Jelaskan pusat-pusat keunggulan ekonomi yang ada di Jawa barat

Jawa adalah pulau yang memiliki tingkat kemajuan pembangunan tertinggi di Indonesia. Kegiatan ekonomi di Indonesia terkonsentrasi di wilayah ini. Kekayaan sumber daya alam, angkatan kerja usia muda yang berpendidikan, pasar domestik yang luas yang tumbuh secara cepat, digabungkan dengan kondisi sarana dan prasarana yang lengkap menjadi faktor keunggulan Pulau Jawa.

Pulau jawa masih diandalkan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan industri dalam jangka menengah maupun panjang. Hal ini karena dari sisi sumber daya manusia, infrastruktur dan sumberdaya alam, Pulau Jawa lebih siap menjadi lokasi pengembangan industri dibandingkan pulau-pulau lainnya. Meskipun dalam jangka panjang ini, dominasi Pulau Jawa dalam penyebaran industri akan semakin berkurang, yaitu menjadi 60% dan luar Pulau Jawa menjadi 40%.

Pulau jawa juga akan tetap menjadi pusat pertumbuhan bagi industri padat karya dan padat modal, seperti tekstil dan produk tekstil, alas kaki, serta elektronik dan otomotif beserta industri kompenen.

Pengembangan industri di prioritaskan di tiga provinsi yaitu Jawa Tengah (Jateng), Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Timur (Jatim). Di Jateng, industri yang diprioritaskan antara lain makanan dan minuman, logam, komponen otomotif, keramik, tekstil, dan furnitur kayu. Di Yogyakarta, memfokuskan pengembangan industri batik, pengolahan kulit, kerajinan da pengolahan kayu. Adapun di Jatim, pengembangan diprioritaskan untuk industri makanan dan minuman, tekstil, perkapalam, garam, serta usaha kecil menengah sektor sandang, kerajinan dan batu mulia.

Pulau Jawa mengendalikan sekitar 60% aktivitas ekposr-impor nasional terutama pada wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi).  Pada wilayah ini pengembangan ekonomi mengarah pada jasa nasional karena memiliki sarana dan prasarana yang lengkap dan sangat menunjang.

Kegiatan ekonomi lain yang juga dinilai mempunyai potensi pengembangan di Pulau Jawa adalah Pariwisata. Cukup banyak Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang terdapat di Pulau Jawa baik wisata alam maupun wisata budaya antara lain DPN Jakarta-Kep. Seribu dan sekitarnya, DPN Bogor –Halimun, DPN Bandung-Ciwidey, DPN Semarang-Karimunjawa, DPN Borobudur-Yogyakarta, DPN Bromo-Malang.

Di Pulau Jawa ini berada pusat pemerintahan, yang merupakan pusat kegiatan politik dan administrasi negara. Di Pulau Jawa terkonsentrasi sumber daya manusia Indonesia. Jumlah penduduk di Pulau mencapai 57,5% dimana paling banyak penduduknya adalah Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk mencapai 43.053.732 jiwa di tahun 2010. Di wilayah ini pun, fasilitas pendidikannya paling luas dan beragam, dan menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan berbagai ilmu pengetahuan dasar dan terapan.

Dari sisi sumber daya alam, Pulau Jawa memiliki tanah yang sangat subur sehingga cocok untuk kegiatan pertanian dan perkebunan. Sebesar 47,4% nilai tambah di sektor pertanian bersumber di Pulau Jawa.

Pertumbuhan ekonomi yang pesat di Pulau Jawa berpengaruh pula pada perubahan dan pola penataan ruangnya. Di Pulau Jawa, perkotaan berkembang cepat, sejalan dengan pesatnya pertumbuhan industri, perdagangan dan jasa-jasa. Simpul-simpul produksi dan distribusi di Pulau Jawa telah berkembang menjadi kota-kota dengan segala fasilitasnya. Pertumbuhan ekonomi ini dapat dilihat dari kontribusi Produk Domestik Regional Bruto, berdasarkan perbandingan provinsi-provinsi di Indonesia, tiga provinsi penyumbang terbesar di Pulau Jawa adalah DKI Jakarta (16,5%), Jawa Timur (14,7%), dan Jawa Barat (14,3%).  Dilihat dari peranan sektornya, Pulau Jawa masih menjadi penyumbang terbesar di sektor sekunder (sektor industri, listrik, gas, dan air bersih serta kontruksi) dan sektor tersier (sektor perdagangan, pengangkutan keuangan, dan jasa-jasa). Berbagai hal diatas menjelaskan mengapa Pulau Jawa lebih maju dibandingan dengan wilayah-wilayah Indonesia yang lain.

