Jelaskan pandangan Anda mengenai metafora globalisasi Jaket Ikat Emas



Pengantar Artikel opini telah terbit di Harian KONTAN, Jumat 16 April 2014. Kami memuatnya lagi di kontan.co.id untuk menjangkau pembaca yang lebih banyak lagi. Selamat membaca    Globalisasi, Negara, Saudagar, dan Rakyat Oleh Fajar Kurnianto,Peneliti Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) Universitas Paramadina JakartaGlobalisasi telah menjadi arus besar dunia yang tak terbendung. Globalisasi didefinisikan sebagai interconnectivity yang mencapai tingkat tertinggi seperti tampak pada extensity, intensity, velocity, dan dampak yang ditimbulkan (David Held et.al, 1999). Ideologi globalisme menyatakan bahwa kemakmuran dan kesejahteraan dunia hanya dapat dicapai dengan perdagangan bebas yang dilakukan pengusaha swasta, tanpa intervensi oleh negara di bidang ekonomi (Manfred Steger, 2005). Dalam era globalisasi, batas-batas negara seperti kabur, bahkan lenyap. Kenichi Omahe dalam bukunya, The End of Nation-State, secara eksplisit mengumumkan berakhirnya “nation-state” atau “negara-bangsa”. Negara, tutur Omahe, adalah “the artefact of the 18th and 19th centuries”. Perdagangan antarnegara begitu terbuka melewati tapal batas dan merusak garis-garis peta politik tradisional yang ada selama ini. Thomas Friedman dalam bukunya, The Lexus and the Olive Tree, mengatakan, semua negara di dunia kini harus berpakaian sama, yaitu “The Golden Straitjacket”. Artinya, negara harus menjalankan pasar bebas, membuka lebar-lebar pasarnya untuk produk-produk dari mana saja di dunia. Nasionalisme bagi Omahe dan Friedman adalah penghambat dari kegiatan ekonomi yang kian mengglobal ini. Nasionalisme juga berakhir, seiring dengan berakhirnya negara-bangsa. Apakah eksistensi negara benar-benar lenyap? Faktanya tidak ada satu pun negara di dunia yang lenyap karena globalisasi. Meski begitu, globalisasi tetap memiliki dampak bagi suatu negara. Negara memang masih eksis, tapi perannya sedikit banyak berubah. Ronen Palan dan Jason Abbott dalam buku mereka, State Strategies in the Global Political Economy, memperlihatkan bagaimana negara-negara berusaha sekuat tenaga menyusun strategi yang tepat untuk menghadapi aktor-aktor global seperti International Monetary Fund (IMF), World Bank, World Trade Organization (WTO), ataupun CEO dari korporasi multinasional (MNC). Menurut mereka, setidaknya ada tujuh strategi yang negara lakukan. Pertama, negara yang satu bergabung dengan negara lain dan membangun sebuah kelompok regional. Kedua, mengembangkan model developmental state. Ketiga, mengembangkan modus “demokrasi sosial” dalam usahanya mengintegrasikan diri dalam ekonomi dunia. Keempat, beberapa negara berupaya untuk mendominasi ekonomi regional, bahkan ekonomi dunia untuk menjalankan hegemoni. Negara bukan centeng Saudagar Kelima, negara miskin dan lemah memanfaatkan tenaga murah yang melimpah untuk menarik modal asing. Keenam, mereka akan mencari keunggulan khusus atau niches yang bersifat paratis di pasar dunia, seperti tax havens. Ketujuh, mereka mungkin sama sekali tidak ikut dalam kompetisi global akibat himpitan struktur. Ketujuh strategi negara tersebut sebenarnya mewakili tujuh tipologi negara-negara yang sekarang ada di dunia. Patut dicermati bahwa dalam globalisasi terjadi “pertarungan kepentingan” antara negara di satu sisi dan aktor-aktor global di sisi lain. Jika diibaratkan, mereka adalah “para penyerbu”, dan negara berusaha bertahan dari “serbuan” itu.Jika di era kolonialisme “serbuan itu” menggunakan moncong senjata, dalam globalisasi serbuan itu menggunakan kekuatan ekonomi, dan para penyerbu itu bukan lagi mewakili negara tertentu, tetapi mewakili para “saudagar” dunia yang dengan lincah dan gesit masuk dari satu negara ke negara lain. Apalagi, dengan kemajuan teknologi seperti internet, dinding-dinding pembatas negara pun runtuh. Dalam sejarah, sebenarnya negara dan saudagar seperti saudara kembar. Negara membutuhkan kaum saudagar untuk membiayai kehidupan para pemimpin, membiayai birokrasi, dan membiayai perang. Sebaliknya, kaum saudagar juga membutuhkan perlindungan dari negara dalam menjalankan usahanya. Di masa kolonialisme, negara secara terang-terangan mendukung usaha para saudagar untuk membuka wilayah-wilayah baru, untuk mendapatkan sumber daya alam. Hubungan saling menguntungkan itu berlangsung hingga hari ini. Lantas, bagaimana dengan rakyat yang ada di antara kepentingan negara dan saudagar? Relasi negara dengan saudagar sebetulnya dapat membawa manfaat bagi rakyat. Sayangnya, dalam banyak hal negara tidak terlalu memerhatikan rakyat, dan lebih memerhatikan kepentingan saudagar, demi keberlangsungan relasi yang saling menguntungkan tadi. Ketika kepentingan para saudagar berbenturan dengan kepentingan rakyat, negara lebih memihak para saudagar. Negara seperti tak berdaya, dan fungsinya sebagai pelindung rakyat terkadang berubah – mengembangkan konsep Hertz – menjadi “centeng”, pelindung bayaran dari sekelompok kecil saudagar, nasional maupun global. Padahal, negara pada mulanya didirikan sebagai organisasi untuk melindungi warga negara, namun pada akhirnya negara tidak mampu mencapai tujuannya itu semata-mata karena negara harus tunduk pada kekuatan globalisasi. Negara tidak mau melindungi warga negaranya, malah menjadi makelar global. Negara juga dibentuk untuk tujuan menyejahterakan warga. Magnis-Suseno dalam bukunya, Etika Politik, menegaskan bahwa negara berkewajiban untuk mengusahakan semua prasyarat yang diperlukan oleh masyarakat agar dapat sejahtera. Dalam konteks Indonesia, negara harus menjamin agar arus globalisasi tidak sampai menggerus keadilan sosial seperti digariskan Pancasila. Kita bisa menjadi bagian dari globalisasi tanpa mengorbankan kepentingan rakyat demi kepentingan asing. Pengalaman pahit berada dalam ketiak IMF setelah reformasi hendaknya tidak terulang lagi. Para saudagar asing boleh saja berinvestasi di sini, tapi negara harus memberikan perlindungan terhadap warganya. Negara jangan sampai menjadi “centeng” yang menghamba pada asing sehingga kedaulatan negara tergadai. Negara harus jadi subjek yang memanfaatkan globalisasi, bukan objek yang dihantam dan dilahap oleh globalisasi.                   Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Editor: Umar Idris


You're Reading a Free Preview
Pages 8 to 11 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 15 to 19 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 23 to 38 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Page 42 is not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 4 to 5 are not shown in this preview.

“Kita harus memastikan bahwa di dalam pasar global tertanam nilai-nilai bersama yang luas dan praktik yang mencerminkan kebutuhan sosial, dan bahwa semua orang di dunia menyebarkan manfaat dari globalisasi”
--Kofi Annan—

Tujuan Pembelajaran

Dengan mempelajari serpihan ini, Anda diperlukan mampu:- Menjelaskan pengertian dan karakteristik globalisasi- Mengidentifikasi proses globalisasi dan faktor pendorong globalisasi- Menjelaskan teori-teori globalisasi- Mengidentifikasi tanda-tanda globalisasi di Indonesia- Mengidentifikasi dampak globalisasi terhadap komunitas lokal

- Menjelaskan perilaku komunitas lokal terhadap globalisasi

A. Pengertian dan Karakteristik Globalisasi
Globalisasi sering disebut sebagai fenomena dunia berwajah banyak. Oleh alasannya itu, globalisasi sering diidentikkan dengan internasionalisasi, liberalisasi*, universalisme, westernisasi*, dan de-teritorialisasi. a. Internasionalisasi yaitu hubungan antarnegara dengan ciri meluasnya arus perdagangan dan penanaman modal

b. Liberalisasi* yaitu pencabutan pembatasan-pembatasan pemerintah untuk membuka ekonomi tanpa pagar dalam kendala perdagangan, pembatasan keluar masuk mata uang, kendali devisa, dan izin masuk suatu negara


c. Westernisasi* yaitu ragam hidup model budaya Barat atau Amerikad. Deteritorialisasi yaitu perubahan-perubahan geografis sehingga ruang sosial dalam pembatasan, tempat, dan jarak berubah

Globalisasi yaitu suatu istilah yang mempunyai hubungan dengan peningkatan keterkaitan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain. Berikut pengertian globalisasi berdasarkan para ahli, Klik di sini.

