Majas adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menggambarkan sesuatu dengan cara menyamakan dengan sesuatu yang lain. Majas digunakan untuk memperindah suatu bacaan dan menciptakan kesan imajinatif bagi pembacanya. Majas yang banyak digunakan pada teks deskripsi diantaranya adalah sebagai berikut:
Berikut adalah analisis kutipan teks di atas. Dalam kutipan teks di atas terdapat kalimat, "Ia bergoyang menari ditiup sepoi-sepoi angin pagi." Kalimat tersebut merupakan majas personifikasi karena kata ia yang mengacu pada bunga matahari digambarkan bergoyang seperti manusia.
Kutipan cerpen berikut untuk soal nomor 10—13. Bi Enoi, seorang perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga. 1)Setiap pagi, ia akan menggenjot sepedanya, menembus kabut dan udara pagi yang mengecup sumsum. 2)Sudah hampir lima tahun ia menyadap karet sendirian. 3)Perkaranya sudah basi sekali, kelima anaknya perempuan semua. 4)Lalu, Kuwar, suaminya yang berbadan tegap dengan kulit kuning langsat dan wajah rupawan itu, meninggalkannya dan kelima anaknya. Tak ada yang bisa dilakukan Bi Enoi selain banting tulang untuk menghidupi kelima anaknya. Kelima anak gadisnya tumbuh besar, sedangkan ia kering kerontang dalam malam-malam yang mencucuk kulit di tepi Sungai Lematang ini.
Penggunaan gaya bahasa dalam kutipan cerpen tersebut terdapat pada kalimat angka . . . .
Liputan6.com, Jakarta Macam-macam gaya bahasa biasanya digunakan tergantung situasi dan kondisi. Gaya bahasa atau biasa disebut majas ini digunakan untuk menyampaikan pesan dengan cara yang imajinatif, atau berupa kiasan. Karena itu, majas biasanya memiliki sifat kiasan atau bukan makna sebenarnya.
Majas sendiri merupakan jenis kalimat yang cukup sering digunakan dalam Bahasa Indonesia. Penggunaan macam-macam gaya bahasa ini mempunyai tujuan agar para pembaca dapat merasakan berbagai efek emosional dalam suatu cerita. Macam-macam gaya bahasa digunakan dalam karya sastra untuk membuat sebuah tulisan semakin menarik. Dengan begitu, pembaca tidak akan bosan dan semakin tertarik membaca sebuah cerita. Bisa dikatakan bahwa gaya bahasa atau majas merupakan jiwa dalam suatu karya tulis. Ada berbagai jenis majas yang biasa digunakan. Secara garis besar, macam-macam gaya bahasa dibagi menjadi empat, yaitu: gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa pertentangan, gaya bahasa sindiran, dan gaya bahasa penegasan. Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (15/8/2019) tentang macam-macam gaya bahasa Scroll down untuk melanjutkan membaca Macam-Macam Gaya Bahasa (Ilustrasi: Humane Pursuits) Macam-macam gaya bahasa yang pertama adalah gaya bahasa perbandingan. Gaya bahasa atau majas perbandingan digunakan dengan membandingkan atau menyandingkan suatu objek dengan objek yang lainnya, yakni melalui proses penyamaan, pelebihan, atau penggantian. Berikut pembagian macam-macam gaya bahasa perbandingan: Personifikasi Majas Personifikasi menggantikan fungsi benda mati menjadi dapat bersikap layaknya manusia. Contoh Majas: Angin malam telah melarang aku ke luar. Metafora Majas Metafora yaitu meletakkan sebuah objek yang bersifat sama dengan pesan yang ingin disampaikan dalam bentuk ungkapan. Contoh: Usahanya bangkrut karena memiliki hutang dengan lintah darat. Asosiasi Majas Asosiasi adalah membandingkan dua objek yang berbeda namun dianggap sama, dengan pemberian kata sambung bak, bagaikan, seperti. Contoh: Wajahnya bak mentari pagi yang cerah. Eufemisme Eufemisme adalah gaya bahasa yang mengganti kata-kata yang dianggap kurang baik dengan padanan yang lebih halus. Contoh: Karena terjerat kasus korupsi, ia harus dihadapkan di meja hijau. Scroll down untuk melanjutkan membaca Metonimia Metonimia adalah menyandingkan merek atau istilah sesuatu untuk merujuk pada benda umum. Contoh: Ayo kita pergi naik Honda. Honda di sini maksudnya sepeda motor. Honda adalah sebuah merek sepeda motor. Simile Simile juga menggunakan kata penghubung bak, bagaikan, ataupun seperti. Namun, simile menyandingkan sebuah kegiatan dengan ungkapan. Contoh: Kelakuannya bagaikan anak ayam kehilangan induknya. Alegori Alegori adalah menyandingkan suatu objek dengan kata-kata kiasan. Contoh: Di dalam perlombaan memenangkan hati, jurinya adalah perasaan. Sinekdok Sinekdok dibagi menjadi dua, yaitu pars pro toto dan totem pro parte. Sinekdok pars pro toto merupakan gaya bahasa yang menyebutkan sebagian unsur untuk menampilkan keseluruhan sebuah benda. Sementara itu, sinekdok totem pro