Makanan dan Minuman

Produksi industri makanan-minuman menyumbang sekitar 22,3% dari total produksi manufaktur  Pulau Jawa atau kedua terbesar setelah industri permesinan. Besarnya produksi yang dihasilkan oleh industri makanan-minuman tidak terlepas dari banyaknya investasi yang terealisasikan untuk industri tersebut. Nilai ekspor dari industri ini selama periode Januari-Agustus 2010 mengalami peningkatan sebesar 16% untuk makanan dan 13% untuk minuman dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Tekstil

Kontribusi produk tekstil terhadap PDB Nasional cukup signifikan, yaitu sebesar IDR 90 Triliun pada tahun 2007, walaupun sempat turun karena krisis di tahun 2009. Namun demikian, produk tekstil diperkirakan dapat terus meningkat di masa yang akan datang. 

Sebagian besar produksi tekstil Indonesia terpusat di Jawa (94%), dimana Jakarta, Bandung, Semarang merupakan hub produksi utama, selain industri-industri hulu pembuat serat di Purwakarta, Subang, dan Tangerang.

Peralatan Transportasi

Sektor industri peralatan dan mesin di Jawa memiliki potensi yang besar untuk bertumbuh.Lebih dari 80% kontribusi PDB dari sektor peralatan dan mesin berasal dari Koridor EkonomiJawa. Di sektor industri peralatan dan mesin, segmen peralatan transportasi merupakankontributor terbesar.

Perkapalan

Posi begitu besar di sektor perhubungan laut Indonesia, tetapi kurang mendapatkan dukungan dari bidang industrinya, di antaranya masalah galangan kapal. Selama ini, perusahaan galangan kapal di Indonesia sulit berproduksi efisien, dan tarifnya masih lebih mahal dibanding perusahaan galangan kapal di negara lain. Hal inilah yang kemudian disikapi pemerintah dengan mengajak sejumlah perusahaan palayaran untuk bekerja sama dalam pendirian industri komponen kapal maupun industri galangan kapal.

Telematika

Telematika telah mampu menyediakan jangkauan dan pilihan layanan yang semakin memudahkan berbagai lapisan masyarakat untuk mendapatkan akses komunikai baik suara, gambar maupun data. Pengembangan infrastruktur telematika perlu disesuaikan dengan kecendrungan internasional dan perkembangan teknologi baru yang tersedia. Untuk itu pemerintah Indonesia telah menargetkan pembangunan National Broadband Network (NBN) dalam kurun waktu 2010-2015. Hal ini sejalan dengan studi Bank Dunia (2009) yang menyatakan bahwa untuk negara berkembang setiap 10 persen peningkatan penetrasi broadband dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 1,38 persen. 

Sabtu, 8 Juni 2013

Untuk mendukung peningkatan daya saing industri nasional, percepatan pembangunan di daerah-daerah menjadi perhatian pemerintah pusat, termasuk di antaranya pembangunan ekonomi di Jawa Barat. Hal tersebut disampaikan Menteri Perindustrian Mohamad S Hidayat ketika membuka Forum Ekonomi Jawa Barat di Bandung, Sabtu (8/6). Hadir dalam acara tersebut Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana, Ketua Kadin Jawa Barat Agung Suryamal Sutisno, dan Ketua Forum Ekonomi Jawa Barat Jajat Priatna Purwita.

Menurut Menperin, akselerasi pembangunan ekonomi di Jawa Barat begitu penting karena dari sisi geografi, Provinsi Jawa Barat berdekatan dengan Provinsi DKI Jakarta yang merupakan pusat pemerintah dan ekonomi nasional sehingga dapat dijadikan sebagai pusat pasar, keuangan dan permodalan, serta pengembangan teknologi. Sedangkan, dari sisi ekonomi, Provinsi Jawa Barat merupakan penyumbang ekonomi terbesar ketiga (14,30%) setelah Provinsi DKI Jakarta (16,32%) dan Jawa Timur (14,68%).

Tidak hanya itu, Menperin melihat provinsi Jawa Barat juga mempunyai keunggulan sumber daya manusia (SDM). “Saat ini jumlah penduduk Jawa Barat adalah yang terbesar di Indonesia sehingga merupakan potensi yang besar pula, baik sebagai faktor produksi maupun pasar,” papar Menperin. Selain itu,  Kualitas SDM juga mencukupi, dan ditunjang oleh banyaknya perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang berkualitas di Jawa Barat. “Keunggulan-keunggulan tersebut harus terus dimanfaatkan dalam rangka mendorong pembangunan ekonomi di Jawa Barat,” tegas Menperin.

