Ilmuwan muslim masa daulah bani abbasiyah yang menyusun Kitab optics ialah

Brilio.net - Islam pernah mengalami kejayaan pada era 780 M - 1258 M. Pada masa ini para ilmuwan memberikan banyak kontribusi di bidang ilmu pengetahuan. Banyak karya yang diciptakan pada masa ini.

BACA JUGA :
10 Aksi perenang Ben Lecomte seberangi Samudera Pasifik sejauh 8000 km

Pada masa kejayaan Islam, masjid tidak hanya jadi tempat beribadah. Di masjid, orang-orang dapat mengkaji ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan Alquran. Banjirnya antusiasme tentang ilmu pengetahuan membuat banyak ilmuwan Islam lahir dengan karya terbaiknya. Bahkan karya tersebut masih berpengaruh hingga zaman modern ini.

Berikut brilio.net merangkum ilmuwan muslim yang berpengaruh dilansir dari berbagai sumber, Kamis (14/6).

BACA JUGA :
10 Pesona Sandrina Azzahra, pelantun lagu hits Goyang Dua Jari

foto: epicworldhistory

Dunia medis kini semakin berkembang. Perkembangan tersebut berkat eksplorasi ilmuwan Persia, Ibn Sina yang menulis buku The Canon of Medicine. Buku yang ia tulis menjadi pedoman mahasiswa kedokteran di Eropa hingga tahun 1600-an.

2. Al-Khawarizmi (780-850)

foto: codepen.io

Al-Khawarizimi ialah ilmuwan muslim yang ahli di bidang matematika. Imuwan dari Persia ini menemukan sistem penomoran 1-10. Ia juga berjasa menemukan konsep aljabar dan algoritma.

3. Jabir Ibn- Hayyan (721-815)

foto: wikipedia

Jabir ialah ilmuwan dari Iran yang ahli di bidang kimia. Dia adalah orang pertama yang mengidentifikasi zat yang bisa melarutkan emas. Jabir juga orang pertama yang menemukan asam sulfat, klorida dan nitrat. Kontribusi lainnya ialah pada penemuan alkali. Karya-karya Jabir antara lain Kitab Al-Kimya, Kitab Al-Sab'een, Kitab Al Rahmah dan lain sebagainya.

4. Ibnu al-Nafis (1213 – 1288)

foto: researchgate

Ibnu al-Nafis merupakan ilmuwan dari Damaskus yang punya kontribusi besar di bidang medis. Ia merupakan ilmuwan pertama yang mengungkapkan teori pembuluh darah kapiler. Ia secara akurat dapat mendeskripsikan peredaran darah dalam tubuh. Ibnu al-Nafis sering dijuluki sebagai bapak fisiologi peredaran darah.

5. Ibnu Khaldun (1332 – 1406)

foto: worldbulletin.com

Ibnu Khaldun ialah ilmuwan dari Tunisia yang dikenal sebagai bapak pendiri ilmu historiografi, sosiologi dan ekonomi. Karyanya yang terkenal adalam Muqaddimah. Ilmuwan ini sudah hafal Alquran sejak dini lho.

6. Al Zahrawi (936 – 1013)

foto: thefamouspeople.com

Al Zahrawi ialah ilmuwan dari Cordoba yang ahli di bidang kedokteran. Dia yang menemukan konsep operasi modern. Penemuannya yang sangat berguna hingga kini korsep untuk membantu proses persalinan.

7. Ibnu Haitham (965 – 1040)

foto: bigthink.com

Ibnu Haitham merupakan ilmuwan Irak yang ahli di bidang matematika. Ia dikenal sebagai pendiri optik modern. Ibnu Haitahm berhasil membedah konsep cahaya.

8. Umar Khayyam (1048 – 1131)

foto: thefamouspeople.com

Umar Khayyam ialah ilmuwan Iran yang berhasil mengkoreksi kalender Persia. Umar Khayam juga menghitung panjang tahun matahari secara akurat. Keren ya.

9. Ibnu al-Baithar (1197 – 1248)

foto: alchetron.com

Ibnu al-Baithar ialah ilmuwan dari Malaga yang terkenal di bidang botani dan kedoteran. Dia yang mencatat penemuan dokter abad pertengahan secara sistematis.

10. Thbit ibn Qurra (826 – 901)

foto: rasseen.com

Thbit ibn Qurra ialah ilmuan Arab yang ahli di bidang matematika. Ia yang menerapkan sistem geosentrik Ptolemy dan penemu konsep statistika.

Jakarta -

Salah seorang ilmuwan muslim masa Abbasiyah ada yang dikenal sebagai sosok peletak dasar Aritmatika atau ilmu hitung seperti, Jamsyid Giatsuddin Al Kasyi. Selain Jamsyid, masa Dinasti Abbasiyah juga melahirkan sejumlah ilmuwna muslim yang kemudian mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan.

Dinasti Abbasiyah sendiri merupakan salah satu dinasti kebesaran Islam yang pernah memimpin kekhilafahan setelah masa Khulafaur Rasyidin atau masa empat sahabat rasul. Dinasti ini sempat berdiri selama 5 abad dari tahun 750 M hingga 1258 M.

Selama itu pula, beragam ilmu pengetahuan berkembang pesat hingga menjadi pondasi utama dalam perkembangan ilmu pengetahuan pada masa-masa setelahnya. Pada masa Abbasiyah, sebagaimana diungkap dalam publikasi Cendekia terbitan Kementerian Agama (Kemenag), ilmu pengetahuan masuk dalam kategori ilmu filsafat.

Saat itu, masih belum ada spesialisasi ilmu pengetahuan seperti sekarang. Seorang ilmuwan filsafat cenderung memiliki keahlian di banyak bidang dan berhasil mengembangkan ilmu pengetahuannya tersebut.

Lebih lengkapnya, berikut ini sejumlah ilmuwan muslim masa Abbasiyah yang penemuan ilmiahnya berperan besar dalam ilmu pengetahuan pada masa kini. Siapa saja?

5 Ilmuwan Muslim Masa Abbasiyah

1. Jamsyid Giatsuddin Al Kasyi

Jamsyid Giatsuddin Al Kasyi adalah seorang profesor dalam bidang Matematika sekaligus Astronomi di Universitas Samarkand, Uzbekistasn. Menurut Repository Digital dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, ilmuwan yang hidup pada abad ke-7 ini memiliki peran besar dalam ilmu pengetahuan masa kini khususnya ilmu Matematika.

Jamsyid disebut sebagai peletak dasar aritmatika atau ilmu hitung yang dilakukan atas dasar slide. Penemuan inilah yang dianggap sebagai penemuan ilmiah penting dalam Matematika.

2. Al Khwarizmi

Al Khwarizmi dikenal sebagai ilmuwan muslim lain yang berjasa bagi ilmu matematika. Ilmuwan yang bernama lengkap Abu Ja'far Muhammad bin Musa Al-Khwarizmi ini menuliskan pemikirannya dalam sebuah buku yang menjadi dasar pengembangan aljabar dan algoritma matematika.

Buku yang dimaksud adalah Hisab al-jabr wa al-Muqabala (The Compendious Book on Calculation by Completion and Balancing). Dalam bukunya ini, Al-Khwarizmi mengenalkan beragam ilmu matematika.

Mulai dari bilangan asli, cara berhitung matematika sederhana atau teori algoritma (penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian) hingga penyelesaian persamaan linear dan kuadrat.

3. Al Farabi

Al Farabi atau Abu Nashr adalah seorang filosof muslim pertama yang menyelaraskan Islam dengan filsafat Yunani. Berkat kecerdasannya dalam pemikiran filsafat, ia mendapat julukan Guru atau Master Kedua (al-mu'allim at thani) setelah Aristoteles.

Sebagaimana yang dinukil dari tulisan Siti Nutlaela dalam bukunya Mulut yang Terkunci: 50 Kisah Haru Para Sahabat Nabi, karya Al Farabi di bidang filsafatnya yang terkenal adalah Al-Madinah Al-Fadhilah. Karya tersebut berisikan seputar pencapaian kebahagiaan melalui kehidupan berpolitik.

