Hormon berikut ini tidak dihasilkan oleh kelenjar hipofisis adalah

Tumor pituitari dibagi menjadi 2 kategori: sekresi dan non-sekretorik. Tumor non-sekretorik disebabkan oleh kurangnya jumlah hormon pituitari yang dihasilkan. Sementara itu, tumor sekretorik disebabkan oleh produksi hormon yang berlebihan. Tumor bisa disebabkan oleh cedera, obat-obatan tertentu, perdarahan internal, dan gangguan kesehatan lainnya.

Tumor ini jarang menyebabkan kanker, meski begitu tumor ini dapat menyebabkan gangguan pada fungsi normal kelenjar. Dalam beberapa kasus, tumor ini bahkan dapat bertumbuh besar sehingga menekan bagian-bagian otak yang berdekatan, yang mungkin mempengaruhi pengelihatan dan indra lainnya.

Selain tumor pituitari, ada gangguan lain yang dikenal sebagai apopleksi pituitari. Dalam kasus yang parah, hilangnya fungsi kelenjar secara tiba-tiba dapat mengancam jiwa karena kekurangan hormon-hormon vital yang mendadak.

Pasien sangat disarankan untuk mencari perhatian medis sesegera mungkin, karena kelenjar pituitari sangat penting dalam menjaga fungsi tubuh.

Hai, Quipperian!

Pernahkah kamu mendengar tentang sistem endokrin?

Saat tubuhmu kekurangan air, tubuh akan mengirim impuls ke otak. Kamu pun akan merasa kalau kamu haus. Lalu, saraf akan berperan aktif dalam mempengaruhi kelenjar hipotalamus.

Selanjutnya, kelenjar hipofisis akan menghasilkan hormon antidiuretik [vasopresin] yang berfungsi untuk menghambat atau menghentikan pembuangan cairan tubuh lewat urin.

Jika kamu minum, impuls rasa haus akan berkurang dan hormon antidiuretik akan dihentikan.

Ini adalah salah satu contoh pengaruh sistem endokrin untuk tubuhmu, Quipperian. Yuk, berkenalan lebih lanjut.

Pengertian Sistem Endokrin

Kamu tentu tahu jika terdapat sejumlah hormon di dalam tubuh manusia. Nah, sistem endokrin lah yang menghasilkan dan mengatur hormon-hormon tersebut, Quipperian.

Tidak hanya itu, dalam melakukan tugasnya, sistem endokrin berhubungan erat dengan sistem saraf. Kedua sistem ini akan saling mengontrol serta memadukan satu sama lain sekaligus menjaga homeostatis dalam tubuh manusia.

Sistem endokrin yang bekerja dengan sistem saraf lazim disebut sebagai neuroendokrin.

Fungsi Sistem Endokrin

Kelenjar endokrin yang disebut juga sebagai kelenjar buntu karena bermuara langsung ke dalam pembuluh darah ini akan mengekskresikan senyawa protein atau senyawa steroid dalam bentuk getah yang disebut hormon.

Hormon bersama dengan sistem saraf amatlah penting dalam mengatur pertumbuhan, keseimbangan internal reproduksi, bahkan tingkah laku manusia.

Kelenjar dalam Sistem Endokrin

Ada beberapa kelenjar dalam sistem endokrin yang terbagi berdasarkan letaknya.

1. Kelenjar hipofisis [Pituitari]

Terletak di dasar otak besar, kelenjar satu ini ialah yang terbesar dan dapat memengaruhi aktivitas kelenjar lainnya.

Kelenjar hipofisis terbagi menjadi tiga lobus dan masing-masingnya menghasilkan hormon yang berbeda-beda, yaitu:

  • Lobus anterior, menghasilkan hormon:
    • Tiroksin [TSH], merangsang kelenjar tiroid untuk memproduksi tiroksin.
    • Adenokortikotropin [ACTH], merangsang korteks adrenal untuk memproduksi kortikosteroid.
    • Focille Stimulating Hormone [FSH], memacu perkembangan tubulus seminiferus dan spermatogenesis.
    • Luteinizing Hormone [LH], menstimulasi estrogen.
    • Interstitial Cell Stimulating Hormone [ICSH], menstimulasi testis dalam menghasilkan testosteron.
    • Prolaktin [TH], menstimulasi sekresi air susu.
  • Lobus intermedia, menghasilkan hormon:
    • Somatotrof [STH], merangsang tumbuhnya tulang.
    • Melanosit Stimulating Hormone [MSH], mengatur penyuburan pigmen dalam perubahan warna kulit.
  • Lobus posterior, menghasilkan hormon:
    • Oksitosin, merangsang kontraksi otot di uterus.
    • Antidiuretik Hormone [ADH], mencegah pembentukan urin dalam jumlah banyak.

2. Kelenjar tiroid [Gondok]

Terletak di daerah leher, dekat jakun, kelenjar ini adalah yang paling kaya pembuluh darah.

Kelenjar tiroid menghasilkan tiga hormon, yaitu:

  • Tiroksin, untuk membantu dalam proses metabolisme, pertumbuhan fisik, perkembangan mental, dan kematangan seks.
  • Triidotironin, untuk mengatur distribusi air dan garam dalam tubuh.
  • Kalsitonin, untuk menjaga keseimbangan kalsium dalam darah.

3. Kelenjar paratiroid [Anak gondok]

Terletak di daerah kelenjar gondok, kelenjar ini dapat mengendalikan kadar kalsium dalam darah.

Kelenjar paratiroid menghasilkan satu hormon, yaitu:

  • Parathormon, untuk mengendalikan kadar kalsium dalam darah.

4. Kelenjar adrenal [Suprarenalis]

Terletak di atas ginjal, kelenjar ini terdiri dari dua bagian, yaitu:

  • Korteks, menghasilkan hormon:
    • Korteks mineral, untuk menyerap natrium darah dan mengatur reabsorpsi air di ginjal.
    • Glukokortikoid, untuk mengubah protein menjadi glikogen, mengubah glikogen menjadi glukosa, dan menaikkan kadar glukosa pada darah.
    • Androgen, untuk membentuk sifat kelamin sekunder laki-laki.
  • Medula, menghasilkan hormon:
    • Adrenalin, untuk mengubah glikogen dalam otot menjadi glukosa dalam darah.

5. Kelenjar pankreas [Pulau-pulau Langerhans]

Terletak di dekat ventrikulus atau lambung, kelenjar ini menghasilkan dua hormon, yaitu:

  • Insulin, untuk mengubah glukosa menjadi glikogen pada hati. Karenanya, kadar gula darah akan turun.
  • Glukogen, untuk mengubah glikogen menjadi glukosa. Karenanya, kadar gula darah akan naik.

6. Kelenjar gonad [Kelamin]

Terletak di daerah perut [wanita] atau buah zakar dalam skrotum [laki-laki], kelenjar ini juga menghasilkan hormon berbeda bagi wanita dan laki-laki.

Pada wanita, kelenjar gonad menghasilkan dua hormon:

  • Estrogen, untuk menentukan ciri pertumbuhan kelamin sekunder.
  • Progesteron, untuk menebalkan dan memperbaiki dinding uterus.

Pada laki-laki, menghasilkan satu hormon:

  • Testosteron, untuk menentukan ciri pertumbuhan kelamin sekunder.

7. Kelenjar timus [kacangan]

Terletak di daerah dada, kelenjar ini menghasilkan satu hormon:

  • Thymosin, untuk membantu sistem kekebalan tubuh.

Penyakit yang Dapat Menyerang Sistem Endokrin

Kelainan hormon dapat terjadi pada manusia karena adanya hipersekresi ataupun hiposekresi pada kelenjar-kelenjar dalam sistem endokrin.

Kelainan karena hipersekresi pada…

  • Kelenjar hipofisis: gigantisme.
  • Kelenjar tiroid: kemunduran fisik dan mental.
  • Kelenjar paratiroid: kelainan tulang [rapuh].
  • Kelenjar adrenal: virilisme.

Kelainan karena hiposekresi pada…

  • Kelenjar hipofisis: kekerdilan.
  • Kelenjar tiroid: obesitas.
  • Kelenjar paratiroid: kejang-kejang otot.
  • Kelenjar adrenal: penyakit addison.
  • Kelenjar pankreas, hormon insulin: penyakit kencing manis [diabetes mellitus].
  • Kelenjar gonad pada wanita: gangguan menstruasi.

Melihat pentingnya peran dari sistem endokrin, tentu kamu harus menjaga kesehatan, ya. Meskipun penyakit karena faktor keturunan tidak bisa dihindari, beberapa faktor risiko lainnya dapat dicegah dengan pola hidup yang sehat, lho, Quipperian. Jangan makan gorengan terus, ya!

