Hal apa yang anda pelajari dari proses merefleksikan visi misi

Hal apa yang anda pelajari dari proses merefleksikan visi misi

Oleh : A.A Istri Agung Trisnawati, S.Si., M.Pd

Widyaiswara Ahli Muda Bapelkes Provinsi NTB

Hal apa yang anda pelajari dari proses merefleksikan visi misi
Perlukah sesi refleksi pada suatu pendidikan dan pelatihan?Jika perlu, bagaimana, kapan dan siapa melakukan refleksi? Kemampuan pengendali diklat dalam mengendalikan suatu proses pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas pesertasangat menentukan pencapaian tujuan diklat.   Salah satu kegiatan pembelajaran dalam  diklat adalah sesi refleksi. Kemenkes RI (2012:33) menyatakan, refleksi adalah satu  dari dua kegiatan yang perlu diperhatikan dan dilakukan oleh seorang pengendali diklat selain kegiatan Building Learning Commitment (BLC).Refleksi merupakan kegiatan pemantauan diklat dalam bentuk penilaian tertulis maupun lisan oleh peserta diklat berisi ungkapan kesan, pesan,  harapan,  kritik membangun atas pembelajaran dan rangkuman materi pembelajaran yang telah diterima serta informasi positif tentang sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai. Artikel Lengkap Klik Download

Hal apa yang anda pelajari dari proses merefleksikan visi misi

Hal apa yang anda pelajari dari proses merefleksikan visi misi

Hal apa yang anda pelajari dari proses merefleksikan visi misi

Refleksi adalah jembatan yang diperlukan dalam proses pembelajaran yang terjadi saat seorang peserta diklat dilibatkan dalam pengalaman belajar.Bahasa yang paling sederhana dan mudah dipahami adalah refleksi ini sangat mirip dengan curhatan peserta terhadap materi, fasilitator, pelayanan panitia  penyelenggara ataupun sesama peserta tentang hal-hal yang dialami dalam kelas sejak dimulai hingga berakhirnya pembelajaran.Pernyataan tersebut diperkuat oleh Kemenkes RI (2013:32),  refleksi dipandu  oleh pengendali diklat dan atau fasilitator setiap hari sebelum pembelajaran dimulai yang dilaksanakan dengan menerapkan prinsip-prinsip  pembelajaran   orang  dewasa. Refleksi merupakan wadah yang tepat dalam menjalin komunikasi positif antara peserta dengan unsur komponen diklat.Refleksi dilakukan perorangan jika pelaksanaan pelatihan ≤ 300 Jam Pelajaran (JPL),  dilakukan oleh kelompok jika pelatihan ≥ 300JPL. Biasanya refleksi berlangsung selama 15-30 menit, namun untuk tujuan pembelajaran tertentu proses refleksi bisa jauh lebih lama dari itu(Suryandaru, 2013).Pernyataan di atas adalah keadaan ideal yang diinginkan, bagaimanakah  penerapannya oleh fasilitator atau widyaiswara yang bertugas sebagai seorang pengendali diklat dan bagaimanakah refleksi yang diharapkan oleh peserta diklat? Pembahasan selanjutnya akan mengupas tentang hal tersebut. Artikel Lengkap Klik Download

Mengawali tahun baru Hijriah dengan resolusi-resolusi yang menjadi target setiap individu dalam membuka lembaran baru. Kerap kita dengar salah satu proverb dalam bahasa Inggris; man proposes, God disposes;  sesuai dalam Longman Dictionary yang berarti; manusia hanya bisa merencanakan, tetapi untuk keberhasilan misi tersebut, Sang Pencipta menjadi penentunya. Dan pastinya ikhtiar untuk mewujudkan rencana-rencana ini merupakan suatu keniscayaan. Dalam firman-Nya pada surah Ar Ra’d:17 melalui Nabi Muhammad saw, Allah Swt memerintahkan semua makhluk di muka bumi ini untuk terus berusaha agar mengubah nasibnya, karena perubahan itu merupakan suatu proses yang membutuhkan kegigihan untuk membalikkan keadaan menuju yang lebih baik. Tersurat pentingnya ikhtiar hingga perubahan itu perlu dikejar, bukan hanya ditunggu dengan bertopang dagu dan memeluk lutut.

