Film top 2010 hingga 2022 2022

Bagi Grameds yang suka menonton film untuk memacu adrenalin, maka film dengan genre thriller bisa menjadi jawaban untuk masuk ke dalam daftar tontonan. Film thriller dikenal dengan sajian cerita yang sangat menarik dan menegangkan. Hal ini dikarenakan genre film ini berangkat dari cerita kehidupan nyata, baik itu pembunuhan, misteri, bahkan sampai gangguan jiwa.

Belakangan ini banyak film thriller yang muncul dan sukses mendapatkan banyak pujian dari para pecinta film di seluruh dunia. Film-film thriller telah berhasil membawa inovasi cerita yang bisa mengajak para penonton untuk berpikir sekaligus menikmati plot twist di akhirnya.

Nah, daripada kamu semakin penasaran dengan film thriller terbaik versi Gramedia.com. Berikut ini adalah daftar film thriller terbaik sepanjang masa yang wajib kamu tonton sebelum meninggal. Yuk simak ulasan selengkapnya!

• Rekomendasi Film Thriller Terbaik
  • 1. Shutter Island (2010)
  • 2. Zodiac (2007)
  • 3. Gone Girl (2014)
  • 4. The Girl On The Train (2016)
  • 5. Get Out (2017)
  • 6. A Quiet Place (2018)
  • 7. Black Swan (2010)
  • 8. Fractured (2019)
  • 9. The Tall Man (2012)
  • 10. Final Girl (2015)
  • 11. The Silence of the Lambs (1991)
  • 12. The Invisible Guest (2016)
  • 13. Joker (2019)
  • 14. Parasite (2019)
  • 15. The Devil All The Time (2020)
    • Buku Best Seller Rekomendasi
    • Artikel Terkait Rekomendasi Film dan Drama

Berikut ini adalah beberapa rekomendasi film thriller terbaik, antara lain:

1. Shutter Island (2010)

Shutter Island patut dimasukkan ke sebagai salah satu film thriller terbaik sepanjang masa. Film ini merupakan salah satu film yang berangkat dari novel dengan judul yang sama karangan Dennis Lehane. Shutter Island dapat dikatakan sebagai karya terbaik oleh sutradara ternama Martin Scorsese. Selain itu, film ini semakin wajib untuk ditonton karena menampilkan dua kator terkenal yaitu Leonardo Dicaprio dan Mark Ruffalo.

Shutter Island sendiri bercerita tentang dua anggota kepolisian Amerika Serikat yang bernama Teddy Daniels dan Chuck Aule. Mereka mendapatkan tugas untuk melakukan penyelidikan terhadap misteri hilangnya seorang pasien rumah sakit jiwa di sebuah pulau terpencil yang bernama Shutter. Hanya saja, seiring berjalannya waktu, Teddy dan rekannya merasa banyak menemukan ke keanehan di luar nalar dari pulau Shutter ini.

2. Zodiac (2007)

Film thriller terbaik berikut ini diangkat dari sebuah peristiwa yang pernah terjadi di dunia nyata, yakni kasus pembunuhan berantai di San Fransisco dalam kurun waktu 1960 hingga 1970-an. Kasus pembunuhan berantai tersebut sangat terkenal, hal ini dikarenakan pelaku pembunuhan masih belum ditemukan hingga film yang berjudul Zodiac ini dibuat.

Dalam film Zodiac, pelaku diceritakan selalu mengirimkan surat yang berisi sandi rahasia kepada para korbannya. Selain itu, pelaku juga suka menceritakan kekejaman pembunuhannya kepada media massa.

Film yang dianggap sebagai salah satu karya terbaik yang pernah digarap oleh David Fincher. Sebelumnya, David Fincher memang sudah terkenal dengan berbagai film thrillernya yang sangat mengagumkan. Selain Fincher, aktor seperti Jake Gyllenhaal, Robert Downey, Jr, dan Mark Ruffalo telah sukses menjadikan cerita ini semakin menarik untuk ditonton.

3. Gone Girl (2014)

Setelah berhasil menggarap Zodiac dengan sangat apik, David Fincher kembali hadir dengan karya terbarunya yang berjudul Gone Girl. Gone Girl pada awalnya merupakan sebuah novel dengan judul sama karya Gillian Flynn. Berkat kerja sama antara Fincher dan Flynn, Gone Girl berhasil menyajikan cerita yang penuh dengan teka-teki hingga plot twist yang tidak pernah diduga.

Film Gone Girl sendiri dibintangi oleh Ben Affleck dan Rosamund Pika. Mereka berdua berhasil menyuguhkan akting yang sangat luar biasa dalam film ini. Film ini bercerita tentang seorang istri yang mendadak menghilang tanpa jejak. Kehilangan tersebut tentu saja bikin kerabat, masyarakat, bahkan juga media bertanya-tanya.

Setelah Polisi mulai melakukan penelusuran untuk menemukan beberapa barang bukti. Mereka menemukan banyak bukti yang mengarah kepada sang suaminya sendiri. Nah, Gone Girl sangat menarik untuk ditonton, selain ada adegan berdarah di dalamnya, film ini akan membuat kamu penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi?

4. The Girl On The Train (2016)

Berkat tampil memukau dalam The Girl On The Train, Emily Blunt mendapat banyak pujian sekaligus penghargaan. Emily Blunt sendiri memerankan karakter yang bernama Rachel Watson, seorang perempuan alkoholik yang mempunyai banyak memori delusif tentang berbagai peristiwa dalam hidupnya akhir-akhir ini. Salah satu hal yang menjadikan film ini seru tidak lain adalah karena rasa penasaran terhadap tindakan dari Watson itu sendiri.

Meskipun dikemas dengan alur maju mundur yang cukup banyak, film yang disutradarai oleh sutradara handal Tate Taylor ini berhasil menyajikan cerita yang rapi. Hal ini tentu saja bikin menonton tetap nyaman menyaksikan banyak lompatan cerita dalam film ini.

5. Get Out (2017)

Jordan Peele merupakan seorang sutradara yang sebagian besar karakter filmnya diperankan oleh aktor kulit hitam. Dalam Get Out, Jordan Peele telah berhasil menyajikan film yang apik sekaligus memuat isu tentang rasisme. Film ini sungguh memiliki ide cerita yang sangat misterius sehingga dapat membuat para penontonnya terdiam hingga akhir.

