dasar dan kegunaan bentuk. Simak penjelasannya di bawah ini:

1. Kegunaan bahan dasar (Elementary utility)

Kegunaan bahan dasar berarti suatu barang dirasakan kegunaannya karena memiliki bahan dasar tertentu. Misalnya, pasir kuarsa berguna karena mengandung bahan dasar untuk pembuatan kaca. Tanah liat jadi menarik karena bisa digunakan untuk membuat kerajinan.

2. Kegunaan bentuk (Form utility)

Kegunaan bentuk berarti peningkatan nilai guna suatu barang terjadi karena perubahan bentuknya. Misalnya, kegunaan sebatang kayu akan meningkat setelah diubah bentuknya menjadi kursi. Perubahan bentuk ini biasanya juga akan meningkatkan harganya.

Karena makin tinggi nilai guna suatu barang juga akan membuat harganya semakin mahal, sebuah perusahaan biasanya akan terus melakukan inovasi agar bisa memproduksi bahan dengan nilai guna yang tinggi. Misalnya perusahaan pembuat komputer, akan berusaha membuat komputernya semakin canggih agar nilai gunanya juga makin tinggi. Nah, sekarang kamu sudah paham kan tentang konsep nilai guna barang berdasarkan bahan dasar dan bentuknya? Well, kalau kamu punya barang mentah di rumah, coba olah untuk jadi barang jadi, agar nilai gunanya juga naik.

Pengertian Kegunaan Manfaat dan Nilai Barang, Macam-macam, Contoh, Ekonomi - Konsumsi adalah kegiatan mengunakan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan atau memuaskan keinginan. Dengan kata lain, suatu barang akan dikonsumsi oleh manusia jika barang tersebut berguna untuk memenuhi kebutuhan hidupnya atau memuaskan keinginan.

1. Pengertian Kegunaan dan Macam-Macam Kegunaan Suatu Barang

Dalam kehidupan sehari-hari manusia mengonsumsi bermacam-macam benda/barang dan jasa. Benda yang dikonsumsi manusia di antaranya beras, kedelai, meja, kursi, payung, mobil, dan lain-lain. Benda-benda tersebut dikonsumsi dan diperlukan manusia karena benda-benda tersebut memiliki kegunaan (utilitas). Beras diperlukan manusia karena beras dapat ditanak menjadi nasi untuk dimakan. Kedelai diperlukan manusia karena dapat diubah menjadi tempe atau menjadi susu untuk dikonsumsi manusia. Jadi, yang dimaksud dengan kegunaan adalah kemampuan benda untuk memenuhi kebutuhan manusia. [1]

Ada beberapa bentuk kegunaan dari suatu barang yang Anda gunakan saat ini, di antaranya:

1.1. Kegunaan Bentuk (Form Utility)

Suatu barang akan lebih berguna jika diubah dari bentuk asalnya. Misalnya kayu menjadi perabotan rumah tangga atau benang menjadi kain.

Contoh lain : [1]

  1. Kayu diubah menjadi kursi.
  2. Kain diubah menjadi baju.
  3. Kulit sapi diubah menjadi sepatu.

1.2. Kegunaan Tempat (Place Utility)

Suatu barang akan lebih berguna jika berada pada tempat yang tepat. Misalnya pakaian tebal digunakan di tempat yang berhawa dingin.

Contoh lain : [1]

  1. Batu di gunung diangkut ke kota sebagai bahan bangunan.
  2. Pasir di desa diangkut ke kota sebagai bahan bangunan.
  3. Sayur di kebun diangkut ke pasar untuk dijual.

1.3. Kegunaan Kepemilikan (Ownership Utility)

Suatu barang akan lebih berguna jika telah dimiliki atau disewa oleh orang yang membutuhkan. Misalnya, buku pelajaran di toko buku tidak mempunyai nilai guna, tetapi jika dimiliki oleh pelajar akan berguna untuk meningkatkan kepandaian dan pengetahuan. Komputer yang masih berada di toko elektronik tidak mempunyai nilai guna sebelum komputer tersebut dibeli dan dimanfaatkan untuk mempermudah pekerjaan manusia seperti mengetik naskah atau mendesain gambar.

Contoh lain : [1]

  1. Ikan di laut menjadi berguna setelah ditangkap (dimiliki).
  2. Buku di toko menjadi berguna setelah dibeli (dimiliki)

1.4. Kegunaan Waktu (Time Utility)

Suatu barang akan bermanfaat jika digunakan pada waktu yang tepat. Misalnya, jas hujan digunakan pada saat hujan.

Contoh lain : [1]

  1. Payung  menjadi berguna pada saat turun hujan.
  2. Obat menjadi berguna pada saat jatuh sakit.
  3. Baju hangat menjadi berguna pada saat musim dingin.