Selain filsafat, ternyata ia juga menguasai ilmu di bidang musik. Bahkan, Al Farabi disebut sebagai orang pertama yang meletakkan dasar-dasar tentang not musik.

Karyanya di bidang musik adalah Kitab Al-Musiqi Al Kabir (Buku Besar Musik) yang menjadi rujukan penting bagi perkembangan musik klasik barat.

4. Jabir Ibnu Hayyan

Ilmuwan muslim masa Abbasiyah selanjutnya adalah Jabir Ibnu Hayyan. Ilmuwan kelahiran tahun 721 M ini melahirkan sebuah buku berjudul al Kimya yang menjadi rujukan dalam pengembangan bidang Kimia.

Karya-karya di bidang ilmu kimia dari Jabir bahkan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di Eropa hingga kemudian diserap oleh ilmu kimia modern. Dalam karyanya, ia mengenalkan sejumlah teori dan konsep kimia seperti materi dan zat murni hingga proses kimiawi.

Salah satu penemuannya yang paling terkenal adalah konsep besi dan logam. Jabir melakukan penelitian yang menemukan senyawa kimia yang dapat mencegah besi dan logam berkarat.

5. Ibnu Sina

Terakhir, ada Ibnu Sina yang dikenal sebagai The Father of Farmacology (Bapak Farmakologi) dan Al-Syekh al-Rais al-Thibb (Mahaguru Kedokteran). Tidak mengherankan sebab, salah satu karyanya yang terkenal yakni, Al-Qanun fi al- Thibb (The Canon of Medicine) sudah diterjemahkan dalam 15 bahasa dunia.

Berkat kecerdasannya, Ibnu Sina menjadi dokter pertama yang memperkenalkan eksperimen dan hitungan cermat berbagai jenis penyakit menular berikut dengan cara-cara menjinakkannya. Selain itu, ilmuwan muslim kelahiran Iran ini pula yang memperkenalkan teknik karantina sebagai upaya membatasi penularan virus pertama kalinya.

Simak Video "Momen Jokowi Bertemu Anak-anak Pandai Matematika di Sumut"



(rah/rah)

Page 2

Jakarta -

Salah seorang ilmuwan muslim masa Abbasiyah ada yang dikenal sebagai sosok peletak dasar Aritmatika atau ilmu hitung seperti, Jamsyid Giatsuddin Al Kasyi. Selain Jamsyid, masa Dinasti Abbasiyah juga melahirkan sejumlah ilmuwna muslim yang kemudian mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan.

Dinasti Abbasiyah sendiri merupakan salah satu dinasti kebesaran Islam yang pernah memimpin kekhilafahan setelah masa Khulafaur Rasyidin atau masa empat sahabat rasul. Dinasti ini sempat berdiri selama 5 abad dari tahun 750 M hingga 1258 M.

Selama itu pula, beragam ilmu pengetahuan berkembang pesat hingga menjadi pondasi utama dalam perkembangan ilmu pengetahuan pada masa-masa setelahnya. Pada masa Abbasiyah, sebagaimana diungkap dalam publikasi Cendekia terbitan Kementerian Agama (Kemenag), ilmu pengetahuan masuk dalam kategori ilmu filsafat.

Saat itu, masih belum ada spesialisasi ilmu pengetahuan seperti sekarang. Seorang ilmuwan filsafat cenderung memiliki keahlian di banyak bidang dan berhasil mengembangkan ilmu pengetahuannya tersebut.

Lebih lengkapnya, berikut ini sejumlah ilmuwan muslim masa Abbasiyah yang penemuan ilmiahnya berperan besar dalam ilmu pengetahuan pada masa kini. Siapa saja?

5 Ilmuwan Muslim Masa Abbasiyah

1. Jamsyid Giatsuddin Al Kasyi

Jamsyid Giatsuddin Al Kasyi adalah seorang profesor dalam bidang Matematika sekaligus Astronomi di Universitas Samarkand, Uzbekistasn. Menurut Repository Digital dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, ilmuwan yang hidup pada abad ke-7 ini memiliki peran besar dalam ilmu pengetahuan masa kini khususnya ilmu Matematika.

Jamsyid disebut sebagai peletak dasar aritmatika atau ilmu hitung yang dilakukan atas dasar slide. Penemuan inilah yang dianggap sebagai penemuan ilmiah penting dalam Matematika.

2. Al Khwarizmi

Al Khwarizmi dikenal sebagai ilmuwan muslim lain yang berjasa bagi ilmu matematika. Ilmuwan yang bernama lengkap Abu Ja'far Muhammad bin Musa Al-Khwarizmi ini menuliskan pemikirannya dalam sebuah buku yang menjadi dasar pengembangan aljabar dan algoritma matematika.

Buku yang dimaksud adalah Hisab al-jabr wa al-Muqabala (The Compendious Book on Calculation by Completion and Balancing). Dalam bukunya ini, Al-Khwarizmi mengenalkan beragam ilmu matematika.

Mulai dari bilangan asli, cara berhitung matematika sederhana atau teori algoritma (penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian) hingga penyelesaian persamaan linear dan kuadrat.

3. Al Farabi

Al Farabi atau Abu Nashr adalah seorang filosof muslim pertama yang menyelaraskan Islam dengan filsafat Yunani. Berkat kecerdasannya dalam pemikiran filsafat, ia mendapat julukan Guru atau Master Kedua (al-mu'allim at thani) setelah Aristoteles.

Sebagaimana yang dinukil dari tulisan Siti Nutlaela dalam bukunya Mulut yang Terkunci: 50 Kisah Haru Para Sahabat Nabi, karya Al Farabi di bidang filsafatnya yang terkenal adalah Al-Madinah Al-Fadhilah. Karya tersebut berisikan seputar pencapaian kebahagiaan melalui kehidupan berpolitik.

Selain filsafat, ternyata ia juga menguasai ilmu di bidang musik. Bahkan, Al Farabi disebut sebagai orang pertama yang meletakkan dasar-dasar tentang not musik.

Karyanya di bidang musik adalah Kitab Al-Musiqi Al Kabir (Buku Besar Musik) yang menjadi rujukan penting bagi perkembangan musik klasik barat.

4. Jabir Ibnu Hayyan

Ilmuwan muslim masa Abbasiyah selanjutnya adalah Jabir Ibnu Hayyan. Ilmuwan kelahiran tahun 721 M ini melahirkan sebuah buku berjudul al Kimya yang menjadi rujukan dalam pengembangan bidang Kimia.

Karya-karya di bidang ilmu kimia dari Jabir bahkan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di Eropa hingga kemudian diserap oleh ilmu kimia modern. Dalam karyanya, ia mengenalkan sejumlah teori dan konsep kimia seperti materi dan zat murni hingga proses kimiawi.

Salah satu penemuannya yang paling terkenal adalah konsep besi dan logam. Jabir melakukan penelitian yang menemukan senyawa kimia yang dapat mencegah besi dan logam berkarat.

5. Ibnu Sina

Terakhir, ada Ibnu Sina yang dikenal sebagai The Father of Farmacology (Bapak Farmakologi) dan Al-Syekh al-Rais al-Thibb (Mahaguru Kedokteran). Tidak mengherankan sebab, salah satu karyanya yang terkenal yakni, Al-Qanun fi al- Thibb (The Canon of Medicine) sudah diterjemahkan dalam 15 bahasa dunia.

Berkat kecerdasannya, Ibnu Sina menjadi dokter pertama yang memperkenalkan eksperimen dan hitungan cermat berbagai jenis penyakit menular berikut dengan cara-cara menjinakkannya. Selain itu, ilmuwan muslim kelahiran Iran ini pula yang memperkenalkan teknik karantina sebagai upaya membatasi penularan virus pertama kalinya.

Simak Video "Momen Jokowi Bertemu Anak-anak Pandai Matematika di Sumut"


[Gambas:Video 20detik]
(rah/rah)

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA