Hubungan antara era internet dan media sosial dengan adanya konsekuensi adanya banjir informasi

Banjir informasi yang diterima masyarakat melalui media berbasis internet atau media sosial sering kali membawa dampak negatif karena banyak menimbulkan konflik. Kabar bohong, fitnah, maupun berita yang tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, banyak beredar dan dipercaya sebagai suatu kebenaran.

Kondisi seperti ini menurut Staf Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi, Kantor Staf Kepresidenan, Agustinus Eko Raharjo, merupakan fenomena yang meresahkan dan dapat mengancam persatuan bangsa bila tidak diantisipasi. Hal ini disampaikannya dalam diskusi bertema Government Public Relations di Antara Lautan Hoax, di Kampus Universitas Airlangga Surabaya, Rabu (19/8).

Kabar bohong atau hoax yang beredar saat ini, banyak diproduksi oleh kelompok usia 20 hingga 30 tahun, dan ditujukan pada kelompok usia muda yang aktif di sosial media.

BACA JUGA: Berita Hoaks, Ancaman Serius Persatuan Bangsa Memasuki Tahun Politik

“Tidak hanya di Indonesia tapi juga di dunia, itu kebanyakan anak muda, mereka memfabrikasi isu, kalau kita belajar dari era Donald Trump melawan Hillary Clinton, hanya untuk mencari duit, mereka pekerja membuat akun sosmed, membuat blog-blog palsu dan kemudian di situ untuk menyebarkan, dan orang lain bisa membuat share, meretwit, melike dan segala macam. Mungkin sekitar (usia) 20 tahun sampai 30 tahun, atau mungkin kalau lebih, tidak lebih dari 35 tahun. Termasuk yang kemarin kena itu, ada yang namanya Saracen, MCA, sekali lagi itu bukan masalah agama, tapi kalau mereka sudah pakai kedok agama, sudah pakai apa-apa itu kan harus diwaspadai ya. Kita tidak pernah mendeskreditkan pelaku hoax itu dari kelompok agama tertentu, tetapi ya memang lebih kepada kontennya itu yang harus kita waspadai. Dan memang yang mudah terpapar juga teman-teman, anak-anak muda juga sasarannya, terutama yang aktivis sosial media,” ujar Agustinus.

Era Banjir Informasi, Kaum Muda sebagai Pelaku dan Korban Hoax

Perang melawan hoax harus digelorakan di tengah masyarakat, agar tidak menjadi korban pihak-pihak yang memiliki kepentingan tertentu. Agustinus Eko Raharjo mengatakan, masyarakat dapat bersama-sama melawan hoax dengan meningkatkan pengetahuan dan literasi media, dan tidak mudah menyebarkan informasi yang belum jelas kebenaran maupun sumbernya. Sumber-sumber informasi yang benar dapat dimunculkan sebagai pembanding beredarnya hoax di tengah masyarakat, sehingga hoax dapat diminimalisir penyebarannya terutama memasuki masa Pemilihan Presiden 2019.

“Harus ada sering-sering acara seperti ini, atau situs-situs atau portal-portal yang bisa membuat orang, saya ada hoax, saya harus lari ke sini, harus konfirmasi ke sini, tidak dibiasakan untuk menyebar berita yang menyebarkan ketakutan, jadi harus lebih itu, karena kalau tidak maka post-truth itu kita akan mudah dijejali. Hopefully not, semoga tidak, tetapi ketika 2019 kita Pilpres, kampanye kita akan sangat panjang mulai 23 September tahun ini (2018) sampai dengan 14 April(2019), semoga tidak seperti lima tahun lalu, orang begitu mudah menghancurkan pakai isu-isu yang kemudian sangat tidak bertanggung jawab, sangat personal,” tambahnya.

Dosen Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Airlangga Surabaya, Lies Tianingsih mengatakan, beredarnya informasi hoax di tengah masyarakat dipengaruhi rendahnya literasi masyarakat atas informasi dan media. Selain itu, ada rasa bangga dan puas dari penerima informasi bila telah menyebarkan informasi itu untuk yang pertama kali kepada orang lain, meski kebenaran informasi itu masih dipertanyakan.

“Sebenarnya kan dalam komunikasi itu orang yang menerima informasi pertama itu sering kali kan merasa menjadi seseorang yang lebih berbeda dari yang lain, sehingga setiap kali menerima informasi apakah itu benar atau salah, dianggap bahwa dia orang pertama yang mempunyai informasi, dan akan merasa puas, bangga secara psikologis untuk menyebarkannya kepada orang lain. Nah sering kali informasi ini belum tentu benar, dia percaya begitu saja, bahkan barang kali tidak sempat memikirkan ini benar atau tidak untuk disebarkan ke yang lain. itu sebenarnya kalau dalam komunikasi ada rasa kebanggaan ketika dia mendapat informasi yang pertama,” tukas Lies.

Masyarakat khususnya generasi muda, kata Lies, hendaknya tidak mudah percaya dan terlebih dahulu memastikan kebenaran informasi yang diterimanya, sebelum menyebarkan kepada orang lain. Ada banyak piranti atau alat bantu untuk mengecek benar atau tidaknya informasi yang beredar di tengah masyarakat.