5) Kegunaan Pelayanan (Service Utility)

Suatu barang akan lebih berguna jika dapat memberikan jasa. Misalnya televisi atau radio akan berguna jika ada siarannya dan angkutan umum menjadi berguna bila dijalankan.

6) Kegunaan Dasar (Elementary Utility)

Suatu barang akan mengalami peningkatan setelah diolah dari bahan dasar atau bahan baku menjadi barang jadi. Misalnya, kapas sebagai bahan dasar pembuatan benang dan benang sebagai bahan dasar kain.

Contoh lain : [1]

  1. Tebu sebagai bahan pembuat gula.
  2. Kedelai sebagai bahan pembuat tahu dan tempe.

2. Pengertian Nilai dan Macam-Macam Nilai Barang

Setelah mempelajari kegunaan (utilitas), berikut kita akan membahas apa yang dimaksud dengan nilai. Bila kegunaan memiliki arti kemampuan benda untuk memenuhi kebutuhan manusia maka yang dimaksud dengan nilai adalah arti yang diberikan manusia terhadap benda karena benda tersebut dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan manusia atau dapat ditukarkan dengan benda lain. Dari pengertian tersebut, diketahui ada dua macam nilai, yaitu nilai pakai dan nilai tukar.

Pemahaman terhadap nilai pakai dan nilai tukar sudah dikenal sejak zaman Aristoteles, seorang ahli filsafat Yunani. Aristoteles memberi contoh, bahwa sepasang sepatu memiliki nilai pakai dan nilai tukar. Sepatu memiliki nilai pakai, karena sepatu dapat dipakai untuk melindungi kaki. Sepatu pun memiliki nilai tukar karena sepatu dapat ditukar dengan sejumlah gandum.

Jadi, yang dimaksud dengan nilai pakai adalah nilai yang diberikan kepada suatu benda karena benda tersebut dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan manusia. Adapun yang dimaksud dengan nilai tukar adalah nilai yang diberikan kepada suatu benda karena benda tersebut dapat ditukar dengan benda lain. [1]

Nilai suatu barang dan jasa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

2.1. Nilai Pakai

a) Nilai Pakai Objektif

Nilai pakai objektif, yaitu kemampuan yang dimiliki benda karena benda tersebut dapat memenuhi kebutuhan manusia secara umum. (Catatan: nilai pakai objektif = kegunaan/utilitas). [1] Suatu barang dikatakan mempunyai nilai pakai objektif jika barang dan jasa tersebut dapat digunakan untuk memenuhi atau memuaskan kebutuhan manusia pada umumnya. Contoh nilai pakai objektif adalah makanan dan minuman mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia. Buku pelajaran bermutu mempunyai kemampuan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan.

Contoh lain : [1]

  1. Payung dapat dipakai untuk melindungi badan dari hujan.
  2. Lemari dapat dipakai untuk menyimpan baju.

b) Nilai Pakai Subjektif

Nilai pakai subjektif adalah arti yang diberikan kepada benda karena benda tersebut dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhannya secara khusus. [1] Suatu barang dikatakan mempunyai nilai pakai subjektif apabila seseorang memberikan penilaian terhadap barang yang digunakannya. Hal ini mengakibatkan nilai pakai subjektif setiap orang berbeda-beda, tergantung kemampuan barang tersebut memberikan kepuasan dalam memenuhi kebutuhan. Misalnya, bagi seorang petani, cangkul sangat dibutuhkan dalam kegiatan pertanian sehingga mempunyai nilai pakai yang tinggi. Bagaimana dengan seorang dokter? Apakah cangkul juga termasuk barang yang sangat dibutuhkannya? Bagi seorang dokter, cangkul tidak dibutuhkan, sehingga mempunyai nilai pakai yang rendah.

Contoh lain : [1]

  1. Raket mempunyai nilai pakai yang lebih besar bagi pemain bulutangkis daripada bagi petani.
  2. Jala mempunyai nilai pakai yang lebih besar bagi nelayan daripada bagi dokter.

2.2. Nilai Tukar

a) Nilai Tukar Objektif

Nilai tukar objektif adalah kemampuan suatu barang untuk dapat ditukarkan dengan barang jenis lain. Misalnya, jasa pemetikan kelapa ditukar dengan imbalan berupa sepertiga bagian kelapa hasil petikannya. Artinya, jasa pemetik kelapa mempunyai nilai tukar objektif.