Buat kamu yang masih mau belajar lebih lanjut tentang materi ini atau materi lainnya, langsung saja subscribe ke Quipper Video!

Penulis: Evita

Video yang berhubungan

Hipopituitarisme adalah penyakit akibat kekurangan hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis atau pituitari. Kondisi ini dapat menyebabkan berat badan menurun sampai kemandulan.

Kelenjar pituitari atau kelenjar hipofisis merupakan kelenjar berukuran sebesar kacang polong yang terletak di bagian bawah otak. Secara umum, kelenjar ini berfungsi untuk menghasilkan hormon yang mengatur berbagai fungsi organ tubuh.

Beberapa hormon yang dihasilkan kelenjar pituitari adalah:

  • Adrenocorticotropic hormone (ACTH)
    ACTH berfungsi untuk memicu kelenjar adrenal dalam melepaskan hormon yang disebut kortisol. Hormon kortisol sendiri berguna untuk mengatur metabolisme tubuh dan tekanan darah.
  • Thyroid stimulating hormone (TSH)
    TSH akan merangsang kelenjar tiroid dalam menghasilkan hormon tiroid, yaitu hormon yang mengatur metabolisme tubuh, serta berperan penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan.
  • Luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH)
    LH dan FSH berfungsi untuk mengatur organ kelamin pria dan wanita agar berfungsi secara normal.
  • Oxytocin
    Oxytocin atau hormon oksitosin berfungsi merangsang kontraksi rahim pada saat persalinan dan merangsang produksi
  • Growth hormone (GH)
    Growth hormone atau hormon pertumbuhan berfungsi untuk merangsang pertumbuhan, termasuk tulang dan jaringan tubuh.
  • Antidiuretic hormone (ADH)
    Hormon antidiuretik atau ADH berfungsi untuk mengendalikan tekanan darah dan keluarnya cairan tubuh ke ginjal.
  • Prolactin
    Prolactin atau hormon prolaktin berfungsi merangsang pertumbuhan payudara dan produksi ASI.

Ketika seseorang mengalami kekurangan salah satu atau lebih dari hormon-hormon tersebut, maka fungsi tubuh yang diatur oleh hormon tersebut juga akan terganggu. Sebagai contoh, kekurangan GH bisa mengakibatkan gangguan pertumbuhan tulang.

Penyebab Hipopituitarisme

Hipopituitarisme terjadi karena kelenjar pituitari tidak dapat menghasilkan hormon dalam jumlah yang cukup. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, tetapi sebagian besar disebabkan oleh tumor pituitari.

Selain disebabkan oleh tumor, hipopituitarisme juga dapat disebabkan oleh cedera pada kelenjar tersebut, misalnya karena komplikasi operasi daerah otak.

Ada beberapa penyebab lain hipopituitarisme selain tumor dan cedera, yaitu:

Hipopituitarisme juga dapat terjadi akibat efek samping kemoterapi atau radioterapi ke daerah kepala. Pada beberapa kasus, hipopituitarisme tidak diketahui penyebab pastinya (idiopatik). Hipopituitarisme idiopatik diduga muncul akibat kelainan pada sistem saraf pusat selama perkembangan janin di dalam kandungan.

Gejala Hipopituitarisme

Gejala hipopituitarisme tergantung pada faktor penyebab, hormon yang terpengaruh, dan seberapa parah gangguan yang terjadi. Di bawah ini adalah beberapa gejala spesifik yang muncul berdasarkan hormon yang terganggu:

  • Kekurangan ACTH
    Jika seseorang kekurangan hormon ACTH, gejala yang ditimbulkan antara lain mudah lelah, mual dan muntah, berat badan menurun, dan depresi.
  • Kekurangan ADH
    Gejala yang dapat terjadi adalah sering merasa haus dan frekuensi buang air kecil menjadi bertambah.
  • Kekurangan hormon oksitosin
    Gejala yang dapat muncul akibat kekurangan hormon oksitosin adalah depresi dan kurangnya produksi ASI pada wanita.
  • Kekurangan hormon TSH
    Gejala yang ditimbulkan antara lain susah buang air besar (konstipasi), tidak tahan terhadap suhu dingin, berat badan bertambah, nyeri otot, dan otot melemah.
  • Kekurangan hormon prolaktin
    Gangguan ini biasanya muncul pada wanita, berupa produksi ASI sedikit, mudah lelah, serta rambut ketiak dan rambut kemaluan tidak tumbuh. Sedangkan pada pria, kekurangan hormon ini tidak menimbulkan gejala apa
  • Kekurangan hormon FSH dan LH
    Pada wanita, kekurangan hormon ini dapat menyebabkan haid tidak teratur dan kemandulan. Sedangkan pada pria, gejala yang timbul antara lain hilangnya rambut di wajah atau di bagian tubuh lain, gairah seksual menurun, disfungsi ereksi, dan kemandulan.
  • Kekurangan hormon pertumbuhan
    Hipopituitarisme juga dapat disebabkan oleh kekurangan GH atau hormon pertumbuhan. Jika terjadi pada anak-anak, gejala yang muncul antara lain tubuh sulit bertambah tinggi, penumpukan lemak di sekitar pinggang dan wajah, serta pertumbuhan terganggu.

Kapan harus ke dokter

Segera konsultasikan ke dokter jika mengalami gejala-gejala hipopituitarime agar dapat mendapatkan penanganan secepatnya.

Selain itu, segera ke IGD bila Anda mengalami:

  • Sakit kepala hebat
  • Berkunang-kunang
  • Tampak bingung
  • Gangguan penglihatan

Keluhan tersebut bukan gejala hipopituitarisme, melainkan kondisi serius yang terjadi di kelenjar pituitari, yaitu pituitary apoplexy. Pituitary apoplexy adalah kondisi akibat adanya perdarahan atau gangguan suplai darah di kelenjar pituitari atau hipofisis.

Diagnosis Hipopituitarisme

Untuk mendiagnosis hipopituitarisme, dokter akan menanyakan gejala dan riwayat kesehatan pasien. Bila dokter mencurigai adanya gangguan hormon, dokter akan melakukan tes darah untuk memeriksa kadar hormon.

Bila kadar hormon menurun, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan, seperti MRI atau CT scan, untuk membantu dokter dalam memastikan penyebab turunnya hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari.

Pengobatan Hipopituitarisme

Ada beberapa metode pengobatan yang dapat dilakukan untuk menangani hipopituitarisme. Metode pertama adalah pemberian obat oleh dokter. Obat-obatan ini berfungsi sebagai pengganti hormon yang tidak diproduksi dengan baik oleh kelenjar pituitari.

Beberapa jenis obat yang digunakan untuk terapi pengganti hormon pituitari yaitu:

  • Levothyroxine, untuk mengganti hormon tiroid yang kurang akibat kurangnya produksi hormon TSH
  • Somatropin, untuk mengganti hormon pertumbuhan (GH)
  • Hormon seksual, seperti testosteron dan estrogen, untuk mengganti hormon reproduksi yang kurang akibat kurangnya FSH dan LH
  • Kortikosteroid, untuk mengganti hormon yang kurang akibat kurangnya hormon ACTH

Selama terapi, pasien perlu kontrol rutin ke dokter untuk memantau kadar hormon dalam tubuh. Jika diperlukan, dokter akan mengubah dosis hormon tersebut.

Bila obat-obatan tidak dapat mengatasi hipopituitarisme, operasi atau radioterapi dapat dilakukan, khususnya pada hipopituitarisme yang disebabkan oleh tumor.

Secara keseluruhan, penggunaan obat dan operasi dilakukan untuk mengembalikan kadar hormon pituitari ke kondisi normal. Sementara untuk memastikan tumor tidak tumbuh kembali, penderita dapat melakukan CT scan atau MRI secara berkala.

Pengobatan hipopituarisme dapat berlangsung seumur hidup. Namun, jika konsumsi obat dilakukan sesuai anjuran dokter, gejala penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik dan pasien dapat hidup secara normal.

Komplikasi Hipopituitarisme

Belum diketahui secara jelas komplikasi yang dapat muncul akibat hipopituitarisme, tetapi beberapa penyakit berikut diduga bisa terjadi pada penderita hipopituitarisme:

  • Gangguan penglihatan
  • Penyakit infeksi
  • Penyakit jantung
  • Koma miksedema

Pencegahan Hipopituitarisme

Pada dasarnya, hipopituitarisme tidak bisa dicegah. Namun, pemeriksaan kehamilan rutin dapat menghindari risiko terjadinya sindrom Sheehan. Selain itu, konsultasikan dengan dokter mengenai manfaat dan risiko radioterapi di kepala, karena berisiko mengenai kelenjar pituitari.

Terakhir diperbarui: 7 April 2022

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA