Industri kreatif yang berasal dari Provinsi Papua adalah

SERPONG, ULTIMAGZ.com – Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan terluas di dunia. Dengan 17.000 gugusan pulau dan setidaknya delapan pulau besar yang berpenghuni, tak mengherankan jika Indonesia memiliki segudang ragam bahasa, suku bangsa, kebudayaan, dan tradisi yang tak bisa dipisahkan dari masyarakatnya.

Salah satu kebudayaan yang dimiliki Indonesia berasal dari Papua, yaitu noken. Tas anyaman atau rajutan tradisional asal Papua ini memiliki berbagai macam fungsi dan kaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat setempat, misalnya sebagai alat untuk membawa hasil panen hingga menggendong bayi.

Atas nilai-nilai kebudayaan yang terdapat di dalamnya, United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) lantas mengakui noken Papua sebagai warisan budaya tak benda yang patut dilindungi eksistensinya oleh masyarakat Indonesia maupun dunia.

Sayangnya, di Indonesia sendiri masih banyak masyarakat yang belum mengetahui, apalagi menghargai tas anyaman multifungsi asal Bumi Cenderawasih ini. Hal ini menggerakkan hati dua mahasiswi Universitas Multimedia Nusantara (UMN) jurusan Public Relations (PR), Herlina A. Yawang dan Yuni untuk mengambil insiatif melestarikan budaya noken lewat proyek mata kuliah Sociopreneurship bernama Walibu.

Usaha yang baru dimulai pada Januari 2018 lalu ini bergerak di bidang industri high-demand seperti busana. Sebagai langkah awal memperkenalkan noken kepada kalangan anak muda seperti mahasiswa, Walibu menjual baju atasan dengan aksen kantung berbahan noken di bagian dadanya. Hal tersebut dilakukan mengingat kebanyakan anak muda masih asing dengan penggunaan noken di kehidupan sehari-hari.

Menurut Herlina, Walibu sendiri berarti air yang mengalir. Dengan mengangkat filosofi air yang memberikan kehidupan, kedua founder dari Walibu ini berharap bahwa proyeknya bisa memberikan dampak positif terhadap budaya noken.

“Kami berharap bisa ikut menyediakan wadah bagi para mama-mama pengrajin noken untuk menjual kerajinan tangannya terutama melalui media sosial,” ujar Herlina.

“Kalau lewat media sosial kan, jangkauannya luas, bukan hanya di Papua tapi juga seluruh Indonesia bahkan dunia bisa lihat gitu. Jadi secara tidak langsung, lewat proyek Walibu bisa ikut mendongkrak penjualan noken sekaligus memeperkenalkan dan meningkatkan awareness tentang tas rajutan khas Papua tersebut,” imbuhnya.

Menang di Kompetisi IDF 2018

Berawal dari brosur lomba yang didapatnya saat mengikuti kuliah tamu di kampus, Walibu berhasil menyabet juara dua kategori infografis dengan sub-tema “Upaya Mengurangi Kesenjangan Daerah Tertinggal dan Perbatasan” dalam ajang Indonesia Development Forum (IDF) 2018.

IDF sendiri merupakan acara tahunan yang diinisiasi oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Negara/Bappenas dan didukung oleh Kedutaan Besar Australia. Isu-isu terkait pemerataan dan pembangunan nasional menjadi pokok bahasan di dalam acara ini.

IDF 2018 mengangkat tema Persiapan untuk Mengatasi Kesenjangan Regional di Seluruh Kepulauan dan berfokus pada isu-isu ketimpangan pembangunan antara wilayah barat dan timur Indonesia. Hal ini juga sejalan dengan program prioritas Presiden Joko Widodo, yaitu ‘membangun Indonesia dari pinggiran’.

Menurut Herlina, kompetisi yang diadakan dalam gelaran IDF 2018 ini berkaitan erat dengan misi Walibu untuk memberdayakan mama-mama Papua dengan kerajinan nokennya sekaligus melestarikan budaya noken yang makin terkikis perkembangan zaman.