parte adalah kebalikannya, yaitu gaya bahasa yang menampilkan keseluruhan untuk merujuk pada sebagian benda atau situasi. Contoh: Pars pro Toto: Hingga bel berbunyi, batang hidung Reni belum juga kelihatan. Totem pro Parte: Indonesia berhasil menjuarai All England hingga delapan kali berturut-turut. Simbolik Majas simbolik adalah gaya bahasa yang membandingkan manusia dengan sikap makhluk hidup lainnya dalam ungkapan. Contoh: Perempuan itu memang jinak-jinak merpati. Scroll down untuk melanjutkan membaca Gaya Bahasa Sindiran / Sumber: iStockphoto Macam-macam gaya bahasa berikutnya adalah gaya bahasa sindiran. Sesuai dengan namanya, gaya bahasa atau majas ini bertujuan untuk menyindir seseorang atau perilaku hingga kondisi tertentu. Berikut pembagian macam-macam gaya bahasa sindiran: Ironi Ironi menggunakan kata-kata yang bertentangan dengan fakta yang ada. Contoh: Rapi sekali kamarmu sampai sulit untuk mencari bagian kasur yang bisa ditiduri. Sinisme Sinisme adalah menyampaikan sindiran secara langsung. Contoh: Kotor sekali kamarmu sampai debu debu bertebaran di mana -mana. Sarkasme Sarkasme adalah menyampaikan sindiran secara kasar. Contoh: Dia hanyalah sampah masyarakat yang tak berguna! Scroll down untuk melanjutkan membaca ilustrasi membaca buku (iStockphoto) Macam-macam gaya bahasa selanjutnya adalah, gaya bahasa pertentangan. Gaya bahasa pertentangan merupakan suatu bentuk gaya bahasa dengan kata-kata kiasan yang bertentangan dengan yang dimaksudkan sesungguhnya. Berikut beberapa jenis dari macam-macam gaya bahasa pertentangan: Hiperbola Majas hiperbola yaitu mengungkapkan sesuatu dengan kesan berlebihan, bahkan hampir tidak masuk akal. Contoh: Wajahnya benar-benar mengalihkan duniaku Litotes Berkebalikan dengan hiperbola yang lebih ke arah perbandingan, litotes merupakan ungkapan untuk merendahkan diri, meskipun kenyataan yang sebenarnya adalah yang sebaliknya. Contoh: Selamat datang ke gubuk kami ini. Gubuk memiliki artian sebagai rumah. Paradoks Paradoks adalah membandingkan situasi asli dengan situasi yang berkebalikannya. Contoh: Dia tersenyum, meski hatinya sedih karena ditinggal sang kekasih. Antitesis Antitesis adalah memadukan pasangan kata yang artinya bertentangan. Contoh: Orang akan menilai baik buruk diri kita dari sikap kita kepada mereka. Kontradiksi Interminis Kontradiksi interminis adalah majas yang menyangkal ujaran yang telah dipaparkan sebelumnya. Biasanya diikuti dengan konjungsi, seperti kecuali atau hanya saja. Contoh: Semua masyarakat semakin sejahtera, kecuali mereka yang berada di perbatasan. Scroll down untuk melanjutkan membaca ilustrasi membaca buku (iStockphoto) Gaya Bahasa penegasan adalah macam-macam gaya bahasa yang bertujuan untuk meningkatkan pengaruh kepada para pembaca atau pendengarnya agar menyetujui ujaran atau kejadian yang diungkapkan. Begini macam-macam gaya bahasa penegasan: Pleonasme Pleonasme menggunakan kata-kata yang bermakna sama sehingga terkesan tidak efektif, namun memang sengaja untuk menegaskan suatu hal. Contoh: Kita harus maju ke depan agar bisa menjelaskan pada teman sekelas. Maju tentunya selalu ke depan. Repetisi Gaya bahasa repetisi mengulang kata-kata dalam sebuah kalimat. Contoh: Di tempat ini aku pertama kali bertemu dengannya, di tempat ini aku berkenalan, di tempat ini aku selalu menunggunya, di tempat ini pula ia meninggalkanku. Retorika Retorika yaitu memberikan penegasan dalam bentuk kalimat tanya yang tidak perlu dijawab. Contoh: Kapan Aku pernah memintamu untuk membohongiku? Scroll down untuk melanjutkan membaca Klimaks Klimaks yaitu mengurutkan sesuatu dari tingkatan rendah ke tinggi. Contoh: Bayi, anak kecil, remaja, orang dewasa, hingga orang tua seharusnya memiliki kehidupan yang sejahtera. Antiklimaks Kebalikan klimaks, gaya bahasa antiklimaks menegaskan sesuatu dengan mengurutkan suatu tingkatan dari tinggi ke rendah. Contoh: Tua, muda, juga anak-anak punya hak yang sama untuk bahagia. Pararelisme Gaya bahasa ini sering terdapat dalam puisi, yaitu mengulang-ulang sebuah kata dalam berbagai definisi yang berbeda. Jika pengulangannya ada di awal, disebut sebagai anafora. Namun, jika kata yang diulang ada di bagian akhir kalimat, disebut sebagai epifora. Contoh majas: Sayang itu sabar. Sayang itu lemah lembut. Sayang itu memaafkan. Tautologi Tautologi adalah menggunakan kata-kata bersinonim untuk menegaskan sebuah kondisi atau ujaran. Contoh: Dia adalah gadis yang penuh dengan kasih, sayang, dan cinta. Lanjutkan Membaca ↓ |