Jelaskan keunggulan produk golden rice dibandingkan beras pada umumnya

Rabu, 28 Maret 2012 | 01:00 WIB
Oleh : B1

Jelaskan keunggulan produk golden rice dibandingkan beras pada umumnya

Perbandingan golden rice (kiri) dan beras putih biasa.

Kalau izin legal untuk distribusi dan standar keselamatan pangan sudah dipenuhi, beras emas ini dijanjikan akan dijual bebas dengan harga standar sama dengan jenis beras yang umum. Tahukah Anda bahwa beras yang dikonsumsi miliaran penduduk dunia ternyata tidak memiliki kandungan nutrisi yang cukup selain karbohidrat? Penelitian menunjukkan bahwa kandungan vitamin A maupun zat besi di dalam beras, jauh di bawah tingkat kebutuhan tubuh manusia atau malah hampir tidak ada sama sekali. Beberapa tahun belakangan ini sedang dikembangkan varietas beras baru yang memiliki banyak kandungan beta karoten, yang bisa diolah tubuh menjadi vitamin A, dan satu lagi varietas yang tinggi tingkat kandungan zat besi-nya, di International Rice Research Institute (IRRI), Filipina. Jenis yang pertama malah sudah dikembangkan dan ditanam, meskipun belum masuk tahap produksi massal, karena menunggu hasil uji konsumsi yang aman dan izin dari badan pangan maupun pertanian dunia (FAO) yang pasti memakan waktu cukup lama. "Kita namakan varietas dengan beta karoten ini golden rice, karena warna bijinya yang kuning tua," kata Dr Parminder Virk, peneliti jenis beras baru ini, di pusat penelitian IRRI di Los Banos, sekitar dua jam berkendara dari Manila, Selasa (27/3). Tekstur beras ini tidak ada bedanya dengan jenis yang lain, kecuali warnanya yang kuning tua menyolok, mirip beras yang diberi pewarna atau kunyit untuk acara adat perkawinan atau kelahiran. Bedanya, warna kuning tua itu datang dari alam, atau katakanlah dari hasil rekayasa genetik ilmuwan. Virk menjanjikan bahwa kalau izin legal untuk distribusi dan standar keselamatan pangan sudah dipenuhi, beras emas ini akan dijual bebas dengan harga standar sama dengan jenis beras yang umum. "Berbeda dengan beras organik atau beras merah yang dijual dengan harga lebih mahal, tidak akan ada harga khusus untuk golden rice," tegasnya. Petani yang akan menanam beras ini, menurut Virk pula, nantinya juga bisa mendapatkan bibitnya dengan harga wajar. "Tidak akan dikenakan ongkos tehnologi untuk varietas ini," katanya lagi. Golden rice dikembangkan dengan teknik modifikasi genetika, dengan menggabungkan gen maize dengan mikroorganisme tanah yang bisa menghasilkan beta karoten pada biji beras. Varietas ini pertama kali ditemukan oleh Profesor Ingo Potrykus ketika masih menjabat di Federal Institute of Technology, Swiss, dan Profesor Peter Beyer dari Universitas Freiburg, Jerman. "Saat ini tipe golden rice baru diperuntukkan bagi Filipina dan Bangladesh saja, namun akan diproduksi global jika sukses," kata Virk. Menurut hasil penelitian, mengkonsumsi satu mangkok nasi dari golden rice bisa mencukupi setengah dari kebutuhan orang dewasa akan vitamin A. Sementara itu, varietas beras yang mengandung zat besi tinggi, dikembangkan dengan cara menambahkan gen dari kedelai. Dr Inez Hortense Slamet-Loedin, peneliti IRRI asal Indonesia, mengatakan bahwa jenis beras yang umum sangat kecil kandungan zat besinya. Dikatakannya, di Asia Tenggara, di mana sebagian besar rakyatnya mengkonsumsi nasi setiap hari, banyak orang mengalami kekurangan zat besi, dan hal itu bisa berdampak buruk kepada anak-anak, ibu hamil maupun ibu menyusui. "Karena itulah dikembangkan varietas beras yang memiliki kandungan zat besi tinggi dengan modifikasi genetika," kata Inez.

Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini


Oleh: Lusyana (Mahasiswa Fakultas Teknobiologi Universitas Teknologi Sumbawa)

SUMBAWA BESAR, SR (22/05/2017)

Beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat di Negara berkembang. Sehingga akan sangat menguntungkan apabila beras memiliki kandungan pro-vitamin A. Namun kandungan beta-karoten pada padi hanya terdapat pada jaringan hijau seperti daun, sedangkan beras yang kita konsumsi tidak memiliki kandungan nutrisi tersebut. Salah satu rentannya anak-anak terkena penyakit adalah kekurangan nutrisi mikro seperti vitamin A atau zat besi. Vitamin A banyak terkandung dalam buah-buahan, sayuran yang berwarna merah, kuning, dan orange. Misalnya pepaya, tomat dan wortel. Masyarakat miskin tidak mampu mengkonsumsi buah dan sayuran tersebut secara rutin demi memenuhi kebutuhan vitamin A. Bila hal tersebut terjadi, sistem kekebalan tubuh mereka akan menurun dan perkembangan tubuh akan terganggu dengan akibat fatal kematian. Terutama yang berada di Negara sedang berkembang.

Salah satu upaya untuk menghindari kekurangan nutrisi tersebut adalah dengan mengkonsumsi makanan pokok yang mengandung gizi tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut seperti vitamin A, dapat dilakukan melalui teknik rekayasa genetik. Rekayasa genetika adalah salah satu inovasi teknologi dalam bidang bioteknologi. Rekayasa genetika merupakan teknologi transfer gen dari suatu spesies ke spesies lain, dimana gen interes berupa suatu fragmen DNA ditransformasikan ke dalam sel atau tanaman inang untuk menghasilkan tanaman transgenik yang memiliki sifat baru. Prinsip dasar dari teknologi rekayasa genetika adalah memanipulasi atau melakukan perubahan susunan asam nukleat dari DNA (gen) atau menyelipkan gen baru ke dalam struktur DNA organisme penerima. Gen yang diselipkan dan organisme penerima dapat berasal dari organism apa saja. contoh tanaman yang telah menggunakan teknologi rekayasa genetika yaitu Golden Rice (Beras Emas).

Baca Juga  Satu Lilin Hanguskan Satu Rumah di Karang Padak

Golden Rice (Beras Emas) merupakan kultivar (varietas) padi transgenik hasil rekayasa genetika yang berasnya mengandung beta-karoten (pro-vitamin A) pada bagian endospermanya. Varietas ini pertama kali ditemukan oleh profesor Ingo Potrykus ketika masih menjabat di Federal Institute of Technology, swiss, dan profesor Peter Beyer dari Universitas Freiburg, Jerman. Kandungan beta-karoten ini menyebabkan warna berasnya tersebut tampak orange-kekuningan. Pada tipe liar (normal) endosperma padi tidak menghasilkan beta-karoten dan akan bewarna putih hingga putih kusam. Di dalam tubuh manusia, beta-karoten akan diubah menjadi vitamin A. Varietas Golden Rice (Beras Emas) ini mengandung  suatu gen dari jagung atau tanaman daffodil dan suatu gen dari bakteria tanah (Erwinia). Produk enzim dari gen-gen ini menyebabkan terbentuknya likopen dalam beras yang kemudian di ubah menjadi beta-karoten dan karatenoid provitamin A lainnya oleh enzim yang terdapat dalam beras tersebut.

Beta-karoten adalah zat warna orange kekuningan seperti pada tanaman wortel. Ia terbentuk dari bahan dasar (prekusor) geranyl-geranyl diphosphate (GGDP). melalui jalur biosintesa, GGDP akan diubah menjadi phytoene, diteruskan menjadi Lycopene, dan selanjutnya diubah lagi menjadi beta-karoten. Secara alami, dalam biji padi sudah terdapat GGDP, tetapi tidak mampu membentuk beta-karoten. Perubahan dari GGDP menjadi phytoene dilaksanakan oleh enzim phytoene synthase (PHY) yang disandi oleh gen phy. Selanjutnya gen crtl mengkode enzim phytoene desaturase yang bertanggung jawab untuk mengubah phytoene menjadi lycopene. Ada satu enzim lagi yang diperlukan untuk mengubah lycopene menjadi beta-karoten, yaitu lycopene cyclase (LYC). Melalui sejumlah proses, maka gen phy, crtl, dan lyc yang berasal dari tanaman daffodil (bunga narsis/ bakung) disisipkan ke tanaman padi sehingga padi mampu memproduksi beta-karoten berwarna oranye-kekuningan, yang sekarang disebut sebagai Golden Rice.

Jadi manfaat dari pembuatan Golden Rice (Beras Emas)adalah mampu menyediakan rekomendasi harian yang dianjurkan dari vitamin dalam 100-200 gram beras. Sehingga dengan mengkonsumsi Golden Rise (Beras Emas) ini dapat menyediakan kebutuhan vitamin A dan karbohidrat yang diperlukan oleh tubuh serta mengatasi kekurangan vitamin A karena mengandung beta-karoten yang tinggi. (*)

Baca Juga  Lomba Lari 320 KM Resmi Dilepas Bupati KSB

Jelaskan keunggulan produk golden rice dibandingkan beras pada umumnya

Jelaskan keunggulan produk golden rice dibandingkan beras pada umumnya

Jelaskan keunggulan produk golden rice dibandingkan beras pada umumnya
Jelaskan keunggulan produk golden rice dibandingkan beras pada umumnya

Padi emas adalah kultivar (varietas) padi transgenik hasil rekayasa genetika yang berasnya mengandung beta-karotena (pro-vitamin A) pada bagian endospermanya.[1] Kandungan beta-karotena ini menyebabkan warna berasnya tersebut tampak kuning-jingga[2] sehingga kultivarnya dinamakan "padi emas" dan "beras emas". Pada tipe liar (normal), endosperma padi tidak menghasilkan beta-karotena dan akan berwarna putih hingga putih kusam. Di dalam tubuh manusia, beta-karotena akan diubah menjadi vitamin A.[2]

Kultivar padi ini dibuat untuk mengatasi defisiensi atau kekurangan vitamin A yang masih tinggi prevalensinya pada anak-anak, terutama di wilayah Asia dan Afrika. Nasi menjadi pangan pokok bagi sebagian besar warga di sana, dan kemiskinan sering kali tidak memungkinkan penyediaan sayuran atau buah-buahan yang biasa menjadi sumber provitamin-A dalam menu makanan sehari-hari.[1]

 

Jalur biosintesis beta-karoten beserta gen-gen yang terlibat di dalam pembentukkannya. Hanya likopena siklase (Lycopene cyclase) yang tidak diintroduksi dari sumber asing.

Padi emas dikembangkan oleh Ingo Potrykus dari ETH Zurich dan Peter Beyer dari Universitas Freiburg.[2] Untuk merakit padi ini, digunakan dua gen dari spesies bukan padi, yaitu gen crt1 dari bakteri Erwinia uredovora dan gen psy dari tanaman narsis atau daffodil (Narcissus pseudonarcissus). Kultivar 'Golden Rice 2', generasi selanjutnya, menggunakan gen psy dari jagung (Zea mays) karena lebih kuat ekspresinya.[3][4][5]

