Dua kota pusat pemerintah daulah ayyubiyah yang sangat penting adalah

Reuters/Ammar Awad

Warga Palestina membersihkan puing-puing akibat serangan polisi Israel ke komplek Masjid Al Aqsa di Yerusalem.

Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --

Siapa yang tak mengenal Salahuddin al-Ayubi (1138-1193)? Panglima perang Muslim yang berhasil merebut Kota Yerusalem pada Perang Salib itu tak hanya dikenal di dunia Islam, tetapi juga peradaban Barat. Sosoknya begitu memesona. Ia adalah pemimpin yang dihormati kawan dan dikagumi lawan. Pada akhir 1169 M, Salahuddin mendirikan sebuah kerajaan Islam bernama Ayyubiyah. Di era keemasannya, dinasti ini menguasai wilayah Mesir, Damaskus, Aleppo, Diyarbakr, serta Yaman. Para penguasa Dinasti Ayyubiyah memiliki perhatian yang sangat besar dalam bidang pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Tak heran jika kota-kota Islam yang dikuasai Ayyubiyah menjadi pusat intelektual. Di puncak kejayaannya, beragam jenis sekolah dibangun di seluruh wilayah kekuasaan dinasti itu. Madrasahmadrasah itu dibangun tak hanya sekadar untuk membangkitkan dunia pendidikan, tetapi juga memopulerkan pengetahuan tentang mazhab Sunni. Menurut Ibnu Jabir, di masa kepemimpinan Salahuddin, di Kota Damaskus berdiri sebanyak 20 sekolah, 100 tempat pemandian, dan sejumlah tempat berkumpulnya para sufi. Bangunan madrasah juga didirikan di berbagai kota, seperti Aleppo, Yerusalem, Kairo, Alexandria, dan di berbagai kota lainnya di Hijaz. Sejumlah sekolah juga dibangun oleh para penerus takhta kerajaan Ayyubiyah. “Istri-istri dan anak-anak perempuan penguasa Ayyubiyah, komandan, dan orang-orang terkemuka di dinasti itu mendirikan dan membiayai lembaga-lembaga pendidikan,’’ ujar Abdul Ali dalam Islamic Dynasties of the Arab East: State and Civilization During the Later Medieval Times. Meski Dinasti Ayyubiyah menganut mazhab fikih Syafi’i, mereka mendirikan madrasah yang mengajarkan keempat mazhab fikih. Sebelum Ayyubiyah menguasai Suriah, di wilayah itu tak ditemukan sama sekali madrasah yang mengajarkan fikih mazhab Hanbali dan Maliki. Setelah Ayyubiyah berkuasa di kawasan itu, sejarawan Ibnu Shaddad menemukan 40 madrasah Syafi’i, 34 Hanafi, 10 Hanbali, dan tiga Maliki. Salah satu madrasah yang dibangun pada era Dinasti Ayyubiyah adalah Madrasah Adiliyyah di Suriah. Madrasah ini terletak di Bab Al-Bareed, sebelah kanan sekolah Al-Zahiriyah di Damaskus, Suriah. Madrasah Adiliyyah berada di kawasan Pasar Hamidiyyah. Di kompleks itu, juga terdapat Madrasah Jaqmasiyyah dan Hammam (ruang mandi) Al-Malik Az-Zahir. Madrasah Adiliyyah dibangun oleh Raja al-Adil Sayf al-Din Abu Bakar Muhammad bin Ayub atau Sultan al-Adil I pada 1215 M. Madrasah ini merupakan pengganti madrasah Nuriyah al Kubra yang dibangun, tetapi tak sempat diselesaikan. Selain sebagai tempat menuntut ilmu, madrasah Nuriyah juga dijadikan sebagai pemakaman oleh pendirinya, Nuruddin.

Pembangunan Madrasah Adiliyyah diselesaikan oleh putra Sultan al-Adil bernama al-Mu’azzam. “Madrasah ini merupakan salah satu contoh penting dari arsitektur Ayyubiyah di Suriah,’’ tulis laman arsitektur Archnet.

Disarikan dari Pusat Data Republika

  • peradaban islam
  • dinasti ayyubiyah

Dinasti Al Ayyubiyah didirikan oleh Shalahuddin al Ayyubi.

,

Masjid Agung Aleppo, Suriah

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinasti Al Ayyubiyah didirikan oleh Shalahuddin al Ayyubi yang dikenal sebagai penakluk Yerusalem. Pusat dinasti ini adalah Mesir. Wilayah pemerintahannya sebagian besar berada di Timur Tengah selama abad ke-12 dan ke-13.

Shalahuddin pada mulanya adalah pembantu raja saat Dinasti Fatimiyah Mesir memerintah pada 1169. Kerajaan itu kemudian tak lagi berkuasa pada 1171.

Tiga tahun kemudian, ia dinyatakan sebagai sultan setelah kematian mantan gurunya, Nuruddin Zanki. Ayyubiyah menaklukkan banyak wilayah pada 1183. Kekuasaannya meluas mulai Mesir, Suriah, Mesopotamia, Hijaz, Yaman, dan pantai Afrika Utara hingga perbatasan Tunisia.

Peninggalan dinasti ini yang terbesar adalah arsitektur militer. Para penguasanya sangat memperhatikan pembangunan masjid. Berikut ini adalah warisan Dinasti al-Ayyubiyah.

Menara Masjid Agung Aleppo

Menara Masjid Agung Aleppo dibangun oleh Sultan Az Zahir Ghazi pada 1214 M. Bangunan menara menjulang ke langit, terdiri atas lima tingkat dengan puncak mahkota yang dikelilingi oleh beranda. Menara banyak dihiasi berbagai ornamen.

Di dalamnya terdapat lengkungan indah yang tersusun dari batu bata. EJ Brill dalam Ensiklopedi Islam menjelaskan, menara itu cukup unik di antara seluruh arsitektur Muslim.

Arkeolog Ernst Herzfeld menggambarkan gaya arsitektur menara merupakan produk peradaban Mediterania. Meski bernuansa Timur Tengah, bangunan ini juga memiliki corak gotik sehingga menjadi khas.

Madrasah Firdaus

Dibangun pada 1236 oleh Ratu Al-Malika Dayfa Khatun. Bangunan ini langsung didanai ratu. Ini merupakan aset wakaf untuk pengembangan pendidikan masyarakat setempat.

Kompleks ini difungsikan sebagai pusat ibadah Muslim dan pembelajaran Islam. Di sana para pelajar mendalami ilmu Alquran, fikih, sejarah, akidah, tasawuf, dan banyak lagi.
Madrasah ini dibangun di tengah kehidupan masyarakat Aleppo yang gemar berdagang dan para cendekiawan yang berwawasan luas.

Dari sekolah itulah masyarakat tercerahkan dengan ilmu pengetahuan dan ajaran Islam yang mewarnai kehidupan mereka. Lokasi bangunan ini sangat strategis. Berada di pinggir jalan. Sehingga mudah diakses siapa pun.

Benteng Kota

Perubahan paling radikal yang diterapkan Shalahuddin di Mesir adalah menggabungkan Kairo dan al-Fustat dalam satu dinding. Struktur banteng diambil dari gaya bangunan beberapa budaya. Hal ini terlihat jelas pada dinding tirai yang mengikuti topografi alami.

Banyak juga yang diwarisi dari Fatimiyah, seperti menara bundar untuk mengamati situasi sekitar. Pada September 1183 pembangunan Benteng Kairo dimulai. Menurut sejarawan al-Maqrizi, Shalahuddin memilih Bukit Muqattam untuk membangun benteng karena udara di sana lebih segar daripada di mana pun di kota ini.

Dinding dan menara bagian utara benteng sebagian besar merupakan karya Shalahuddin. Penerusnya, al-Kamil menyelesaikan pembangunan banteng. Dia memperkuat dan memperbesar beberapa menara yang ada.

  • dinasti ayubiyyah
  • shalahudin al ayubi
  • dinasti islam

Dua kota pusat pemerintah daulah ayyubiyah yang sangat penting adalah

Dua kota pusat pemerintah daulah ayyubiyah yang sangat penting adalah
Lihat Foto

Wikimedia Commons/Ro4444

Peta wilayah kekuasaan Dinasti Ayyubiyah pada 1193 ketika Salahuddin Al Ayyubi wafat.

KOMPAS.com - Dinasti Ayyubiyah adalah dinasti Islam yang didirikan pada abad ke-12 oleh Salahuddin Al-Ayyubi, seorang keturunan kurdi.

Salahuddin mendirikan Dinasti Ayyubiyah di Mesir setelah mengakhiri eksistensi kekuasaan Dinasti Fatimiyah.

Sebelum mendirikan dinasti, Salahuddin merupakan seorang wazir atau pejabat tinggi di pemerintahan Dinasti Fatimiyah.

Dalam perkembangannya, Dinasti Ayyubiyah kemudian menjadi sebuah dinasti besar yang mengalami berbagai kemajuan dan berkuasa selama 75 tahun.

Adapun wilayah kekuasaaan Dinasti Ayyubiyah mencakup Afrika Utara, Persia, Palestina, hingga Syam.

Selain berhasil menguasai berbagai wilayah, para penguasa Ayyubiyah juga sangat memperhatikan pengembangan ilmu pengetahuan.

Baca juga: Dinasti Ayyubiyah: Sejarah, Masa Kejayaan, Raja-raja, dan Keruntuhan

Maka tidak heran, apabila kota-kota besar di wilayah Dinasti Ayyubiyah dibangun sebagai pusat intelektual dengan berbagai lembaga pendidikan.

Di Damaskus, Aleppo, Yerusalem, Kairo, Iskandariyah, hingga Hijaz, dibangun madrasah keilmuan untuk menunjang pendidikan bagi warga setempat.

Berikut daerah kekuasaan Dinasti Ayyubiyah.

Afrika Utara

Penaklukan wilayah Afrika Utara, terutama di sebelah barat Mesir disebabkan oleh perkara suku lokal, terutama di wilayah Barqa.

Dua kota pusat pemerintah daulah ayyubiyah yang sangat penting adalah

Dua kota pusat pemerintah daulah ayyubiyah yang sangat penting adalah
Lihat Foto

New World Encyclopedia

Fransiskus dari Assisi di hadapan Sultan Al-Kamil dari Dinasti Ayyubiyah.

KOMPAS.com - Dinasti Ayyubiyah atau Bani Ayyubiyah adalah dinasti Muslim Sunni keturunan etnis Kurdi yang pernah berkuasa sejak abad ke-12.

Pada masa jayanya, dinasti yang pusat pemerintahannya berada di Mesir ini pernah menguasai hampir seluruh wilayah Timur Tengah.

Pendiri Dinasti Ayyubiyah adalah Salahuddin Al-Ayubi, yang sebelumnya menjadi wazir (setara perdana menteri) di Mesir, di bawah Dinasti Fatimiyah.

Dinasti Ayyubiyah berkuasa selama kurang lebih satu abad, hingga pertengahan abad ke-13.

Baca juga: Latar Belakang Berdirinya Dinasti Abbasiyah

Sejarah berdirinya

Sejarah berdirinya Daulah Ayyubiyah dapat ditelusuri sejak melemahnya Dinasti Fatimiyah (909-1172).

Pada pertengahan abad ke-12, Dinasti Fatimiyah semakin melemah karena beberapa faktor. Salah satunya disebabkan oleh permasalahan internal, khususnya perebutan posisi Wazir.

Wazir adalah seorang penasihat atau menteri berkedudukan tinggi, yang biasanya ditemukan dalam sistem monarki Islam.

Selain itu, serangan pasukan Salib ke Mesir juga menjadi salah satu penyebab melemahnya Dinasti Fatimiyah.

Pada 1164, Salahuddin Al-Ayyubi dan pamannya, Syirkuh, dikirim oleh penguasa Damaskus, Nuruddin Zanki, ke Mesir untuk membantu Fatimiyah melawan serangan pasukan Salib.

Dalam pertempuran itu, pasukan Salahuddin dan Syirkuh berhasil mempertahankan Mesir setelah mengalahkan pasukan Salib.