Pengertian Globalisasi Secara Umum

Selain pendapat jago di atas, berikut beberapa pengertian globalisasi secara umum (ubaidilah dan Rozak, 2013.1. Globalisasi sebagai transformasi kondisi spasial temporal kehidupan. 2. Globalisasi sebagai transformasi lingkup cara pandang3. Globalisasi sebagai transformasi modus tindakan dan praktikMerujuk dari beberapa pengertian tersebut, globalisasi yaitu sebuah ketergantungan antarmasyarakat dunia dalam hal budaya, ekonomi, dan interaksi tanpa dihalangi oleh batas negara/geografi.

Karakteristik Globalisasi

Robin Cohen dan Paul Kenedy beropini bahwa globalisasi yaitu “seperangkat transformasi yang saling memperkuat” dunia. Seperangkat transformasi ini merupakan suatu karakteristik yang mencakup hal-hal berikut.1. Perubahan dalam konsep ruang dan waktu

2. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akhir dari pertumbuhan perdagangan, pembagian pekerjaan yang gres secara internasional, peningkatan efek perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO)

3. Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi info dan olahraga internasional)4. Meningkatnya persoalan bersama, contohnya dalam aspek ekonomi, lingkungan, dan permasalahan lazim lainnya menyerupai AIDS, flu babi, flu burung, perdagangan obat terlarang internasional, dan terorisme internasional.

Cohen dan Kennedy menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman gres bahwa dunia yaitu satu.

B. Proses Globalisasi dan Faktor Pendorong Globalisasi


Proses GlobalisasiSebenarnya benih-benih globalisasi ini telah dimulai semenjak insan mengenal perdagangan antarnegara sekitar tahun 1000 dan 1500 SM. Saat itu pedagang dari Tiongkok dan India mulai menelusuri negara lain, baik melalui perjalanan darat (Jalur Sutra) maupun jalan laut.

Fase selanjutnya ditandai dengan dominasi perdagangan kaum Muslim di Asia dan Afrika. Di mana di samping berdagang kaum Muslim juga menyebarkan nilai-nilai agamanya, nama-nama, abjad, arsitektur, nilai sosial dan budaya Arab kepada warga dunia.


Fase berikutnya ditandai dengan eksplorasi dunia secara besar-besaran oleh bangsa Eropa. Hal ini didukung pula dengan terjadinya revolusi industri yang meningkatkan keterkaitan antarbangsa di dunia. Pada dikala itu berkembang pula kolonialisme yang membawa efek besar terhadap difusi (penyebaran) antarkebudayaan di dunia.Berkembangnya industri, kebutuhan akan materi baku, serta pasar juga memunculkan aneka macam perusahaan multinasional di dunia. Fase selanjutnya terus berjalan dan menerima momentumnya ketika Perang Dingin berakhir dan komunisme dunia runtuh. Runtuhnya komunisme seakan memberi pembenaran bahwa kapitalisme yaitu jalan terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan dunia. Implikasinya, negara-negara di dunia mulai menyediakan diri sebagai pasar yang bebas. Hal ini didukung pula dengan perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi. Alhasil, sekat-sekat antarnegara pun mulai kabur.

Faktor Pendorong Globalisasi

Faktor yang mendorong globalisasi di antaranya sebagai berikut.a. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologib. Semakin terbukanya sistem perekonomian negara-negara di duniac. Mengglobalnya pasar uang

C. Teori-Teori Globalisasi*

Cochrane dan PainMenegaskan bahwa terdapat tiga posisi teoretis berkaitan dengan globalisasi, yaitu sebagai berikut (Prihastuti, 2013).a. Para globalis percaya bahwa globalisasi yaitu sebuah kenyataan yang mempunyai konsekuensi positif terhadap berjalannya orang atau forum di seluruh dunia. Selain itu, mereka percaya bahwa negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang samab. Para tradisional percaya bahwa globalisasi hanyalah sebuah mitos, dan kalau pun benar adanya, fenomena tersebut hanya dibesar-besarkan. Mereka beranggapan bahwa fenomena tersebut sudah ada semenjak dahulu, sementara kondisi kini ini hanya sebuah lanjutanc. Para transformalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka percaya bahwa globalisasi yaitu seperangkat hubungan yang saling berkaitan melalui sebuah kekuatan, yang sebagian besar tidak terjadi secara langsung.

