Lihat Foto KOMPAS.com – Seni merupakan suatu hal yang berkaitan dengan manusia dan budayanya. Seni memiliki banyak tujuan dan jenis berdasarkan alirannya. Namun, secara keseluruhan semua seni memiliki sifat dasar yang sama. Menurut The Liang Gie dalam buku berjudul Garis Besar Estetik (1976), sifat dasar seni ada lima yaitu kreatif, individual, ekspresif, abadi, dan juga universal. Berikut adalah penjelasan lima sifat dasar seni! Seni bersifat kreatifSeni bersifat kreatif maksudnya adalah seni menciptakan karya baru yang belum ada sebelumnya. Menurut Sofyan Salam dalam buku Pengetahuan Dasar Seni Rupa (2020), karya seni lahir dari proses kreatif yang bermula dari ide imajinatif manusia. Sifat dasar seni yang kreatif merupakan sesuatu yang misterius karena lahir dari imajinasi manusia, baik dari seorang anak kecil, orang dewasa, seorang awam seni, maupun dari seorang seniman profesional. Baca juga: Tujuan-Tujuan Seni Lukis Seni bersifat individuSeni bersifat individual karena seni merupakan interpretasi subjektif dari seorang manusia. Hal ini karena seni lahir dari imajinasi pribadi. Sehingga, karya seni memiliki ciri pribadi yang membedakannya dari karya seni lain. Contoh nyatanya adalah beberapa orang seniman yang melukis pemandangan langit senja yang sama. Walaupun obyek yang dilukis adalah sama, tiap seniman memiliki caranya sendiri untuk menginterpretasi pemandangan tersebut ke atas kanvas. Sehingga, dihasilkan gambar pemandangan yang berbeda dari setiap seniman. Seni juga bersifat individual, bukan hanya dari pembuat karya seni tersebut melainkan dari segi penikmatnya juga. Misalnya, suatu karya seni memberikan makna juga rasa yang berbeda-beda bagi siapa yang melihatnya. Seni ekspresifApa yang dimaksud dengan sifat dasar seni ekspresif? Sifat ekspresif artinya karya seni merupakan luapan ekpresi dari perasaan seniman yang menciptakannya. Perasaan yang diekspresikan dapat berupa perasaan yang positif maupun perasaan yang negatif. Baca juga: Contoh Karya Seni Rupa Bertema Hubungan Manusia dengan Jakarta - Seni adalah salah satu karya yang bisa dihasilkan dengan berbagai hasil bentuk. Baik itu sebuah nyanyian, gambaran, dan masih banyak lagi yang lainnya. Ada juga beberapa jenis seni yang salah satunya adalah seni rupa terapan atau applied art. Pengertian Seni Rupa Terapan Seni rupa khususnya terapan adalah karya seni rupa yang bisa digunakan dalam kehidupan setiap hari. Di mana seni rupa ini punya banyak fungsi nilai yang cukup penting. Adapun untuk fungsi dari karya seni rupa ini sendiri akan dibedakan menjadi 2. Baik fungsi estetis dan juga praktis.
Seni rupa ini juga dinamakan dengan applied art adalah seni rupa yang sengaja digunakan untuk memenuhi sejumlah kebutuhan. Sehingga, nantinya karya ini cenderung akan mengutamakan faktor pemakaian keindahan bahkan nilai artistiknya. Membuat karya seni ini dinilai lebih rumit jika dibandingkan dengan karya seni rupa murni. Karena membuat seni rupa murni ini sifatnya lebih bebas. Bahkan Anda juga tidak membutuhkan banyak fungsi dibandingkan dengan karya seni terapan sendiri. Mengenal Sejarah Seni Rupa Terapan Selain mengenal pengertiannya, Anda juga disarankan untuk paham tentang sejarah dari seni rupa terapan. Sejak zaman dahulu, nenek moyang kita menggunakan kapak yang terbuat dari batu dan tulang untuk digunakan berburu. Sedangkan untuk seni terapan ini perkembangannya bahkan cukup pesat di Indonesia. Di mana nenek buyut kita menggunakan logam untuk menjadi salah satu senjata bahkan perhiasan di masanya. Sebagai beberapa contohnya adalah bejana, nekara, moko, dan peralatan dapur atau yang lainnya. Karya seni terapan ini juga seringkali disebut sebagai seni rupa aplikatif. Karya seni ini memiliki bentuk fungsional yang bisa digunakan dalam kegiatan setiap harinya. Bentuknya bisa berupa perhiasan, pakaian, perabot rumah tangga, perlengkapan makan dan lain sebagainya. Mengenal Jenis Seni Rupa Terapan Setelah mengetahui pengertian serta sejarah dari seni rupa tersebut, maka ada beberapa hal yang harus Anda ketahui. Di mana beberapa jenis seni terapan ini sendiri di antaranya adalah:
Mengenal Unsur dan Seni Rupa Terapan Di dalam seni terapan ini, ada beberapa unsur yang harus Anda ketahui. Di mana untuk beberapa unsur seni rupa khususnya seni terapan ini diantaranya sebagai berikut ini: Karya seni ini adalah karya seni yang terbagi berdasarkan bentuknya. Untuk beberapa contohnya adalah rumah adat, senjata tradisional, transportasi dan lain sebagainya. Biasanya, karya seni ini masih memiliki sifat tradisional. Namun, ada juga sejumlah pola hias yang mengalami pengembangan. Akan tetapi, masih termasuk sebagai karya Nusantara. Di mana biasanya juga mengambil beberapa objek seperti flora, fauna, dan lain sebagainya.
Simak Video "Kisah di Balik Lukisan 'Berburu Celeng' Milik Seniman Djoko Pekik" [Gambas:Video 20detik] (erd/erd)
ESTETIKA SENI Agung Kurniawan, S.Sn., M.Sn. Riyan Hidayatullah, M.Pd. ARTTEX
ESTETIKA MUSIK oleh Agung Kurniawan, S.Sn., M.Sn.; Riyan Hidayatullah, M.Pd. Hak Cipta © 2016 pada penulis Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; 0274-882262; Fax: 0274-889057; E-mail: ; Web: www.mediaakademi.com Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memper banyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit. Tajuk Entri Utama: Kurniawan, Agung ESTETIKA MUSIK/Agung Kurniawan; Riyan Hidayatullah − Edisi Pertama. Cet. Ke-1. − Yogyakarta: Arttex, 2016 xiv + 184 hlm.; 25 cm Bibliografi .: 163 - 164 ISBN : 978-602-6435-04-0 E-ISBN : 978-602-6435-05-7 1. .................... 2. Hidayatullah, Riyan I. Judul ....... Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini ARTTEX
KATA PENGANTAR Mohon Dilengkapi dg Kata Pengantar dari Penulis
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI vii BAB 1 LINGKUP ESTETIKA 1 1.1 Pengertian estetika 2 1.2 Estetika, Filsafat, Ilmu dan Seni 3 1.3 Klasifi kasi fi lsafat 4 1.4 Nilai Estetis (Keindahan) 7 1.5 Nilai Estetika dan Seni 9 Rangkuman 12 Tugas dan Pelatihan 13 Rujukan 14 BAB 2 PERTUMBUHAN ESTETIKA 15 2.1 Periode Platonis atau Dogmatis 16 2.2 Periode Kritika (Revolusi Kopernik dalam Filsafat Kant) 17 2.3 Periode Positif 20 Rangkuman 20 Tugas dan Pelatihan 21 Rujukan 22 BAB 3 PEMAHAMAN ESTETIKA 23 2.1 Antara Pemahaman dan Penikmatan 24 2.2 Tolstoy dalam Estetika Seni 24 2.3 Eli Siegel dalam Estetika Realitas 26
viii Dasar-dasar Musik 2.4 Monroe Beardsley dalam Teori Kreativitas 26 Rangkuman 27 Tugas dan Pelatihan 28 Rujukan 29 BAB 4 STRUKTUR SENI (TATA SUSUN SENI) 31 4.1 Unsur-Unsur Rupa 32 4.2 Dasar-Dasar Penyusunan 35 4.3 Hukum Penyusunan Seni Rupa 36 2.4 Estetika Seni Tari 37 Rangkuman 39 Tugas dan Pelatihan 40 Rujukan 40 BAB 5 ESTETIKA TIMUR 41 5.1 Estetika Cina 42 5.2 Estetika Timur Tengah 44 5.3 Estetika India 44 5.4 Estetika Jepang 45 5.5 Estetika Islam 46 Rangkuman 48 Tugas dan Pelatihan 49 Rujukan 49 BAB 6 ESTETIKA NUSANTARA 51 6.1 Orientasi Kesenian Indonesia 53 6.2 Orientasi Terhadap Kebudayaan 54 6.3 Orientasi Terhadap Paradigma Seni 55 6.4 Orientasi Terhadap Ekspresi Kain Tapis Lampung 55 Rangkuman 58 Tugas dan Pelatihan 59 Rujukan 60 DAFTAR PUSTAKA 61 DAFTAR ISTILAH 63 LAMPIRAN 71 -oo0oo-
E stetika merupakan bagian dari seni, seni berhubungan dengan keindahan, maka estetika merupakan sebuah pengukuran keindahan akan sebuah seni. Dalam seni musik musik klasik misalnya, kita sering melihat para pemain orkestra menggunakan kostum yang rapi dan menggunakan jas lengkap. Hal ini merupakan estetikanya sebuah orkestra yang berasal dari budaya Barat. Orang-orang “Barat” pada tahun 1600-an mengidentikkan musik dengan sesuatu yang mewah yang disimbolkan dengan jas, sehingga yang kita ketahui musik mereka seperti itu, inilah yang disebut estetika. Dharsono (2007:9) mengatakan bahwa “fakta estetika itu fata jiwa, suatu karya seni bagaimanapun nyata tampak, namun bukan pada pengaamatan semula, itu hadir dalam pengamatan dan penikmatan”. Hal ini berarti ukuran estetika bukan pada asumsi awal tetapi merupakan proses interpretasi yang panjang dari penngalaman-pengalaman melihat dan merasakan seni. Estetika merupakan pandangan umum yang kita ketahui bersama mencirikan sesuatu. Estetikanya wanita tentu berambut panjang dan meng- gunakan rok, estetikanya seorang pria tentu berambut pendek dan meng- gunakan celana panjang. Estetika berhubungan dengan pengetahuan umum semua orang akan sesuatu. Selain memiliki kedudukan di benak masyarakat secara umum, estetika cukup penting untuk dipelajari khususnya bagi insan seni. Sebagai seorang insan akademis ada hal penting yang harus diketahui, BAB 1 LINGKUP ESTETIKA
2 Dasar-dasar Musik diantaranya (i) mengetahui sejauh mana parameter estetika itu dibangun dan dibentuk dan (ii) memahami fi losofi estetika dari berbagai sudut pan- dang. Kedua hal tersebut merupakan indikator dalam memahami lingkup estetika secara khusus. Dalam bab ini akan disajikan pembahasan tentang (i) pengertian estetika; (ii) estetika, fi lsafat dan ilmu seni; (iii) pengklasifi kasian fi lsafat; (iv) dan nilai-nilai estetis. Setelah mengikuti penyajian pokok bahasan tersebut, mahasiswa diharapkan dapat (1) memahami seutuhnya mengenai pengertian estetika (2) memiliki pandangan kritis mengenai fi lsafat dari berbagai sudut pan- dang (3) mampu mengidentifi kasi perbedaan budaya dan fi losofi tiap daerah (4) memahami nilai-nilai estetis yang terkandung dalam setiap karya seni 1.1 PENGERTIAN ESTETIKA Berdasarkan pendapat umum, estetika diartikan sebagai suatu cabang fi lsafat yang memperhatikan atau berhubungan dengan gejala yang indah pada alam dan seni. Estetika berasal dari bahasa Yunani kuno “Aisthtetika” yang berarti hal- hal yang dapat di serap oleh panca indra. Estetika adalah segala sesuatu dan kajian terhadap hal-hal yang terkait dengan kegiatan seni (Kattsoff, Elementof philosophy, 1953). Estetika merupakan suatu telaah yang berkaitan dengan penciptaan, apresiasi, dan kritik terhadap karya seni dalam konteks keterkaitan seni dengan kegiatan manusia dan peranan seni dalam perubahan dunia (Van Mater Ames, Colliers Encylopedia, Vol. 1) Estetika adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan, mempelajari semua aspek yang di sebut keindahan (AA. Djelantik, Estetika Suatu Pengantar, 1999). Estetika adalah fi lsafat yang membahas esensi dari totalitas kehidupan estetik dan artitistik yang sejalan dengan jaman (Agus Sachari, Estetika Terapan, 1989).
Lingkup Estetika 3 1.2 ESTETIKA, FILSAFAT, ILMU DAN SENI Filsafat, terutama Filsafat barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke 7 S.M.. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai memikirkan dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini. Banyak yang bertanya-tanya mengapa fi lsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas. Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar fi lsuf ialah Thales dari Mileta, sekarang di pesisir barat Turki. Tetapi fi lsuf-fi lsuf Yunani yang terbesar tentu saja ialah: Socrates, Plato dan Aristoteles. Socrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah fi lsafat tidak lain hanyalah “Komentar-komentar karya Plato belaka”. Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada sejarah fi lsafat. Bahan karangan plato yang terkenal adalah berjudul “etika, republik, apologi, phaedo, dan krito. Kata falsafah atau fi lsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab Δϔ˰˰˰˰˰˰˰˰δϠϓ yang juga diambil dari bahasa Yunani; philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = “kebijaksanaan”). Sehingga arti harafi ahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”. Kata fi losofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut “fi lsuf”. Defi nisi kata fi lsafat bisa dikatakan merupakan sebuah problem falsafi pula. Tetapi, paling tidak bisa dikatakan bahwa “fi lsafat” adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis. Hal ini didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu, serta akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektik. Dialektik ini secara singkat bisa dikatakan
4 Dasar-dasar Musik merupakan sebuah bentuk dialog. Untuk studi falsafi , mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan fi lsafat. Hal itu membuat fi lsafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas fi lsafat, yaitu spekulasi, keraguan, dan couriousity ‘ketertarikan’. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sedikit sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal. 1.3 KLASIFIKASI FILSAFAT Dalam membangun tradisi fi lsafat banyak orang mengajukan pertanyaan yang sama, menanggapi, dan meneruskan karya-karya pendahulunya sesuai dengan latar belakang budaya, bahasa, bahkan agama tempat tradisi fi lsafat itu dibangun. Oleh karena itu, fi lsafat biasa diklasifi kasikan menurut daerah geografi s dan latar belakang budayanya. Dewasa ini fi lsafat biasa dibagi menjadi dua kategori besar menurut wilayah dan menurut latar belakang agama. Menurut wilayah bisa dibagi menjadi: “Filsafat Barat”, “Filsafat Timur”, dan “Filsafat Timur Tengah”. Sementara latar belakang agama dibagi menjadi: “Filsafat Islam”, “Filsafat Budha”, “Filsafat Hindu”, dan “Filsafat Kristen”. 1.3.1 Filsafat Timur Filsafat Timur adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia, khususnya di India, Republik Rakyat Cina dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi budayanya. Sebuah ciri khas Filsafat Timur ialah dekatnya hubungan fi lsafat dengan agama. Meskipun hal ini kurang lebih juga bisa dikatakan untuk Filsafat Barat, terutama di Abad Pertengahan, tetapi di Dunia Barat fi lsafat ’an sich’ masih lebih menonjol daripada agama. Nama-nama beberapa fi lsuf Timur, antara lain Siddharta Gautama/Buddha, Bodhidharma, Lao Tse, Kong Hu Cu, Zhuang Zi dan juga Mao Zedong. 1.3.2 Filsafat Timur Tengah Filsafat Timur Tengah dilihat dari sejarahnya merupakan para fi lsuf yang bisa dikatakan juga merupakan ahli waris tradisi Filsafat Barat. Sebab para
Lingkup Estetika 5 fi lsuf Timur Tengah yang pertama-tama adalah orang-orang Arab atau orang-orang Islam (dan juga beberapa orang Yahudi!), yang menaklukkan daerah-daerah di sekitar Laut Tengah dan menjumpai kebudayaan Yunani dengan tradisi falsafi mereka. Lalu mereka menterjemahkan dan memberikan komentar terhadap karya-karya Yunani. Bahkan ketika Eropa setalah runtuhnya kekaisaran Romawi masuk ke Abad Pertengahan dan melupakan karya-karya klasik Yunani, para fi lsuf Timur Tengah ini mempelajari karya- karya yang sama dan bahkan terjemahan mereka dipelajari lagi oleh orang- orang Eropa. Nama-nama beberapa fi osof Timur Tengah: Avicenna(Ibnu Sina), Ibnu Tufail, Kahlil Gibran (aliran romantisme; kalau boleh disebut begitu) dan Averroes. 1.3.3 Filsafat Islam Filsafat Islam merupakan fi lsafat yang seluruh cendekianya adalah muslim. Ada sejumlah perbedaan besar antara fi lsafat Islam dengan fi lsafat lain. Pertama, meski semula fi lsuf-fi lsuf muslim klasik menggali kembali karya fi lsafat Yunani terutama Aristoteles dan Plotinus, namun kemudian menyesuaikannya dengan ajaran Islam. Kedua, Islam adalah agama tauhid. Maka, bila dalam fi lsafat lain masih ‘mencari Tuhan’, dalam fi lsafat Islam justru Tuhan ‘sudah ditemukan.’ 1.3.4 Filsafat Kristen Filsafat Kristen mulanya disusun oleh para bapa gereja untuk menghadapi tantangan zaman di abad pertengahan. Saat itu dunia barat yang Kristen tengah berada dalam zaman kegelapan (dark age). Masyarakat mulai mempertanyakan kembali kepercayaan agamanya. Tak heran, fi lsafat Kristen banyak berkutat pada masalah ontologis dan fi lsafat ketuhanan. Hampir semua fi lsuf Kristen adalah teologian atau ahli masalah agama. Sebagai contoh: Santo Thomas Aquinas, Santo Bonaventura dan sebagainya. 1.3.5 Filsafat Barat Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari tradisi fi lsafat orang Yunani kuno.
6 Dasar-dasar Musik Tokoh utama fi lsafat Barat antara lain Plato, Thomas Aquinas, Réne Descartes, Immanuel Kant, Georg Hegel, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre. Dalam tradisi fi lsafat Barat, dikenal adanya pembidangan dalam fi lsafat yang menyangkut tema tertentu. Metafi sika mengkaji hakikat segala yang ada. Dalam bidang ini, hakikat yang ada dan keberadaan (eksistensi) secara umum dikaji secara khusus dalam Ontologi. Adapun hakikat manusia dan alam semesta dibahas dalam Kosmologi. Epistemologi mengkaji tentang hakikat dan wilayah pengetahuan (episteme secara harafi ah berarti “pengetahuan”). Epistemologi membahas berbagai hal tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan. Aksiologi membahas masalah nilai atau norma yang berlaku pada kehidupan manusia. Dari aksiologi lahirlah dua cabang fi lsafat yang membahas aspek kualitas hidup manusia: etika dan estetika. Etika, atau fi lsafat moral, membahas tentang bagaimana seharusnya manusia bertindak dan mempertanyakan bagaimana kebenaran dari dasar tindakan itu dapat diketahui. Beberapa topik yang dibahas di sini adalah soal kebaikan, kebenaran, tanggung jawab, suara hati, dan sebagainya. Estetika membahas mengenai keindahan dan implikasinya pada kehidupan. Dari estetika lahirlah berbagai macam teori mengenai kesenian atau aspek seni dari berbagai macam hasil budaya. Estetika adalah salah satu cabang fi lsafat. Secara sederhana, estetika adalah ilmu yang membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah fi losofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan fi losofi seni. Esetetika berasal dari Bahasa Yunani, áéóèçôéêÞ, dibaca aisthetike. Pertama kali digunakan oleh fi lsuf Alexander Gottlieb Baumgarten pada 1735 untuk pengertian ilmu tentang hal yang bisa dirasakan lewat perasaan.
Lingkup Estetika 7 Pada masa kini estetika bisa berarti tiga hal, yaitu: 1. Studi mengenai fenomena estetis 2. Studi mengenai fenomena persepsi 3. Studi mengenai seni sebagai hasil pengalaman estetis 1.4 NILAI ESTETIS ȍKEINDAHANȎ Keindahan berasal dari bahasa Latin bellum, Beau (Prancis), bello (Itali ,Spanyol), beauty (Inggris) yang berarti kebaikan dan kebenaran. Dalam artian ini pengertian keindahan menjadi sangat luhur dan universal. Pengertian keindahan dalam tradisi pemikiran yunani tidak dikhususkan kepada soal pengamatan visuallitas semata, tetapi juga mencakup pikiran dan tingkah laku. Bahkan keindahan itu juga dipahami berdimensi spiritual ketika manusia menemukan keharmonisan jiwanya dalam “pertemuan” dengan sesuatu yang transenden. Sementara Sumardjo (2000:26) berpendapat: “Estetika adalah bagian dari fi lsafat. Dalam studi fi lsafat, estetika digolongkan dalam persoalan nilai...”. Nilai kehindahan memiliki orientasinya sendiri. Konsep-konsep keindahaan: Herbert Read: Suatu kesatuan bentuk –bentuk yang ada dalam kesadaran persepsional. Benedetto Croce: Pengungkapan yang berhasil dari suatu intuisi. Hegel: Keindahan adalah kesempurnaan yang bersifat spiritual yang terwujut dalam bentuk penginderaan. Eric Newton: Keindahan adalah bentuk dari gejala –gejala yang ketika diserap oleh indra dan selanjutnya diteruskan kepada daya pemikiran,mempunyai kekuatan membangkitkan tanggapan –tanggapan dari akumulasi pengalaman Malvin Rader: Keindahan adalah berhasilnya hakikat pengungkapan (ekspresivitas
8 Dasar-dasar Musik Mortimer adler: Keindahan adalah sifat suatu benda yang memberi kita suatu kesenangan yang tidak berkepentingan yang kita bisa memperolehnya semata –mata dari pemikiran atau melihat benda individual itu sebagaimana mestinya. Yoganatha: Keindahan (ramaiya).adalah suatu yang memberikan rasa kenikmatan yang unik yang berbeda dengan rasa kegembiraan (joy). Keindahan tidak dihubungkan dengan kegunaan, dan bukan sekedar emosi perseorangan, tetapi ia bersifat universal, karena secara hakiki keindahan bersifat transenden. 1.4.1 Keindahan alam Keindahan alam adalah keindahan yang terpisah dan yang tidak dipengaruhi oleh manusia, merupakan bentuk pengungkapan dari sang pencipta. Menurut Erich Kahler keindahan alam penampakan diri sebagai ; harmony (keserasian) extreme disharmony (ketakserasian yang luar biasa) colorful (berwarna –warni) sensasional (menggemparkan) calm (tenang) idyllic (sederhana) vast (luas) misterious impenetrability (ketakterpahami yang pelik) 1.4.2 Keindahan seni Keindahan seni adalah sifat indah yang di ungkapkan oleh budi manusia secara tekun untuk mengubah benda-benda alamiah bagi kepentingan rohani manusia. Nilai keindahan ini diungkapkan dan diletakkan dalam pengolahan benda-benda untuk memperoleh kesenangan, kegairahan, kepuasan dan kelegaan dalam kehidupan emosional manusia tanpa adanya faktor-faktor pertimbangan yang dapat mengganggu perasaan-perasaan itu. Nilai keindahan yang sempurna dalam karya seni menurut Erich Kahler adalah tergabungnya pengungkapan perasaan yang kuat, yaitu memadukan kecermatan yang sensitif (Sensitive precison of expression) dalam
Lingkup Estetika 9 pengungkapan dengan keserasian dari suatu keaneragaman unsur-unsur yang kaya (Harmonization of a rich variety of elements). Menurut Eric Newton, keindahan pada karya seni bersumber pada pemahaman budi manusia terhadap pola alam semesta. Seniman tidak menciptakan keindahan, tetapi ia menangkap hubungan–hubungan dalam alam dengan emosinya dan mengungkapkan kembali dalam bentuk perseptual. Pada tataran perseptual keindahan tidak bisa diukur, maka dalam seni yang dicari adalah nilai, dan disebut sebagai nilai estetik. 1.5 NILAI ESTETIKA DAN SENI Nilai adalah ukuran derajat tinggi-rendah atau kadar yang dapat diperhatikan, diteliti atau dihayati, dalam berbagai obyek yang bersifat fi sik kongkrit) maupun abstrak. 1.5.1 Penilaian keindahan Meskipun awalnya sesuatu yang indah dinilai dari aspek teknis dalam membentuk suatu karya, namun perubahan pola pikir dalam masyarakat akan turut mempengaruhi penilaian terhadap keindahan. Misalnya pada masa romantisme di Perancis, keindahan berarti kemampuan menyajikan sebuah keagungan. Pada masa realisme, keindahan berarti kemampuan menyajikan sesuatu dalam keadaan apa adanya. Pada masa maraknya de Stijl di Belanda, keindahan berarti kemampuan mengkomposisikan warna dan ruang dan kemampuan mengabstraksi benda. 1.5.2 Konsep The Beauty and The Ugly Perkembangan lebih lanjut menyadarkan bahwa keindahan tidak selalu memiliki rumusan tertentu. Ia berkembang sesuai penerimaan masyarakat terhadap ide yang dimunculkan oleh pembuat karya. Karena itulah selalu dikenal dua hal dalam penilaian keindahan, yaitu the beauty, suatu karya yang memang diakui banyak pihak memenuhi standar keindahan dan the ugly, suatu karya yang sama sekali tidak memenuhi standar keindahan dan oleh masyarakat banyak biasanya dinilai buruk, namun jika dipandang dari banyak hal ternyata memperlihatkan keindahan.
10 Dasar-dasar Musik 1.5.3 Sejarah penilaian keindahan Keindahan seharusnya sudah dinilai begitu karya seni pertama kali dibuat. Namun rumusan keindahan pertama kali yang terdokumentasi adalah oleh fi lsuf Plato yang menentukan keindahan dari proporsi, keharmonisan, dan kesatuan. Sementara Aristoteles menilai keindahan datang dari aturan- aturan, kesimetrisan, dan keberadaan. Nilai estetik Bersifat mendasar (inti) murni dan abstrak. Nilai seni Berkaitan dengan bentuk visual dan auditif (pendengaran suara) dari manusia. Nilai estetik terdapat pada: 1. Seni rupa: garis, bentuk, warna, tekstur, ruang,cahaya. 2. Seni tari: gerak, tempo, irama. 3. Seni musik: suara, metrum, irama. 4. Seni drama: dialog, ruang, gerak. Nilai seni terdiri dari nilai instrinsik, ekstrinsik, dan makna. 1.5.4 Nilai estetik dalam seni rupa Unsur-unsur dasar: 1. Garis adalah titik-titik yang tersambung 2. Bentuk adalah gabungan dari beberapa bidang 3. Warna adalah lapisan terluar dari suatu material 4. Tekstur adalah kualitas atau sifat suatu permukaan material 5. Ruang adalah rongga yang terbatas 6. Cahaya adalah suatu kualitas gelap terang 1.5.5 Prinsip dasar 1. Kesatuan 2. Keselarasan 3. keseimbangan 4. Irama 5. Proporsi 6. Penekanan
Lingkup Estetika 11 Seni adalah ekspresi pribadi yang divisualisasikan melalui sifat dasar seni sebagai berikut: 1. Kreatifi tas; Adanya penciptaan “realitas baru” dari kegiatan yang terus menerus. 2. Individualitas: Adanya ciri khas yang personal dari kristalisasi pengala- man dan kemampuan. 3. Relatichoritas yang langgeng: Adanya ragam pengungkapan yang kaya akan pengertian. 4. Kesemestaan naluri: Kehadirannya ada pada semua tingkat peradaban manusia, dari yang paling primitf sampai yang paling modern, dan bisa dinikmati oleh manusia dari kultur yang berbeda. Struktur seni adalah elemem yang membentuk karya seni. Elemen tersebut adalah: 1. Ide pokok: Tema atau gagasan utama yang ingin diungkapkan 2. Medium: Bahan atau material yang sudah diperhitungkan kualitas dan karakter-karakter khusus yang memiliki korelasi antara jenis karya seni dengan gagasan ide pokok yang ingin dikomunikasikan. 4. Metode: cara yang khusus dalam memadukan semua unsur ke dalam bentuk pengungkapan yang utuh. 1.5.6 Teori-teori seni 1. Teori bentuk: Teori ini dikenal sebagai pandangan fomalisme dalam es- tetika. mengutamakan bentuk dari pada pokok soal, tema, dan muatan isinya. 2. Teori pengungkapan: adalah suatu kegiatan manusia yang sadar, men- gungkapkan perasaan-perasaan yang telah dihayatinya kepada orang lain agar mereka terjangkit. 3. Teori metafi sik: Merupakan bayangan realitas mutlak. 4. Teori psikologis: merupakan pemenuhan keinginan-keinginan do- rongan batin dari dinamika kejiwaan yang tidak bersifat intelektual, bahkan di dorong dari keinginan bawah sadar manusia. 5. Teori penandaan: seni merupakan suatu lambang atau tanda-tanda per- asaan manusia.
12 Dasar-dasar Musik 1.5.7 Garis Besar Daya Estetis Dalam Sejarah Seni 1. Purba (Magis) Seni sebagai manifestasi dari keinginan mendapatkan keselamatan 2. Klasik (Memesis) Seni sebagai manifestasi dari keinginan mengungkapkan suatu keindahan kesempurnaan realitas semesta. 3. Abad pertengahan (Presentasional) Seni sebagai manifestasi dari keinginan mengungkapkan suatu keindahan dari realitas semesta yang bersifat transenden 4. Modern (Formalitas) Seni sebagai manifestasi dari keinginan mengungkapkan suatu keindahan dalam bentuk yang sesuai dengan fungsinya. 5. Postmodern (Simulasi) Seni sebagai manifestasi dari keinginan mengungkapkan fantasi, ilusi- ilusi, agar menjadi tampak nyata. RANGKUMAN 1. Berdasarkan pendapat umum, estetika diartikan sebagai suatu cabang fi lsafat yang memperhatikan atau berhubungan dengan gejala yang in- dah pada alam dan seni. 2. Defi nisi kata fi lsafat bisa dikatakan merupakan sebuah problem falsafi pula. Tetapi, paling tidak bisa dikatakan bahwa “fi lsafat” adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manu- sia secara kritis. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sedikit sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal. 3. Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar fi lsuf ialah Thales dari Mileta, sekarang di pesisir barat Turki. Tetapi fi lsuf-fi lsuf Yunani yang terbesar tentu saja ialah: Sokrates, Plato dan Aristoteles. Sokrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles adalah murid Plato. 4. Dewasa ini fi lsafat biasa dibagi menjadi dua kategori besar menurut wilayah dan menurut latar belakang agama. Ciri khas Filsafat Timur ialah dekatnya hubungan fi lsafat dengan agama. Nama-nama beberapa fi osof Timur Tengah: Avicenna (Ibnu Sina), Ibnu Tufail, Kahlil Gibran
Lingkup Estetika 13 (aliran romantisme; kalau boleh disebut begitu)dan Averroes. Filsafat Islam merupakan fi lsafat yang seluruh cendekianya adalah muslim. Fil- safat Kristen banyak berkutat pada masalah ontologis dan fi lsafat ketu- hanan. 5. Filsafat Barat meliputi metafi sika, epistemologi, aksiologi, etika (moral) dan estetika. Estetika adalah salah satu cabang fi lsafat. Secara sederha- na, estetika adalah ilmu yang membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya. 6. Keindahan berasal dari bahasa Latin bellum, Beau (Prancis), bello (Itali, Spanyol), beauty (Ingris) yang berarti kebaikan dan kebenaran. Dalam artian ini pengertian keindahan menjadi sangat luhur dan universal. 7. Nilai estetik terdapat pada: (1) Seni rupa: garis, bentuk, warna, tekstur, ruang,cahaya; (2) Seni tari: gerak, tempo, irama; (3)Seni musik: suara, metrum, irama; dan (4) Seni drama: dialog, ruang, gerak. 8. Teori-teori dalam estetika meliputi: teori bentuk, teori pengungkapan, teori metafi sik, teori prikologis dan teori penandaan. TUGAS DAN PELATIHAN Tes Formatif Jawablah pertanyaan di bawah ini dan jelaskan secara rinci! 1. Apa pengertian estetika menurut para tokoh? Sebutkan minimal 3 saja dan berikan penjelasannya! 2. Apakah perbedaan antara fi lsafat, Timur – Barat, Islam dan Kristen? 3. Apa hubungan antara nilai estetika dan seni? Jelaskan! 4. Sebutkan beberapa tokoh (fi lsuf) terkenal dan karya-karyanya! 5. Sebutkan nilai-nilai estetis yang terdapat dalam seni rupa, musik, tari dan teater! Latihan 1. Lakukan diskusi mengenai pengertian estetika menurut masing-masing orang setelah memahami perngertian estetika! 2. Buatlah tulisan mengenai pendapat anda mengenai materi yang telah didapat dalam sebuah kumpulan esai makalah!