“Kami melihat kompetisi itu sebagai peluang dan sejalan dengan misi yang dibawa oleh Walibu yaitu membangun Papua melalui budaya nokennya,” ungkapnya.

Selain berhasil menyabet juara kedua di kompetisi infografis, perwakilan dari Walibu juga terpilih menjadi pembicara dalam rangkaian acara IDF 2018 lainnya, yaitu Pasar Bisnis dan Inovasi. Dalam kesempatan tersebut, Walibu memaparkan ide serta solusi untuk mengatasi ketimpangan di wilayah Papua, salah satu caranya adalah dengan menjaga serta melestarikan eksistensi noken Papua.

“Harapan kami dengan hadirnya Walibu dalam acara IDF 2018 itu dapat memercikkan api kecil di pemikiran audiens bahwa kita itu punya tanggung jawab budaya yang harus dipertahankan. Semoga kita lebih peka lagi terhadap budaya Indonesia timur dan bersama-sama akhirnya kita bisa melestarikan budaya ini,” ungkap Herlina.

“Bukan hanya orang Papua yang berusaha mengangkat budayanya sendiri yang cenderung susah dan kurang didengar suaranya karena dipandang sebelah mata. Kalau tidak begitu mungkin budaya kita akan punah,” tutupnya.

Penulis: Galuh Putri Riyanto

Editor: Gilang Fajar Septian

Foto: Dokumentasi Tim Walibu

POTENSI PERIKANAN DAN KELAUTAN PROVINSI PAPUA

Provinsi Papua terletak pada koordinat 130derajat-140derajat BT dan 9,0derajat - 10,45derajat LS merupakan wilayah paling timur Indonesia dan berbatasan langsung dengan Negara Papua New Guinea. Provinsi Papua memiliki garis pantai sepanjang 1.170 mil laut dengan luas perairan territorial mencapai 45.510km2 yang didalamnya mengandung berbagai jenis biota laut yang bernilai ekonomis penting.Secara umum potensi lestari sumberdaya perikanan laut sebesar 1.524.800 ton/tahun dan perikanan darat sebesar 268.100 ton/tahun (belum termasuk potensi lahan untuk pengembangan budidaya laut dan tambak diperkirakan sebesar 1.663.200 Ha).

Kebijakan Pemerintah Provinsi Papua menjadikan sektor perikanan dan kelautan sebagai salah satu sektor unggulan sumber PAD, maka sektor ini mempunyai peluang yang sangat luas untuk terus dipacu perkembangannya.

Potensi Ikan Hias Air Tawar Asli Papua

Provinsi Papua memiliki ikan hias air tawar bernilai ekonomis tinggi seperti Arowana (Scleropages jardinii) di Merauke dan udang Cherax di Jayawijaya. Jenis ikan hias lainnya seperti Ikan Rainbow Fish, Bambit, Iriatherina,Kaca, banyak terdapat di perairan umum yang ada di kabupaten / kota di wilayah Provinsi Papua.

Sumber Data Seluruh Subdin Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Papua 

Ekonomi kreatif yang mencakup industri kreatif di berbagai negara di dunia saat ini diyakini dapat memberikan kontribusi bagi perekonomian secara signifikan. Indonesia pun mulai melihat bahwa berbagai subsektor dalam industri kreatif berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut karena pada dasarnya bangsa ini memiliki sumberdaya insani kreatif berupa warisan budaya, dan kearifan lokal yang kaya.

Dalam buku Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 yang diterbitkan oleh Departemen Perdagangan Republik Indonesia, menyebutkan bahwa di Indonesia, peran industri kreatif dalam ekonomi Indonesia cukup signifikan dengan besar kontribusi terhadap PDB rata-rata tahun 2002 – 2006 adalah sebesar 6,3% atau setara dengan 104,6 triliun rupiah (nilai konstan) dan 152,5 triliun rupiah (nilai nominal). Industri ini telah mampu menyerap tenaga kerja rata-rata tahun 2002 – 2006 adalah sebesar 5,4 juta dengan tingkat partisipasi sebesar 5,8%.

Beruntung Yogyakarta merupakan salah satu kota yang selalu rutin mengagendakan kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition). Pada tanggal 17 Oktober 2014, tim insanwisata berkesempatan hadir untuk melihat acara Pameran Produk Kreatif bertempat di Jogja Expo Center (JEC) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bersama Dinas Perindustrian dan Perdagangan Daerah. Terlihat di sana ada salah satu stand yang unik dan masih terlihat sepi dari kunjungan.

Pak Amin namanya, pemilik stand produk kreatif Papua yang berasal dari Jayapura terlihat sedang duduk menanti kunjungan dari hilir mudik penikmat stand produk kreatif.

Berapa lama menggeluti bidang produk kreatif ?

“Kurang lebih 15 tahun lamanya saya bergerak di bidang ini. Dulunya saya di Jayapura, tapi sekarang saya pindah ke Timika. Rata-rata, banyak toko penjual oleh-oleh khas Papuayang ambil barang dari saya. Seperti Sorong, Raja Ampat, Bintuni. Saat Sail Raja Ampat juga, produk saya banyak yang dipamerkan”.

Apakah punya karyawan ? Berapa banyak jumlahnya ?

“Tidak ada, hanya saya sendiri. Kadang juga dibantu saudara. Saya tidak membuat ini sendirian. Saya ambil produk ini dari masyarakat pedalaman. Kalau mau dapat barang kaya gini memang sulit. Biasanya saya mencari dari suku Asmat pedalaman, atau Wamena. Saya membeli dari mereka, dan saya yang menjualnya. Karena yang seperti ini hanya mereka yang bisa kerjakan”.

“Seperti lukisan ini. Lukisan ini hanya bisa didapat di pedalaman Wamena”. Tambah Pak Amin sambil menunjuk lukisan tua.

Kalau bicara Papua, apa potensinya?             

“Ya Papua itu banyak potensinya. Mulai dari masyarakat sampai alamnya. Di tempat saya, Timika. Jarang sekali masyarakat yang memiliki bisnis dalam bidang ini. Saya adalah satu-satunya. Kemarin banyak orang pulang dari Bintuni yang beli oleh-oleh di tempat di saya”.

“Alam Papua juga masih bagus. Papua itu juga kaya. Tapi sayang, banyak masyarakat Papua yang kena tipu. Contoh saja pertambangan yang saat ini dikelola asing”.

Kerajinan tangan atau biasa yang dikenal dengan handycraft merupakan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi. Indonesia terkenal dengan keragaman sosio-kulturalnya. Tak jarang banyak kendala yang ditemui dalam promosi budaya Indonesia adalah kesulitan mencari pemirsa (audience). Ini disebabkan karena masih banyak diantara kita yang kurang tertarik menikmati sajian yang terlalu tradisional. Apabila dibiarkan, lama kelamaan warisan budaya tersebut akan punah karena tidak adanya regenerasi terhadap generasi muda.

Produk kreatif yang dijual oleh Pak Amin merupakan kekayaan dan hasil daripada budaya masyarakat lokal yang telah ada sejak jaman nenek moyang. Produk kerajinan yang didapat oleh Pak Amin umumnya hanya diproduksi dalam jumlah yang relatif kecil (bukan produksi massal) karena hanya didapat di kampung pedalaman seperti Asmat dan Wamena. Produk kerajinan yang dijual Pak Amin berupa gantungan kunci, koteka, tas, anyaman tikar, gelang, tulang belulang (cendrawasih dan buaya) yang diawetkan, dan produk kerajinan lainnya.

Peluang industri kreatif baik di dalam negeri maupun di luar negeri sangatlah besar. Pangsa pasar yang dijanjikan untuk industri kreatif ini masih terbuka sangat lebar, dan akan memiliki kecenderungan meningkat. Salam merajut cinta tanah air.

Narasumber : Pak Amin (Pemilik)