“Apakah gambar ini benar, atau meme itu benar atau tidak, kan kita bisa mengecek misalnya melalui google, oh iya ini di google kan ada kan cara untuk mengecek itu. Nah ini yang harus kita sampaikan ke teman-teman, terutama anak-anak muda itu bahwa jangan mudah percaya, cek dulu sebelum menyebarkan ke yang lain,” katanya.

Agustinus Eko Raharjo menambahkan, masyarakat harus memastikan informasi yang beredar adalah benar, untuk menekan penyebaran kabar hoax yang banyak diproduksi melalui berbagai media. Melalui upaya bersama melawan kabar hoax, diharapkan dapat menjadikan Indonesia semakin maju karena lebih mengedepankan pembangunan dan kesejahteraan masyarakatnya.

“Apapun yang anda sebut sebagai jurnalisme warga, ada kompasiana, ada blog-blog apa, semua orang bisa nulis di situ, tapi kan datanya harus, jangan sampai kemudian yang penulis tidak jelas itu kemudian kita share, kita sebarkan. Pemerintah sangat concern untuk memberantas berita palsu, ini semua demi membuat kita bisa menjadi negara yang maju, negara yang semakin mengejar ketertinggalan dan layak disejajarkan dengan negara-negara maju yang lain, dan caranya adalah kita tidak harus memusingkan diri dengan urusan-urusan yang seperti ini terus,” pungkasnya. [pr/em]

Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Globalisasi tidak mengenal batas-batas negara. Begitu juga dengan media yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh globalisasi. Dalam era yang kian berkembang dengan cepat saat ini, setiap orang hampir memiliki kesempatan yang lebih banyak dan luas dalam menggenggam informasi. Informasi dapat cepat ditransformasikan melalui alat-alat canggih lewat media massa, baik cetak, ataupun media elektronik. Media massa tersebut mampu mentransformasikan pesan (message) dalam waktu singkat, serentak (simultan), dan menjangkau khalayak banyak.

Saya setuju dan tidak setuju dengan pernyataan anggota tersebut. Memang sejak jamannya citizen journalist yang bermunculan di Indonesia sejak adanya weblog pada tahun 2002 dan bermunculan blog keroyokan tahun 2008, semua orang merasa bebas berpendapat melalui media, baik melalui media digital seperti blog pribadi maupun blog keroyokan, melalui video yang disebarkan via youtube, instagram, vmeo atau dikirim ke stasiun televisi, atau sekedar berkomentar atau memutakhirkan status di facebok,twitter, dan sebagainya. Ya, orang bisa mengeluarkan opini apa saja dan berbagai berita atau infomasi. Setiap orang seolah-olah menjadi wartawan bagi dirinya dan sekelilingnya dengan gaya ciri khas dia.

Kemudian kita lihat ada ratusan ribu jumlah blog pribadi di Indonesia, belum yang masuk blog keroyokan. Jumlah netizen di Indonesia menurut hasil penelitian APJII- Puskakom UI yang dirilis Maret 2015 mencapai 88,1 juta di Indonesia. Bisa dibayangkan seberapa ramainya jagat media sosial sudah seperti negara tersendiri saja. Jika setiap orang membagikan dua informasi saja tiap hari maka sudah ada 166 jutaan informasi perharinya. Benar-benar sedemikian derasnya arus informasi dari Indonesia saja. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi 90-an dimana sumber informasi hanya dari televisi, radio, dan media cetak yang jumlahnya terbatas dan masih diawasi. Setelah era reformasi, ada lebih banyak media cetak dan semakin membludak sejak tahun 2002 dengan adanya pengaturan siaran televisi dan radio. Kemudian lewat perkembangan teknologi dan komunikasi memunculkan media Sosial membuat kita dapat berinteraksi sosial dengan siapapun, bahkan dengan tokoh masyarakat sekalipun. Kehadirannya dalam beberapa tahun belakangan membuat sebuah pergeseran pola kehidupan sosial yang sesungguhnya terjadi di dalam masyarakat.

Misalnya pergeseran jenis pekerjaan yang kini lebih berbasiskan pada ilmu pengetahuan. Sehingga terdapat perkembangan yang pesat dalam lima sektor yaitu pendidikan, penelitian dan pengembangan, media massa, serta teknologi informasi dan pelayanan informasi. Jika media tradisional menggunakan media cetak dan media broadcast, maka media sosial menggunakan internet. media mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpartisipasi dengan memberikan kontribusi dan feedback secara terbuka, memberikan komentar, serta berbagi informasi dalam waktu cepat dan terbatas.Saat teknologi internet dan mobile phone makin maju maka media sosial pun ikut tumbuh dengan pesat. kini untuk mengakses berita atau informasi bisa dilakuan dimana saja dan kapan saja hanya dengan menggunakan mobile phone.