George Ritzer*


Ritzer* membuat dua perkiraan berkaitan dengan globalisasi, yaitu sebagai berikuta. Perkembangan awal komunikasi global berkembang melalui bermacam-macam media, utamanya televisi dan internetb. Terbentuknya kesadaran global sebagai hasil final globalisasi

Thomas Friedman*

Menurut Friedman, globalisasi tidak sanggup dihindari dan akan menguntungkan. Pemikiran Thomas Friedman ini termasuk dalam teori neoliberalisme. Teori neoliberalisme memandang bahwa globalisasi sebagai proses liberalisasi di mana setiap negara berpeluang untuk memperoleh laba apabila bisa bersaing di pasar global. Di sini prosedur dan aturan pasar mempunyai kekuatan, sedangkan pemerintah diperlukan tidak ikut campur.

Friedman menulis ihwal metafora “Jaket Ikat Emas (Golden Straightjacket)”. Metafora ini menyatakan bahwa sementara globalisasi membatasi pilihan yang tersedia bagi pemerintah, globalisasi mengatakan kemakmuran bagi negara-negara yang memenuhi persyaratan. Untuk masuk dalam Golden Straightjacket ini, sebuah negara harus mengadopsi aturan-aturan emas (golden rules) sebagai berikut (Quiggin, 2005).

1. Membuat sektor swasta menjadi mesin utama pertumbuhan ekonomi2. Mempertahankan tingkat inflasi yang rendah dan stabilitas harga3. Menyusutkan ukuran birokrasi negara tersebut4. Menjaga sedekat mungkin anggaran yang seimbang, kalau tidak surplus5. Menghilangkan dan menurunkan tarif6. Menyingkirkan kuota dan monopoli dalam negeri7. Meningkatkan ekspor8. Privatisasi industri dan utilitas milik negara9. Deregulasi pasar modal dan perekonomian domestik10. Membuka perbankan dan telekomunikasi untuk persaingan dan kepemilikan pribadi11. Memungkinkan warga menentukan dari aneka macam pilihan pensiun yang bersaing

Roland Robertson*


Menurut Robertson, tengah terjadi pemampatan atau kompresi dunia dan penguatan kesadaran dunia secara keseluruhan. Pemikiran Robertson termasuk dalam teori budaya dunia (World Culture Theory*). Menurutnya, dalam pikiran dan tindakan, globalisasi menciptakan dunia menjadi suatu kawasan yang tunggal. Namun, hal ini tidak berarti dunia menjadi seragam atau homogen, globalisasi dunia diekspresikan melalui keberagaman antarwilayah atau benua. Robertson beropini bahwa arus kultural global justru memunculkan kembali kantong-kantong kebudayaan lokal. Hasilnya bukanlah globalisasi namun glokalisasi*, interaksi global-lokal dengan saling pinjam kebudayaan sebagai cirinya. Hal ini sanggup disebut juga dengan hibridisasi atau kreolisasi* yang tercermin dalam musik, film, pakaian, dan ekspresi lainnya (Syeirazi, 2003).

Thomas Meyer



Thomas Meyer menulis bahwa masyarakat di aneka macam negara di dunia menjadi makin menyerupai dalam hal pemerintahan dan kebijakan, hal ini disebut “isomorphism”. Misalnya negara yang berbasiskan pertanian tidak menciptakan sistem pendidikan yang berbeda, namun mengadopsi sistem dari negara-negara Barat. Negara-negara ini juga mengadopsi sistem aturan yang mirip, kebijakan kependudukan dan kesehatan, aturan lingkungan hidup, dan sebagainya. Sehingga, walau negara-negara berbeda dalam hal pemerintahan, banyak aspek kebijakan yang mirip. Teori Meyer termasuk dalam teori pemerintahan dunia (World Polity System).William RobinsonWilliam Robinson (2004) mengusung teori kapitalisme global (global capitalism). Menurut Robinson, perubahan besar telah terjadi, dari ekonomi dunia menjadi ekonomi global. Awalnya, setiap negara mengembangkan ekonomi nasional yang terhubung dengan negara lain melalui perdagangan dan keuangan dalam sebuah pasar internasional yang terintegrasi. Kemudian, muncul tahap transnasional kapitalisme dunia. Pada tahap ini, terjadi globalisasi tahap produksi, ketika produksi-produksi nasional menjadi produksi global.