Contoh lain : [1]

  1. Beras dapat ditukar dengan sejumlah jagung.
  2. Uang dapat ditukar dengan gula atau dengan barang lain.

b) Nilai Tukar Subjektif

Nilai tukar subjektif adalah nilai yang diberikan seseorang terhadap suatu barang dan jasa, karena bisa ditukar dengan barang dan jasa lainnya untuk memenuhi kebutuhan. Misalnya menurut penarik becak, jasa mengantar penumpang dari stasiun menuju pasar Rp 5.000,00, tetapi menurut calon penumpang hanya senilai Rp 3.000,00. Dengan demikian, nilai tukar atas jasa mengayuh becak adalah nilai tukar subjektif, menurut penilaian masing-masing kebutuhan.

Contoh lain : [1]

  1. Menurut pemain bulu tangkis raket dapat ditukarkan dengan Rp400.000,- Tapi menurut petani, raket hanya dapat ditukar dengan uang Rp20.000,-.
  2. Menurut kolektor barang antik, sebuah meja kuno Belanda dapat ditukar dengan uang Rp10.000.000,-, tapi menurut seorang nelayan meja tersebut hanya dapat ditukar dengan uang Rp100.000,-.

Perlu kamu ketahui, bahwa dalam teori nilai objektif lebih menitikberatkan pada kaum produsen, sedangkan konsumen lebih cenderung menilai barang dari segi subjeknya, atau siapa yang menilai. Oleh karena itu, teori perilaku konsumen merupakan teori nilai subjektif. [2] Untuk lebih jelasnya berikut ini akan dibahas mengenai teori nilai objektif beserta tokoh-tokohnya. a. Teori Nilai Pasar Menurut Humme dan Locke, nilai suatu barang sangat tergantung pada permintaan dan penawaran barang di pasar. b. Teori Nilai Biaya Produksi Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith. Menurutnya, nilai suatu barang ditentukan oleh jumlah biaya produksi yang dikeluarkan oleh produsen untuk membuat barang tersebut. Menurutnya, semakin tinggi nilai pakai suatu barang, nilai tukarnya pun juga akan semakin tinggi. c. Teori Nilai Tenaga Kerja Menurut David Ricardo, nilai suatu barang ditentukan oleh jumlah biaya tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan barang tersebut. d. Teori Nilai Biaya Reproduksi Menurut Carey, nilai suatu barang ditentukan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang itu kembali (biaya reproduksi). Oleh karena untuk menentukan nilai suatu barang tidak berpangkal pada biaya produksi yang pertama kali, tetapi pada biaya produksi yang dikeluarkan sekarang. e. Teori Nilai Kerja Rata-Rata atau Teori Nilai Lebih Menurut Karl Marx, tenaga kerja mempunyai nilai tukar dan nilai pakai bagi pengusaha. Dalam hal ini pengusaha harus membayar nilai tukarnya untuk mendapatkan nilai pakainya. Kelebihan nilai pakai atas nilai tukar inilah yang disebut nilai lebih. Adapun tokoh-tokoh yang mengemukakan teori nilai subjektif di antaranya sebagai berikut. a. Herman Henrich Gossen (1854) Dalam teori nilai subjektif, Gossen mempelajari cara pemuasan kebutuhan yang dikemukakan dalam Hukum Gossen I dan Hukum Gossen II. Hukum Gossen I, yaitu hukum kepuasan yang semakin berkurang (law of diminishing utility), yang berbunyi “Jika suatu kebutuhan dipenuhi terus-menerus, maka kenikmatannya makin lama makin berkurang, sehingga akhirnya dicapai rasa kepuasan”. Hukum Gossen II, yaitu hukum perata nilai batas atau law of marginal utility, berbunyi “Manusia akan berusaha untuk memenuhi berbagai macam kebutuhannya sampai pada tingkat intensitas yang sama”. b. Karl Menger Dalam Teori Nilai Austria, Karl Menger melanjutkan penelitiannya berdasarkan Hukum Gossen dengan membuat daftar kebutuhan konsumen, sehingga konsumen membagi pendapatannya untuk memenuhi berbagai kebutuhan sampai mencapai tingkat intensitas yang harmonis. c. Von Bohm Bawerk

Teori Von Bohm Bawerk disebut Teori Nilai Batas. Nilai batas adalah nilai yang diberikan kepada barang yang dimilikinya paling akhir atau nilai pemuasan yang paling akhir.

Referensi :

Nurcahyaningtyas. 2009. Ekonomi : Untuk Kelas X SMA/MA. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 322.

Referensi Lainnya :

[1] Sa’dyah, C. 2009. Ekonomi 1 : Untuk Kelas X SMA dan MA. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 434.

[2] Ismawanto. 2009. Ekonomi 1 : Untuk SMA dan MA Kelas X. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 210.

Tags :