Pada sekitar tahun 1990 sekelompok ilmuwan Jepang berhasil mengisolasi gen penyandi biosintesis (pembentukan) karotenoid, crt1, dari suatu bakteri tanah, Erwinia uredovora.[1] Dari penelitian tersebut diketahui bahwa enzim fitoena (phytoene) desaturase yang dihasilkan bakteri tersebut dapat mengubah fitoena menjadi likopena. Fitoena merupakan senyawa antara pada biosintesis beta-karotena.[1] Beberapa tahun setelah itu diketahui bahwa endosperma pada bulir padi mengandung geranilgeranil-difosfat (GGDP), bahan dasar (prekursor) untuk biosintesis beta-karotena.[6] GGDP dapat diubah menjadi fitoena dengan bantuan enzim fitoena sintase yang disandi oleh gen psy. Sayangnya, secara alami pada padi ekspresi gen psy tersebut teredam sehingga tidak terbentuk fitoena.[1] Dengan menyisipkan konstruk gen Crt1 dari E. uredovora dan gen psy dari narsis (sejenis tanaman hias yang bunganya berwarna kuning atau jingga) ke dalam genom padi geranilgeranil difosfat diubah menjadi fitoena dan selanjutnya diubah lagi menjadi likopena.[1] Gen penyandi likopena siklase (Lcl) yang bertugas mengkatalisis perubahan likopena menjadi beta-karotena telah tersedia pada padi.

Kehadiran padi emas tidak diterima sepenuhnya oleh masyarakat dunia.[7] Sebagian masyarakat tidak menyetujui budidaya padi emas karena adanya kekhawatiran akan terjadinya perubahan lingkungan atau ekosistem.[7] Mereka takut padi emas yang ditanam dapat menularkan sifat mutasinya ke tanaman alami lain.[7] Hal ini mungkin terjadi bila padi emas ditanam bersama padi jenis lain dalam satu lahan yang berdekatan sehingga polen (benang sari) padi emas dapat membuahi padi lain.[7] Hal lain yang ditakutkan adalah apabila sifat yang diciptakan oleh ilmuwan ternyata bisa berubah dan melenceng jauh dari yang diharapkan.[7] Masyarakat juga takut mengonsumsi padi emas karena takut akan membahayakan kesehatan.[7]

  1. ^ a b c d e f M. Suudi. "Golden Rice: Dulu, Kini, dan Nanti". LIPI. Diakses tanggal 2010-5-17.  Periksa nilai tanggal di: |accessdate= (bantuan)
  2. ^ a b c "Informasi Ringkas Teknologi Padi: Padi Emas" (PDF). IRRI Rice Knowledge Bank (bahan oleh Gerard Barry). Juni 2007. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2010-12-26. Diakses tanggal 17 Mei 2010.  Parameter |first1= tanpa |last1= di Authors list (bantuan)
  3. ^ (Inggris) Golden Rice Humanitarian Board (2001). "Golden rice: Sustainable bbiofortification for the poor rular population" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2008-07-05. Diakses tanggal 2010-5-17.  Periksa nilai tanggal di: |accessdate= (bantuan)
  4. ^ (Inggris) Peter Beyer, Salim Al-Babili, Xudong Ye, Paola Lucca, Patrick Schaub, Ralf Welsch, Ingo Potrykus. "Golden Rice: Introducing the Beta-Carotene Biosynthesis Pathway into Rice Endosperm by Genetic Engineering to Defeat Vitamin A Deficiency". Journal of Nutrition: 506–510. Diakses tanggal 2010-5-17.  Periksa nilai tanggal di: |accessdate= (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
  5. ^ Paine, JA (2005-3-27). "Improving the nutritional value of Golden Rice through increased pro-vitamin A content". Nature Biotechnology. 23 (4): 482–5. DOI:10.1038/nbt1082.  Parameter |coauthors= yang tidak diketahui mengabaikan (|author= yang disarankan) (bantuan); Periksa nilai tanggal di: |date= (bantuan); Parameter |access-date= membutuhkan |url= (bantuan)
  6. ^ Suprihati (15 Agustus 2008). "Golden Rice untuk Kesejahteraan Petani". Suara Merdeka. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-08-01. Diakses tanggal 17 Mei 2010. 
  7. ^ a b c d e f Richardus Widodo (23 April 2008). "Kontroversi Pangan Rekayasa Genetik". Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Diakses tanggal 17 Mei 2010. 

  • Engineering the Provitamin A (β-Carotene) Biosynthetic Pathway into (Carotenoid-Free) Rice Endosperm

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Padi_emas&oldid=20422046"