Menurutnya, telah hadir kelas kapitalis dan negara transnasional gres yang disebut Transnasional Capitalism Class (TCC). Kelas yang melampaui batas-batas negara ini merupakan sebuah sistem global di mana para kapitalis dari Jepang nyaman berinvestasi di Amerika Latin sebagaimana para kapitalis dari Amerika Utara berinvestasi di Asia Tenggara. Perkembangan industri dan bisnis global mereka yang saling terkait menyebabkan mereka pendorong kapitalisme dunia.



Download

D. Gejala Globalisasi di Indonesia & E. Dampak Globalisasi Terhadap Komunitas Lokal
 


Sumber
Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2015. Sosiologi untuk SMA/MA Kelas XII: Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial. Esis Erlangga. Jakarta

Lihat Juga


Video Globalisasi dan Perubahan Komunitas Lokal (Youtube Chanel. //youtu.be/mUEibnK8_LA ) Jangan lupa like, komen, dan subscribe yah..

Media


1. PPT Materi Sosiologi Kelas XII. Globalisasi dan Perubahan Komunitas Lokal (Kurikulum 2013)
2. PPT Materi Sosiologi Kelas XII. Dampak Globalisasi Terhadap Komunitas Lokal (Kurikulum 2013)
3. Video Penunjang
4. Materi Pengayaan Sosiologi. Globalisasi dan Perubahan Komunitas Lokal

Soal-Soal
1. Pilihan Ganda
2. Pilihan Ganda. Evaluasi Semester 1
3. Esai, Skala Sikap, Penilaian Diri, Kecakapan Hidup
4. Esai. Evaluasi Semester 1

Soal-Soal Lain


1. Soal-soal Standar Ujian Nasional. Globalisasi dan Dampaknya Klik di Sini
2.  Soal-soal Simulasi Ujian Nasional Sosiologi Kategori C4 dan C5 (HOTS). Materi Modernisasi dan Globalisasi Klik di Sini
3. Soal-Soal Sosiologi Kelas XII. Kompetensi Globalisasi dan Dampaknya Klik di Sini
4.  Soal-Soal Higher Order Thinking Skill (HOTS) Sosiologi Materi Kelas XII Bab 1. Perubahan Sosial, Modernisasi dan Globalisasi Klik di Sini
5. Soal Ujian Nasional Sosiologi 2012-2017 Kompetensi Modernisasi dan Globalisasi Klik di Sini
    
Pengertian Ahli
1. Pengertian Globalisasi Menurut Ahli
2. Pengertian Komunitas Menurut Ahli

e-Book


1. Elisanti. Titin Rostini. Sosiologi Kelas XII. Sosiologi 3
2. Bondet Wrahatnala. Sosiologi Kelas XII. Sosiologi 3
3. Ruswanto. Sosiologi Kelas XII. Sosiologi 3
4. Bagja Waluya. Sosiologi Kelas XII. Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat
5. Aman Nur Hidayah. Sosiologi Kelas XII. Sosiologi 3
6. Suhardi. Sri Sunarti. Sosiologi Kelas XII. Sosiologi 3

Kamus 


1. Kamus Sosiologi
2. Glosarium Sosiologi. Materi Kelas XII
3. Kamus Istilah Sosiologi. Materi Modernisasi dan Globalisasi

Teori-Teori Sosiologi Relevan Materi


1. Biografi dan Autobiografi Tokoh-Tokoh Sosiologi
2. Konstruksi Teoretis Teori-Teori Sosiologi
3. Polemik Internal Teori-Teori Sosiologi
4. Teori-Teori Sosiologi dari Klasik, Kontemporer, dan Postmodern

Teori-Teori Filsafat Relevan Materi
1. Biografi Filsuf
2. Aliran-Aliran Filsafat
3. Teori-Teori Filsafat dari Yunani, Modern, dan Postmodern
4. Teori-Teori Cultural Studies

Artikel Terkait Lainnya
1. Artikel Sosiologi Terkait Materi
2. Pengetahuan Umum Terkait Materi

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA