Lihat Foto KOMPAS.com - Kadang-kadang kita menjumpai teman yang memiliki perilaku caper alias cari perhatian. Teman seperti itu memang membuat kita sebal apalagi bila ia terus-menerus melakukannya. Ternyata, perilaku caper atau cari perhatian dapat memiliki penyebab beragam. Bahkan, perilaku ini boleh jadi adalah gejala gangguan mental tertentu yang membutuhkan empati kita. Bagi orang dewasa, perilaku caper dan cari perhatian yang tidak pada tempatnya dapat mengganggu orang di sekitarnya. Perilaku tersebut biasanya dilakukan demi mendapatkan perhatian, kekaguman, dan pujian orang dari orang lain. Berikut ini beberapa contoh perilaku caper alias cari perhatian:
Baca juga: Jangan “Baper” Saat Hadapi Rekan Kerja yang Menyebalkan Penyebab caper yang kadang menyebalkan Caper atau cari perhatian dapat disebabkan oleh beragam hal, mulai dari kecemburuan hingga gangguan mental tertentu. Berikut ini beberapa penyebab perilaku caper atau cari perhatian: 1. Memiliki rasa iri dan cemburu Pelaku caper dapat terjadi saat seseorang memiliki rasa iri dan cemburu pada orang lain. Kecemburuan ini bisa muncul karena ia merasa terancam oleh orang lain yang lebih mendapatkan perhatian. 2. Memiliki self-esteem yang rendah Harga diri atau self-esteem adalah istilah yang mencakup bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri. Editor: Wisnubrata
Sementara itu, peran lingkungan biasanya lebih mudah untuk diamati dalam munculnya kelainan perilaku histrionik. Gejala-gejala yang ditunjukkan oleh kelainan perilaku histrionik bisa dipelajari dan ditiru oleh seorang anak dari sosok yang membesarkannya seperti orang tua atau pengasuh. Selain itu, anak juga bisa menunjukkan gejala-gejala histrionik jika tidak mendapatkan perhatian yang cukup dari orangtuanya, meskipun orangtuanya tidak menderita kelainan perilaku histrionik. Hal ini akan jadi semakin parah jika orang tua atau pengasuhnya tidak bisa mendisiplinkan atau mengendalikan tingkah laku anak yang suka cari perhatian tersebut. Bisakah kelainan ini disembuhkan?Kelainan perilaku histrionik sulit untuk disembuhkan karena biasanya si penderita akan menolak penyembuhan. Dia tak akan mengakui dengan mudah bahwa dirinya mengidap sebuah kelainan perilaku, bukan sekadar suka cari perhatian. Namun, biasanya semakin penderita histrionik beranjak dewasa, dia pun semakin bisa mengendalikan gejalanya. Perawatan yang disarankan bagi orang dengan kelainan perilaku histrionik biasanya berupa psikoterapi. Psikoterapi ini umumnya berjalan dalam jangka waktu yang cukup lama sampai penderita histrionik bisa menilai dirinya sendiri tanpa pengakuan atau penegasan dari orang lain. Jika orang dengan kelainan perilaku ini mengidap depresi atau kecemasan, biasanya psikolog akan merujuk pada psikiater yang akan meresepkan obat penenang atau antidepresan.
Atas dasar intensitasnya, yaitu banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas atau pengalaman batin. Sumadi Suryabrata (2006) menyatakan bahwa perhatian atas dasar intensitasnya dibedakan menjadi dua yaitu perhatian intensif dan perhatian tidak intensif. Makin banyak kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas atau pengalaman batin berarti makin intensiflah perhatiannya. Makin intensif perhatian yang menyertai sesuatu aktifitas akan makin sukseslah aktifitas itu. Ditinjau dari segi timbulnya perhatian
Ditinjau dari segi timbulnya perhatian,
maka perhatian dibedakan menjadi dua:
Ditinjau dari segi banyaknya objek yang dicakup oleh perhatian pada saat yang bersamaan
Ditinjau dari segi banyaknya objek yang
dicakup oleh perhatian pada saat yang bersamaan, maka perhatian dibedakan
menjadi sebagai berikut:
Baharrudin (2007) mengkaitkan perhatian
yang sempit dan luas tersebut menjadi dua, sebagai berikut:
Perhatian Statis dan Perhatian Dinamis
Abu Ahmadi (2003) menyatakan bahwa
perhatian juga dapat dibagi menjadi perhatian statis dan perhatian dinamis:
Perhatian fiktif dan fluktuatif
Selain itu perhatian dapat dibagi menjadi
fiktif dan fluktuatif (Abu Ahmadi, 2003):
Berbagai macam perhatian yang telah diuraikan di atas berdasarkan kriterianya masing-masing. Meskipun terbagi menjadi beberapa macam, namun perhatian-perhatian tersebut merupakan wujud dari ungkapan jiwa seseorang dalam memberikan suatu reaksi pada objek tertentu yang bersifat individu maupun kelompok, baik secara langsung maupun tidak langsung, serta yang bersifat tetap maupun hanya sementara. |