Informasi merupakan salah satu kebutuhan vital yang seringkali tidak kita sadari. Selama ini kita hanya menyadari bahwa hanya sandang, pangan, dan papan lah yang menjadi kebutuhan vital dalam kehidupan. Padahal, tidak terpenuhinya kebutuhan informasi seorang manusia dapat memicu munculnya rasa cemas dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, bahkan dapat berdampak negatif pada kondisi fisik dan psikis. Akibatnya distribusi informasi atau penciptaan informasi menjadi kebutuhan yang fundamental bagi segala aspek. Hal ini akan menimbulkan individu memiliki motivasi tinggi dalam berburu dan menemukan informasi yang dianggap bisa menjadi suatu solusi akan suatu permasalahan tertentu.

Hal ini kemudian menjadikan orang atau individu menjadi terbuka akan informasi, artinya informasi yang masuk atu diterima oleh individu tersbut dapat dibagikan kembali pada orang lain. Informasi pada orang atau individu yang masuk tanpa disaring terlebih dahulu membuat mereka atau masyarakat menjadi bajir akan informasi.

Banjir informasi yang ada saat ini membuat masyarakat disuguhi ragam peristiwa yang dicatat dan dilaporkan pewarta. Publik hampir saja tidak memiliki kesempatan yang tidak mungkin dielakkan. Sebagai misal, penulis setiap hari mencerna belasan berita di situs online, menyimak televisi berita, mengintip isi siaran radio, dan membaca koran. Banjir akan informasi ini membuat terjadinya perubahan sosial karena banyaknya informasi yang masuk dan dapat diakses ileh berbagai kalangan. Seperti yang kita tahu bahwa sebelum adanya teknologi informasi dan telekomunikasi secara massif informasi yang ada dan beredar sangat terbatas. Akibatnya informasi yang ada hanya dapat dinikmati atau diketahui oleh beberapa kalangan saja tentunya yang memiliki akses untuk mendapatkan informasi tersebut. Kemudian dengan adanya globalisai dan kemajuan terhadap tekonlogi yang menghadirkan internet secara massif membuat orang bebas mengakses informasi sehingga menyebabkan terjadinya perubahan sosial.

Perubahan sosial yang diakibatkan oleh pengaruh globalisasi dapat mengakibatkan perubahan nilai-nilai, sistem sosial dan tatanan masyarakat lainnya. Dengan kata lain, perubahan itu bisa berdampak pada nilai-nilai budaya, agama dan sistem sosial politik. Hal ini tentunya membuat relasi kuasa yang ada dimasyarakat menjadi berkurang bahkan hampir tidak terlihat sama sekali hal ini dapat dilihat dari bebasnya orang memberikan komentar ataupun penolakan terhadap misalnya program pemerintah yang dianggap tidak sesuia kebutuhan masyarakat lewat internet.

Dengan data yatingng pengguna internet di Indonesia yang dilakukan didapatkan dari penelitian Wasisto berjudul "Prospek Politik Digital dalam Kelas Menengah Indonesia ", ada 7U9 juta pengguna internet di Indonesia dengan 83,4 persen pengguna adalah kelas menengah di perkotaan. Aplikasi favorit mereka adalah Facebook dan Twitter. Ini dapat menjelaskan bawha kebutuhan kan informasi menjadi sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Kemudian dapat memberikan gambaran terhadap tingkat perubahan sosial yang terjadi dimasyarakat Indonesia. Dengan jumlah pengguna internet yang bertambah ini dapat menjadi bukti bahwa arus informasi yang terjadi membuat relasi kuasa pada mayarakat berkurang.

Walaupun banjir akan informasi baik karena mengurangi tingkat relasi kuasa yang ada pada masyarakat, banjir informasi yang tidak terkendali yang kemudian masuk pada masyarakat itu, dan diaskes oleh masyarakat tanpa disaring terlebih dahulu ini dapat membuat orang menjadi bingung, karena dibalik keleluasaan yang memunculkan „banjir informasi‟ terdapat masalah besar yakni mengenai siapa yang patut dipercaya dan bagaimana menyaring informasi sehingga berguna bagi pembaca (Villanueva dalam Winkelmann, 2012:155).

Hal tersebut kemudian berpengaruh pada aspek psikologis masing-masing individu yang merasa bingung dalam memilih suatu produk beserta informasi yang disajikan. Bila fenomena banjir informasi di kalangan masyarakat luas dapat disikapi dengan landasan fundamental terhadap substansi informasi itu sendiri, maka diharapkan yang terjadi akan meminimalisir dampak negatif yang diakibatkannya. Namun apabila banjir informasi dihadapi tanpa suatu sikap mendasar maka yang akan terjadi adalah terjebak dan terseretnya masyarakat pada arus perputaran informasi yang lebih menonjolkan sisi negatifnya daripada sisi positif. Pada kondisi banjir informasi seperti yang terjadi saat itu informasi yang benar dan sesat seringkali tercampur aduk. Banyak informasi yang sesat atau tidak benar yang kemudian muncul sehingga orang menjadi binggung akan informasi yang benar dan yang tidak benar. Maka kemudian orang perlu menyaring informasi terlebih dahulu sebelum menerima informasi tersebut.


Page 2

Globalisasi tidak mengenal batas-batas negara. Begitu juga dengan media yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh globalisasi. Dalam era yang kian berkembang dengan cepat saat ini, setiap orang hampir memiliki kesempatan yang lebih banyak dan luas dalam menggenggam informasi. Informasi dapat cepat ditransformasikan melalui alat-alat canggih lewat media massa, baik cetak, ataupun media elektronik. Media massa tersebut mampu mentransformasikan pesan (message) dalam waktu singkat, serentak (simultan), dan menjangkau khalayak banyak.

Saya setuju dan tidak setuju dengan pernyataan anggota tersebut. Memang sejak jamannya citizen journalist yang bermunculan di Indonesia sejak adanya weblog pada tahun 2002 dan bermunculan blog keroyokan tahun 2008, semua orang merasa bebas berpendapat melalui media, baik melalui media digital seperti blog pribadi maupun blog keroyokan, melalui video yang disebarkan via youtube, instagram, vmeo atau dikirim ke stasiun televisi, atau sekedar berkomentar atau memutakhirkan status di facebok,twitter, dan sebagainya. Ya, orang bisa mengeluarkan opini apa saja dan berbagai berita atau infomasi. Setiap orang seolah-olah menjadi wartawan bagi dirinya dan sekelilingnya dengan gaya ciri khas dia.

Kemudian kita lihat ada ratusan ribu jumlah blog pribadi di Indonesia, belum yang masuk blog keroyokan. Jumlah netizen di Indonesia menurut hasil penelitian APJII- Puskakom UI yang dirilis Maret 2015 mencapai 88,1 juta di Indonesia. Bisa dibayangkan seberapa ramainya jagat media sosial sudah seperti negara tersendiri saja. Jika setiap orang membagikan dua informasi saja tiap hari maka sudah ada 166 jutaan informasi perharinya. Benar-benar sedemikian derasnya arus informasi dari Indonesia saja. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi 90-an dimana sumber informasi hanya dari televisi, radio, dan media cetak yang jumlahnya terbatas dan masih diawasi. Setelah era reformasi, ada lebih banyak media cetak dan semakin membludak sejak tahun 2002 dengan adanya pengaturan siaran televisi dan radio. Kemudian lewat perkembangan teknologi dan komunikasi memunculkan media Sosial membuat kita dapat berinteraksi sosial dengan siapapun, bahkan dengan tokoh masyarakat sekalipun. Kehadirannya dalam beberapa tahun belakangan membuat sebuah pergeseran pola kehidupan sosial yang sesungguhnya terjadi di dalam masyarakat.

Misalnya pergeseran jenis pekerjaan yang kini lebih berbasiskan pada ilmu pengetahuan. Sehingga terdapat perkembangan yang pesat dalam lima sektor yaitu pendidikan, penelitian dan pengembangan, media massa, serta teknologi informasi dan pelayanan informasi. Jika media tradisional menggunakan media cetak dan media broadcast, maka media sosial menggunakan internet. media mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpartisipasi dengan memberikan kontribusi dan feedback secara terbuka, memberikan komentar, serta berbagi informasi dalam waktu cepat dan terbatas.Saat teknologi internet dan mobile phone makin maju maka media sosial pun ikut tumbuh dengan pesat. kini untuk mengakses berita atau informasi bisa dilakuan dimana saja dan kapan saja hanya dengan menggunakan mobile phone.

Informasi merupakan salah satu kebutuhan vital yang seringkali tidak kita sadari. Selama ini kita hanya menyadari bahwa hanya sandang, pangan, dan papan lah yang menjadi kebutuhan vital dalam kehidupan. Padahal, tidak terpenuhinya kebutuhan informasi seorang manusia dapat memicu munculnya rasa cemas dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, bahkan dapat berdampak negatif pada kondisi fisik dan psikis. Akibatnya distribusi informasi atau penciptaan informasi menjadi kebutuhan yang fundamental bagi segala aspek. Hal ini akan menimbulkan individu memiliki motivasi tinggi dalam berburu dan menemukan informasi yang dianggap bisa menjadi suatu solusi akan suatu permasalahan tertentu.

Hal ini kemudian menjadikan orang atau individu menjadi terbuka akan informasi, artinya informasi yang masuk atu diterima oleh individu tersbut dapat dibagikan kembali pada orang lain. Informasi pada orang atau individu yang masuk tanpa disaring terlebih dahulu membuat mereka atau masyarakat menjadi bajir akan informasi.

Banjir informasi yang ada saat ini membuat masyarakat disuguhi ragam peristiwa yang dicatat dan dilaporkan pewarta. Publik hampir saja tidak memiliki kesempatan yang tidak mungkin dielakkan. Sebagai misal, penulis setiap hari mencerna belasan berita di situs online, menyimak televisi berita, mengintip isi siaran radio, dan membaca koran. Banjir akan informasi ini membuat terjadinya perubahan sosial karena banyaknya informasi yang masuk dan dapat diakses ileh berbagai kalangan. Seperti yang kita tahu bahwa sebelum adanya teknologi informasi dan telekomunikasi secara massif informasi yang ada dan beredar sangat terbatas. Akibatnya informasi yang ada hanya dapat dinikmati atau diketahui oleh beberapa kalangan saja tentunya yang memiliki akses untuk mendapatkan informasi tersebut. Kemudian dengan adanya globalisai dan kemajuan terhadap tekonlogi yang menghadirkan internet secara massif membuat orang bebas mengakses informasi sehingga menyebabkan terjadinya perubahan sosial.

Perubahan sosial yang diakibatkan oleh pengaruh globalisasi dapat mengakibatkan perubahan nilai-nilai, sistem sosial dan tatanan masyarakat lainnya. Dengan kata lain, perubahan itu bisa berdampak pada nilai-nilai budaya, agama dan sistem sosial politik. Hal ini tentunya membuat relasi kuasa yang ada dimasyarakat menjadi berkurang bahkan hampir tidak terlihat sama sekali hal ini dapat dilihat dari bebasnya orang memberikan komentar ataupun penolakan terhadap misalnya program pemerintah yang dianggap tidak sesuia kebutuhan masyarakat lewat internet.

Dengan data yatingng pengguna internet di Indonesia yang dilakukan didapatkan dari penelitian Wasisto berjudul "Prospek Politik Digital dalam Kelas Menengah Indonesia ", ada 7U9 juta pengguna internet di Indonesia dengan 83,4 persen pengguna adalah kelas menengah di perkotaan. Aplikasi favorit mereka adalah Facebook dan Twitter. Ini dapat menjelaskan bawha kebutuhan kan informasi menjadi sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Kemudian dapat memberikan gambaran terhadap tingkat perubahan sosial yang terjadi dimasyarakat Indonesia. Dengan jumlah pengguna internet yang bertambah ini dapat menjadi bukti bahwa arus informasi yang terjadi membuat relasi kuasa pada mayarakat berkurang.

Walaupun banjir akan informasi baik karena mengurangi tingkat relasi kuasa yang ada pada masyarakat, banjir informasi yang tidak terkendali yang kemudian masuk pada masyarakat itu, dan diaskes oleh masyarakat tanpa disaring terlebih dahulu ini dapat membuat orang menjadi bingung, karena dibalik keleluasaan yang memunculkan „banjir informasi‟ terdapat masalah besar yakni mengenai siapa yang patut dipercaya dan bagaimana menyaring informasi sehingga berguna bagi pembaca (Villanueva dalam Winkelmann, 2012:155).

Hal tersebut kemudian berpengaruh pada aspek psikologis masing-masing individu yang merasa bingung dalam memilih suatu produk beserta informasi yang disajikan. Bila fenomena banjir informasi di kalangan masyarakat luas dapat disikapi dengan landasan fundamental terhadap substansi informasi itu sendiri, maka diharapkan yang terjadi akan meminimalisir dampak negatif yang diakibatkannya. Namun apabila banjir informasi dihadapi tanpa suatu sikap mendasar maka yang akan terjadi adalah terjebak dan terseretnya masyarakat pada arus perputaran informasi yang lebih menonjolkan sisi negatifnya daripada sisi positif. Pada kondisi banjir informasi seperti yang terjadi saat itu informasi yang benar dan sesat seringkali tercampur aduk. Banyak informasi yang sesat atau tidak benar yang kemudian muncul sehingga orang menjadi binggung akan informasi yang benar dan yang tidak benar. Maka kemudian orang perlu menyaring informasi terlebih dahulu sebelum menerima informasi tersebut.


Hubungan antara era internet dan media sosial dengan adanya konsekuensi adanya banjir informasi

Lihat Tekno Selengkapnya


Page 3

Globalisasi tidak mengenal batas-batas negara. Begitu juga dengan media yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh globalisasi. Dalam era yang kian berkembang dengan cepat saat ini, setiap orang hampir memiliki kesempatan yang lebih banyak dan luas dalam menggenggam informasi. Informasi dapat cepat ditransformasikan melalui alat-alat canggih lewat media massa, baik cetak, ataupun media elektronik. Media massa tersebut mampu mentransformasikan pesan (message) dalam waktu singkat, serentak (simultan), dan menjangkau khalayak banyak.

Saya setuju dan tidak setuju dengan pernyataan anggota tersebut. Memang sejak jamannya citizen journalist yang bermunculan di Indonesia sejak adanya weblog pada tahun 2002 dan bermunculan blog keroyokan tahun 2008, semua orang merasa bebas berpendapat melalui media, baik melalui media digital seperti blog pribadi maupun blog keroyokan, melalui video yang disebarkan via youtube, instagram, vmeo atau dikirim ke stasiun televisi, atau sekedar berkomentar atau memutakhirkan status di facebok,twitter, dan sebagainya. Ya, orang bisa mengeluarkan opini apa saja dan berbagai berita atau infomasi. Setiap orang seolah-olah menjadi wartawan bagi dirinya dan sekelilingnya dengan gaya ciri khas dia.

Kemudian kita lihat ada ratusan ribu jumlah blog pribadi di Indonesia, belum yang masuk blog keroyokan. Jumlah netizen di Indonesia menurut hasil penelitian APJII- Puskakom UI yang dirilis Maret 2015 mencapai 88,1 juta di Indonesia. Bisa dibayangkan seberapa ramainya jagat media sosial sudah seperti negara tersendiri saja. Jika setiap orang membagikan dua informasi saja tiap hari maka sudah ada 166 jutaan informasi perharinya. Benar-benar sedemikian derasnya arus informasi dari Indonesia saja. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi 90-an dimana sumber informasi hanya dari televisi, radio, dan media cetak yang jumlahnya terbatas dan masih diawasi. Setelah era reformasi, ada lebih banyak media cetak dan semakin membludak sejak tahun 2002 dengan adanya pengaturan siaran televisi dan radio. Kemudian lewat perkembangan teknologi dan komunikasi memunculkan media Sosial membuat kita dapat berinteraksi sosial dengan siapapun, bahkan dengan tokoh masyarakat sekalipun. Kehadirannya dalam beberapa tahun belakangan membuat sebuah pergeseran pola kehidupan sosial yang sesungguhnya terjadi di dalam masyarakat.

Misalnya pergeseran jenis pekerjaan yang kini lebih berbasiskan pada ilmu pengetahuan. Sehingga terdapat perkembangan yang pesat dalam lima sektor yaitu pendidikan, penelitian dan pengembangan, media massa, serta teknologi informasi dan pelayanan informasi. Jika media tradisional menggunakan media cetak dan media broadcast, maka media sosial menggunakan internet. media mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpartisipasi dengan memberikan kontribusi dan feedback secara terbuka, memberikan komentar, serta berbagi informasi dalam waktu cepat dan terbatas.Saat teknologi internet dan mobile phone makin maju maka media sosial pun ikut tumbuh dengan pesat. kini untuk mengakses berita atau informasi bisa dilakuan dimana saja dan kapan saja hanya dengan menggunakan mobile phone.

Informasi merupakan salah satu kebutuhan vital yang seringkali tidak kita sadari. Selama ini kita hanya menyadari bahwa hanya sandang, pangan, dan papan lah yang menjadi kebutuhan vital dalam kehidupan. Padahal, tidak terpenuhinya kebutuhan informasi seorang manusia dapat memicu munculnya rasa cemas dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, bahkan dapat berdampak negatif pada kondisi fisik dan psikis. Akibatnya distribusi informasi atau penciptaan informasi menjadi kebutuhan yang fundamental bagi segala aspek. Hal ini akan menimbulkan individu memiliki motivasi tinggi dalam berburu dan menemukan informasi yang dianggap bisa menjadi suatu solusi akan suatu permasalahan tertentu.

Hal ini kemudian menjadikan orang atau individu menjadi terbuka akan informasi, artinya informasi yang masuk atu diterima oleh individu tersbut dapat dibagikan kembali pada orang lain. Informasi pada orang atau individu yang masuk tanpa disaring terlebih dahulu membuat mereka atau masyarakat menjadi bajir akan informasi.

Banjir informasi yang ada saat ini membuat masyarakat disuguhi ragam peristiwa yang dicatat dan dilaporkan pewarta. Publik hampir saja tidak memiliki kesempatan yang tidak mungkin dielakkan. Sebagai misal, penulis setiap hari mencerna belasan berita di situs online, menyimak televisi berita, mengintip isi siaran radio, dan membaca koran. Banjir akan informasi ini membuat terjadinya perubahan sosial karena banyaknya informasi yang masuk dan dapat diakses ileh berbagai kalangan. Seperti yang kita tahu bahwa sebelum adanya teknologi informasi dan telekomunikasi secara massif informasi yang ada dan beredar sangat terbatas. Akibatnya informasi yang ada hanya dapat dinikmati atau diketahui oleh beberapa kalangan saja tentunya yang memiliki akses untuk mendapatkan informasi tersebut. Kemudian dengan adanya globalisai dan kemajuan terhadap tekonlogi yang menghadirkan internet secara massif membuat orang bebas mengakses informasi sehingga menyebabkan terjadinya perubahan sosial.

Perubahan sosial yang diakibatkan oleh pengaruh globalisasi dapat mengakibatkan perubahan nilai-nilai, sistem sosial dan tatanan masyarakat lainnya. Dengan kata lain, perubahan itu bisa berdampak pada nilai-nilai budaya, agama dan sistem sosial politik. Hal ini tentunya membuat relasi kuasa yang ada dimasyarakat menjadi berkurang bahkan hampir tidak terlihat sama sekali hal ini dapat dilihat dari bebasnya orang memberikan komentar ataupun penolakan terhadap misalnya program pemerintah yang dianggap tidak sesuia kebutuhan masyarakat lewat internet.

Dengan data yatingng pengguna internet di Indonesia yang dilakukan didapatkan dari penelitian Wasisto berjudul "Prospek Politik Digital dalam Kelas Menengah Indonesia ", ada 7U9 juta pengguna internet di Indonesia dengan 83,4 persen pengguna adalah kelas menengah di perkotaan. Aplikasi favorit mereka adalah Facebook dan Twitter. Ini dapat menjelaskan bawha kebutuhan kan informasi menjadi sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Kemudian dapat memberikan gambaran terhadap tingkat perubahan sosial yang terjadi dimasyarakat Indonesia. Dengan jumlah pengguna internet yang bertambah ini dapat menjadi bukti bahwa arus informasi yang terjadi membuat relasi kuasa pada mayarakat berkurang.

