Istilah di bawah ini yang berarti berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan

OLEH HASANUL RIZQA

Dalam Alquran surah al-Baqarah ayat 148, Allah SWT berfirman, yang artinya, “Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”

Berlomba dalam kebaikan atau fastabiqul khairat memiliki makna yang luas. Itu akan melahirkan amalan yang terbaik. Seorang Mukmin akan terpacu memanfaatkan waktunya untuk berbuat kebajikan.

Sebesar apa pun itu, meskipun seberat zarah, Allah Ta’ala akan membalasnya. Dengan segala daya yang dimiliki, berpaculah dalam amal kebaikan sehingga diri kita akan meraih kemuliaan, baik di dunia maupun akhirat kelak.

Lekas Beramal

Tidak ada seorang pun manusia yang mengetahui kapan dan bagaimana akhir kehidupannya. Yang pasti, setiap yang bernyawa akan merasakan kematian. Bila ajal telah tiba, maka tak seorang pun mampu menolak atau menangguhkannya walau sesaat pun.

Allah SWT berfirman dalam Alquran surah al-Hijr ayat lima, artinya, “Tidak ada satu umat pun yang dapat mendahului ajalnya dan tidak pula mengundurkannya.”

Karena itu, penting sekali bagi setiap orang beriman untuk memanfaatkan usia yang tersisa di jalan kebaikan. Salah satu wujud fastabiqul khairat ialah bersegera dalam beramal kebajikan dan ibadah, yang sunah dan terlebih lagi yang wajib. Jangan berleha-leha, menunda ibadah hingga nanti. Bagaimana mungkin kita yakin bahwa diri ini masih bernapas esok hari, sedangkan rahasia kehidupan hanya diketahui Allah Ta’ala?

Tingkatkan Kualitas

Semangat fastabiqul khairat juga dapat mengejawantah dalam komitmen untuk meningkatkan kualitas amalan. Perbuatan-perbuatan baik hari ini seyogianya lebih baik dan bermakna daripada waktu kemarin.

Begitu pula, amalan yang ditarget besok semestinya lebih berkualitas daripada hari ini. Amalan-amalan itu hendaknya selalu dievaluasi, diperbaiki, dan ditingkatkan kualitas serta kuantitasnya.

Yang patut diperhatikan pula ialah kondisi diri masing-masing. Misalnya, seseorang yang memiliki kelapangan harta atau bahkan kaya hendaknya banyak-banyak bersedekah. Sementara itu, orang yang sedang mengalami kesempitan finansial dapat meningkatkan ibadah shalat malam atau puasa sunah. Dengan demikian, mereka seluruhnya dapat selalu meningkatkan kualitas dan kuantitas amalan sesuai kemampuan masing-masing.

Kejar Keutamaan

Dalam beribadah, seorang Muslim hendaknya mengambil yang paling utama. Sebagai contoh, shalat wajib dapat dilakukan di mana saja. Akan tetapi, shalat berjamaah di masjid memiliki keutamaan daripada shalat yang dilakukan sendirian di rumah.

Contoh lainnya, Islam menganjurkan umatnya untuk bersedekah. Sementara, sedekah pada bulan suci Ramadhan sangat disukai Nabi Muhammad SAW.

Meluaskan jangkauan kebaikan juga termasuk semangat fastabiqul khairat. Dengan begitu, dampak positifnya dirasakan tidak hanya umat Islam, tetapi juga seluruh manusia. Hal itu mungkin terjadi bila kebaikan benar-benar diorganisasi secara baik.

Prinsip Islam, yakni menyebarkan rahmat kepada sekalian alam (rahmatan lil ‘alamin) pun dapat sampai seluas-luasnya.

4 dari 5 halaman

Surat Al Maidah ayat 48 ini juga menjelaskan tiap umat beragama memiliki syariat dan manhaj masing-masing. Seperti dalam kalimat ‘untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.”

Menurut Ibnu Abbas dan Mujahid, syir’ata adalah tuntunan, minhaja adalah jalan. Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan syir’ata adalah apa yang disyariatkan Allah untuk para hambanya berupa agama, sistem, aturan dan hukum-hukumnya. Sedangkan manhaj adalah jalan terang yang ditempuh manusia dalam beragama.

4 Potret Rumah Seleb Istri Anggota TNI, Punya Bella Saphira Mewah Banget!

Melalui surat Al Maidah ayat 48 Allah memerintahkan hamba-Nya untuk berlomba dalam kebaikan. Seandainya Allah menghendaki, mudah saja bagi-Nya menjadikan seluruh manusia sejak nabi adam hingga kiamat menjadi satu umat saja. Namun Allah hendak menguji manusia. Karenanya Dia memerintahkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan.

Ibnu Katsir menjelaskan Allah telah menetapkan berbagai macam syariat untuk menguji hamba-Nya dengan memberi pahala kepada orang yang taat dan menyiksa mereka yang durhaka.

“ Berlomba-lombalah kamu semuanya berbuat pekerjaan-pekerjaan yang baik di dalam dunia ini, dengan memegang pokok pertama yaitu ketaatan kepada Allah dan percaya bahwa di belakang hidup yang sekarang ini ada lagi hidup akhirat,” tulis Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar.

  • وَلِكُلٍّ وِّجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيْهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يَأْتِ بِكُمُ اللّٰهُ جَمِيْعًا ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

    148. Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.

Ilustrasi Fastabiqul Khairat. Foto: Pixabay

Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang memiliki akal sehat untuk berpikir sebelum melakukan sesuatu. Segala perbuatan manusia akan dicatat oleh malaikat dan menjadi hal yang dipertanggungjawabkan saat di akhirat.

Oleh sebab itu, umat Muslim dianjurkan untuk selalu berbuat kebaikan kala hidup di dunia. Terdapat banyak jenis perbuatan baik yang dapat dilakukan oleh umat Muslim. Karenanya, ajakan untuk selalu berlomba dalam kebaikan atau yang juga disebut fastabiqul khairat menjadi hal yang dapat membawa umat Muslim kepada ridho Allah SWT.

Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 148.

وَلِكُلٍّ وِّجۡهَةٌ هُوَ مُوَلِّيۡهَا ‌ۚ فَاسۡتَبِقُوا الۡخَيۡرٰتِؕ اَيۡنَ مَا تَكُوۡنُوۡا يَاۡتِ بِكُمُ اللّٰهُ جَمِيۡعًا ؕ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَىۡءٍ قَدِيۡرٌ

Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya (pada hari kiamat). Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.

Makna Berlomba dalam Kebaikan

Ilustrasi Fastabiqul Khairat. Foto: Pixabay

Fastabiqul khairat secara bahasa dapat diartikan sebagai bersegera mentaati, menerima, dan mengikuti perintah atau syariat Allah SWT. Kalimat ini memberikan sebuah pemahaman tentang prinsip keimanan dalam diri seorang Muslim seperti bersegera, berlomba, serta berusaha menjadi yang terdepan dalam melaksanakan ketaatan dan meraih ridho Allah SWT.

وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُوْنَ

“Dan untuk yang demikian itu hendaklah orang berlomba-lomba.” (QS. Al-Muthaffifin, 83: 26)

Rasulullah SAW pun mendorong umatnya untuk selalu berlomba dalam kebaikan seperti yang dituliskan HR. Muslim.

“Bersegeralah melakukan amal-amal saleh (kebajikan). (Sebab) sebuah fitnah akan datang bagai sepotong malam yang gelap. Seseorang yang paginya mukmin, sorenya menjadi kafir. Dan seseorang yang sorenya bisa jadi mu’min, paginya menjadi kafir. Ia menjual agamanya dengan harga dunia.”

Selain berbuat kebaikan, menjadi bermanfaat bagi lingkungan sekitar juga perbuatan yang dicintai oleh Allah SWT. Hal baik yang manusia perbuat akan kembali untuk kebaikan diri masing-masing. Allah SWT berfirman:

“Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri.” (QS. Al-Isra:7)

Manfaat Berlomba dalam Kebaikan

Ilustrasi Fastabiqul Khairat. Foto: Pixabay

Berlomba dalam kebaikan memiliki manfaat bagi siapa pun yang menerapkannya. Manfaat-manfaatkan yang didapat adalah:

1. Waktu Tidak Terbuang Sia-sia

Waktu yang dihabiskan umat Muslim saat berlomba dalam kebaikan tidak terbuang sia-sia. Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk terus bergerak mengerjakan sesuatu agar waktu dapat digunakan sebaik-baiknya untuk hidup di dunia. Hal ini tertuang dalam Surat Al-Insyirah ayat 7 yang artinya:

"Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain)."

2. Menyalurkan Energi pada Kegiatan Positif

Ketika umat Muslim terbiasa untuk melakukan perbuatan baik, mereka senantiasa memiliki energi yang dapat tersalurkan kepada kegiatan positif.

3. Terhindar dari Godaan Setan

Setan memiliki banyak cara untuk menggoda manusia agar berpaling dari Allah SWT. Oleh karena itu, ketika umat Muslim memilih untuk berlomba dalam kebaikan, fokus mereka teralihkan kepada hal-hal baik dan tidak akan tergoda oleh bujuk rayu setan.