14 Dasar-dasar Musik RUJUKAN Dharsono. (2007). Kritik Seni. Bandung: Rekayasa Sains Jakob Sumardjo (2000). Filsafat Seni. Bandung: ITB -oo0oo-
Seni dan esetetikanya tumbuh melalui beberapa periode, hal ini umumnya disebut periodisasi. Mengetahui estetika suatu seni merupakan hal yang penting untuk diketahui karena berhubungan langsung dengan kultur dan demografi masyarakat pada waktu tersebut. Dalam estetika sejarah estetika, periode menjadi ciri khas fi lsuf dengan mazhabnya sendiri, ada yang memandang seni sebagai sebuah keindahan saja, ada juga yang melihat dari sisi yang lebih luas, inilah fi lsafat seni. Pada akhirnya para seniman akan memilih mana fi losofi yang sesuai dengan sudut pandangnya sendiri. Filosofi merupakan “agama” bagi seorang seniman, hal ini tidak dapat dipisahkan dari gaya mereka dalam berkarya dan biasanya diturunkan ke beberapa murid-muridnya. Pada bab ini, anda dilatih untuk dapat mengetahui dan menyebutkan periode estetika secara garis besar berdasarkan tokohhnya. Setelah mempelajari periodisasi ini mahasiswa diharapkan mampu (1) Menjelaskan fi losofi masing-masing tokoh atau fi lsuf (2) Mengetahui siapa saja tokoh fi lsuf terkenal (3) Melakukan penilaian estetika terhadap sebuah karya seni (4) Membedakan ilmu estetika normatif dan positif Untuk mencapai tujuan tersebut, anda harus melakukan studi literatur terhadap masing-masing fi lsuf, sehingga dapat dengan jelas mengetahui apa dan bagaimana seorang fi lsuf di zamannya. Segala permasalahan dalam BAB 2 PERTUMBUHAN ESTETIKA
16 Dasar-dasar Musik bab ini harus melalui proses diskusi untuk saling berbagi pengetahuan berdasarkan periodenya. Latihan dignnakan sebagai bahan kajian dalam diskusi berkelompok. Daftar referensi disajiakn di akhir bab ini untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa, buku apa saja yang dapat dijadikan rujukan lain dan bahan pengayaan. Selamat belajar dan membaca! Pertumbuhan estetika secara garis besar dibedakan kedalam 3 periode: 1. Periode platonik atau dogmatis, 2. Periode kritika, 3. Periode Positif 2.1 PERIODE PLATONIS ATAU DOGMATIS Masa pertumbuhan periode dogmatis berlangsung sejak sokrates hingga Baumgarten. Sokrates adalah perintis, Aristoteles ialah penerus Plato yang terkenal dengan dewa estetika. Ketiga orang besar diantara ahli fi lsafat Yunani yang meletakkan fondamen pertama tentang estetika yaitu Sokrates, Plato, dan Aristoteles. Jika istilah estetika diartikan fi safat keindahan, maka sejarah keindahan berarti sejarah fi lsafat keindahan. Jika sejarah fi lsafat seni digambarkan sebagai pohon fi lsafat, maka fi lsafat Plato sebagai batang dari segala akar estetika. Filsfat seni bagi Plato sebenarnya merupakan gagasan idealisme itu sendiri: The man who only loves beautiful is wide awake. “ Orang yang hanya mencintai barang cantik adalah bermimpi dan hanya orang yang mengetahui keindahan mutlak yang benar-benar memiliki”. Aristoteles berbeda dengan gurunya, dalam beberapa hal, estetika merupakan penyusunan/pengorganisasian unsur-unsur sistematik terhadap fi lsafat Plato. Dalam kata lain bahwa estetika merupakan pengejawantahan dari ide Plato, yang diterjemahkan dalam bentuk terstruktur dan tersistematik. Plato belum berhasil memberi defi nisi keindahan dengan tepat, sedangkan Aristoteles telah memberikan batasan tersendiri atas keserasian bentuk yang setingi-tinginya. Ia sudah mementingkan pandangan manusia seperti apa adanya di dalam kenyataan dan bagaiman seharusnya. Ciri khas seni yang mengupas alam dari hakekat yang sebenarnya: ia merupakan imitasi, yang membawa pada kebaikan yang berarti juga mengubah. Plato dan Aristoteles sependapat bahwa karakter seni harus mewujudkan kenyataan sehingga
Pertumbuhan Estetika 17 Karena keindahan yang berlebihan, menjadi seolah-olah tidak nyata. Keduanya menginginkan keteladanan,ritme, harmonis, persenyawaan, gradasi, unity. Semuanya dapat dikembalikan pada keindahan yaitu pengaturan/pengorganisasian. Kalau Plato berjalan tanpa menggunakan metode untuk menuju keindahan terbatas, sedangkan Aristoteles bertolak pada simbolisme keindahan. 2.2 PERIODE KRITIKA ȍREVOLUSI KOPERNIK DALAM FILSAFAT KANTȎ Estetika pernah mengalami krisis dan terancam kehancuran tak kala mucul penggemar ilmu seni yang mengarah pada estetika sebagai bahasan teknis. Apa bila periode dogmatis yang masa pertumbuhannya berlangsung sejak sokrates hingga Baumgarten (1714-1762), yang kemudian dikenal dengan istilah “estetika” sebagai fi lsafat keindahan. Peride kritika berangkat sesudah baumgarten sampai wafatnya Kant (1904) dan berimbas setelah Kant. 2.2.1 Periode Kritika Sebelum Kant Gerakan fi lsafat sebelum kant berkisar pada dua gerakan, yaitu rasionalisme Leibniz oleh Baumgarten, dan sensualisme oleh Burke. Kant berusah merukunkan kedua aliran tersebut. Akan tetapi Descrates telah mengubah haluan fi lsafat umum dari objektivisme kearah yang subjektif dan realatif sebagai tanda dibukanya zaman baru didalam sejarah pemikiran murni. Estetika menurut Kant dapat dikatakan sebagai terjemahan subjektif terhadap estetika Leibniz. Teori estetika telah menghidupkan kembali beberapa konsepsi lama, seperti simbolisme, vitalisme, teologisme yang bertentangan dengan Descrates. Tetapi ia juga justru memperdalam dan menyempurnakan apa yang masih tampak dangkal dalam fi lsafat Descrates. Wujud menurut Leibniz merupakan lapisan-lapisan yang bertingkat-tingkat, terdiri dari makhluk hidup yang membentuk kesatuan yang seragam. Akan tetapi alam ini tidak lain dari gambaran tentang pengamatan kita: ada satu, disana ada banyak; dan keindahan alam pada hakekatnya adalah pencerminan dari keseragaman yang terdapat di dalam diri kita. Lord Kaimes sependapat dengan Burke, mengemukakan bahwa pengalaman mengenai suatu emosi walaupun menyedihkan, seperti
18 Dasar-dasar Musik rasa takut atau kesengsaraan simpatis, adalah menyenangkan. Perang, bencana alam adalah menyedihkan, tetapi kita senang melihat mendengar beritanyadan senang melihat gambaran berkecamuknya,di dalam sandiwara maupun surat-surat kabar. Kejadian yang paling dahsyat dan mengerikan justru paling mengesankan dan menggembirakan. Disini bentuk antitesa dari aliran platonis, karena yang penting bukan keindahan tetapi selera manusia, dan benih-benih romantisme mulai disebarkan oleh Kant. Ada pertentangan yang terjadi sebelum Kant mengenai idea tentang adanya “selera subjektif”, satu pihak sebagai bahan perasaan yang terdiri dari segala apa yang terdapat di dalam rasa, seperti ketidak pastian, kekhususan, dan penyusunan baru, serta dipihak lain mengenai ide tentang adanya selera lain yang bersifat universal. 2.2.2 Periode Kritika – Kant Pertentangan sebelum Kant mengenai idea tentang adanya selera subjektif sebagai bahan perasaan di satu pihak yangterdiri dari segala yang terdapat dalam rasa, seperti ketidak pastian, kekhusussannya oleh penyusunan baru, dan dipihak lain mengenai idea tentang adanya “ selera lain yang bersifat universal dan pasti”. Idea mengenai selera perasaan ini berkesudahan pada kesenangan dan terkadang pada penilaian, sehingga akhirnya selera itu sendiri tidak mempunyai apa-apa. Filsafat Kant mempunyai ciri yang khusus, yaitu ditemukannya “ kritik ketiga” yang merupakan suatu teori baru mengenai selera. Selera tidak lagi sekedar penilaian perasaan akan tetapi lebih pada hal yang bersifat universal, pasti, berdasar emosi. Ada empat pertimbangan estetika menurut Kant: 1. Penilaian terhadap selera perasaan dari segi kualitas, yaitu suatu per- aaan yang tidak bertujuan apapun. Bahwa selera ialah kemampuan un- tuk memberikan putusan senang atau tidak senang atas suatu objek atau perbuatan tertentu dengan syarat bahwa putusan tersebut bebas dari tujuan. Objek dari rasa puas ini di sebut indah. 2. Pertimbangan mengenai keputusan selera dari segi kuantitas. Sehingga keindahan adalah yang mendatangkan kesenangan dengan menyelu- ruh dan tidak berkonsepsi.
Pertumbuhan Estetika 19 3. Pertimbangan mengenai putusan selera dari segi hubungan, konsepsi tentang adanya hubungan tujuan pada objek tetapi tujuan itu tidak ber- wujud dengan tegas. 4. Pertimbangan putusan selera menurut arahnya, putusan selera harus subjektif, akan tetapi terwujud dalam bentuk objektif takkala dijangkau oleh indera bersama. Keindahan diakui sebagai objek pemuasan darurat yang tidak berkonsep. Perasaan estetis menurut Kant berada pada keselarasan pikiran imajinasi. Keselarasan inilah yang melahirkan tujuan yang tidak bertujuan selain mewujudkan rasa keindahan. Seni itu sendiri menurut Kant ialah penciptaan sadar terhadadap objek-objek yang menyebabkan orang yang mengenangnya merasa seolah objek-objek tersebut dicipta tanpa tujuan. 2.2.3 Periode Kritika Sesudah Kant Pengikut Kant hampir sepakat dengan bahasan bahwa selera tidak lagi sekedar penilaian perasaan akan tetapi lebih pada hal yang bersifat universal, pasti, berdasar emosi. Penerus Kant yang menonjol ialah Schiller, Schelling, Hegel, dan Schoupenhauer. Schiller memulai bahwa seni adalah kegiatan dan permainan yang indah. Hal ini merupakan pertemuan antara ruh dan alam, atau materi dan forma, karena keindahan adalah hidup atau gambaran yang hidup. Pengalaman estetis yang mampu membawa kita kepada alam yang tidak terbatas. Schelling menegaskan bahwa seni bukan sekedar alat fi lsafat tetapi sumber yang sesungguhnya. Fisafat dilahirkan dari syair, maka akan tiba satu saat dimana ia akan kembali ke induk yang pernah ia lepaskan. Menurut Hegel, keindahan adalah idea yang terwujud di dalam indera. Maka materi seni tak lain adalah idea, sedang bentuknya terdapat dalam gambaran inderawi dan khayali. Agar dua sisi ini tergabung di dalam seni, materi harus sesuai dalam perubahan menjadi objek seni. Akan tetapi pikiran seniman tidak selalu bersifat abstrak. Taraf kehidupan rohani tertinggi ialah ruh mutlak. Bila ruh telah mencapai tinkat ini, maka ia akan berubah menjadi kesadaran yang memahami idealisme objek kenyataan, idealisasi segala sesuatu dengan ruh mutlak tadi. Disinilah kesadaran berpadu satu dengan perantaraan subjektifi tas kesadaran dan tercermin di dalam ruh
20 Dasar-dasar Musik mutlak yang merata di segala hal yang terdapat dalam kehidupan yang tak terbatas. Ketiga tahap perjalanan jiwa kemanusiaan dalam mencari ruh mutlak ialah seni, kemudian agama, dan selanjutnya fi lsafat. Menurut Hegel, apabila seni mencapai tujuan terakhirnya, maka ia akan ikut serta bersama-sama agama dan fi lsafat dalam menafsirkan dan menjelaskan unsur ketuhanan, juga terhadap sebagian besar hajat kemanusiaan yang sangat mendalam dan luas sekali. Akan tetapi ia akan mencapai kesempurnaan di dalam ilmu pengetahuan. 2.3 PERIODE POSITIF Pemikiran fi lsafat membedakan antara dua macam ilmu pengetahuan; ilmu positif yang mempelajari fenomena alam dengan menafsirnya menurut cara tertentu. Ilmu normatif mempelajari nilai-nilai kemanusiaan seperti kebenaran, kebaikan, dan keindahan. Ilmu positif bersandar pada eksperimental dan ilmu normatif menggunakan akal murni dan spekulasi. Ilmu normatif terbagi menjadi tiga , yaitu: 1. Logika dengan objek kebenaran 2. Etika dengan objek kebaikan, 3. Estetika dengan objek keindahan. Estetika tidak hanya terbatas mengenai keindahan dan kecantikan tetapi juga menyangkut fi lsafat seni secara umum. RANGKUMAN 1. Pertumbuhan estetika secara garis besar dibedakan kedalam 3 periode: (1) Periode platonik atau dogmatis; (2) Periode kritika; (3) Periode Posi- tif 2. Masa pertumbuhan periode dogmatis berlangsung sejak sokrates hing- ga Baumgarten. Sokrates adalah perintis, Aristoteles ialah penerus Plato yang terkenal dengan dewa estetika. Ketiga orang besar diantara ahli fi l- safat Yunani yang meletakkan fondamen pertama tentang estetika yaitu Sokrates, Plato, dan Aristoteles. 3. Jika istilah estetika diartikan fi safat keindahan, maka sejarah keindahan berarti sejarah fi lsafat keindahan. Jika sejarah fi lsafat seni digambarkan
Pertumbuhan Estetika 21 sebagai pohon fi lsafat, maka fi lsafat Plato sebagai batang dari segala akar estetika. Filsfat seni bagi Plato sebenarnya merupakan gagasan ide- alisme itu sendiri: The man who only loves beautiful is wide awake. “ Orang yang hanya mencintai barang cantik adalah bermimpi dan hanya orang yang mengetahui keindahan mutlak yang benar-benar memiliki”. 4. Ada empat pertimbangan estetika menurut Kant: a. Penilaian terhadap selera perasaan dari segi kualitas, yaitu suatu peraaan yang tidak bertujuan apapun. Bahwa selera ialah kemam- puan untuk memberikan putusan senang atau tidak senang atas suatu objek atau perbuatan tertentu dengan syarat bahwa putusan tersebut bebas dari tujuan. Objek dari rasa puas ini di sebut indah. b. Pertimbangan mengenai keputusan selera dari segi kuantitas. Se- hingga keindahan adalah yang mendatangkan kesenangan dengan menyeluruh dan tidak berkonsepsi. c. Pertimbangan mengenai putusan selera dari segi hubungan, kon- sepsi tentang adanya hubungan tujuan pada objek tetapi tujuan itu tidak berwujud dengan tegas. d. Pertimbangan putusan selera menurut arahnya, putusan selera harus subjektif, akan tetapi terwujud dalam bentuk objektif ketika dijangkau oleh indera bersama. Keindahan diakui sebagai objek pemuasan darurat yang tidak berkonsep. TUGAS DAN PELATIHAN Tes Formatif Jawablah Pertanyaan di bawah ini dan uraikan secara rinci! 1. Bagaimana periodisasi pertumbuhan estetika secara garis besar? Jelas- kan! 2. Apa yang membedakan idiologi Plato dengan Aristoteles? 3. Apa yang dimaksud dengan periode positif? 4. Apa saja pertimbangan estetika menurut Kant? 5. Jelaskan konsep keindahan menurut anda! Latihan Buatlah studi lanjutan menggunakan referensi lain (buka lain) dan kembangkan menjadi bahan diskusi kelompok!
22 Dasar-dasar Musik RUJUKAN Darsono (Sony Kartika). (2007). Estetika. Bandung: Rekayasa Sains Jakob Sumardjo (2000). Filsafat Seni. Bandung: ITB _____________ (2006). Estetika Paradox. Bandung: Sunan Ambu Press -oo0oo-
E stetika tidak terlepas dari proses memahami. Memahami harus dilakukan jika kita telah melakukan analisis yang dalam mengenai hal yang berhubungan dengan seni. Dengan kata lain, sebelum kita menentukan pemahaman estetis sebuah karya seni, tahap awalnya adalah mengapresia terlebih dahulu karya seni tersebut. Apresiasi adalah menghargai, hanya itu saja kah? Tentu hal ini sangatlah umum jika menggunakan kacamata konvensional. Dalam mengapresiasi tidak hanya dibutuhkan sebuah indera (mata dan telinga) saja, tetapi juga proses penafsiran akan suatu standar seni. Kita akan memiliki standar penilaian jika telah melakukan banyak apresiasi terhadap karya sejenis. Pada bab ini dipaparkan mengenai pemahaman mengenai apatu estetika menurut pandangan beberapa fi lsuf. Kajian tersebut dipaparkan ke dalam lingkup materi (1) antara pemahaman dan penikmatan (2) nadangan Tosloy dalam estetika (3) Eli Siegel dalam konteks estetika realitas (4) Monroe Beardsley dalam pandangan kreativitas (5) De Witt H. Parker dalam teori bentuk sebuah estetika. Setelah mempelajari isi dari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat (1) Membedakan antara kajian teori estetika (2) Memahami konsep estetika menurut pemahaman penggagasnya (3) Melihat seni bukan hanya sebagai produk tekstual (4) Berkarya dengan menggunakan dasar estetika yang mumpuni BAB 3 PEMAHAMAN ESTETIKA
24 Dasar-dasar Musik Pemahaman estetik dalam seni, bentuk pelaksanaannya merupakan apresiasi. “Istilah apresiasi berasal dari kata latin appretiatus yang merupakan bentuk past participle yang artinya to value at price atau penilaian pada harga. Dalam bahasa inggris disebut appreciation atau artinya penghargaan” (Bahari, 2008: 175) Apresiasi seni merupakan proses sadar yang dilakukan penghayat dalam menghadapi dan menghayati karya seni. Apresiasi tidak sama dengan penikmatan, mengapresiasi adalah proses untuk menafsirkan sebuah makna yang terkandung dalam karya seni. Seorang pengamat yang sedang memahami karya sajian maka sebenarnya ia harus terlebih dahulu mengenal struktur organisasi atau dasar-dasar penyususunan dari karya yang di hayati. 2.1 ANTARA PEMAHAMAN DAN PENIKMATAN Kajian apresiasi seni atau pemahaman, sering dikacaukan dengan pemakaian istilah dan pengertian yang terjadi antara apresiasi atau pemahaman dengan penikmatan karya estetik. Pemahaman atau apresiasi memiliki dimensi logis, sedangkan penikmatan sebagai proses psikologis, kurang memiliki asfek logis. Apresiasi menuntut keterampilan dan kepekaan estetik untuk memungkinkan seseorang mendapatkan pengalaman estetika dalam mengamati karya seni. Pengalamam estetik bukanlah sesuatu yang mudah muncul atau mudah diperoleh, karena untuk semua itu memerlukan pemusatan atau perhatian yang sungguh-sungguh.pengalaman estetika dari seseorang adalah persoalan psikologis. Seseorang tidak hanya membahas sifat-sifat yang merupakan kualita dari benda estetik, melainkan juga menelaah kualitas abstrak dari benda estetik, terutama menguraikan dan menjelaskan secara cermat, dan lengkap dari semua gejala psikologis yang berhubungan dengan karya seni. 2.2 TOLSTOY DALAM ESTETIKA SENI Keindahan perlu untuk dipahami dan punya arti penting terhadap perasaan. Aktifi tas tersebut dilakukan untuk menguji aktivitas itu sendiri. Keindahan dapat ditangkap bergantung atas kesan yang ditangkap, dan tidak semata- mata adanya hubungan dengan kesenangan kita untuk mendapatkan sesuatu dari keindahan itu sendiri. Jika tujuan semua aktivitas semata- mata untuk menggambarkan kesenangan itu sendiri, maka defi nisi seni
Pemahaman Estetika 25 akan menjadi sulit dimengerti. Tetapi kenyataan yang terjadi bahwa seni merupakan usaha untuk menggambarkan sesuatu. Untuk menggambarkan seni dengan tepat, pertama-tama harus berhenti dalam mempertimbangkan keindahan sebagai makna dari kesenangan. Aktivitas seni dalam membangun diri merupakan sesuatu perasaan yang pernah di alaminya, dan setelah itu dengan perantaraan bentuk, warna, bunyi atau bentuk-bentuk yang diekspresikan dengan kata- kata dapat mengubah keberadaan tersebut sedemikian rupa sehingga orang lain dapat mengalami hal yang sama. Seni adalah aktivitas manusia yang di dalamnya mengandung kenyataan tersebut bahwa seseorang dengan sadar lewat pertolongan simbol-simbol eksternal tertentu. Dia menyatakan perasaan yang pernah di alaminya kepada orang lain tersebut lalu timbul oleh perasaan tersebut dan juga mengalaminya. Derajat tingkat keterlibatan perasaan dalam seni tergantung pada kondisi masing-masing. Tingkat pemindahan perasaan dalam seni bergantung pada tiga kondisi, yaitu: 1. Semakin besar ciri khas pribadi, lebih sedikit perasaan yang di pancar- kan. 2. Semakin besar kerapian pribadi, lebih sedikit perasaan yang dipancar- kan. 3. Kejujuran seniman, yaitu kekuatan seniman yang merasa emosinya ter- pancar. Kekuatan individu perasaan dalam memancarkan, dapat diartikan sebagai sesuatu yang sudah dapat mengungkapkan sesuatu kepada penghayat. Totalitas merupakan sesuatu yang dapat diterima dan dirasakan oleh penghayat secara total. Seni bermakna sebagai komunikasi. Seni adalah seperti orang berpidato. Seniman mengharapkan tidak harus berhasil mengekspresikan perasaannya, tetapi juga memindahkan perasaannya. Seni untuk semua orang tanpa terkecuali. Seni mendapatkan sumbernya dari emosi yang dikumpulkan kembali dan dikontemplasikan sehingga sedikit demi sedikit timbul dan benar-benar merupakan ada di dalam hati. Seni diharapkan dapat dimengerti dan dapat berkomunikasi dengan sempurna. Tujuan seni yang baik dan benar sangat penting bagi individu maupun masyarakat, karena merupakan makanan batin. Terutama untuk pertahanan diri dari segala sesuatu yang membahayakan batin kita.
26 Dasar-dasar Musik 2.3 ELI SIEGEL DALAM ESTETIKA REALITAS Elisiegel mengajukan 15 pokok-pokok kesatuan dari hal-hal yang berbeda, antara lain, yaitu: kebebasan dan keteraturan, persamaan dan perbedaan, kesatuan dankeragaman, impersonal dan personal, alam semesta dan objek, logika dan emosi, kesederhanaan dan kompleksitas, kontinuitas dan diskontinuitas, kedalaman dan permukaan, ketenangan dan energi, berat dan ringan, outline dan warna, gelap dan terang, kesantaian dan keseriusan, kebenaran dan imagi. Pada dasarnya rumusan Eli siegel sudah pernah disinggung oleh para fi lusuf masa lampau, hanya saja para fi lusuf sebelumnya belum merumuskan secara menyeluruh. Eli siegel berpendapat bahwa seni adalah kehidupan, seni adalah hidup. Karya seni yang hidup menurutnya adalah kesatuan dari hal-hal yang bertentangan. Seni adalah manusia dalam suatu posisi mengesahkan kehidupan dengan melihat dan mengesahkan relasinya dengan sesuatu, dan apabila hal itu dilakukan, kehidupan dibuat lebih hidup. Bagi seni hal ini dimulai dengan sambutan deklarasi keindahan. 2.4 MONROE BEARDSLEY DALAM TEORI KREATIVITAS Monroe Beardsley menjelaskan adanya 3 ciri yang menjadi sifat-sifat membuat baik (indah) dari benda-benda estetis pada umumnya. Ketiga ciri tersebut adalah: 1. Kesatuan (unity) ini berarti bahwa benda estetis ini tersusun secara baik atau sempurna bentuknya. 2. Kerumitan (complexity). Benda estetis atau karya seni yang bersangku- tan tidak sederhana sekali, melainkan kaya aka nisi maupun unsur- unsur yang sling berlawanan ataupun mengandung perbedaan- perbe- daan yang halus. 3. Kesungguhan (intensity). Suatu benda estetis yang baik harus mempu- nyai suatu kualita tertentu yang menonjol dan bukan sekedar sesuatu yang kosong. Tak menjadi soal kualitas apa yang dikandungnya (mis- alnya suasana suram atau gembira, sifat lembut atau kasar), asalkan merupakan sesuatu yang intensif atau sungguh-sungguh.
Pemahaman Estetika 27 2.5 De Witt H. Parker dalam Teori Bentuk Estetika Karya seni adalah sarana kehidupan estetis, maka dengan berkarya seni kemampuan dan pengalaman estetik menjadi bertambah kental dan menjadi milik bersama sebagian dari nafas dan jiwa masyarakat. Demikian juga tiap karya seni menjadi eksperimen baru yang menyebabkan ungkapan seni dari kehidupan ke taraf semakin tinggi, jelas bahwa suatu konsep yang lengkap tentang kesenian yang harus meliputi keawetan dan komunikasi. Defi nisi tentang seni hanya akan terpenuhi jika bias mengungkap nilai seni. Satu sumber nilai adalah kenikmatan yang tersusun dari warna, garis dan bentuk, bunyi kata atau nada, dengan irama dan hubungan-hubungan. Selanjutnya sumber yang nyata sekali bagi nilai seni adalah khayalan benda dan peristiwa yang biasanya menimbulkan kenikmatan. Bepangkal pada arti yang dikandung oleh bentuk medium, dan seniman dapat menganyam impian-impian mengenai hal yang disenangi. Susunan karya seni sebenarnya lebih kompleks dari setiap kesan yang ditangkap dari setiap deskripsi, sebab kesatuan itu bukan hanya ada diantara unsure saja, melainkan juga diantara dua aspek pada setiap unsur dan secara keseluruhan bentuk dan isi. Kesatuan diantara medium, pikiran dan perasaan apapunyang menjelma padanya, inilah kesatuan pokok dalam segala macam ungkapan yang terdapat pada enam azas, yaitu: 1. Azas Kesatuan (The principle of organic unity) 2. Azas Tema (The principle of theme) 3. Azas Variasi Menurut Tema (The principle of themayic variation) 4. Azas Keseimbangan (The principle of balance) 5. Azas Perkembangan (The principle of evolution) 6. Azas Tata Jenjang (The principle of hierarchy) Demikian keenam azas menurut Parker yang diharapkan menjadi unsur-unsur dari apa yang dapat dinamakan suatu logika tentang bentuk estetis (A logic of aesthetic form) RANGKUMAN 1. Apresiasi seni merupakan proses sadar yang dilakukan penghayat dalam menghadapi dan menghayati karya seni. Apresiasi tidak sama
28 Dasar-dasar Musik dengan penikmatan, mengapresiasi adalah proses untuk menafsirkan sebuah makna yang terkandung dalam karya seni. 2. Apresiasi menuntut keterampilan dan kepekaan estetik untuk memung- kinkan seseorang mendapatkan pengalaman estetika dalam mengamati karya seni. Pengalamam estetik bukanlah sesuatu yang mudah muncul atau mudah diperoleh, karena untuk semua itu memerlukan pemusatan atau perhatian yang sungguh-sungguh.pengalaman estetika dari ses- eorang adalah persoalan psikologis. 3. Seni bermakna sebagai komunikasi. Seni adalah seperti orang berpidato. Seniman mengharapkan tidak harus berhasil mengekspresikan perasaa- nnya, tetapi juga memindahkan perasaannya. 4. Monroe Beardsley menjelaskan adanya 3 ciri yang menjadi sifat-sifat membuat baik (indah) dari benda-benda estetispada umumnya. Ketiga ciri tersebut adalah: kesatuan , kerumitan dan kesungguhan. 5. Kesatuan pokok dalam segala macam ungkapan yang terdapat pada enam azas menurut De Witt H. Parker, yaitu: a. Azas Kesatuan (The principle of organic unity) b. Azas Tema (The principle of theme) c. Azas Variasi Menurut Tema (The principle of themayic variation) d. Azas Keseimbangan (The principle of balance) e. Azas Perkembangan (The principle of evolution) f. Azas Tata Jenjang (The principle of hierarchy) TUGAS DAN PELATIHAN Tes Formatif Jawablah pertanyaaan di bawah ini dan berikan penjelasannya secara rinci! 1. Jelaskan hubungan antara pengalaman estetis dengan apresiasi! 2. Apa keterkaitan pemahaman dengan penikmatan? 3. Apa saja faktor yang mempengaruhi pemindahan perasaan dalam seni? 4. Sebutkan dan jelaskan 6 azas ungkapan kesatuan menurut Parker! 5. Apa maksud dari ungkapan seni sebagai sebuah komunikasi?
Pemahaman Estetika 29 Latihan 1. Diskusikan mengenai hubungan hal-hal di bawah ini dan berikan pan- dangan anda sendiri! Apresiasi Penikmatan Penilaian Selera RUJUKAN Nooryan Bahari. (2008). Kritik Seni. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Darsono (Sony Kartika). (2007). Estetika. Bandung: Rekayasa Sains Jakob Sumardjo (2000). Filsafat Seni. Bandung: ITB -oo0oo-
Dunia seni merupakan dunia sosial, karena seni merupakan ranah lingkup social yang sangat erat kaitanya dengan manusia dan bagaimana hubungan antar pencipta seni dan penikmat dibangun. Oleh karena itu sering terjadi kesalahan persepsi antara memahami seni sebagai sebuah estetika atau hal lain. Dalam cabang ilmu seni (seni rupa, tari, musik, drama) tentu memiliki pemahaman estetika yang masing-masing berbeda, karena produknya berbeda, cara memuat karyanya pun berbeda. Memahami seni rupa misalnya, tidak terbatas pada penyajian bentuk yang yang unik dan memukau saja, tetapi harus memahami dahulu mengenai konsep garis, warna, tekstur dan lain-lain. Hal ini yang akan memberikan penguatan terhadap pelaku dan penikmat seni itu sendiri. Dalam menilai saja membutuhkan ilmu. Ilmu yang digunakan tidak terbatas hanya untuk kebutuhan seni itu sendiri tetapi lebih luas lagi untuk memberikan pemahaman bahwa seni itu luas jangkauannya. Jika ingin memahai sebuah seni maka harus memahami mengenai struktur seni itu terlebih dahulu dan mengetahui unsur-unsur yang ada didalamnya. Barulah kita bisa berpendapat bahawa seni itu indah, estetis, bermakna dan lain-lain. Pada bab ini dipaparkan mengenai struktur yang terdapat dalam seni, yaitu (1) unsur-unsur seni rupa sebagai sebuah dasar pemikiran struktur (2) dasar-dasar penyusunan (3) Hukum-hukum dalam penyusunan, dan (4) estetika seni tari. Setelah menyelesaikan isi bab ini mahasiswa diharapkan dapat BAB 4 STRUKTUR SENI (TATA SUSUN SENI)
32 Dasar-dasar Musik (1) Mengetahui dasar pembentukkan seni rupa (2) Unsur-unsur yang terkandung dalam seni rupa (3) Memaknai tari sebagai sebuah bentuk sajian (4) Mengapresiasi karya seni rupa dan tari secara utuh (5) Membuat karya seni yag sesuai dengan estetikanya Seni pada mulanya adalah proses dari kreativitas manusia. Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai, karena masing-masing individu artis memilih sendiri peraturan dan parameter yang menuntunnya atau kerjanya, sehingga dapat dikatakan bahwa seni adalah proses dan produk dari memilih medium, dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium itu, dan suatu set nilai-nilai yang menentukan apa yang pantas dikirimkan dengan ekspresi lewat medium itu, untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan, sensasi, atau perasaan dengan cara seefektif mungkin untuk medium itu. Sekalipun demikian, banyak seniman mendapat pengaruh dari orang lain masa lalu, dan juga beberapa garis pedoman sudah muncul untuk mengungkap gagasan tertentu lewat simbolisme dan bentuk . Seni rupa adalah salah satu cabang seni yang membentuk karya seni melalui media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika. 4.1 UNSURǧUNSUR RUPA Untuk kepentingan analisis atau kritik seni pembahasan unsur Seni Rupa atau lebih lazim disebut sebagai Unsur Rupa atau Unsur Desain memang perlu dilakukan beberapa sumber, terkadang menyebut unsur rupa berbeda, akan tetapi dapat ditarik kesimpulan pada dasarnya unsur rupa adalah Garis, Raut, Warna, Tekstur, Ruang dan Gelap Terang. Garis Vertikal Garis Diagonal Garis Horisontal
Struktur Seni (Tata Susun Seni) 33 Warna merupakan unsur rupa yang memberikan nusansa bagi terciptanya karya seni, dengan warna dapat ditampilkan karya seni rupa yang menarik dan menyenangkan. Melalui berbagai kajian dan eksperimen, jenis warna diklasifi kasi ke dalam jenis Warna Primer, Warna Sekunder, Warna Tersier. Warna Primer adalah warna yang tidak diperoleh dari pencampuran warna lain, warna pokok atau dengan kata lain warna yang terbebas dari unsur warna-warna lain. seperti (merah, kuning, biru). Warna Sekunder adalah merupakan pencampuran dari dua warna Primer. misalnya warna biru campur warna kuning jadi warna hijau, warna biru campur warna merah jadi warna ungu atau violet, warna merah campur warna kuning jadi warna orange. Warna Tersier Adalah pencampuran dari dua warna sekunder. merah Biru Kuning Oranye Ungu Hijau Gambar 4.1 Diagram warna primer, Sekunder, dan Tersier Tekstur adalah sifat atau kualitas nilai raba dari suatu permukaan, oleh karena itu tekstur bisa halus, licin, kasar, berkerut, dan sebagainya. Dalam tekstur visual boleh jadi kesan yang di tangkap oleh mata itu kasar akan tetapi sesungguhnya halus atau sebaliknya. Kita dapat menentukan halus kasarnya suatu permukaan juga dapat merasakan kualitas permukaan
34 Dasar-dasar Musik antara kertas, kain, kaca, batu, kayu. Sedangkan pada tektur semu kesan yang di tangkap oleh mata tidak sama dengan kesan yang di tangkap oleh perabaan. Dalam bidang seni rupa, unsur ruang adalah unsur yang menunjukkan kesan keluasan, kedalaman, cekungan, jauh dan dekat. Dua bidang yang sama jenisnya misalnya lingkaran, akan memberikan kesan yang berbeda jika ukuran ke dua lingkaran itu berbeda. Lingkaran besar akan memberi kesan luas sedangkan lingkaran kecil akan memberi kesan sempit. Jika ke dua lingkaran itu berimpit akan memberi kesan dekat akan tetapi jika diatur berjarak akan memberi kesan ruang yang jauh. Gambar 4.2 Gambar bentuk selindris Gelap terang berkaitan dengan cahaya, artinya bidang gelap berarti tidak kena cahaya dan yang terang adalah yang kena cahaya. Goresan pensil yang keras dan tebal akan memberi kesan gelap sementara goresan pensil yang ringan-ringan akan memberi kesan lebih terang. Gelap terang dalam gambar dapat dicapai melalui teknik arsir yaitu teknik mengatur jarak atau tingkat kerapatan suatu garis atau titik, semakin rapat akan menghasilkan kesan semakin gelap demikian sebaliknya.
Struktur Seni (Tata Susun Seni) 35 4.2 DASARǧDASAR PENYUSUNAN Penyusunan dari unsur-unsur estetik merupakan prinsip pengorganisasian unsur dalam karya seni. Hakekat suatu penyusunan yang baik, jika suatu proses penyusunan unsur pendukung karya seni, senantiasa memperhatikan prinsip-prinsip komposisi: harmoni, kontras, unity, balance, simplicity, aksentuasi, dan proporsi. Prinsip dasar tersebut kadang saling terkait satu dengan yang lain, sehingga sulit dipilahkan, namun kehadirannya secara dalam suatu karya penyusunan akan memberika hasil yang dpat dinikmati dan memuaskan. 4.2.1. Paduan Harmoni (Selaras) Harmoni atau selaras adalah susunan unsur-unsur seni rupa yang senada atau kombinasi dari bagian – bagian yang serasi. 4.2.2. Paduan Kontras Kontras merupakan paduan unsur-unsur yang berbeda tajam, semua matra sangat berbeda, gelombang panjang dan pendek, tanggapan halus maupun kasar, dengan alat raba menimbulkan sensasi yang menarik perhatian. Kontras merangsang minat, kontras merupakan bumbu komposisi dalam pencapaian bentuk. Tetapi perlu diingat bahwa kontras yang berlebihan dapat merusak komposisi. 4.2.3. Paduan Irama (Repetisi) Repitisi merupakan pengulangan unsur-unsur pendukung karya seni. Repitisi atau pengulangan adalah selisih antara dua wujud yang terletak pada ruang dan waktu. 4.2.4. Paduan Gradasi (Harmonis Menuju Kontras) Gradasi merupakan sistem paduan dari laras menuju kontras, dengan meningkatkan masa dari unsur yang dihadirkan. Gradasi merupakan keselarasan yang dinamik, dimana terjadi perpaduan antara kehalusan dan kekasaran yang hadir bersama seperti halnya kehidupan. Gradasi dapat menggambarkan susunan yang monoton menuju dinamika yang menarik.
36 Dasar-dasar Musik 4.3 HUKUM PENYUSUNAN SENI RUPA Prinsip-prinsip seni rupa adalah pertimbangan pertimbangan yang dipergunakan dalam penyusunan unsur-unsur seni rupa. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: a. Kesatuan Adalah kesan yang timbul dari unsur – unsur seni rupa yang terpadu, menjadi satu bentuk yang menghasilkan suatu ungkapan b. Keselarasan Adalah susunan unsur-unsur seni rupa yang senada atau kombinasi dari bagian – bagian yang serasi. c. Keseimbangan 1. Kesimbangan Formal (semetris) adalah keseimbangan yang di- peroleh antar bagian bagiannya selalu sama. 2. Kesimbangan Non formal (asimetris) adalah keseimbangan yang diperoleh antar bagian –bagiannya tidak sama tetapai tetap seim- bang. d. Irama Irama adalah kesan gerak yang ditimbulkan dari perpaduan unsur seni rupa. Ada tiga kemungkinan teradinya irama: 1. Karena Pengulangan unsur yang sama dengan teratur dengan jarak dan bentuk yang sama. 2. Karena perbedaan ukuran atau bentuk yang teratur secara berkelan- jutan. 3. Karena Perbedaan jarak ruang antar bentuk atau bidang yang se- laras secara terus menerus. e. Penekanan Penekanan yang dimaksud adalah adanya sesuatu yang menjadi pusat perhatian dalam karya yang dibuat. Ada beberapa cara untuk membuat penekanan, yaitu: 1. Pengelompokan obyek-obyek tertentu 2. Penggunaan warna yang paling menonjol atau dominan 3. Penerapan ukuran yang lebih besar atau lebih kecil dibanding uku- ran lainnya. 4. Pemberian bentuk yang berbeda dari bentuk lainnya
Struktur Seni (Tata Susun Seni) 37 5. Pengaturan unsur dengan posisi atau letak yang berbeda. 6. Pemberian bahan atau tekstur yang berbeda f. Proporsi atau Perbandingan Merupakan perbandingan diantara bagian - bagian dalam satu bentuk yang serasi. Gambar 4.3 Proporsi antar bagian dalam satu bentuk 2.4 ESTETIKA SENI TARI Menurut Hunter Mead, nilai estetis dapat dibedakan dalam tiga ragam (dalam The Liang Gie, 1996: 74-76), yaitu (1) Sensous (ragam inderawi), yaitu keindahan yang terjadi dari warna-warni, susunan dan nada yang dicerap melalui indera; (2) Formal (ragam bentuk), yaitu keindahan yang terjadi dari semua macam hubungan seperti kesamaan, kemiripan atau kontras; (3) Associative (ragam perserikatan), yaitu nilai estetis yang memberi arti tertentu yang dikaitkan dengan hal-hal lain (benda, ide atau kejadian) misalnya suatu ingatan pernah didengar pada waktu yang lalu. Pada pertunjukan tari, nilai estetis kategori ragam inderawi, ditinjau dari bentuk tari yaitu gerak dan koreografi , penari, warna-warni tata rias dan busana, tata pentas dan tata cahaya, serta musik iringan yang digunakan. Nilai estetis ragam bentuk, ditinjau dari kerampakan gerak penari, dan perbedaan bentuk gerak tari dalam pertunjukan. Sedangkan nilai estetis ragam perserikatan, ditinjau dari isi tari, ide garapan dan sejarah yang diangkat ke dalam karya tari, nilai budayanya, ekspresi, jiwa senimannya.
38 Dasar-dasar Musik Volket mengemukakan empat ukuran yang menjadi tanda pengenal dari karya seni secara estetis. Ukuran-ukuran tersebut menyangkut: 1) Bendanya itu sendiri, dan 2) Segi subyektif yang timbul pada si pengamat. Norma-norma Volket itu yang pertama adalah: Karya seni yang memuaskan, (1) mengungkapkan keserasian antara bentuk dengan isi; dan (2) sangat menarik menurut perasaan, perenungan kita terhadapnya diliputi dengan rasa puas. Disintesakan dalam seni tari, (1) Mengungkapkan keserasian antara bentuk penyajian dengan isi atau ide yang diangkat ke dalam karya tari, ada keterkaitan antara keduanya; (2) karya tari tersbut menarik perasaan dan dapat direnungkan hingga penonton diliputi oelh rasa puas. Norma Volket yang kedua, karya ini (1) menunjukan kekayarayaan akan hal-hal penting yang menyangkut manusia; dan (2) memperbesar kehidupan perasaan kita. Dalam seni tari, (1) ide yang diangkat dalam karya tari mengandung banyak hal, pengetahuan, pengalaman manusia; (2) karya tari memberi pengalaman batin pada penikmat. Norma Volket yang ketiga, karya ini (1) membawa masuk kita ke dalam suatu dunia khayal yang dicita-citakan; dan (2) membebaskan kita dari ketegangan atau suasana realitas sehari-hari. Dalam seni tari, (1) karya tari mengajak penikmat kea lam pikiran yang diinginkan; dan (2) karya tari yang dapat menghibur penonton. Norma Volket yang keempat. Karya ini (1) menyajikan suatu kebulatan yang utuh; dan (2) mendorong pikiran pada perpaduan mental. Dalam seni tari, berarti (1) Karya tari menyajikan keutuhan, kesatuan, (2) Karya tari dapat mempengaruhi jiwa, perasaan penonton. Dikatakan oleh pakar fi lsafat Alan H. Goodman dalam The Education of Taste, British Journal of Aesthetics bahwa karya seni yang benar-benar indah selalu enak didengar dan atau sedap dipandang (dalam Murgiyanto, 2002: 36). Berdasarkan hal ini dapat dikatakan bahwa karya tari yang benar-benar indah selalu enak untuk ditonton, dicermati dan diresapi oleh penonton. Karya tari yang enak ditonton dibuat dengan sungguh-sungguh melalui proses penggarapan, dan ditata dengan memperhatikan memperhatikan elemen-elemen pokok tari dan harmoni keseluruhannya.
Struktur Seni (Tata Susun Seni) 39 Dikatakan oleh George Dickie dalam artikelnya Evaluating Art bahwa sebuah tarian baik jika ia memberikan pengalaman estetis yang bernilai (Murgiyanto, 2002: 47). Berdasarkan pendapat ini disimpulkan bahwa tolak ukur keberhasilan sebuah pertunjukan karya tari dapat dilihat dari segi penikmat atau penontonnya. Jika penonton mengalami pengalaman estetis yang bernilai ketika menyaksikan pertunjukan karya tari, maka karya tersebut dapat dikatakan baik. Pendekatan obyektif dalam menilai keindahan tari menurut Lian Gie (1996: 49-50) berpendapat bahwa nilai obyektif keindahan atau ciri yang menciptakan nilai estetis adalah sifat yang memang telah melekat pada benda indah yang bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya. Nilai obyektif didasarkan pada keindahan yang melekat pada benda indah. Menilai keindahan tari dapat dilihat melalui elemen-elemen komposisi tari dan bentuk penyajiannya. RANGKUMAN 1. Dapat ditarik kesimpulan pada dasarnya unsur rupa adalah Garis, Raut, Warna, Tekstur, Ruang dan Gelap Terang. 2. Warna Primer adalah warna yang tidak diperoleh dari pencampuran warna lain, warna pokok atau dengan kata lain warna yang terbebas dari unsur warna-warna lain. seperti (merah, kuning, biru). Warna Sekunder adalah merupakan pencampuran dari dua warna Primer. misalnya warna biru campur warna kuning jadi warna hijau, warna biru campur warna merah jadi warna ungu atau violet, warna merah campur warna kuning jadi warna orange. Warna Tersier Adalah pencampuran dari dua warna sekunder. 3. Tekstur adalah sifat atau kualitas nilai raba dari suatu permukaan, oleh karena itu tekstur bisa halus, licin, kasar, berkerut, dan sebagainya. Dalam tekstur visual boleh jadi kesan yang di tangkap oleh mata itu kasar akan tetapi sesungguhnya halus atau sebaliknya. 4. Ruang adalah unsur yang menunjukkan kesan keluasan, kedalaman, cekungan, jauh dan dekat. Dua bidang yang sama jenisnya misalnya lingkaran, akan memberikan kesan yang berbeda jika ukuran ke dua lingkaran itu berbeda.
40 Dasar-dasar Musik 5. Prinsip-prinsip seni rupa adalah pertimbangan pertimbangan yang di- pergunakan dalam penyusunan unsur-unsur seni rupa. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: a. Kesatuan b. Keselarasan c. Keseimbangan d. Irama e. Penekanan f. Proporsi atau Perbandingan 6. Pada pertunjukan tari, nilai estetis kategori ragam inderawi, ditinjau dari bentuk tari yaitu gerak dan koreografi , penari, warna-warni tata rias dan busana, tata pentas dan tata cahaya, serta musik iringan yang digunakan. TUGAS DAN PELATIHAN 1. Carilah video di youtube menggunakan mengenai a. Pembuatan seni rupa (kriya) b. Pertunjukkan tari kontemporer, tradisi dan kreasi Lalu lakukan analisis berdasarkan bentuk, struktur, dan makna menggunakan kajian masing-masing ilmu seni! 2. Buatlah karya seni (rupa dan tari) menggunakan kaidah (unsur seni) yang benar! RUJUKAN Muriyanto, Sal. (2002). Kritik Tari: Bekal dan Kemampuan Dasar. Jakarta: Masyarakat Seni Pertujukan The Lian Gie. (1996). Filsafat Keindahan.Yogyakarta: Pusat Belajar Ilmu Berguna -oo0oo-
Mempelajari estetika tidak terlepas dari fi lsafat. Secara fi losofi s, estetika memiliki ruang tersendiri. Seni rupa memiliki maka fi losofi s yang berbeda dengan seni tari. Seni rupa di Eropa dan Asia juga memiliki paradigma yang berbeda. Paradigma atau pandangan ini perlu dipahami oleh para pelaku seni dan penikmat seni untuk dapat membedakan paham yang dianut dan cara berpikir para fi lsuf untuk mengerti mengenai estetika yang sesungguhnya. Estetika berasal dari berbagai daerah dengan paham dan mazhab yang berbeda, oleh karena itu perlu dibahas mengenai pemahaman-pemahaman estetika menurut kedaerahan dan kultur negeranya. Pada bab ini akan dibahas mengenai sejarah estetika di berbagai belahan dunia dan konteks berpikir masyarakatnya yang berbeda. Mempelajari estetika tidak bisa hanya dari satu arah berpikir saja, tetapi harus dari berbagai sisi pemahaman dan persepsi. Persepsi itu yang akan digunakan untuk dapat melihat sesuatu dalam konteks global maupun lebih sempit. Setiap Negara memiliki nilai-nilai yang dijunjung tinggi; nilai-nilai tersebut sangat erat kaitannya dengan kultur “lokal” yang dibangun dan menjadi atribut suatu daerah tertentu. Setelah mempelajari mengenai berbagai estetika ketimuran, mahasiswa diharapkan mampu: BAB 5 ESTETIKA TIMUR
42 Dasar-dasar Musik (1) Mengkonversi pemahaman estetika seni ke dalam konteks yang lebih luas dan umum (2) Mampu berapresiasi sesuai dengan kapasitas objek yang diamati (3) Menjelaskan perbedaan kultur dalam pemahaman estetika (4) Menerapkan pemahaman estetis dalam berkarya Berbeda dengan perkembangan estetika barat, perkembangan estetika di negara-negara timur tampaknya sudah berkembang mulai zaman primitif hingga munculnya berbagai agama besar sampai era modern. Estetika pada dasarnya sangat dinamis dengan fi losofi s dan pemikiran baru, tetapi di timur sangat statis dan dogmatis, sehingga lambat dan bahkan tidak berkembang. Meskipun demikian sulit mengatakan keunggulan masing-masing pihak. Hal tersebut karena pijakan dan latar belakang yang berbeda. 5.1 ESTETIKA CINA Cina memiliki suatu peradaban besar di Asia. fi lsafat Konfusianisme, Budhisme, Taoisme, dan pemujaan leluhur telah memberikan warna yang khas dalam kebudayaan cina termasuk berbagai bentuk ekspresi seninya. Seni lukis dan kaligrafi telah memiliki daya tarik tersendiri dengan nilai estetisnya sendiri. Gambar 5.1 Karya seni kaligarfi cina
Estetika Timur 43 Filsuf Cina pada akhir abad V, Hsieh Ho menyusun enam prinsip dasar bagi para seniman (kemudian terkenal dengan istilah canon estetika Cina), prinsip tersebut adalah sebagai berikut: 1. Ch’i yun sheng tung. Chi (kunci), konsep energi spiritual yang mewujud- kan kesatuan harmonis atas segala sesuatu. Prinsip yang mengambar- kan bersatunya roh semesta dengan dirinya, sehingga dengan demikian ia mampu menangkap keindahan (dari tao) dan kemudian menampil- kan atau mewujudkan pada karyanya. 2. Ku fa yung pi. Ku fa artinya seni membaca karakter orang dengan me- lihat struktur tulangnya. Prinsip yang menggambarkan kemampuan menyerap roh chi atau roh kehidupan dengan cara mengesampingkan bentuk dan warna yang semarak, sehingga makna spiritual akan nam- pak dalam karya-karyanya. 3. Ying wu hsiang hsing. Berarti merefl eksikan objek dengan menggambar- kan bentuknya, setiap objek memiliki bentuk yang tepat, seniman harus menyesuaikan antara tema pokok dan ekspresi yang memerlihatkan visi pengamatan identitas objek yang dilukiskan di dalam semua keterpisa- han dan kekongkritan. 4. Sui lei fu ts’ai yang berarti suatu tipe hubungannya dengan penggunaan warna dalam seni lukis Cina tidak bersifst fungsional, tetapi lebih bersi- fat simbol. 5. Ching ting wei chih, adalah kesatuan dan rencana yang melibatkan ten- tang susunan dan penempatan. Seni Cina menganjurkan agar mengada- kan semacam perencanaan terlebih dahulu sebelum berkarya, observa- si, pengetahuan, meditasi tidak hanya dalam hati, karena pengetahuan itu harus mengalir keujung jari dan kemudian menggetarkan pena atau kuas dalam berkarya. 6. Chuan mo I hsieh, adalah memindahkan model yang melibatkan re- produksi dan duplikatisasi. Prinsip ini adalah menduplikat karya mas- ter terdahulu. Tujuannya mengikuti dan meneruskan kepada para ahli waris, metode dan prinsip yang dikembangkan untuk menopang jiwa Tao.
44 Dasar-dasar Musik 5.2 ESTETIKA TIMUR TENGAH Estetika yang berkembang di negara-negara timur tengah berbeda dengan perkembangan estetika di belahan Negara lain. Hal ini karena masyarakat timur tengah sebelum Islam menyembah patung berhala yang berwujud makhluk hidup dan bentuk keindahan lainnya. Namun setelah Islam masuk, mereka yang menyembah patung berhala dianggap bertentangan dengan agama, demikian juga semua yang berkaitan dengan hal tersebut seperti patung dan gambar yang melukiskan makhluk hidup. Akibatnya suatu bentuk yang mirip dengan berhala, atau suatu bentuk yang bernyawa hampir tidak terdapat di Negara-negara ini. Tetapi ketatnya larangan tersebut justru memunculkan dimensi estetik simbolik yang non-naturalis. Karya- karya semacam kaligrafi , ornament geometric, arsitektur, masjid, permadani bemotif tumbuh-tumbuhan yang di stilisasi dan sejenisnya tumbuh subur serta memberi ciri khas kesenian timur tengah. 5.3 ESTETIKA INDIA Konsep dasar estetika adalah naturalisme-spiritualis, bahwa pusat dan sumber keindahan terletak pada alam semesta, dan seniman harus mampu berkontemplasi untuk memahami kebesaran dan kedahsyatan alam untuk meraih nilai keindahannya. Sumardjo (2006:18) mengatakan bahwa secara fi losofi s, kemajuan fi lsafat sebagai dasar estetika India tidak sesubur di Barat dikarenakan manusianya lebih menyukai laku daripada ilmu. Pikiran- pikarannya ditujukan untuk memasuki pengalaman transenden, yaitu menyatu dengan Tuhan. Ada tiga karakter konsep estetika India, yaitu: 1. Spiritualistik, semua karya seni melambangkan nilai keagamaan dan mencintai alam sebagai kesatuan kosmos. Apa yang diciptakan bukan menggambarkan sesuatu apa adanya, tetapi menggambarkan sifat-sifat ketuhanan yang melingkupi dirinya. Oleh karena itu representasi tubuh Budha dipandang sebagai gumpalan masa yang cemerlang yang tidak ada bedanya dengan pikiran. 2. Simbolistik, setiap bentuk yang hadir memiliki nilai-nilai. Adanya makna-makna dan sifat sugestif yang melebihi ungkapan artistik atau anatomis, seperti patung Budha dengan sikap mudra yang penuh per-
Estetika Timur 45 lambang, dewa Syiwa atau Wishnu, semuanya menyimbolkan adanya supra-human, energi spiritual, kekuasaan atau visi-visi ilahi. 3. Naturalistik, keindahan adalah alam, maka penggambaran dewa beser- ta atributnya di ambil dari benda-enda yang terdapat pada alam, seperti gunung, matahari, binatang, dan sebagainya. Gambar 5.2 Orientasi estetika India terwujud dalam dewa-dewa 5.4 ESTETIKA JEPANG Pandangan Budha terhadap benda-benda pada prinsipnya adalah segala sesuatu yang bersifat fana; segala sesuatu itu mengandung penderitaan dan segala sesuatu itu tanpa ego. Bagi Budha benda-benda itu tidak kekal, selalu berubah. Indera kita selalu saja salah dalam mengamati benda sekitarnya. Hal ini membuat manusia hanya menatap illusi belaka, dengan demikian segala sesuatu mengandung penderitaan. Oleh karena itu pergunakan konsep kesederhanaan” mintalah segala sesuatu secukupnya”. Konsep ini mempengaruhi estetika Budhisme yang lebih menekankan pada estetika kesederhanaan. Segala sesuatu buatlah seminimal mungkin dan bersahaja. Budhisme berkembang subur di Jepang. Hal ini sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan estetika. Terbukti bahwa Jepang; hal-hal yang bersifat cemerlang, meriah, kengerian, hampir tidak pernah dijumpai. Estetika jepang mengabdi pada kelembutan dan kesahajaan. Sementara itu, Barthes dalam Berger (2010: 31) menggambarkan tempura sebagai sebuah refl eksi kesenian bangsa Jepang. Keuletan, kerapuhan,
46 Dasar-dasar Musik transparansi, sifat kering, dan keinstanan seolah menginterpretasikan pola berkeseniannya. Gambar 5.3 Karya seni lukis Jepang 5.5 ESTETIKA ISLAM Pergulatan pemahaman atas estetika Islam melampaui batas-batas kebangsaan dan kebudayaan suatu bangsa. Dengan manifestasi seninya yang memiliki kesamaan visi dan bentuknya, mengandaikan adanya prinsip- prinsip yang harus menjadi pegangan. Pemahaman terhadap seni dan keindahan harus berlandaskan dengan apa yang ada dalam Alqur’an dan Hadist, adalah suatu yang tidak bias di tawar lagi. Adanya beberapa Hadist yang memberikan sikap negatif terhadap seni, diartikan sebagai sinyal agar aktifi tas khas ini tidak membawa manusia pada jalan yang dilarang agama (seperti kemusrikan, kemaksiatan, dan kehancuran moral). Berikut adalah beberapa visi estetika Islam : 1. Keindahan alam pada hakekatnya merupakan cerminan dari cahaya keindahan Illahi. Hadist Nabi yang mengatakan “Tuhan Maha indah, dan menyukai keindahan”. Mengandaikan penghayatan kepada kein- dahan alam merupakan kesadaran atas kesadaran transenden. 2. Segala ciptaan Tuhan, selalu ada tanda-tanda kebesarannya yang ada dan dapat diabadikan manusia melalui karya-karya kreatif didasarkan pada adanya dimensi spiritual yang kemudian tercermin adanya komit- men moral dalam aktualisasinya.
Estetika Timur 47 3. Karya kemanusiaan yang berusaha mengungkapkan tanda-tanda kebe- saran tuhan, baik yang tersembunyi dalam realitas kehidupan manusia maupun dalam alam semsta,pada hakekatnya merupakan perpanjan- gan aya-ayat Tuhan itu sendiri. 4. Seni itu halal diciptakan, tetapi tidak berarti setiap bentuk ekspresi kes- enian dan setiap unsur kesenian halal. Seni sebagai saluran fi trah manu- sia adalah halal, tetapi bahan atau muatan yang dimasukkan ke dalam saluran bisa saja haram hukumnya, karena membawa kepada kemusy- rikan, kemunafi kan, dan kemaksiatan. 5. Inspirasi yang mengagumkan dari ekspresi seni rupa islam adalah ke- tika para seniman islam merespon secara kreatif atas hadist larangan menggambarkan makhluk hidup. Visualitas artistic dari bentuk-bentuk geometris yang didasarkan ilmu pasti dalam bentuk arasbek dan ka- ligrafi merupakan imajinasi awal atas seni abstrak yang telah mengang- kat derjat seni rupa Islam. Gambar 5.4 Karya seni kaligarfi
48 Dasar-dasar Musik RANGKUMAN 1. Estetika pada dasarnya sangat dinamis dengan fi losofi s dan pemikiran baru, tetapi di timur sangat statis dan dogmatis, sehingga lambat dan bahkan tidak berkembang. 2. Seni lukis dan kaligrafi telah memiliki daya tarik tersendiri bagi Cina dengan nilai estetisnya sendiri. 3. Filsuf Cina pada akhir abad V, Hsieh Ho menyusun enam prinsip dasar bagi para seniman sebagai berikut. a. Ch’i yun sheng tung. Chi (kunci), b. Ku fa yung pi. Ku fa artinya seni membaca karakter orang dengan melihat struktur tulangnya. c. Ying wu hsiang hsing. Berarti merefl eksikan objek dengan menggam- barkan bentuknya. d. Sui lei fu ts’ai yang berarti suatu tipe hubungannya dengan penggu- naan warna dalam seni lukis Cina tidak bersifat fungsional, tetapi lebih bersifat simbol. e. Ching ting wei chih, adalah kesatuan dan rencana yang melibatkan tentang susunan dan penempatan f. Chuan mo I hsieh, adalah memindahkan model yang melibatkan re- produksi dan duplikatisasi. 4. Estetika Timur Tengah melekat dengan memunculkan dimensi estetik simbolik yang non-naturalis, seperti kaligrafi dan simbol-simbol. 5. Ada tiga karakter konsep estetika India, yaitu: a. spiritualistik, b. simbolistik, c. naturalistik. 6. Jepang sangat dipengaruhi Budhisme. Itu ditunjukkan melalui hal-hal yang bersifat cemerlang, meriah, kengerian, hampir tidak pernah di- jumpai. Estetika jepang mengabdi pada kelembutan dan kesahajaan. 7. Pemahaman terhadap seni dan keindahan Islam harus berlandaskan dengan apa yang ada dalam Alqur’an dan Hadist, adalah suatu yang tidak bias di tawar lagi. Segala sesuatu yang bertentangan dengan dasar hukum dan ajaran Islam tidak dapat dikategorikan estetika dalam Is- lam.
Estetika Timur 49 TUGAS DAN PELATIHAN Tes formatif 1. Buatlah kajian mengenai kultur sebuah daerah (boleh Negara atau dae- rah di Indonesia) berupa makalah dengan isi kajian: a. Sejarah b. Kesenian di daerah tersebut c. Nilai-nilai apa saja yang terkandung di dalam kesenian tersebut d. Apa fungsi kesenian di daerah tersebut 2. Buatlah sebuah laman berbasis pendidikan dengan lingkup bahasan seputar seni dan budaya, laman dikelola secara kolektif dan berisi me- genai isi kajian seperti yang terdapat pada poin ke-1! 3. Buatlah sebuah karya (tari, rupa, musik) menggunakan estetika kedae- rahan masing-masing dan dipresentasikan! Latihan Buatlah sebuah analisa berupa paper mengenai salah satu kesenian yang ada di sekitar anda! RUJUKAN Sumardjo, Jakob. (2006). Estetika Paradox. Bandung: Sunan Ambu Press STSI Bandung Berger, Arthur Asa. (2010). Pengantar Semiotika: Tanda-tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer. Yogyakarta: Tiara Wacana -oo0oo-
E stetika merupakan simbol yang mewakili pola piker masyarakat suatu daerah. Estetika juga merupakan buah pemikiran yang timbul dari budaya. Budaya masyarakat di nusantara sangat beragam dan memiliki kajian yang sangat luas. Satu budaya Jawa atau Minang saja misalnya, tidak akan habis dibahas dalam beberapa penelitian saja; belum lagi jenis kesenian dan budaya lain di Indonesia yang berjumlah ribuan. Oleh karena itu, budaya yang berasal dari masyarakat memiliki pola atau kecenderungan dalam berpikir. Budaya memiliki ingkup kajiannya sendiri secara estetis. Jika sebuah tarian misalnya, 100 tahun yang lalu ditarikan hanya untuk lingkungan kerajaan saja, makan pada masa modern bisa dinikmati untuk kebutuhan hiburan dan lain-lain. Maka ada nilai yang bergeser dari sebuah sajian yang dinikmati kalangan tertentu saja, menjadi sebuah produk untuk menghibur. Secara estetis, tarian tersebut memiliki perubahan nilai dan fungsi di kalangan masyarakatnya. Pada bab ini disajikan pembahasan tentang kedudukan sebuah estetika di masyarakat, khususnya di Indonesia. Orientasi budaya yang memiliki nilai estetis digambarkan dalam sebuah paparan dari berbagai konteks kedudukan masyarakat. Sehingga jelas asal-muasalnya dan tahu mengenai sejarahnya. Setelah mempelajari pokok bahasan tersebut mahasiswa diharapkan: BAB 6 ESTETIKA NUSANTARA
52 Dasar-dasar Musik (1) Mampu memiliki orientasi berpikir mengenai keragaman budaya Indo- nesia (2) Mampu mengelompokkan struktur, norma, nilai dan fungsi dari sebuah budaya dalam sebuah potret masyarakat (3) Mampu mengindentifi kasi sebuah fenomena dengan pedekatan seni se- bagai sebuah estetika (4) Mampu menyeimbangkan antara budaya kelokalan dan yang masuk dari luar Sangat sukar menarik garis terhadap bentuk estetika Indonesia, karena setiap daerah mempunyai bentuk dan perkembangan kesenian yang sangat beragam. Pekembangan seni (termasuk estetika) tergantung tingkat kepengaruhan budaya. Arnold Hauser dalam bukunya yang berjudul “The Sociology of Art”, mengatakan bahwa seni sebagai produk dari masyarakat. Kebudayaan Indonesia yang beragam pengaruh agama dan kepercayaan asing serta pengaruh pendidikan moderen, memberikan warna tersendiri pada setiap daerah. Untuk membahas estetika berdasarkan jenis dan ragam budaya, secara garis besar dikelompokkan dalam 5 kelompok, yaitu: 1. Kelompok masyarakat yang bekembang sendiri, mempunyai kebuday- aan Animisme. Pengaruh Budhisme, Hinduisme yang berbaur telah berkembang menjadi bentuk snycritisme yang berlain-lainan sifatnya diberbagai daerah seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Bali dan lain-lain. 2. Kelompok yang telah mendapat pengaruh snycritisme bercampur den- gan Islam. Tiga nilai budaya tersebut menjadi akar seni Islam di Indone- sia. 3. Kelompok masyarakat yang memiliki kebudayaan Islam yang hanya di- landasi kepercayaan animisme. Masyarakat ini hanya dilandasi sistem kepercayaan prasejarah. 4. Kelompok masyarakat yang terdiri kepercayaan animisme dengan pen- garuh Nasrani. 5. Kelompok masyarakat yang masih mempertahankan sistem kepercay- aan pada leluhurnya, atau nenek moyangnya dan terisolasi dari penga- ruh kebudayaan luar.
Estetika Nusantara 53 Gambar 6.1. Menhir 6.1 ORIENTASI KESENIAN INDONESIA Sesuai dengan pandangan bangsa Timur pada umumnya, orang Indonesia mempunyai orientasi sikap keterikatan kosmos dan peng-Esa-an Nya sekaligus sikap berkesenian sebagai berikut: 1. Merasa terikat pada penguasa alam semesta, sehingga timbul sikaf taat, takut dan memujanya (keterikatan vertikal). 2. Merasa terikat pada alam sekelilingnya dan tanah tempat berpijak, se- hingga timbul rasa syukur, yaitu berterima kasih pada alam dan memu- ja penguasanya (keterikatan vertikal). 3. Merasa terikat pada masyarakat lingkungannya, sesama manusia yang hidup dalam lingkungannya (keterikatan horizontal).
54 Dasar-dasar Musik Keterikatan di atas secara simbolik tergambar dalam segala sikap hidup dalam kehidupan. Dalam kesenian yang di anggap sebagai suatu karya rohani suatu bangsa, tergambarkan dalam gaya ungkapan simbolisme. Gaya ungkapan simbolisme merupakan pengejawantahan alam rohani (ekspresi) manusia yang terbentuk melalui proses spiritual. Bentuk perlambang (simbolistis) setiap daerah (etnik) di Indonesia memiliki bentuk yang beaneka ragam. Kemajemukan ini tentu saja karena dilandasi faktor pengaruh sistem kepercayaan dan letak georafi s. 6.2 ORIENTASI TERHADAP KEBUDAYAAN Sistem kepercayaan mempengruhi pandangan hidup masyarakat Indonesia. Pandangan hidup. Dari zaman pra sejarah, pengaruh agam Hindu, Budha, Islam, dan Nasrani serta stuktur pemerintahan feodal dengan pandangan hidup yang serba kosmis-magis, para penguasa di daerah mengikuti kehidupan dengan pola kebangsawanan yang sama disesuaikandengan tradisi daerah masig-masing. Membentuk gaya seni, dan pandangan estetis tersendiri sesuai dengan pengaruh yang didapat. Gambar 6.2 Candi Borobudur
Estetika Nusantara 55 6.3 ORIENTASI TERHADAP PARADIGMA SENI Ada dua kecenderungan konsepsi seni yang diungkapkan manusia, yaitu: 1. Karya kolektif yaitu karya seni diciptakan masyaraka atau kelompok masyarakat yang berdasarkan pada sistem kebudayaan yang dipegang. Misalkan karya seni kain tapis jelas bukan karya perorangan tetapi karya komunitas masyarakat Lampung. 2. Karya pribadi yang lahir dari sebuah ungkapan yang lahir dari buah ungkapan rasa dan jiwa manusia. Tema dan teknik perwujudan karya seni terbagi menjadi tiga, yaitu: a. Karya seni yang tema dan tekniknya telah meresap serta akrab dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, lewat cerita mulut kemu- lut dan pengungkapan tertentu. b. Karya seni itu lahir sebagai bagian dari dunia yang utuh yang meru- pakan satu jagat (kosmos). c. Suatu karya dari satu cabang seni merupakan media komunikasi kebudayaan lingkungan masyarakat. Kesenian Indonesia yang terdiri dari puncak-puncak kesenian daerah pada umumnya memiliki dasar penciptaan yang relatif sama. Kesan keseluruhan pencitraan kesenian ini merupakan jati diri bangsa sebagai akumulasi dan konklusi dari perjalanan panjang prose invention dan sosialisasi dalam sejarah bangsa Indonesia. 6.4 ORIENTASI TERHADAP EKSPRESI KAIN TAPIS LAMPUNG Lampung berasal dari kata ‘lampung’ yang berarti terapung atau tanah yang terbawa ke darat oleh air (Amran, 2014: 113). Budaya dan orientasinya sangat dipengaruhi oleh sejarah dan kondisi sosial masyarakat di masa lalu. Kondisi yang dinamis ini memiliki keterkaitan secara fi losofi s dan historis. Kain Tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampung dalam menyelaraskan kehidupannya baik terhadap lingkungannya maupun sang pencipta alam semesta. Karena itu munculnya kain Tapis ini ditempuh melalui tahap-tahap waktu yang mengarah kepada kesempurnaan teknik tenunnya, maupun cara-cara memberikan ragam hias yang sesuai dengan perkembangan kebudayaan masyarakat.