Kerja Lanjut

Menetapkan tujuan sama halnya dengan menentukan titik bidik yang tepat dalam melangkah. Meringkas waktu dan energi yang akan kita keluarkan dengan menempuh jalan yang efektif dan efisien. Dalam dunia pendidikan misalnya, setiap guru punya tujuan yang harus ditetapkan dan dideskripsikan pada pembukaan pertemuan agar tercapai kesepakatan antarorang yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran, yaitu siswa dan guru. Tercapainya misi pembelajaran merupakan target yang akan diraih. Tentunya guru dalam hal ini mempunyai misi besar, yaitu para siswa harus menguasai materi secara komprehensif dan berguna dalam kehidupan mereka sehari-hari pastinya. Bagaimana jalan yang ditempuh oleh sang pendidik ini? Pendidik ini memilah materi-materi tersebut menjadi sub materi dalam porsi yang mudah dicerna oleh anak didiknya. Strategi yang tepat dalam proses transfer ilmu pun digali. Proses praktik di kelas setelah perencanaan dan persiapan yang matang pun menjadi kegiatan yang menentukan gol yang ditetapkan di awal tercapai atau tidak. Teknik dan metode untuk mewujudkan pemahaman anak didik membutuhkan usaha keras pendidik untuk menjadi fasilitator yang mumpuni agar tercapai tujuan yang ditetapkan.

Begitu pula halnya dalam kehidupan, perlu menetapkan resolusi untuk 1 tahun, 3 tahun, atau 5 tahun ke depan. Penggagas media sosial Facebook, Mark Zuckerberg, kesuksesan yang dinikmatinya sekarang, bukan hanya dicapai dengan rancangan imajinasinya saja, tetapi tujuanlah yang menjadi pemompa semangatnya untuk menuju puncak. Bill Copeland mengatakan bahwa; masalah besar itu ketika dalam hidup tidak memiliki tujuan. Anda dapat menghabiskan hidup berlari ke sana ke mari berkeliling lapangan, tetapi tidak pernah mencetak gol. Tentunya kita tidak mau kan kehilangan arah seperti ini? Tiba-tiba saja pada usia 40 atau 50 tahun, kita baru menyadari, apa yang akan kita lakukan selanjutnya? Seberapa banyak energi dan kesempatan yang telah terlewati ketika titik-titik vital yang harusnya kita lewati untuk mencapai goal itu, tetapi hanya terlewatkan begitu saja.

Tanggung jawab pada diri sendiri juga hal yang dilatih ketika kita mencoba menciptakan resolusi. Komitmen untuk memenuhi langkah-langkah yang telah kita tetapkan dengan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan segala ancaman untuk menuju target merupakan proses pembentukan tanggung jawab terhadap diri kita sendiri. Potensi untuk terus maju dengan menggali potensi terpendam dengan keluar dari zona nyaman dan selalu menantang dinamika merupakan manfaat yang bisa digali jika goal ini ditetapkan pada garis start. Memang ada  saatnya, lengah dan jenuh menghampiri untuk kerja lanjut menuju target. Rasa ini manusiawi, tapi “bisikan-bisikan kiri” ini bisa disiasati dengan mengingat penghargaan ketika kesuksesan itu sudah berada di dalam genggaman.

Menuju Asa 1443 H

Salah satu perkataan populer, yaitu “bidiklah bulan. Bahkan jika Anda gagal, Anda akan mendarat di antara bintang-bintang.” Sangat tepat rasanya dengan fenomena yang sering kita hadapi. Sasaran yang jelas akan membantu dari terhindarnya target yang meleset, jika pun meleset, tidak akan terlalu jauh dari bidikan awal. Nah, apa yang kita perlukan untuk membidik “bulan” ini?. Pikiran dan fisik harus sejalan. Jangan hanya cẻt langẻt yang dijadikan modal, sampai kucing bertanduk pun asa ini tidak akan pernah terwujud. Perlu resolusi yang jelas dan langkah-langkah yang tepat menuju sasaran yang bertuan. Doa yang menjadi pengiring usaha menuju masa depan yang lebih baik merupakan kunci penting yang sepatutnya mesti diselipkan di setiap langkah. Motor penggerak menuju kesuksesan, di mana Sang Maharahman menjadi penentu asa itu tercapai sempurna atau tidak. Kesempurnaan dalam pencapaian merupakan iradah dari Sang Maha Berkehendak. Tentunya yang pasti harus kita ingat, usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Mulailah menetapkan tujuan. Analisislah peluang dan ancaman yang akan menjadi warna-warni perjalanan menuju asa. Jadikanlah kegagalan sebagai batu loncatan untuk meraih jenjang yang lebih tinggi dari sudut yang berbeda. Berdirilah pada setiap sudut ketika merasa buntu. Imajinasikan manfaat secara nyata dalam pikiran dan komitmen nyata dalam tindakan. Semangat meraih asa pada tahun 1443 H.

By : Siti Sarayulis, S.I.Kom.,M.A.

*Artikel ini sudah dimuat di acehtrend.com, tanggal 24/08/2021