Hasil hasil kebudayaan perunggu yang ditemukan di Indonesia diantaranya sebagai berikut kecuali

Secara harafiah, perundagian berasal dari kata undagi yang berarti seseorang yang ahli dalam melakukan pekerjaan tertentu. Pada masa ini, kehidupan masyarakat boleh dibilang telah berada di tahap yang lebih maju, lantaran sudah memiliki keterampilan untuk membuat alat-alat dari bahan perunggu. Adapun alat-alat tersebut nantinya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Baik untuk bertani, berburu ataupun melakukan upacara tertentu.

Zaman Perundagian berlangsung pada Zaman Logam, kira-kira sejak 500 SM. Disebut Zaman Logam esndiri karena pada saman itu mayoritas peralatan yang digunakan terbuat dari perunggu lalu besi.

Zaman Perundagian berlangsung pada Zaman Logam, kira-kira sejak 500 SM. Disebut Zaman Logam karena mayoritas peralatan dari zaman ini terbuat dari perunggu lalu besi.

Kebudayaan Perunggu

Persebaran kebudayaan perunggu di Indonesia dilakukan oleh Deutero Melayu. Kebudayaan ini mereka bawa dari Dong Son, suatu desa di Lembah Song Hong, Vietnam sekarang. Sejak tahun 1000an SM, desa itu menjadi salah satu pusat kebudayaan perunggu di Asia. Deutero Melayu masuk ke Indonesia sekitar tahun 300 SM dan menyebar ke berbagai pulau sambil memperkenalkan teknologi pembuatan peralatan berbahan perunggu.

(Baca juga: Mengintip Kehidupan Masyarakat Indonesia pada Masa Praaksara)

Contoh hasil peninggalan Kebudayaan perunggu pada zaman perundagian adalah Nekara, Kapak Corong, Arca perunggu, perhiasan dan senjata perunggu.

Kebudayaan Besi

Kebudayaan besi terjadi ketika keterampilan undagi manusia semakin maju. Membuat peralatan dari besi membutuhkan keahlian membuat tanur besi, mengolah cairan penghancur bijih besi, membuat cetakan tempat penuangan cairan pijar besi, dan memandai besi menjadi peralatan yang dibutuhkan. Kebudayaan besi ditandai dengan munculnya profesi pandai besi dalam masyarakat.

Peralatan dari besi memang lebih kuat dibandingkan peralatan perunggu. Alat yang dibuat antara lain mata tombak, mata panah, cangkul, sabit, dan mata bajak. Sayangnya, benda peninggalan dari kebudayaan besi tidak banyak ditemukan karena sifatnya mudah berkarat.

Singkat kata, pada zaman perundagian masyarakat bukan saja telah menampilkan dan menunjukkan jiwa seni yang tinggi dimana dapat dilihat berbagai kebudayaan yang dimiliki (seperti arca), teknologi juga mulai berkembang, yang bisa dilihat dari ditemukannya alat pembuat bijih logam.

Hasil hasil kebudayaan perunggu yang ditemukan di Indonesia diantaranya sebagai berikut kecuali

Hasil hasil kebudayaan perunggu yang ditemukan di Indonesia diantaranya sebagai berikut kecuali
Lihat Foto

Getty Images/DEA PICTURE LIBRARY

Kebudayaan Dongson

KOMPAS.com - Kebudayaan Dongson merupakan sebutan untuk kebudayaan zaman perunggu di kawasan Asia Tenggara. Nama Dongson sendiri diambil dari sebuah wilayah di lembah Song Hong, Vietnam.

Dalam buku Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1 (1981) karya R Soekmono, Dong Son merupakan nama tempat penelitian kebudayaan logam pra-sejarah pertama di lembah Song Hong, Vietnam.

Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa Dongson merupakan pusat dari kebudayaan zaman perunggu Asia Tenggara pada masa itu.

Kebudayaan dongson menghasilkan benda-benda yang terbuat dari perunggu.

Bangsa pendukung dari kebudayaan Dongson adalah bangsa Deutro Melayu (Melayu Muda). Pada perkembangannya, bangsa Deutro Melayu menyebarkan kebudayaan zaman perunggu hingga ke seluruh wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Baca juga: Manusia Purba di Asia dan Eropa

Bangsa Deutro Melayu melakukan persebaran kebudayaan Dongson ke Indonesia melalui jalur Barat, yaitu Vietnam – Malaysia – Sumatera – Nusantara.

Kedatangan bangsa Deutro Melayu di Indonesia berlansung pada sekitar tahun 500 Sebelum Masehi.

Pengaruh Dongson di Indonesia berupa sistem teknologi dan kesenian, sistem kepercayaan, ilmu pengetahuan dan sistem ekonomi. Dalam sistem teknologi dan kesenian, hasil kebudayaan Dongson yang dapat ditemukan di Indonesia adalah :

  • Bejana perunggu
  • Nekara perunggu
  • Perhiasan perunggu
  • Ara Perunggu
  • Kapak Corong
  • Manik-manik

Tradisi agraris pada masyarakat purba nusantara mendapat pengaruh kuat dari kebudayaan Dongson.

Dalam buku Sejarah Indonesia masa Praaksara (2012) karya Herimanto, kebudayaan perunggu yang berkembang di Indonesia mendapatkan banyak pengaruh dari kebudayaan perunggu kawasan Indochina (Asia Tenggara daratan).

Baca juga: Manusia Purba Hominidae di Afrika dan Ciri-Cirinya

Hasil hasil kebudayaan perunggu yang ditemukan di Indonesia diantaranya sebagai berikut kecuali

Hasil hasil kebudayaan perunggu yang ditemukan di Indonesia diantaranya sebagai berikut kecuali
Lihat Foto

Kemdikbud

Nekara Pejeng, alat pada zaman Logam masa perundagian Bali.

KOMPAS.com - Berdasarkan penemuan benda hasil kebudayaan manusia purba, fosil, dan artefak, para ahli arkeologi membagi masa prasejarah ke dalam dua periode, yaitu Zaman Batu dan Zaman Logam.

Pada Zaman Logam, manusianya tidak hanya menggunakan peralatan sehari-hari dari batu, tetapi juga mampu membuat alat-alat dari logam.

Manusia yang hidup pada Zaman Logam dikatakan telah mengembangkan teknologi yang cukup tinggi.

Sebab, logam tidak dapat dipecah dan dipahat dengan mudah sebagaimana halnya batu.

Pada periode ini, bahan-bahan dari logam diolah dan dibentuk menjadi beraneka ragam peralatan.

Hal itu membuktikan bahwa manusia purba telah mengenal teknik peleburan logam.

Zaman Logam juga disebut Masa Perundagian, sebab di dalam masyarakatnya muncul golongan undagi yang terampil di bidangnya masing-masing.

Baca juga: Zaman Batu: Pembagian, Peninggalan, dan Kehidupan Manusia

Teknik pengolahan logam

Pada periode ini, masyarakatnya mengenal dua teknik pengolahan logam, yaitu:

  • Teknik Bivalve, atau teknik setangkup adalah cara pengolahan logam menggunakan dua cetakan dari batu yang dirapatkan. Teknik seperti ini dapat digunakan berkali-kali.
  • Teknik Cire Perdue, adalah cara pengolahan logam menggunakan cetakan yang terbuat dari lilin dan tanah liat. Teknik ini hanya bisa dipakai sekali saja.

Pembagian zaman logam

Menurut perkembangannya, Zaman Logam dapat dibedakan menjadi tiga periode, yaitu Zaman Tembaga, Zaman Perunggu, dan Zaman besi.

Namun, kepulauan Indonesia hanya mengalami dua zaman saja, yaitu Zaman Perunggu dan Besi.

Hasil Kebudayaan Zaman Perunggu| Pada zaman perunggu terdapat berbagai temuan yang merupakan peninggalan-peninggalan hasil kebudayaan zaman perunggu, baik peninggalan berupa alat-alat dalam kehidupan ekonomi maupun peninggalan yang sifatnya berbentuk budaya atau seni. Hasil kebudayaan zaman perunggu merupakan hasil kebudayaan dimana keseluruhan telah halus, indah dan telah menggunakan perunggu, campurana antara tembaga dan timah, sehingga dapat dikatakan bahwa zaman perunggu merupakan zaman yang paling didepan dari pada zaman lainnya. Hasil-hasil peninggalan kebudayaan zaman perunggu yang telah ditemukan yang dapat dilihat dibawah ini…

Hasil Peninggalan Kebudayaan Zaman Perunggu

1. Nekara Perunggu 

Nekara bentuknya semacam genderang (seperti dandang tertelungkup), berpinggang pada bgian tengahnya, dan bagian atasnya tertutup. Bagi masyarakat praaksara, nekara dianggap sesuatu yang suci. Di Indonesia nekara hanya dipergunakan waktu upacara-upacara saja, antara lain ditabuh untuk memangil arwah nenek moyang, dipakai sebagai genderang perang, dan dipakai sebagai alat memanggil hujan. Benda ini memiliki nilai sni yang tinggi, terdapat pola hias yang beraneka ragam. Pola hiasnya, yaitu pola gambar binatang, geometrik, burung, gajah, ikan laut, kijang, harimau, dan manusia. Ada juga nekara yang tidak diberi hiasan. Daerah penemuan nekara di Indonesia, antara lain, Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Pulau Bali, Pulau Sumbawa, Pulau Sangean, Pulau Roti, Pulau Kei, dan Pulau Selayar. Nekara yang lebih kecil bentuknya disebut moko. Moko ditemukan di Pulau Alor. Fungsinya Moko selain sebagai benda pusaka, juga dipergunakan sebagai mas kawin. 

2. Bejana Perunggu

Bejana perunggu bentuknya seperti periuk, tetapi langsing dan gepeng. Bejana perunggu ditemukan di tepi Danau Kerinci (Sumatra) dan Madura. Kedua bejana yang ditemukan itu mempunyai hiasan yang serupa dan sangat indah berupa gambar-gambar geomteri dan pilin-pilin yang mirip huruf J. Sampai sekarang fungsi bejana perunggu tidak diketahui secara pasti, Hal itu karena penemuan bejana yang terbatas sehingga mempersulit penyelidikan tentang fungsi bejana dalam kehidan masyarakat praaksara. 

3. Arca Perunggu

Secara umum arca perunggu bentuknya kecil-kecil dan dilengkapi cincin pada bagian atasnya. Fungsi dari cincin tersebut sebagai alat untuk menggantungkan arca itu sehingga tidak mustahil arca perunggu yang keil dipergunakan sebagai liontin/bandul kalung. Daerah penemuan arca perunggu di Indonesia adalah Palembang (Sumatra Selatan), Limbangan (Bogor), dan Bangkinang (Riau). 

4. Kapak Corong

Bentuk dari kapak corong bagian tajamnya tidak jauh berbeda dengan kapak batu, hanya bagian tangkainya yang berbentuk corong. Corong tersebut dipakai untuk tempat tangkai kayu. Kapak corong dibuat dengan teknik a cire perdue. Fungsi dari kapak corong sebagai alat pertanian dan membelah kayu. kapak corong disebut juga dengan sepatu dan tangkai kayunya disamakan dengan kaki sehingga corong sering disebut dengan kapak sepatu. Daerah penyebaran kapak corong di Indonesia adalah Sumatra Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Pulau Selayar, serta Irian dekat Danau Sentani. 

5. Perhiasan Perunggu

Jenis perhiasan dari perunggu yang ditemuka sangat beragam bentuknya, yaitu kalung, gelang tangan, gelang kaki, bandul kalung, cincin, dan sebagian perhiasan ditemukan sebagai bekal kubur. Di antara bentuk perhiasan tersebut terdapat cincin yang ukurannya kecil sekali, bahkan lebih kecil dari lingkaran jari anak-anak. Untuk itu para ahli menduga fungsinya sebagai alat tukar (mata uang). Daerah penemuan perhiasan perunggu di Indonesia adalah Bogor, Malang, dan Bali. 

6. Manik-Nanik

Penemuan manik-manik yang berasal dari zaman perunggu sebagian besar sebagai bekal kubur sehingga memberikan corak istimewa pada zaman perunggu. Manik-manik dipakai sebagai perhiasan, alat tukar, dan alat upacara. Bahan dasar manik-manik ada yang terbuat dari batu setengah permata (akik, kalsedon), kaca, kulit kerang, atau tanah liat yang dibakar. 

Hasil hasil kebudayaan perunggu yang ditemukan di Indonesia diantaranya sebagai berikut kecuali

Sekian artikel tentang Hasil Kebudayaan Zaman Perunggu semoga bermanfaat