Walaupun banjir akan informasi baik karena mengurangi tingkat relasi kuasa yang ada pada masyarakat, banjir informasi yang tidak terkendali yang kemudian masuk pada masyarakat itu, dan diaskes oleh masyarakat tanpa disaring terlebih dahulu ini dapat membuat orang menjadi bingung, karena dibalik keleluasaan yang memunculkan „banjir informasi‟ terdapat masalah besar yakni mengenai siapa yang patut dipercaya dan bagaimana menyaring informasi sehingga berguna bagi pembaca (Villanueva dalam Winkelmann, 2012:155).

Hal tersebut kemudian berpengaruh pada aspek psikologis masing-masing individu yang merasa bingung dalam memilih suatu produk beserta informasi yang disajikan. Bila fenomena banjir informasi di kalangan masyarakat luas dapat disikapi dengan landasan fundamental terhadap substansi informasi itu sendiri, maka diharapkan yang terjadi akan meminimalisir dampak negatif yang diakibatkannya. Namun apabila banjir informasi dihadapi tanpa suatu sikap mendasar maka yang akan terjadi adalah terjebak dan terseretnya masyarakat pada arus perputaran informasi yang lebih menonjolkan sisi negatifnya daripada sisi positif. Pada kondisi banjir informasi seperti yang terjadi saat itu informasi yang benar dan sesat seringkali tercampur aduk. Banyak informasi yang sesat atau tidak benar yang kemudian muncul sehingga orang menjadi binggung akan informasi yang benar dan yang tidak benar. Maka kemudian orang perlu menyaring informasi terlebih dahulu sebelum menerima informasi tersebut.


Hubungan antara era internet dan media sosial dengan adanya konsekuensi adanya banjir informasi

Lihat Tekno Selengkapnya


Page 4

Globalisasi tidak mengenal batas-batas negara. Begitu juga dengan media yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh globalisasi. Dalam era yang kian berkembang dengan cepat saat ini, setiap orang hampir memiliki kesempatan yang lebih banyak dan luas dalam menggenggam informasi. Informasi dapat cepat ditransformasikan melalui alat-alat canggih lewat media massa, baik cetak, ataupun media elektronik. Media massa tersebut mampu mentransformasikan pesan (message) dalam waktu singkat, serentak (simultan), dan menjangkau khalayak banyak.

Saya setuju dan tidak setuju dengan pernyataan anggota tersebut. Memang sejak jamannya citizen journalist yang bermunculan di Indonesia sejak adanya weblog pada tahun 2002 dan bermunculan blog keroyokan tahun 2008, semua orang merasa bebas berpendapat melalui media, baik melalui media digital seperti blog pribadi maupun blog keroyokan, melalui video yang disebarkan via youtube, instagram, vmeo atau dikirim ke stasiun televisi, atau sekedar berkomentar atau memutakhirkan status di facebok,twitter, dan sebagainya. Ya, orang bisa mengeluarkan opini apa saja dan berbagai berita atau infomasi. Setiap orang seolah-olah menjadi wartawan bagi dirinya dan sekelilingnya dengan gaya ciri khas dia.

Kemudian kita lihat ada ratusan ribu jumlah blog pribadi di Indonesia, belum yang masuk blog keroyokan. Jumlah netizen di Indonesia menurut hasil penelitian APJII- Puskakom UI yang dirilis Maret 2015 mencapai 88,1 juta di Indonesia. Bisa dibayangkan seberapa ramainya jagat media sosial sudah seperti negara tersendiri saja. Jika setiap orang membagikan dua informasi saja tiap hari maka sudah ada 166 jutaan informasi perharinya. Benar-benar sedemikian derasnya arus informasi dari Indonesia saja. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi 90-an dimana sumber informasi hanya dari televisi, radio, dan media cetak yang jumlahnya terbatas dan masih diawasi. Setelah era reformasi, ada lebih banyak media cetak dan semakin membludak sejak tahun 2002 dengan adanya pengaturan siaran televisi dan radio. Kemudian lewat perkembangan teknologi dan komunikasi memunculkan media Sosial membuat kita dapat berinteraksi sosial dengan siapapun, bahkan dengan tokoh masyarakat sekalipun. Kehadirannya dalam beberapa tahun belakangan membuat sebuah pergeseran pola kehidupan sosial yang sesungguhnya terjadi di dalam masyarakat.

Misalnya pergeseran jenis pekerjaan yang kini lebih berbasiskan pada ilmu pengetahuan. Sehingga terdapat perkembangan yang pesat dalam lima sektor yaitu pendidikan, penelitian dan pengembangan, media massa, serta teknologi informasi dan pelayanan informasi. Jika media tradisional menggunakan media cetak dan media broadcast, maka media sosial menggunakan internet. media mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpartisipasi dengan memberikan kontribusi dan feedback secara terbuka, memberikan komentar, serta berbagi informasi dalam waktu cepat dan terbatas.Saat teknologi internet dan mobile phone makin maju maka media sosial pun ikut tumbuh dengan pesat. kini untuk mengakses berita atau informasi bisa dilakuan dimana saja dan kapan saja hanya dengan menggunakan mobile phone.