56 Dasar-dasar Musik Gambar 6.3 Kain tapis Lampung Menurut Van der Hoop disebutkan bahwa orang Lampung telah menenun kain Brokat yang disebut Nampan (Tampan) dan kain Pelepai sejak abad II masehi. Motif kain ini ialah kait dan konci (Key and Rhomboid shape), pohon hayat dan bangunan yang berisikan roh manusia yang telah meninggal. Juga terdapat motif binatang, matahari, bulan serta bunga melati. Dikenal juga tenun kain tapis yang bertingkat, disulam dengan benang sutera putih yang disebut kain tapis inuh. Hiasan-hiasan yang terdapat pada kain tenun Lampung juga memiliki unsur-unsur yang sama dengan ragam hias di daerah lain. Hal ini terlihat dari unsur-unsur pengaruh taradisi Neolithikum yang memang banyak ditemukan di Indonesia. Masuknya agama Islam di Lampung, ternyata juga memperkaya perkembangan kerajinan tapis ini. Walaupun unsur baru tersebut telah berpengaruh, unsur lama tetap dipertahankan.
Estetika Nusantara 57 Adanya komunikasi dan lalu lintas antar kepulauan Indonesia sangat memungkinkan penduduknya mengembangkan suatu jaringan maritim. Dunia kemaritiman atau disebut dengan zaman bahari sudah mulai berkembang sejak zaman kerajaan Hindu Indonesia dan mencapai kejayaan pada masa pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan islam antara tahun 1500 - 1700 . Bermula dari latar belakang sejarah ini, imajinasi dan kreasi seniman pencipta jelas mempengaruhi hasil ciptaan yang mengambil ide-ide pada kehidupan sehari-hari yang berlangsung disekitar lingkungan seniman dimana ia tinggal. Penggunaan transportasi pelayaran saat itu dan alam lingkungan laut telah memberi ide penggunaan motif hias pada kain kapal. Ragam motif kapal pada kain kapal menunjukkan adanya keragaman bentuk dan konstruksi kapal yang digunakan. Gambar 6.4 Kain tapis motif kapal Kuntowijoyo (1987:xi) dalam Martiara (2012: 24) mengatakan bahwa budaya adalah sebuah sistem yang mempunyai koherensi. Bentuk-bentuk simbolis yang berupa kata, benda, laku, mite, sastra, lukisan, nyanyian, musik, kepercayaan mempunyai kaitan erat dengan konsep-konsep epitemologis dari sistem pengetahuan masyarakatnya. Kain tapis merupakan perwujudan yang mewakili budaya masyarakat lampung yang tercermin melalui motif. Kain tapis adalah pakaian wanita suku Lampung yang berbentuk kain sarung terbuat dari tenun benang kapas dengan motif atau hiasan bahan sugi, benang perak atau benang emas dengan sistem sulam (Lampung; “Cucuk”). Tapis adalah hasil tenun benang kapas dengan motif, benang perak atau benang emas dan menjadi pakaian khas suku Lampung. Jenis tenun ini biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah berbentuk
58 Dasar-dasar Musik sarung yang terbuat dari benang kapas dengan motif seperti motif alam, fl ora dan fauna yang disulam dengan benang emas dan benang perak. Ragam hias pada kain tapis sebenarnya merupakan simbol-simbol yang sarat dengan makna sebagai ungkapan kehidupan masyarakat Lampung terdahulu, dan merupakan peninggalan yang harus dilestarikan sebagai warisan nenek moyang untuk generasi yang penerusnya. Dengan perkembangan masyarakat urban, pemahaman terhadap ragam hias lampung hanya sebatas isian sebuah dekorasi. Tapis Lampung adalah hasil tenun benang kapas dengan motif benang emas dengan sistem sulam. Kain biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah berbentuk sarung yang terbuat dari benang kapas dengan motif alam, fl ora dan fauna dan disulam menggunakan benang emas dan perak. Kain tapis awalnya digunakan dalam upacara-upacara adat di lingkungan kerajaan. Setiap keluarga kerajaan meiliki motifnya sendiri. Ini menunjukkan bahwa motif memiliki makna bagi masyarakat Lampung. Motof juga menunjukkan strata dan kedudukan sosial dari masyarakat Lampung (Sujadi, 2012: 60). Dalam perkembangannya di masa kini, kain tapis tidak lagi menunjukkan stratifi kasi sosial, tetapi digunakan masyarakat Lampung secara umum dan diproduksi hampir di berbagai wilayah di Lampung. RANGKUMAN 1. Estetika berdasarkan jenis dan ragam budaya, dikelompokkan dalam 5 kelompok, yaitu: a. Kelompok masyarakat yang bekembang sendiri, mempunyai kebu- dayaan Animisme. Pengaruh Budhisme, Hinduisme yang berbaur telah berkembang menjadi bentuk sinkretisme yang berlain-lainan sifatnya di berbagai daerah seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Bali dan lain-lain. b. Kelompok yang telah mendapat pengaruh snycritisme bercampur dengan Islam. Tiga nilai budaya tersebut menjadi akar seni Islam di Indonesia. c. Kelompok masyarakat yang memiliki kebudayaan Islam yang han- ya dilandasi kepercayaan animisme. Masyarakat ini hanya dilanda- si system kepercayaan prasejarah.
Estetika Nusantara 59 d. Kelompok masyarakat yang terdiri kepercayaan animisme dengan pengaruh Nasrani. e. Kelompok masyarakat yang masih mempertahankan sistem keper- cayaan pada leluhurnya, atau nenek moyangnya dan terisolasi dari pengaruh kebudayaan luar. 2. Orientasi kesenian Indonesia masih dipengaruhi sikap taat dan patuh pada kepercayaan. Sikap tersebut menjadi pengikat dalam berkarya dan berkesenian sehingga menjadi sebuah ciri dari budaya Indonesia. Pen- garuh Islam misalnya, sebagai sebuah kepercayaan yang banyak dianut oleh mayoritas masyarakat Indonesia. 3. Kesenian Indonesia sangat plural. Keberagaman menjadi simbol dan kekuatan seni Indonesia. 4. Salah satu keberagaman kesenian Indonesia tercermin melalui tapis Lampung. Masyarakat Lampung memaknai tapis sebagai sebuah sim- bol kemapanan dan stratifi kasi sosial. Namun seiring perkembangan zaman, nilai itu menjadi bergeser dan tapis dapat dinikmati oleh selu- ruh kalangan masyarakat. Tapis tidak lagi menjadi sebuah simbol untuk memberikan segmentasi sosial. TUGAS DAN PELATIHAN Tes Formatif 1. Apa perbedaan estetika Barat dan Timur secara esensi? 2. Jelaskan pergeseran nilai-nilai dan fungsi seni yang banyak terjadi di Indonesia lengkap dengan contohnya! 3. Mengapa wilayah Indonesia sangat sulit untuk melestarikan dan melakukan pengembangan mengenai seni daerah? 4. Apa perbedaan antara seni sebagai sebuah produk dan seni sebagai se- buah eskpresi? 5. Bagaimana sikap anda jika terhadap seni yang hanya dipandang sebagai pelengkap dalam sebuah ritus keagamaan atau budaya tertentu? 6. Apa pendapat anda mengenai seorang seniman yang memiliki karya kontemporer? 7. Apa cara anda untuk memberikan pemahaman kepada orang lain ten- tang estetika yang paling sederhana?
60 Dasar-dasar Musik RUJUKAN Amran, Frieda. (2014). Mencari Jejak Masa Lalu Lampung. Bandar Lampung: Pustaka LaBRAK Hauser, Arnold. (1982). The Socicology of Art. Terj. Kenneth J. Northcott Chicago: The University of Chicago Press Martiara, Rina. (2012). Nilai dan Norma Budaya Lampung Dalam Sudut Pandang Strukturalisme. Yogyakarta: Program Pascasajrana ISI Yogyakarta Sujadi, Firman. (2012). Lampung Sai Bumi Ruwa Jurai. Jakarta: Citra Insan Madani -oo0oo-
Amran, Frieda. (2014). Mencari Jejak Masa Lalu Lampung. Bandar Lampung: Pustaka LaBRAK Bahari, Nooryan. (2008). Kritik Seni. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Berger, Arthur Asa. (2010). Pengantar Semiotika: Tanda-tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer. Yogyakarta: Tiara Wacana Budiono. (2001). Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Hanindita: Yogyakarta. Dharsono, SK. (2004). Pengantar Estetika. Bandung: Rekayasa Sains Darsono, SK. (2007). Estetika. Bandung: Rekayasa Sains Gie, The Lian. (1996). Garis Besar Estetik. Yogyakarta: Karya _____________ (1983). Garis Besar Estetik (Filsafat Keindahan). Yogyakarta: Super Sukses. Hartono. (1984). Manusia dan Seni.Yogyakarta: Kanisius Hauser, Arnold. (1982). The Socicology of Art. Terj. Kenneth J. Northcott Chicago: The University of Chicago Press Jazuli, M. (2001). Paradigma Seni Pertunjukan. Yogyakarta: Yayasan Lentera Budaya Sachri, Agus. (2002). Estetika, Makna Simbol, dan Daya. ITB: Bandung. DAFTAR PUSTAKA
62 Dasar-dasar Musik Sedyawati, Edi dkk.(1986). Pengetahuan Elementer Tari Dan Beberapa Masalah Tari. Jakarta; Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. _______________ (1981). Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan Soedarsono, RM. (1992). Pengantar Apresiasi Seni. Jakarta: Balai Pustaka. Soetomo. (2003). Krisis Seni, Krisis Kesadaran. Yogyakarta: Kanisius Sujadi, Firman. (2012). Lampung Sai Bumi Ruwa Jurai. Jakarta: Citra Insan Madani Sumardjo, Jakob (2000). Filsafat Seni. Bandung: ITB _____________ (2006). Estetika Paradox. Bandung: Sunan Ambu Press -oo0oo-
Abstrak. Tidak berwujud; tidak berbentuk; mujarad Aisthtetika. (i) estetika; adalah salah satu cabang fi lsafat yang membahas keindahan; (ii) estetika: merupakan ilmu membahas bagaimana keindahan bisa terbentuk, dan bagaimana supaya dapat merasakannya Aksentuansi. Pemberian tekanan suara pada suku kata atau kata; pengutamaan; penitikberatan; penekanan Aksiologi. Kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia; kajian tentang nilai, khususnya etika Ansich. Sebuah istilah dari bahasa jerman yang secara harfi ah berarti: “pada dirinya sendiri”, “pada hakekatnya” atau “harafi ah”. Konsep fi lsafat “ding an sich” diperkenalkan oleh sang fi lsuf prusia immanuel kant. Antitesa. Penyatuan pendapatan yang bertentangan. Apologi. Tulisan atau pembicaraan formal yang digunakan untuk mempertahankan gagasan, kepercayaan, dan sebagainya; pembelaan Appretiatus. Berasal dari bahasa latin, yaitu appretiatus yang artinya “memberi putusan dengan rasa hormat sebagai cara untuk menghargai suatu keindahan karya seni”. Adapun dalam kamus umum inggris- indonesia to apreciate artinya “menghargai” dan appreciation artinya “penghargaan”. Dengan demikian, mengapresiasi seni artinya berusaha mengerti tentang seni dan menjadi peka terhadap unsur DAFTAR ISTILAH
64 Dasar-dasar Musik di dalamnya sehingga secara sadar mampu menikmati dan pada akhirnya dapat menilai karya seni dengan baik. Arasbek. Salah satu jenis seni seperti mozaik dan kaligrafi Aristoteles. Filsuf; bapak Ilmu Pengetahuan. Aristoteles dilahirkan di kota Stagira, Macedonia, 384 SM. Ayahnya seorang ahli fi sika kenamaan. Pada umur tujuh belas tahun Aristoteles pergi ke Athena belajar di Akademi Plato. Dia menetap di sana selama dua puluh tahun hingga tak lama Plato meninggal dunia. Dari ayahnya, Aristoteles mungkin memperoleh dorongan minat di bidang biologi dan “pengetahuan praktis”. Di bawah asuhan Plato dia menanamkan minat dalam hal spekulasi fi losofi s Arsitektur. Seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan, jembatan, dan sebagainya; metode dan gaya rancangan suatu konstruksi bangunan Asimetris. Tidak setangkup; tidak simetris Associatite. Asosiatif; terhubung Auditif. Berhubungan dengan proses mendengar atau pendengaran Averroes. Nama lain seorang fi lsuf, Ibnu Rusyd; ahli falsafat, ahli perubatan dan ahli perundangan Islam yang terkenal. Avicenna. Nama lain dari Ibnu Sina seorang pakar kedokteran; ahli fi lsafat Balance. Seimbang Baumgarten. Alexander Gottlieb Baumgarten (1714-1762); ahli matematika dan fi lsuf dari Jerman Beauty. Cantik; Konsep keindahan dalam ilmu fi lsafat Bellum. Bellum Ominium Contra Omnes adalah sebuah ungkapan Bahasa Latin yang berarti “sebuah perang antar segala melawan semuanya”, ungkapan tersebut terutama diasosiasikan dengan diskripsi Thomas Hobbes terhadap keadaan manusia Budhisme. Ajaran yang dikembangkan oleh Sidharta Gautama yang antara lain mengajarkan bahwa kesengsaraan adalah bagian kehidupan
Daftar Istilah 65 yang tidak terpisahkan dan orang dapat membebaskan diri dari kesengsaraan dng menyucikan mental dan moral diri pribadi Calm. Ketenangan Colorful. Penuh warna; bersemangat Deklarasi. pernyataan ringkas dan jelas (tentang suatu hal) Descrates. René Descartes; fi lsuf terkenal dari Perancis Dialektik. Seni berpikir secara teratur logis dan teliti yang diawali dengan tesis, antitesis, dan sintesis Diskontinuitas. Ketidaksinambungan Dogmatis. Bersifat mengikuti atau menjabarkan suatu ajaran tanpa kritik sama sekali Duplikatisasi. Penduplikasian; penyalinan Eksperimen. Percobaan yang bersistem dan berencana (untuk membuktikan kebenaran suatu teori dan sebagainya) Eksperimental. Bersangkutan dengan percobaan Ekspresivitas. Kekayaan ekspresi; kemampuan mengekspresikan Ekstrinsik. Berasal dari luar (tentang nilai mata uang, sifat manusia, atau nilai suatu peristiwa); bukan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sesuatu; tidak termasuk intinya Epistemologi. Cabang ilmu fi lsafat tentang dasar-dasar dan batas-batas pengetahuan Estetika. Adalah salah satu cabang fi lsafat yang membahas keindahan Estetis. Memiliki keindahan Etika. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak) Evaluating. Mengevaluasi Expression. Ungkapan; ekspresi; perasaan; penyataan; tanda Extreme Disharmony. Ketidaksesuaian yang sangat besar
66 Dasar-dasar Musik Falsafi . Bersifat falsafah Feodal. Berhubungan dengan susunan masyarakat yang dikuasai oleh kaum bangsawan; mengenai kaum bangsawan (tentang sikap, cara hidup, dan sebagainya); mengenai cara pemilikan tanah pada abad pertengahan di Eropa Filosofi . Filsafat Filosofi s. Berdasarkan fi lsafat Filsafat. Pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya; teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan; ilmu yang berintikan logika, estetika, metafi sika, dan epistemologi; falsafah Filsuf. Ahli fi lsafat; ahli pikir; orang yang berfi lsafat Filosof. Filsuf Fomalisme. Doktrin atau praktik penekunan yang seksama terhadap bentuk yang bercorak atau bentuk-bentuk eksternal lain. Corak-corak elemen formal adalah garis, bentuk, warna dan sebagainya, yang dapat dikombinasikan untuk memproduksi keseluruhan gaya dan efek. Fondamen. Asas; dasar; hakikat; pondasi Geometric. Bersangkut-paut atau berhubungan dengan geometri Gradasi. Susunan derajat atau tingkat; tingkat dalam peralihan suatu keadaan pada keadaan lain; tingkat perubahan Harmonization. Penyelarasan Harmony. Keselarasan; kecocokan; keserasian Idealisasi. Penyesuaian dengan yang dicita-citakan atau yang dikehendaki Idyllic. Idilis Impenetrability. Bersifat tidak dapat ditembus Inderawi. Sangat berhubungan dengan sensitivitas inderawi Index. Daftar; penunjuk
Daftar Istilah 67 Instrinsik. Terkandung di dalamnya (tentang kadar logam mulia dalam mata uang, harkat seseorang, atau suatu peristiwa) Intelektual. Kemampuan seseorang untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkannya dalam hubungannya dengan lingkungan dan masalah-masalah yang timbul Kaligrafi . Seni menulis indah dengan pena Kesimetrisan. Ukuran simetris tidaknya sesuatu Klasifi kasi. Penjernihan, penjelasan, dan pengembalian kpd apa yang sebenarnya (tt karya ilmiah dsb) Kolektif. Secara bersama; secara gabungan Kompleksitas. Kerumitan Kongkret. Nyata; benar-benar ada (berwujud, dapat dilihat, diraba, dan sebagainya) Konsepsi. Pengertian; pendapat (paham); rancangan (cita-cita dan sebagainya) yang telah ada dalam pikiran Kontinuitas. Kelanjutan Kontras. Memperlihatkan perbedaan yang nyata apabila diperbandingkan Korelasi. Hubungan timbal balik atau sebab akibat Kosmologi. Ilmu (cabang astronomi yang menyelidiki asal-usul, struktur, dan hubungan ruang waktu dari alam semesta; ilmu tentang asal-usul kejadian bumi, hubungannya dengan sistem matahari, serta hubungan sistem matahari dengan jagat raya; ilmu (cabang dari metafi sika) yang menyelidiki alam semesta sebagai sistem yang beraturan Kristalisasi. Proses, cara, perbuatan menjadi kristal; penghabluran; penjernihan atau penegasan (biasanya berupa kesimpulan singkat); perihal menjadi jernih dan jelas (tentang suatu gagasan dan sebagainya) Kritikal. Bersifat genting; kritis Krito. Salah satu bahan karangan Plato Kuantitas. Banyaknya (benda dan sebagainya); jumlah (sesuatu)
68 Dasar-dasar Musik Konfusianisme. Ajaran mengenai sistem etika dan fi lososfi yang dikembangkan dari ajaran-ajaran cina, Memesis. Sebuah proses peniruan. Mimesis ada di dalam diri setiap manusia sehingga proses peniruan ini juga menjadi proses terciptanya budaya. Secara sistematis, Mimesis terjadi karena kita menjadikan orang lain sebagai model. Mengabstraksi. Merangkum atau meringkas Metafi sik. Ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan hal-hal yang nonfi sik atau tidak kelihatan Metafi sika. Lih. Metafi sika Metrum. Ukuran irama yang ditentukan oleh jumlah dan panjang tekanan suku kata dalam setiap baris; pergantian naik turun suara secara teratur, dengan pembagian suku kata yang ditentukan oleh golongan sintaksis Normatif. Berpegang teguh pada norma; menurut norma atau kaidah yang berlaku Objektivitisme. Paham atau aliran yang menerima segala sesuatu secara objektif Ontologis. Ahli dalam ilmu ontologi Orientasi. Peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dan sebagainya) yang tepat dan benar; pandangan yang mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan; Parameter. Suatu nilai ato kondisi yang dijadikan sebagai tolak ukur terhadap nilai ato kondisi yang lainnya Persepsional. Bersifat persepsi Phaedo. Konsep fi lsafat Plato Philosopia. Filsafat; asal kata dari bahasa Yunani Plato. Adalah seorang fi lsuf dan matematikawan Yunani Platonik. Sepenuhnya spiritual, bebas dari nafsu berahi dan cinta
Daftar Istilah 69 Postmodern. Masa dimana, suatu hal dapat mudah sekali terganti dengan suatu hal yang baru jika hal tersebut memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan hal yang yang lain. Semua penilaian hanya terdapat pada rasa. Precison. Presisi; ketelitian Presentasional. Sistem simbol karya seni yang tidak bergantung pd hubungan antarunsur Primer. Yang pertama; yang terutama; yang pokok Primitif. Dalam keadaan yang sangat sederhana; belum maju (tentang peradaban; terbelakang) Proporsi. Perbandingan; bagian; perimbangan Relativitas. Hal (keadaan) relatif; kenisbian Romantisme. Adalah sebuah gerakan seni, sastra dan intelektual yang berasal dari Eropa Barat abad ke-18 pada masa Revolusi Industri. Sekunder. Berkenaan dengan yang kedua atau tingkatan kedua Semetris. Sama kedua belah bagiannya; setangkup; Graf mengenai keseimbangan letak unsur cetak 100% terhadap garis poros Seni. Halus (tentang rabaan); kecil dan halus; tipis dan halus; berkenaan dengan keindahan Sensasional. Bersifat merangsang perasaan (emosi dan sebagainya); menggemparkan Simplicity. Kesederhanaan Simulasi. Metode pelatihan yang meragakan sesuatu dalam bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan yang sesungguhnya; penggambaran suatu sistem atau proses dengan peragaan berupa model statistik atau pemeranan Skeptis. Kurang percaya; ragu-ragu (terhadap keberhasilan ajaran dan sebagainya) Socrates. Adalah fi lsuf dari Athena, Yunani dan merupakan salah satu fi gur paling penting dalam tradisi fi losofi s Barat
70 Dasar-dasar Musik Spiritualis. Sifat berkenaan dengan spiritual Subjektifi tas. Gambaran dari suatu peristiwa yang sudah terjadi berdasarkan pandangan seseorang yang diperngaruhi oleh nilai-nilai yang melingkupinya Taoisme. Ajaran fi lsafat dari Lao-Tzu di negeri Cina (abad ke-6 SM) yang menganjurkan bertindak sesuai dengan alam, dan bukan melawannya Tekstur. Ukuran dan susunan (jaringan) bagian suatu benda; jalinan atau penyatuan bagian-bagian sesuatu sehingga membentuk suatu benda (seperti susunan serat dalam kain, susunan sel-sel dalam tubuh) Tersier. Bukan yang utama; yang ketiga Tolstoy. Leo Tosloy; Adalah seorang penulis, aktivis, dan fi lsuf Rusia. Transenden. Di luar segala kesanggupan manusia; luar biasa; utama Ugly. Buruk rupa Unity. Persatuan Vitalisme. Adalah suatu doktrin yang mengatakan bahwa suatu kehidupan terletak di luar dunia materi dan karenanya kedua konsep ini, kehidupan dan materi, tidak bisa saling mengintervensi Visual. Tampak; dapat dilihat Visualitas. Memiliki sifat dapat dilihat -oo0oo-
KONTRAK PERKULIAHAN ESTETIKA SENI KST232/2 SKS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Semester Ganjil Tahun Akademik 2016/2017 Dosen Pengampu: Agung Kurniawan, M.Sn. Riyan Hudayatullah, M.Pd. KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2016
74 Dasar-dasar Musik KONTRAK PERKULIAHAN Identitas Mata Kuliah Mata Kuliah : Estetika Seni Kode Mata Kuiah/SKS : KST 232/2 SKS Semester : Genap Fak/Jurusan/Prodi : FKIP/ PBS/ Pendidikan Seni Tari Tahun Akademik : ..................................................................................... Hari Perkuliahan : ..................................................................................... Tempat Perkuliahan : ..................................................................................... Dosen Mata Kuliah : 1. Agung Kurniawan, M.Sn. 2. Riyan Hidayatullah, M.Pd. 1. Manfaat Kuliah Mata kuliah estetika seni dapat memberikan kemampuan pada mahasiswa untuk menjelaskan nilai keindahan sebuah karya seni, berapresiasi dan mampu berkarya menggunakan estetika suatu ilmu seni. Selain itu, mahasiswa dapat mengaplikasikan pemahaman-pemahaman estetis yang paling sederhana dalam sebuah proses berkarya dan mengajar. 2. Deskripsi Perkuliahan Mata kuliah ini membahas tentang teori-teori estetika, nilai keindahan karya seni, dan kritik karya seni. Berbagai fi losofi yang mengawali terbentuknya estetika dari berbagai fi lsuf dan Negara. Orientasi mengenai apa itu estetika dan sejarah berkembangnya di masyarakat juga dibahas dalam teori-teori dan kajian budaya secar umum dalam perkuliahan. 3. Tujuan Mata Kuliah Setelah mengikuti mata kuliah estetika seni, mahasiswa memiliki pengetahuan mengenai estetika seni sehingga mampu menganalisis nilai keindahan karya seni dalam sebuah kritik seni. Selanjutnya mahasiswa
Lampiran 75 mampu menungkan ide atau gagasan berpikir estetis ke dalam sebuah karya dan proses berkarya. 4. Standar Kompetensi Mahasiswa memiliki pemahaman menyeluruh mengenai cara berpikir estetis dalam mengkaji sebuah karya seni dan menerapkan dalam konteks berpikir secara global sehingga dapat memunculkan nilai karakter yang ter- bangun dari hasil mempelajari estetika seni. Untuk mencapai standar kompetensi di atas, mahasiswa mampu memiliki kompetendi dasar sebagai berikut. (1) menjelaskan seutuhnya mengenai pengertian estetika (2) memiliki pandangan kritis mengenai fi lsafat dari berbagai sudut pan- dang (3) mengidentifi kasi perbedaan budaya dan fi losofi tiap daerah (4) menjelaskan nilai-nilai estetis yang terkandung dalam setiap karya seni (5) menjelaskan fi losofi masing-masing tokoh atau fi lsuf (6) menjalaskan siapa saja tokoh fi lsuf terkenal (7) melakukan penilaian estetika terhadap sebuah karya seni (8) membedakan ilmu estetika normatif dan positif (9) mengkonversi pemahaman estetika seni ke dalam konteks yang lebih luas dan umum (10) menjelaskan dan berapresiasi sesuai dengan kapasitas objek yang dia- mati (11) menjelaskan perbedaan kultur dalam pemahaman estetika (12) menerapkan pemahaman estetis dalam berkarya (13) menjelaskan dan memiliki orientasi berpikir mengenai keragaman bu- daya Indonesia (14) mengelompokkan struktur, norma, nilai dan fungsi dari sebuah budaya dalam sebuah potret masyarakat (15) mampu mengindentifi kasi sebuah fenomena dengan pedekatan seni se- bagai sebuah estetika (16) mampu menyeimbangkan antara budaya kelokalan dan yang masuk dari luar
76 Dasar-dasar Musik 5. Organisasi Materi Perkuliahan Pengertian Estetika Seni Teori Estetika Estetika TimurEstetika Barat Kaidah Keindahan Karya Seni Nilai Karya Seni Kritik Seni 6. Strategi Perkuliahan Perkuliahan akan dimulai dengan penjelasan dan melakukan tanya jawab disetiap pertemuan perkuliahan. Mengapresiasi karya seni rupa, tari, dan musik, baik secara langsung maupun tidak langsung. Presentasi makalah hasil dari apresiasi karya seni. Metode yang digunakan dalam perkuliahan merupakan kombinasi dari metode ceramah, model pembelajaran kooperatif yang lebih menitikberatkan kepada pemaksimalan kemampuan mahasiswa berdasarkan teori kontsruktivisme. Turunan dari metode diantaranya World Café Menthod yang merupakan pengembangan dari metode pembelajaran tipe JIGSAW. Dalam metode ini menggunakan prinsip memahami menggunakan simbol dan gambar, sehingga mahasiswa dapat lebih mudah untuk memahami mengenai sebuah kajian seni dan mengingatnya lebih lama. Dalam setiap pertemuan selalu ada penugasan berupa pertanyaan dan proyek yang diselesaikan secara kelompok maupun individu. Penilainya yang digunakan lebih komprehensif.
Lampiran 77 7. Materi dan Bahan Bacaan Perkuliahan Materi Perkuliahan 1) Ruang Lingkup Estetika 2) Pertumbuhan Estetika 3) Pemahaman Estetik 4) Struktur Seni 5) Estetika Timur 6) Estetika Nusantara 8. Bahan Bacaan Burhan, M. Agus. (2006). Jaringan Makna Tradisi Hingga Kontemporer. Kenangan Purna Bakti untuk Prof. Soedarso Sp., M.A. BP ISI Yogyakarta,. Dharsono, SK. (2004). Pengantar Estetika. Bandung: Rekayasa Sains Darsono, SK. (2007). Estetika. Bandung: Rekayasa Sains Gie, The Lian. (1996). Garis Besar Estetik. Yogyakarta: Karya _____________ (1983). Garis Besar Estetik (Filsafat Keindahan). Yogyakarta: Super Sukses. Hartono. (1984). Manusia dan Seni.Yogyakarta: Kanisius Soedarsono, R.M.(2000). Jejak Perkembangan Seni di Indonesia, Arti.Line: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Soetomo. (2003). Krisis Seni, Krisis Kesadaran. Yogyakarta: Kanisius Sujadi, Firman. (2012). Lampung Sai Bumi Ruwa Jurai. Jakarta: Citra Insan Madani Sumardjo, Jakob (2000). Filsafat Seni. Bandung: ITB _____________ (2006). Estetika Paradox. Bandung: Sunan Ambu Press Suwardi Endraswara (2003). Metodologi Penelitian Kebudayaan. Gajah Mada University press William A. Haviland, (1985) , Anthropology. Alih Bahasa Oleh R.G. Soekdijo, Antropologi. Erlangga
78 Dasar-dasar Musik 9. Tugas Individu: 1) Mahasiswa diminta untuk membuat makalah perkembangan budaya suatu daerah 2) Mahasiswa diminta untuk mengobservasi kebudayaan di Lampung. 3) Mahasiswa diminta untuk mempresentasikan makalah dan hasil obser- vasinya. Kelompok Hasil dari keseluruhan tugas dikumpulkan dan dicetak dalam bentuk draf dan diserahkan ke perpustakaan prodi 10. Kriteria Penilaian Penilaian akan dilakukan berdasarkan kriteria sebagai berikut: Nilai Akhir (NA) Huruf Angka StatusMutu Mutu (HM) (AM) > 75 A 4 Lulus 66-75 B 3 Lulus 55-65 C 2 Lulus 50-54 D 1 Lulus < 50 E 0 Tidak Lulus Dalam menentukan nilai akhir akan digunakan persentase pembobotan sebagai berikut. 1. Kehadiran 10 % 2. Tugas 30 % 3. Nilai Presentasi 20 % 4. Ujian tengah semester 20 % 5. Ujian akhir semester 20% 11. Jadwal Perkuliahan Perkuliahan dimulai pada awal tahun ajaran baru di semester ganjil tahun akademik 2016-2017. Pelaksaanaan mid semester dan UAS di luar jadwal pertemuan selama 16 kali. Ketepatan jadwal disesuaikan dengan kalender akademik Unila. Rencana jadwal pertemuan perkuliahan adalah sebagai berikut.
Lampiran 79 Hari/ Tanggal Pertemuan Pokok Materi Uraian Jumlah Mahasiswa Paraf Dosen 1. Pengertian estetika seni 1. Pengertian estetika 2. Keindahan 2 3. Nilai estetik 3 Seni dan keindahan 1. Pengertian seni 2. Cabang-cabang seni 4 3. SIfat dasar seni 4. Struktur seni 5. Teori Seni 5 6. Seni Dan Symbol 7. Garis Besar Daya Estetik Seni 6 Teori-teori Estetika Timur dan Barat 1. Estetika Yunani 2. Estetika India 3. Estetika China 4. Estetika Islam 7 5. Renaissance 6. Formalisme 7. Romantisme 8. Ekspresionisme 8 9. Sosialisme 10. Realism 11. Marxisme 12. Estetika Modern 13. Estetika Postmodern 9. Penguatan materi 10 Estetika Seni Rupa 1. Ruang lingkup seni rupa 2. Unsur-unsur seni rupa 3. Prinsip-prinsip seni rupa
80 Dasar-dasar Musik Hari/ Tanggal Pertemuan Pokok Materi Uraian Jumlah Mahasiswa Paraf Dosen 11 Presentasi 4. Apresiasi karya seni rupa 13 Presentasi 14 Estetika Seni Pertujukan (music dan Tari 1. Ruang lingkup seni pertujukan 2. Unsur-unsur seni tari dan musik 3. Prinsip-prinsip seni tari dan musik 15 4. Apresiasi karya seni tari dan musik 16 Presentasi 11. Aturan Perkuliahan 1. Mahasiswa diwajibkan menggunakan pakaian rapih dan pantas saat mengikuti perkuliahan di kelas 2. Mahasiswa tidak diperkenankan memakai sandal jepit pada saat perku- liahan, praktik, maupun proses bimbingan di luar kelas 3. Mahasiswa harus menonaktifkan handphone saat perkuliahan 4. Keterlambatan hanya diberi batas 15 menit untuk setiap pertemuannya 5. Mahasiswa tidak diperkenankan membuat kegaduhan saat proses perkuliahan, kecuali diskusi 6. Mahasiswa wajib hadir minimal 80% dari jumlah tatap muka 7. Tidak ada UTS dan UAS susulan kecuali dengan alas an yang jelas 8. Hasil evaluasi dikembalikan setelah 2 minggu ujian Bandarlampung, 29 Agustus 2016 Ketua Kelas/ Dosen Penanggung Jawab MK, PJ Mata Kuliah Estetika Seni, ………………………………… ………….....…………………….. NPM …………………...…….. NIP ………....…………………..
Lampiran 81 Mengetahui Ketua Jurusan Ketua Program Studi …........., ……………………………….., ……................………………… Mengtahui Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama Fakuktas ………………. ………………...……….. NIP…………….………. -oo0oo- |