Film Get Out sendiri menceritakan tentang kisah seorang pria berkulit hitam bernama Chris (Daniel Kaluuya). Chris punya keinginan untuk berkunjung ke rumah orang tua kekasihnya, Rose Armitage. Namun, setelah Chris datang ke rumah keluarga Rose, ia malah menemukan banyak keanehan yang juga mengancam nyawanya.

Jordan Peele mengemas film Get Out dengan alur yang cepat namun dengan sangat terperinci, mulai dari alur yang dramatis, plot twist, dan banyak adegan yang tak terduga dari awal hingga akhir film. Film ini telah meraih banyak pujian pada saat dirilis tahun 2017. Tak heran, apabila film ini bisa dikatakan salah satu film thriller terbaik sepanjang masa.

6. A Quiet Place (2018)

Tidak ada yang lebih menegangkan daripada diserang oleh seekor makhluk buas yang telah menghabisi banyak manusia. Film ini sangat menegangkan. Hampir semua orang yang sudah menonton film ini akan ikut terdiam dan tegang dari awal hingga akhir. Para penonton mengaku ikut terbawa suasana para karakternya yang harus diam untuk menghindari serangan dari makhluk buas.

A Quiet Place ini menceritakan tentang satu keluarga yang berupaya untuk bertahan hidup setelah kiamat terjadi. Namun, mereka justru mendapatkan serangan dari seekor monster dengan pendengaran yang sangat sensitif. Cara satu-satunya yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan diri dari monster ini adalah dengan melakukan segala aktivitas dalam diam.

A Quiet Place yang menjadi film pertama seorang John Krasinski sebagai sutradara. Ia telah berhasil mendapatkan banyak pujian dari para kritikus film dan juga para penonton. Selain itu, Krasinski juga bermain dalam film ini sebagai istrinya Emily Blunt. Pada tahun 2020 kemarin, sekuel kedua dari film ini, A Quiet Place: Part II telah dirilis.

7. Black Swan (2010)

Black Swan menawarkan sajian film thriller yang sangat menarik untuk ditonton. Pada saat kamu menonton film ini, kamu akan terdiam dengan alur ceritanya yang sangat tidak terduga dan plot twist. Film yang disutradarai oleh Darren Aronofsky ini berhasil membawa pulang Piala Oscar pada tahun 2011 silam.

Film ini pada awalnya bercerita tentang seorang balerina yang bernama Nina Sayers (Natalie Portman). Nina sangat berharap bisa memerankan karakter Swan Lake pada acara kontes balet. Hal itu menjadikan Nina bekerja keras dalam berlatih agar dapat terpilih sebagai karakter utama.

Hanya saja, segala usaha Nina pun gagal ketika peran sebagai karakter utama diberikan kepada seorang ballerina baru yang Lily. Kegagalan tersebut mengakibatkan Nina selalu merasa tertekan dan sering berhalusinasi sehingga muncul niat jahat untuk melukai Lily. Perasaan tertekan dan halusinasi Nina ini akan bikin para penonton geleng-geleng.

8. Fractured (2019)

Fractured merupakan sebuah film yang menceritakan tentang seorang pria bernama Ray Monroe. Ia sedang melakukan perjalanan bersama istri dan anaknya. Namun, anak dari Ray Monroe mendadak jatuh sehingga harus dilarikan ke rumah sakit. Hanya saja, pada saat Ray Monroe ingin menemui anaknya, ternyata tidak ada nama anaknya dari daftar pasien.

Dengan awal film yang cukup tenang dan pelan, Fractured seketika membuat para penontonnya tegang dan terheran-heran. Kamu dipastikan tidak akan memiliki ruang untuk menghela nafas pada saat menyaksikan salah satu film thriller terbaik ini.

9. The Tall Man (2012)

The Tall Man menjadi salah satu film thriller terbaik yang sangat cocok bagi kalian para penyuka cerita ekstra seram. Film yang digarap oleh sutradara terkemuka, Pascal Laugier ini sukses memadukan alur yang sangat seram dengan berbagai misteri yang mengagumkan.

Pada menit pertama film ini saja, kamu akan langsung disuguhkan sebuah tragedi menyedihkan tentang kabar hilangnya 100 hingga 1000 anak per tahunnya. Tidak hanya itu, para penonton juga akan diperlihatkan cerita seorang ibu yang berupaya menyelamatkan anaknya dari penculik psikopat. Penculik psikopat tersebut biasa disebut orang-orang dengan The Tall Man.

10. Final Girl (2015)

Final Girl menjadi salah satu film thriller terbaik selanjutnya yang wajib kamu tonton semasa hidup. Dengan plot twist yang sangat menegangkan, Final Girl menceritakan tentang seorang perempuan yang bernama Veronica (Abigail Breslin). Veronica mendapatkan takdir sebagai seorang gadis yang dilatih secara khusus untuk melawan sekelompok pria yang suka menculik dan membunuh wanita.

Dengan wajah yang rupawan bak boneka, tidak ada yang menyangka bahwa Veronica mempunyai keahlian dalam bela diri terkhusus melawan para pria jahat. Film yang disutradarai oleh Tyler Shield ini menjadi film dengan genre thriller yang sangat populer pada tahun perilisannya.

11. The Silence of the Lambs (1991)

The Silence of The Lambs sangat cocok bagi mereka yang menyukai film bergenre thriller psikologi. Film ini menceritakan tentang kisah anggota FBI bernama Clarice (Jodie Foster) yang memiliki tugas untuk menemukan seorang wanita yang diculik oleh seorang psikopat.

Setelah berhasil melakukan berbagai penyelidikan, Clarice pada akhirnya menyadari bahwa untuk memahami cara berpikir seorang psikopat, ia membutuhkan bantuan dari seorang psikopat pula. Psikopat yang dimintai pertolongan ini bernama Dr. Hannibal Lecter, seorang yang membunuh para korbannya dengan sangat sadis.