Informasi merupakan salah satu kebutuhan vital yang seringkali tidak kita sadari. Selama ini kita hanya menyadari bahwa hanya sandang, pangan, dan papan lah yang menjadi kebutuhan vital dalam kehidupan. Padahal, tidak terpenuhinya kebutuhan informasi seorang manusia dapat memicu munculnya rasa cemas dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, bahkan dapat berdampak negatif pada kondisi fisik dan psikis. Akibatnya distribusi informasi atau penciptaan informasi menjadi kebutuhan yang fundamental bagi segala aspek. Hal ini akan menimbulkan individu memiliki motivasi tinggi dalam berburu dan menemukan informasi yang dianggap bisa menjadi suatu solusi akan suatu permasalahan tertentu.

Hal ini kemudian menjadikan orang atau individu menjadi terbuka akan informasi, artinya informasi yang masuk atu diterima oleh individu tersbut dapat dibagikan kembali pada orang lain. Informasi pada orang atau individu yang masuk tanpa disaring terlebih dahulu membuat mereka atau masyarakat menjadi bajir akan informasi.

Banjir informasi yang ada saat ini membuat masyarakat disuguhi ragam peristiwa yang dicatat dan dilaporkan pewarta. Publik hampir saja tidak memiliki kesempatan yang tidak mungkin dielakkan. Sebagai misal, penulis setiap hari mencerna belasan berita di situs online, menyimak televisi berita, mengintip isi siaran radio, dan membaca koran. Banjir akan informasi ini membuat terjadinya perubahan sosial karena banyaknya informasi yang masuk dan dapat diakses ileh berbagai kalangan. Seperti yang kita tahu bahwa sebelum adanya teknologi informasi dan telekomunikasi secara massif informasi yang ada dan beredar sangat terbatas. Akibatnya informasi yang ada hanya dapat dinikmati atau diketahui oleh beberapa kalangan saja tentunya yang memiliki akses untuk mendapatkan informasi tersebut. Kemudian dengan adanya globalisai dan kemajuan terhadap tekonlogi yang menghadirkan internet secara massif membuat orang bebas mengakses informasi sehingga menyebabkan terjadinya perubahan sosial.

Perubahan sosial yang diakibatkan oleh pengaruh globalisasi dapat mengakibatkan perubahan nilai-nilai, sistem sosial dan tatanan masyarakat lainnya. Dengan kata lain, perubahan itu bisa berdampak pada nilai-nilai budaya, agama dan sistem sosial politik. Hal ini tentunya membuat relasi kuasa yang ada dimasyarakat menjadi berkurang bahkan hampir tidak terlihat sama sekali hal ini dapat dilihat dari bebasnya orang memberikan komentar ataupun penolakan terhadap misalnya program pemerintah yang dianggap tidak sesuia kebutuhan masyarakat lewat internet.

Dengan data yatingng pengguna internet di Indonesia yang dilakukan didapatkan dari penelitian Wasisto berjudul "Prospek Politik Digital dalam Kelas Menengah Indonesia ", ada 7U9 juta pengguna internet di Indonesia dengan 83,4 persen pengguna adalah kelas menengah di perkotaan. Aplikasi favorit mereka adalah Facebook dan Twitter. Ini dapat menjelaskan bawha kebutuhan kan informasi menjadi sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Kemudian dapat memberikan gambaran terhadap tingkat perubahan sosial yang terjadi dimasyarakat Indonesia. Dengan jumlah pengguna internet yang bertambah ini dapat menjadi bukti bahwa arus informasi yang terjadi membuat relasi kuasa pada mayarakat berkurang.

Walaupun banjir akan informasi baik karena mengurangi tingkat relasi kuasa yang ada pada masyarakat, banjir informasi yang tidak terkendali yang kemudian masuk pada masyarakat itu, dan diaskes oleh masyarakat tanpa disaring terlebih dahulu ini dapat membuat orang menjadi bingung, karena dibalik keleluasaan yang memunculkan „banjir informasi‟ terdapat masalah besar yakni mengenai siapa yang patut dipercaya dan bagaimana menyaring informasi sehingga berguna bagi pembaca (Villanueva dalam Winkelmann, 2012:155).

Hal tersebut kemudian berpengaruh pada aspek psikologis masing-masing individu yang merasa bingung dalam memilih suatu produk beserta informasi yang disajikan. Bila fenomena banjir informasi di kalangan masyarakat luas dapat disikapi dengan landasan fundamental terhadap substansi informasi itu sendiri, maka diharapkan yang terjadi akan meminimalisir dampak negatif yang diakibatkannya. Namun apabila banjir informasi dihadapi tanpa suatu sikap mendasar maka yang akan terjadi adalah terjebak dan terseretnya masyarakat pada arus perputaran informasi yang lebih menonjolkan sisi negatifnya daripada sisi positif. Pada kondisi banjir informasi seperti yang terjadi saat itu informasi yang benar dan sesat seringkali tercampur aduk. Banyak informasi yang sesat atau tidak benar yang kemudian muncul sehingga orang menjadi binggung akan informasi yang benar dan yang tidak benar. Maka kemudian orang perlu menyaring informasi terlebih dahulu sebelum menerima informasi tersebut.


Hubungan antara era internet dan media sosial dengan adanya konsekuensi adanya banjir informasi

Lihat Tekno Selengkapnya