The Silence of The Lambs menyajikan kolaborasi yang apik antara Clarice dengan Hannibal dalam menangkap psikopat jahat bernama Buffalo Bill. Film ini sangat menarik untuk ditonton, pertarungan pikiran para psikopat ini telah mengantarkan film The Silence of the Lambs masuk dalam daftar salah satu film thriller terbaik sepanjang masa.

12. The Invisible Guest (2016)

Setelah dirilis pada tahun 2016, The Invisible Guest telah sukses menjadi film thriller terbaik dan terfavorit bagi para penonton untuk tahun tersebut. Film ini mengusung cerita tentang seorang pria yang dituduh sebagai pelaku pembunuhan atas kasus kematian seorang gadis di kamar hotel.

Selama masa penuduhan tersebut, pria ini selalu mengelak bahwa ia tidak melakukan pembunuhan tersebut. Berada di posisi yang terpojok, pria ini kemudian bertemu seorang pengacara handal yang terus mendesaknya untuk mengungkapkan apa yang terjadi sebenarnya. Nah, pada saat proses membuka kembali kasus ini, mereka justru menemukan sebuah fakta yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.

13. Joker (2019)

Bagi para pecinta film thriller, tentu mereka sudah tahu tentang film yang dibuat khusus untuk menceritakan sosok Joker. Sosok Joker sendiri dikenal pertama sebagai salah satu karakter antagonis yang ada di film Batman. Film yang disutradarai oleh Todd Phillips ini berhasil mendapatkan banyak penghargaan di Festival Film Internasional sekaligus dinobatkan sebagai film genre psychological thriller terbaik pada tahun perilisannya tersebut.

Sesuai namanya, film ini berfokus pada cerita terbentuknya karakter badut yang baik hati menjadi joker yang jahat dan sadis. Di balik kejahatannya, Joker sebetulnya seorang pria yang rapuh dengan penyakit mental. Namun, ia justru mendapatkan banyak hinaan karena perlakuan orang-orang. Hingga pada akhirnya ia melakukan balas dendam kepada orang yang selalu menghina dan memfitnahnya.

Dalam film Joker ini, ada banyak sekali pelajaran yang bisa diambil. Selain itu, emosi kamu akan terasa campur aduk antara benar atau salah, sedih atau senang, dan lain sebagainya. Jadi tidak berlebihan apabila film ini layak dimasukkan ke dalam daftar salah satu film thriller terbaik yang wajib kamu tonton.

14. Parasite (2019)

Film thriller terbaik selanjutnya berasal dari negeri K-POP, Korea Selatan yaitu Parasite. Film hasil garapan Bong Joon Ho ini berhasil menjadi salah satu film tersukes Korea Selatan untuk abad ini. Selain itu, film yang mengusung genre thriller ini sukses membawa pulang piala Oscar pada tahun 2020 silam.

Film Parasite sendiri mengusung cerita tentang kesenjangan sosial antara keluarga kaya dengan keluarga miskin yang ada di Korea Selatan. Pada awal film akan disajikan gambaran Kim Ki Woo (Choi Woo Shik) dan keluarganya yang hidup dengan kemiskinan. Namun, kehidupan Kzi Woo mulai mendadak berubah pada saat mendapat pekerjaan sebagai guru privat bahasa Inggris untuk keluarga yang kaya raya.

Dari pekerjaannya tersebut, ia mulai seperti melihat kebahagiaan dari kehidupannya. Film ini menyajikan banyak adegan lucu dan menarik, namun dibalik itu ada pesan moral yang sangat mendalam bagi para penonton film ini. Maka dari itu, tentu kamu wajib menyaksikan salah satu film tersukses negeri tetangga kita ini.

15. The Devil All The Time (2020)

Salah satu film thriller terbaik yang wajib kamu tonton selama hidupmu adalah The Devil All The Time. FIlm yang disutradarai oleh Antonio Campos ini menampilkan para aktor papan atas seperti Tom Holland, Robert Pattinson, Bill Skarsgard, dan masih banyak lagi.

Film ini menceritakan tentang seorang anak muda yang harus bertemu dengan para pelaku kejahatan hina di kampung halamannya. Para orang jahat yang hina tersebut merupakan seorang psikopat yang gemar membuat film porno untuk kemudian pemerannya dibunuh sesukanya. Tidak hanya itu, salah satu dari mereka juga merupakan seorang pendeta yang melakukan pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur.

Suasana yang gloomy dari awal hingga akhir dipadukan dengan gambaran kebrutalan para tokoh antagonisnya dipastikan akan sangat memuaskan para pecinta film thriller.

ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

• Custom log
• Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
• Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
• Tersedia dalam platform Android dan IOS
• Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
• Laporan statistik lengkap
• Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Ten Years Later, Revisiting the Best Films of 2010

Ten years ago, I asked my friends and colleagues at Sound On Sight to vote on the best movies of 2010. What follows is the results from the article we published on December 26th, 2010.

****

It’s always tricky for our staff to choose their favourite films each year. Since we have contributors across the globe and because many movies have different release dates in various countries, there are always a few movies that not everyone on our team has the opportunity to watch. These films have a disadvantage. since half of the team can’t vote for them, and so sometimes there are one or two great films that just don’t make it in.

However, we believe that each and every year the eclectic mix of movies that appear on our list really does show how much ground we cover. On our list this year you will find three Canadian films, several genre films, a few foreign-language films, and even some mainstream fare.

Each critic submitted a list of their ten favourite films in order of preference. The first place film of every list will get ten points and so on until the tenth spot receives one point. In addition, each film gains an extra point for every list it appears on. We are extremely happy once again with our list and we strongly believe it is one of the best you will find online. We’ve totaled up the points and here are the results.

Also worth noting: In order to qualify, a movie must have been theatrically released in Canada in 2010. And in case you are wondering, Mother, Fish Tank, Une Prophete, REC[2], Wild Grass & Everyone Else were all included in last year’s list.

#30 – Splice

From the director of Cube comes a film about the terrors of messing with science. Adrian Brody and Sarah Polley star as two scientists who combine human and animal DNA in order to create a new being. However, the result is more than they bargained for. It looks to be a pretty fun little throwback to early horror films about the dangers of playing God, though the cast is stronger than a film of this nature would ordinarily be. It’s always interesting to see what experimental sci-fi horror shenanigans director Vincenzo Natali is involved with.

#29 – 127 Hours

How does one make a film about a man literally stuck in a rock?

In his follow-up to the immensely successful, Academy Award-winning Slumdog Millionaire, Danny Boyle brings out a tour-de-force performance from James Franco in a powerful and compelling story of one man’s will to survive. Based on the true story of mountain climber Aron Ralston’s (Franco) remarkable adventure to save himself after his right hand was crushed and trapped by a boulder during a freak accident in an isolated canyon in Utah, 127 Hours follows Ralston over the next five days as he examines his life and finds the courage to finally free himself by any means necessary. As for Franco, he has never been more alive than he is here in an extraordinary portrayal of the famed adventurer. For long stretches, it’s a one-man show, and Boyle helps stretch the actor’s extraordinary talents to their fullest. His transformation from confident and charming to emotions of shock, fear, anger, and heartbreak is remarkable and Oscar-worthy. Without diminishing the deep transcendentalist yearnings of its young hero, 127 Hours builds to a climax of profound human determination and profound physical pain offering inspiration, exasperation, and blunt realization in a true story of one young man’s will to survive. The Danny Boyle of the epidemic horror film 28 Days Later and the provocative and controversial Trainspotting gets his nerve back: the final 15 minutes of gut-wrenching terror is not easy on the eyes nor ears.

#28 – Carlos

Director Olivier Assayas’ five-plus hour Carlos, split into three parts is an exhilarating biography of Ilich Ramírez Sánchez, also known as “Carlos,” also known as “The Jackal.” The film impresses on any number of levels running through about a decade of history with the man proclaiming his intention to be a radical force for Palestine throughout France and England. Anchored by a performance by Édgar Ramírez (Che) as the titles character that easily ranks as one of the best (if not the best) of the year. This is the stuff of legend, Carlos is a remarkable epic-scale movie – a tremendously absorbing blend of history, journalism and drama. Not to be missed.

#27 – Buried

From the Saul Bass-inspired, cascading titles it’s evident that the master of suspense would be proud; one can quite clearly imagine an intrigued Hitchcock mining Buried’s foundations for all their anxious credentials. It is quite an achievement to craft a full 90 minutes of tense, nervous atmosphere from such a restrictive location, but Cortés manages to keep his camerawork fluid and engrossing, the tension ratchets up as the plot develops and an incremental understanding and sympathy for our blue-collar victim emerges – he was simply the wrong guy in the wrong place at the wrong time. The film makes some allusions to the alternate horrors of a corporately minded, out-sourced battle-field, and the dulcet tones of a voice cameo from Stephen Tobolowky should satisfy the cult movie crowd. It is the ingenuity of screenwriter Chris Sparling that keeps proceedings tunneling along, although one sequence seems a little contrived and serves as little more than padding to expand the film’s run-time. Buried evokes the Stephen King short stories of his Skeleton Crew era and their EC comic progenitors, in that it is a tight, compact tale of terror that deftly explores its congested criteria – given its proximity to some headline-making real-world horrors one assumes that this is a film that won’t be picking up a distribution deal in Chile.

#26 – The Loved Ones

Sean Byrne’s debut feature, The Loved Ones, crosses various horror touchstones, touching on teen angst, torture porn, melodrama and conventional slasher tropes. It’s a gore-filled shocker that goes for laughs by paying homage to the outlandish low-budget video nasties of the ’70s and ’80s, blending together Misery, Saw, Prom Night, The Evil Dead and Carrie. The fusion of these horror classics makes The Loved Ones one of the best offerings at this year’s film festivals. Bound to provoke reactions from more sensitive audience members, The Loves Ones is destined to become a cult fave. Leaving most viewers with their hands over their eyes and a smile grinning from ear to ear, this dark horse independent gem is a guaranteed wild and unforgettable ride.

#25 – A Serbian Film

Srpski Film (A Serbian Film) may just be the most controversial and disturbing movie ever made. The film that pivots around a scene of self-styled “newborn porn” was pulled from the schedule of London’s FrightFest film festival after Westminster council ruled it could not be shown in its uncut version, and later the BBFC also required multiple cuts to the DVD submission in order to get released. Even with all the cuts, the film will still get an ‘18’ rating. The film has had the Sound On Sight team divided all year long, either thinking it was one of the best films of the year, or one of the worse. The filmmakers have stated that A Serbian Film is intended as an allegory about Serbia itself, but our very own Justine Smith had a different opinion in her review from the Fantasia Film Fest screening. However, our very own Al Kratina stated in his review that, “A Serbian Film works only when interpreted as an agonized scream from a nation mauled by a recent history of war and genocide. Like anything else, the movie would be a tired exercise in forced shock.” We’ll let you decide which – that is, if you think you can stomach it.

#24- Wild Hunt

It’s been a great year for Canadian cinema, and The Wild Hunt is one of the best and strangest of the year. Social decay, crippling urbanism and rampant narcissism are ideas explored through LARPING (Live Action Role Playing for those of you not in the know). Wickedly funny, the film quickly spirals into a weird, barbaric Lord of the Flies scenario. When confronted with the choice, it seems most would rather return to the cruel feudalism of the past: society may have changed, but people haven’t. One of the most unexpectedly brutal film of the year, it reaches Shakespearean heights of emotion and violence. A medieval reenactment game turns into a Shakespearean tragedy when a non-player crashes the event to win back his girlfriend. First-time feature filmmaker Alexandre Franchi scooped up the prize for best Canadian first feature at TIFF and an audience award at Slamdance. Effective acting, assured direction and breathtaking cinematography by Claudine Sauve, make the low budget production worthy of your attention. Highly recommended for anyone looking for something fresh and original.

#23- Incendies

Canada’s submission to the Best Foreign Language Film category for this year’s Academy Awards comes in the shape of a rather atypical piece of Quebecois cinema – a mostly Arabic language war drama. Originating as a coup de foudre that director Denis Villeneuve had for Wadji Mouawad’s play of the same name, Villeneuve’s screen adaptation has been hailed as his best feature film to date. Insofar as Incendies is part of the Quebecois cinema landscape, it is a trailblazer. Eschewing the navel-gazing, parochial tendencies characterizing a good deal of local production, this France-Canada co-production stands out as a singular piece not only by virtue of Lubna Azabal’s incandescent performance, but by the scale of its ambition, faultless execution, and the haunting, seared destinies of its characters.

#22 – La Quattro Volte

The academic film magazine Sight & Sound has for recent years been charting the emergence of a so called ‘slow’ cinema on the world stage, a type of cinema exemplified by the likes of Bruno Dumont, Bela Tarr or Carlos Reygadas, a strand of film-making where the emphasis is not on the conventions of dialogue or characterization – or in some cases even a cursory interest in plot. These traditional facets are all being sacrificed on the altar of atmosphere, as very long takes of beautiful landscapes and evocatively lit interiors dominate run-times. La Quattro Volte certainly falls into this latter category, as the film has perhaps a half dozen words of dialogue which are not subtitled, and once the emphasis changes from the herdsman there are no characters at all to speak of, although in a curious way a process of anthropomorphism takes hold in the viewer as the animals and eventually minerals seem to take on an animated life of their own. It may sound trite, but the cycle of life is here in this visual tone poem, a film certainly not for everyone that evokes a sense of Kiarostami or Bresson’s Au Hasard Balthazar in its unusual format and structure.

#21 - Paman Boonmee yang bisa mengingat kehidupan masa lalunya

Meskipun seringkali sulit diuraikan, kecepatan yang tenang dan sentuhan lembut film terbaru Apichatpong Weerasethakul, & NBSP; Paman Boonmee yang dapat mengingat kehidupan masa lalunya, membuat pengalaman film spiritual dan meditatif tidak seperti yang lain. Film ini sebagian besar menipu, dan hampir tidak mungkin untuk memahami semua yang ditawarkannya dalam satu tontonan. Kelangkaan sinematik, ini akan menjadi film yang akan dibahas selama bertahun -tahun yang akan datang dengan kehangatan khusus yang disediakan untuk film yang menyentuh dan mengubah semua yang bersedia membuka hati dan jiwa mereka terhadap pengaruhnya.

#20 - Valhalla Rising

Nicolas Winding Refn, yang membuat yang diremehkan & nbsp; Bronson & nbsp; di Inggris dan seri yang mencolok & nbsp; Pusher & nbsp; di Denmark menciptakan saga Viking yang brutal, namun bijaksana, kembali. Hibrida Malick/Jodorowsky ini adalah salah satu film terbaik dalam memori baru-baru ini. Fotografi digitalnya yang menakjubkan melintasi lanskap yang suram dan dunia lain dan skor elektronik atmosfer membuat nada seperti film lainnya tahun ini. Ada kultus tengah malam di sini bagi mereka yang merindukan satu. & Nbsp; Valhalla Rising & nbsp; menegaskan Refn sebagai salah satu sutradara paling menarik yang bekerja saat ini.

#19 - Ikan Dingin

Unflinching dan Unconscionable, & nbsp; Cold Fish & Nbsp; adalah komedi hitam dengan nada obsidian, tindakan penyeimbang yang aneh dari humor yang keterlaluan dan gore tanpa fathomless. Ikon agama licik mengacaukan layar dan daya tarik fetisistik dari karya Sono sebelumnya terlihat, semuanya terbungkus dalam analisis atipikal kegilaan dan neurosis yang ia unggul. Meskipun tidak sama dengan waktu lari mati rasa dari film Sono sebelumnya - & nbsp; paparan cinta & nbsp; berlari selama empat jam yang melelahkan, sementara & nbsp; fish cold & nbsp; jam dua setengah - film ini tidak terasa sulit atau belang Dengan kasar bergerak menuju penghentiannya yang mengejutkan. Denden dengan jelas pahlawan film, mengendarai Shamoto yang lemah lembut untuk memenuhi kewajiban maskulinnya yang ditegakkan oleh masyarakat, untuk menyesuaikan diri dengan status quo dan mengendalikan istrinya yang jauh dan putrinya yang memberontak. Dalam setengah jam terakhirnya, film ini turun ke karnaval Charnel House dengan topan usus gelatin yang ceroboh meledak di layar, sebuah detritus merah tua yang akan memancing terengah -engah dan tertawa dalam ukuran yang sama. Kontroversial namun terkontrol, & nbsp; Cold Fish & nbsp; adalah contoh yang baik dari bioskop dunia yang menantang, dan dengan adaptasi yang direncanakan dari buku & nbsp; Lords of Chaos & nbsp; dalam karya, Sono terbukti menjadi talenta yang luar biasa untuk ditonton.

#18 - We Are What We Are (Somos Lo Que Hay)

Dengan cara yang sama, & nbsp; Biarkan yang benar di & nbsp; menciptakan kembali merek vampir dan & nbsp; [rec] & nbsp; letakkan sentuhan cerdas pada film epidemi /zombie, & nbsp; kita adalah apa yang kita & nbsp; menghidupkan kembali genre kanibal dengan emosi yang emosi Potret keluarga yang terikat oleh rahasia yang mengerikan dan didorong oleh selera yang mengerikan. Tidak seperti kebanyakan film kanibal, & nbsp; kami adalah apa yang kami & nbsp; hindari pilihan mudah gore berlebihan, kekerasan grafis, seks dan tawa murah untuk menciptakan drama yang sangat mengharukan dengan sesendok komedi hitam dan porsi horor yang sehat. Ini adalah film yang membakar lambat dengan suasana yang meliuk-liuk yang kadang-kadang membuat Anda merasa tidak nyaman dan di lain waktu tertawa. Untuk setiap momen pertumpahan darah (yang sangat sedikit), ada seluk -beluk dan kejutan yang melampaui genre yang kelelahan ini. Meskipun kekerasan itu tidak sedekat dengan brutal seperti film kanibal akhir tahun 70-an atau awal tahun 80-an, & nbsp; kita adalah apa yang & nbsp; belum melupakan akarnya, memberikan pertumpahan darah yang cukup untuk mengecewakan penonton film arus utama. Ini juga memberi kita momen -momen warna yang bagus dan kecil untuk karakter, dialog pendek tapi pintar, dan banyak ruang untuk pengembangan. Sutradara Jorge Michel Grau (yang juga menulis naskah) memunculkan salah satu cerita horor bertema keluarga terbaik, paling imajinatif, dan resonansi hingga saat ini.

#17 - orang Amerika

Penggemar aksi dan penggemar George Clooney mungkin tidak siap untuk & nbsp; orang Amerika, yang, meskipun pemasarannya sebagai film thriller slam-bang, sebenarnya lebih dekat dalam semangat dengan tarif arthouse euro, dan menampilkan Clooney dalam "dikosongkan" penuh "dikosongkan" mode. (Yang paling digambarkan sebagai drama merenung yang sedikit dibumbui dengan kekerasan.) Film Anton Corbijn, tindak lanjutnya terhadap biopik Ian Curtis yang dipuji & kontrol, & nbsp; Sifat kerajinan yang luar biasa dari karyanya.

#16 - Never Let Me Go

Dalam lima tahun sejak nominasi Booker Prize -nya, novel Kazuo Ishiguro & nbsp; Never Let Me Go & Nbsp; telah mengumpulkan kader penggemar yang setia yang diam -diam diyakinkan bahwa meskipun ada perekrutan sutradara Amerika - Mark Romanek - untuk membawa favorit sastra ini ke Big Big Screen, akan mempertahankan rasa Inggris klasiknya dengan melemparkan tiga bakat akting paling menjanjikan di Inggris, dengan adaptasi dari penulis skenario lokal Alex Garland dan medan penembakan asli Sussex, Sommerset dan Surrey. Dengan kualitas budaya ini dalam pikiran, tidak mengherankan untuk melihat & nbsp; Never Let Me Go & nbsp; dipilih sebagai fitur gala pembukaan dari Festival Film London ke -54, karena para kurator mencari pernikahan bergengsi antara kualitas sastra dan konstitusi asli, sementara itu tentu saja tidak ada dalam Vena teh sore atau bunyi willow yang meyakinkan pada kulit & nbsp; Never Let Me Go & nbsp; apakah mempertahankan kepribadian Anglikan asli, terutama ketika seseorang mempertimbangkan bagaimana kata bahasa Inggris adalah sepupu leksikografi yang dekat dengan kata kesedihan.

#15- True Grit & NBSP;

Seperti yang bisa diharapkan, film ini berakting indah, dan meskipun jelas dilemparkan untuk tipe, setiap pertunjukan menawarkan momen mendalam dan terkejut yang tak terduga. Meskipun tidak pada level yang sama dengan karya terbaik Coens, itu adalah film yang hebat dan salah satu yang terbaik tahun ini. Ini berbicara untuk kualitas luar biasa dari output mereka bahwa ini tidak peringkat di antara beberapa film teratas mereka, karena banyak pembuat film hanya berharap untuk membuat film setengah sebagus ini. Coens sekali lagi menunjukkan mengapa mereka termasuk di antara sedikit pembuat film Amerika yang layak diantisipasi dan mereka hampir tidak mengecewakan.

#14 - Greenberg

Noah Baumbach telah membuat film lain seolah -olah tentang orang kulit putih yang sedih, tetapi yang dia tunjukkan kepada kita hanyalah manusia biasa. Ini tentang bagaimana kita berubah atau tidak ketika dunia berubah di sekitar kita. Ini tentang bagaimana kita bereaksi terhadap kelembutan, dan bagaimana kita memandang atau tidak memandang, diri kita sendiri di saat -saat itu. Roger dan Florence bukan pahlawan dan mereka jelas bukan panutan; Mereka adalah citra yang mengerikan tentang kesepian dan ketidakmampuan mental. Dan & nbsp; Greenberg bukan film tentang pertumbuhan atau cinta atau tujuan - ini adalah film tentang cacat, terluka, orang.

#13- Toy Story 3

Disney & nbsp; Toy Story 3 & Nbsp; melewati tanda $ 1 miliar di box office musim panas ini menjadikannya film animasi terlaris sepanjang masa. Film ini adalah film animasi pertama yang memecahkan ambang batas dan hanya keseluruhan ketujuh. Dan, dengan keberhasilan Alice in Wonderland awal tahun ini, Disney telah menjadi studio pertama yang merilis grosser dua miliar dolar pada tahun yang sama. Disney hanya memiliki dua nominasi 'gambar terbaik' yang pernah ada, tahun 1991 & nbsp; Beauty and the Beast & nbsp; sebelum kategori animasi terpisah didirikan dan tahun lalu dengan Pixar's & nbsp; Up, pertama kali ada sepuluh nominasi, bukan lima sejak 1943. Disney adalah satu -satunya studio besar yang tidak pernah memenangkan gambar terbaik Oscar. Mungkin & nbsp; Toy Story 3 & nbsp; dapat mengubah ini.

#12 - Dogtooth (Kynodontas)

Penting untuk dicatat bahwa & nbsp; dogtooth & nbsp; masuk dalam daftar sepuluh teratas kami pada tahun 2009 di nomor 3. Kami memiliki kontributor di seluruh dunia dan karena film dirilis pada waktu yang berbeda (kadang -kadang tahun yang berbeda) tidak semua orang memiliki kesempatan untuk menonton film tahun lalu . Ini agak menakjubkan & nbsp; dogtooth & nbsp; masuk ke dalam daftar "terbaik" kami dua tahun berturut -turut mengingat suara dibagi oleh staf kami dari kedua tahun. Dipenuhi dengan mereknya sendiri realisme yang hiper-stilisasi, & nbsp; dogtooth & nbsp; terasa begitu keluar dari dunia ini sehingga hampir tidak mungkin dijabarkan. Pemenang & nbsp; prix untwear & nbsp; di & nbsp; 2009 Cannes Film Festival, film Yunani dipelintir dan cukup aneh sehingga komedi absurd dari Todd Solondz tampaknya jernih dengan perbandingan. & NBSP; Dogtooth & nbsp; bukan untuk semua selera, dan di perbandingan. Berkali -kali bisa sangat tidak menyenangkan untuk ditonton, terutama ketika itu memperlihatkan arus seksual yang aneh dalam kehidupan keluarga. Menjilati adalah pengganti pelukan dan film ini dibumbui dengan situasi seksual yang aneh, beberapa lucu, semuanya mengganggu. Bahkan selain dari seksualitas, kehidupan rumah keluarga hanya dapat digambarkan sebagai aneh. Kucing adalah makhluk alien yang harus dihancurkan dengan gunting taman, dan menampilkan kembali koreografi tari di & nbsp; flashdance & nbsp; diterima di meja makan. Kadang -kadang film ini sangat grafis, dengan kumpulan darah menetes dari bingkai, dan adegan yang paling digambarkan sebagai pornografi.

#11 - Castaway on the Moon

Menjadi seperti gambaran pulau yang sepi, Anda akan berpikir & nbsp; caster di bulan & nbsp; akan tampak turunan dari pekerjaan sebelumnya-dan saat mengambil beberapa pengaruh dari Robert Zemeckis '& nbsp; dibuang & nbsp; dan pen-ek ratanaruang & nbsp; kehidupan terakhir di dalam kehidupan terakhir di dalam kehidupan terakhir di dalam kehidupan terakhir & pen-ek ratanaruang & nbsp; Semesta, & nbsp; Castaway on the Moon & nbsp; menawarkan sesuatu yang jelas -jelas orisinal: kisah pulau yang sepi tentang seorang pria yang tidak benar -benar sepi sama sekali. & Nbsp; Castaway on the Moon & nbsp; adalah bagian yang luar biasa dari pembuatan film - menarik, pintar, dan Benar -benar orisinal tetapi yang lebih penting ia berhasil menghibur sambil memberikan pengamatan pada masyarakat, sifat, tekad, pilihan, isolasi, persahabatan, kemampuan, dan banyak lagi.

#10 - biarkan saya masuk

Berdasarkan novel Swedia terlaris Let the Right One in oleh John Ajvide Lindqvist, dan film yang sangat terkenal dengan nama yang sama, & nbsp; Biarkan saya di & nbsp; adalah film thriller yang menghantui, provokatif dan dalam banyak hal lebih baik daripada yang asli . Meskipun awalnya dipatok sebagai visi mereka sendiri tentang novella, jelas bahwa sutradara Matt Reeves telah meniru rasa gaya Alfredson yang khas dan memandang adaptasinya untuk inspirasi visual. Reeves mengambil langkah yang berani dan kritis dalam menembak remake yang hampir ditembak dari film vampir Swedia. Tetapi dengan menyuntikkan keahliannya sendiri, ia menemukan cara untuk mengeraskannya dengan sedikit lebih banyak emosi dan rasa. Tekanan dalam mengadaptasi cerita atau membuat ulang film adalah bahwa para pembuat film sudah memiliki pola dasar yang akan dibandingkan semua orang. Beberapa orang tidak akan mau mengundang film ini, tetapi mereka yang melakukannya akan dihargai. & Nbsp; izinkan saya masuk & nbsp; adalah film yang mencapai prestasi langka yang tetap setia pada materi sumbernya sambil muncul sebagai karya yang sangat berprestasi dalam dirinya sendiri Baik.

#9 - lubang kelinci

Membuat perubahan besar dari kecepatan, sutradara John Cameron Mitchell beralih dari profil karakter eksentrik yang dihuni & nbsp; hedwig & inch & nbsp; dan & nbsp; shortbus & nbsp; dengan & nbsp; lubang kelinci, & nbsp; dan memberikan film yang kuat secara emosional tentang pasangan yang berurusan dengan itu yang menangani The Coupsing the The Coupsing the The Coupping the The Coupsing the The Couppe The The Coupsing The The Coupsing The The Coupsing the The Couppe The The The Couppeor The The COURNING THE the the COURNING THE the The COUBLY Kematian putra mereka yang masih kecil. Mitchell memiliki kepastian sebagai sutradara, memberikan tangan yang mantap dan gaya sederhana untuk proses dengan melangkah mundur dan membiarkan cerita dan aktor bersinar. Dia memiliki bakat untuk menarik kita langsung ke dalam kehidupan karakternya dan membuat kita merasakan apa yang mereka rasakan. Ini adalah jenis gambaran hubungan yang tertahan dan dalam manusia yang telah lama dilupakan Hollywood. Mitchell telah membuat film di mana segala sesuatu terasa organik dan menyerang tindakan penyeimbangan yang luar biasa efektif antara ketulusan dan empati yang diperoleh dengan baik.

#8 - Monster

Monsters & nbsp; telah dikelilingi sebagai tahun ini & NBSP; Distrik 9, perbandingan yang agak malas seperti meskipun mereka berbagi estetika yang sama, film ini jauh lebih merupakan karya pendamping untuk Duncan Jones yang diakui serupa & NBSP; Moon & NBSP; dari tahun lalu. Sementara & nbsp; Distrik 9 & nbsp; adalah contoh yang solid dan menghibur dari rekayasa genre meskipun pesan anti-rasisme yang mengguncang, & nbsp; monster & nbsp; -kasir. Film yang secara konsisten mengejutkan dan lincah ini mempertahankan rasa keajaiban dan misteri yang tulus karena tidak selalu menjadi monster-mash yang ramah fanboy bahwa pemasarannya yang menyesatkan mungkin membuat Anda percaya.

#7 - Marwencol

Salah satu film inspirasional yang lebih benar -benar di sini adalah & nbsp; Marwencol, kisah seniman yang tidak disengaja Mark Hogencamp. Setelah menjadi sasaran dan dipukuli di luar klub suatu malam, Hogencamp keluar dari koma dengan kerusakan fisik dan mental yang parah. Upaya pribadinya untuk memulihkan diri adalah membangun reproduksi skala 1/6 dari kota era Perang Dunia II kecil di halaman belakang rumahnya, dijuluki Marwencol, dan memotret kejadian kota itu. Setelah bertahun-tahun membangun dan bercerita sendiri, fotonya akhirnya terlihat di luar sekelompok kecil orang kepercayaan, dan ia ditawari pertunjukan galeri.

#6- Tulang Musim Dingin

Sebuah kesayangan kritis sejak debut Sundance, fitur kedua Debra Granik (mengikuti drama kecanduan narkoba yang menyentuh & nbsp; turun ke tulang) memperkuatnya, bersama dengan Kelly Reichardt dan Andrea Arnold, sebagai salah satu sutradara wanita paling terampil di abad baru. & nbsp; Winter's Bone & Nbsp; adalah kemenangan asli, film yang hebat dengan pertunjukan yang mencengangkan, dan Jennifer Lawrence memberikan belokan yang menggugah dalam peran yang sekali dari seumur hidup. Kisah tangguh tentang kelangsungan hidup di lingkungan yang keras terus tumbuh dalam ingatan berbulan -bulan setelah pertama kali terlihat yang selalu merupakan tanda sesuatu yang hebat.

#5 – Exit Through The Gift Shop

In Orson Welles’ sleight-of-hand manifesto F for Fake, the notoriously puckish writer-director took on the notion of “expertise” – ostensibly in the world of high-class art, but really as a general concept, as a way of subtly lashing out at his detractors, as well as repositioning the very concept of moviemaking as a kind of fakery in and of itself. The movie worked both as an evocative cinematic essay and as a lovingly biased take on artistic credibility. While renowned UK street artist Banksy’s film debut Exit Through the Gift Shop isn’t on the same level as Welles’ masterpiece, Fake works as a useful reference point for the way in which Gift Shop slyly deceives the audience through misdirection before showing its true colors as a formal art prank with an axe to grind.

#4 – Scott Pilgrim vs. The World

Edgar Wright’s wildly innovative film adaptation of Bryan Lee O’Malley’s series of graphic novels should more than satisfy fanboys while engaging adventurous newcomers. Wright does a terrific job establishing and adhering to the tone of the book while providing a faithful adaptation of O’Malley’s six-part series. While other comic book adaptions have failed when translating to the medium, Scott Pilgrim overachieves in what it sets out to do. A bold exercise in the liberation of movie conventions, Pilgrim is a mash-up of a comic-book movie that dares you to dive into its chaos. Pilgrim boats an enormous burst of imagination – a unique and totally original work of art that still finds ways to channel moments of the humanity and humour present in O’Malley’s work. Its outer shell may be a comic book/video game hybrid movie but Pilgrim is really a tender, smart and subtle coming of age flick that doesn’t focus on love but a shallow twenty-something romance. While most Hollywood teenage movies give us troubled youths and earthshaking-life-changing revelations, Scott Pilgrim presents us with the everyday simplicities and past times of today’s youth, throwing it all into a blender and pouring out one audacious, irresistible piece of pure entertainment. Like The Breakfast Club, Scott Pilgrim is a generational milestone that seems destined to be a film whose impact is measured in years to come.

#3 – Inception

Many will question Nolan’s need for having quite so many rules and restrictions for the film’s version of the subconscious, and by extension, the film’s occasionally tiresome opening stretch. While Nolan’s screenplay (his first since Memento) could certainly use some streamlining in that regard, and some of the plot mechanics feel extraneous (totems?), the sluggishness isn’t a deal-breaker considering the brisk pacing of the rest of the film. Like all of Nolan’s work, it’s the commitment you’ll just have to make in order to be effectively immersed. “Critic-proof” is a term usually thrown at hacks and “audience-friendly” studio pawns, but Nolan’s works occupy a different definition of “critic-proof:” you see Inception (or The Prestige, or Memento, or Insomnia), and his ideas either “take,” or they don’t – but going in with the willingness to be awed certainly helps.

The comparisons to Citizen Kane and other similar “rise to the top” filmic narratives are not entirely unwarranted, at least on a thematic level Fincher’s film seems to be a natural progression of their ideas brought into the computer age. How the film departs from these original models is most revealing of a contemporary relationship and perception of success. In many ways, few things have changed. We still understand, or more accurately “value” the idea that money cannot buy happiness. Similarly, we enjoy watching industry giants fall; it is strangely cathartic to watch those who are better off or somehow more successful “equalized”. Not that Zuckerberg really falls, Facebook is more successful than ever, but some kind of moral reckoning already seems to have been passed on his success. It is how we so keenly forgo personal responsibility and freedoms to corporate powers that has completely changed the landscape of contemporary success stories. This is not only true for a millions of people registered with Facebook, but for Zuckerberg himself.

#1 – Black Swan

Darren Aronofsky does not have a medium setting. However one might feel about any of these films – from the agitated anti-drug parable Requiem for a Dream to the time-bending metaphysical sci-fi mini-epic The Fountain to working-man’s tragedy The Wrestler – it’s difficult to argue that he holds back in any respect. Black Swan acts as a sort of greatest-hits of Aronofsky’s past pet themes – contorted bodies (Requiem), pathological obsession (Pi), and the transformational/destructive properties of the performing arts (Wrestler), but in execution it takes a bold leap in a different direction, throwing caution to the wind and delivering an over-the-top, consistently heightened, and gloriously insane film that isn’t afraid to skirt with the ridiculous in order to engage with its high-art milieu and troubled central figure.

Baik melodrama Freudian yang dalam dan mimpi buruk tubuh-horor, & nbsp; Black Swan & nbsp; sama sekali tidak halus. Itu tidak menyenangkan tidak benar -benar mengejutkan penonton dengan tikungan naratif - dalam lima menit pertama, tidak ada banyak dugaan ke mana arah ini semua menuju - tetapi seberapa jauh di atas Aronofsky yang bersedia mendorong para pemain dan materi. Di mana & nbsp; pegulat & nbsp; menjauhkan diri dari sandiwara gulat untuk memberikan nuansa di belakang layar yang jernih, & nbsp; angsa hitam & nbsp; merangkul rasa distorsi yang melekat pada balet dan menikahinya dengan tekanan kinerja; Garis pemisah antara subjek dan pemain terhapus. Efek suara yang memuakkan dan contortions tubuh yang mengotori film sama -sama mungkin timbul dari pendaratan yang salah karena mereka berasal dari visi yang disiksa Nina.

****

Ditulis oleh Ricky D, Simon Howell, Al Kratina, Justine Smith, Detroit Burns, Derek Gladu, John McEntee, Eric Mendoza, Eduardo Lucatero, James Merolla, Al White, Emmet Duff, Erin Vandzura, Dave Robson, Joshua Youngman, Chris Clemente

Apa 10 film teratas di tahun 2008?

Apa film terbaik 2010 2020?

Apa 10 film teratas di tahun 2009?

Apa 10 film teratas di tahun 2008?