Untuk mendorong akselerasi pembangunan itu, Menperin merekomendasikan lima strategi utama untuk mempercepat pembangunan ekonomi Jawa Barat. Mulai dari pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi baru; mendorong partisipasi dunia usaha dalam pembangunan infrastruktur; percepatan proses pengambilan keputusan pemerintah; mendorong peningkatan daya saing Kabupaten/Kota; hingga meningkatkan integrasi pasar domestik.

Untuk menjalankan strategi tersebut, akselerasi pembangunan ekonomi difokuskan pada penataan Lingkungan Perkotaan dan Perdesaan yang Lebih Baik. “Penataan ini dilakukan melalui pembangunan pemukiman/RUSUNAWA beserta fasilitas pendukungnya seperti air bersih, sarana dan prasarana lingkungan, pengolahan air limbah, drainase perkotaan, tempat pembuangan sampah,” ujar beliau.

Strategi lainnya adalah dengan mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, melalui revitalisasi dan pengembangan kawasan  industri  di  Bekasi, Karawang/Purwakarta, Majalengka, Subang, Sukabumi hingga di Jawa Barat bagian Selatan. Selain itu, pembangunan sistem logistik yang Efektif dan Efisien, dengan membangun infrastruktur meliputi pembangunan pelabuhan Cilamaya, Bandara Kertajati dan berbagai jalan tol yang menghubungkan pusat-pusat ekonomi, dipilih Menperin sebagai langkah strategi berikutnya.

Pengembangan Teknologi dan Kualitas SDM melalui pegembangan teknologi yang dilakukan pada pusat-pusat pertumbuhan industri yang dilengkapi dengan Pusat Inovasi seperti: Pusat Inovasi Industri Mesin Peralatan (Bekasi), Pusat Inovasi ICT (Bandung-Cimahi), Pusat Inovasi Pertanian (Bogor), Pusat Inovasi Tekstil (Majalengka).

 “Di samping itu, dilakukan peningkatan kemampuan SDM dengan mempersiapkan SDM yang kompeten dan profesional dalam menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) tahun 2015 dan memenuhi kebutuhan SDM melalui pendirian politeknik dan akademi komunitas,” ujar Menperin. Lalu strategi berikutnya adalah peningkatan daya saing kabupaten/kota melalui pengembangan kompetensi inti industri kabupaten/kota dan reformasi birokrasi untuk mendukung investasi dan pengembangan usaha.

Pembangunan ekonomi Jawa Barat selama ini kurang merata atau terjadi disparitas pembangunan ekonomi antara Jawa Barat bagian selatan dengan Jawa Barat bagian utara. Hal ini terlihat dari 7 (tujuh) kabupaten/kota mampu menguasai 63.18% perekonomian Jawa Barat. Ketujuh daerah tersebut umumnya adalah daerah-daerah yang berada Jawa Barat bagian utara dan tengah. Sementara itu daerah-daerah yang berada di bagian selatan seperti Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis kontribusinya masih relatif kecil dibandingkan dengan 7 daerah tersebut.

Untuk itu, Menperin mengingatkan akselerasi pembangunan ekonomi Jawa Barat tidak dapat sepenuhnya diserahkan pada mekanisme pasar. Peran pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi/ kabupaten/kota di Jawa Barat sangat diperlukan untuk mendorong pembangunan ekonomi yang lebih berkeadilan dan merata di seluruh wilayah. “Keseimbangan antara peran pemerintah dan kekuatan internal yang dimiliki Jawa Barat menjadi kekuatan pengungkit akselerasi pembangunan ekonomi,” tutup Menperin.

Dalam kesempatan ini, Deklarasi Forum Ekonomi Jabar (FEJB) dilakukan oleh para pelaku usaha Jawa Barat, diantaranya dihadiri Ketua Kadin Jabar Agung Suryamal Sutisno dan Mantan Menteri KLH Sarwono Kusumaatmadja, ditandai dengan pembacaan deklarasi oleh Wakil Sekjen Forum Ekonomi Jabar Januar P. Ruswita dan penyerahan dokumen akselerasi pembangunan ekonomi Jabar oleh Menteri Perindustrian Mohamad S. Hidayat kepada Ketua Forum Ekonomi Jawa Barat Jajat Prijatna. Menurut Jajat, organisasi ini tidak hanya diisi para pelaku usaha, tetapi juga akademisi. Oleh karena itu, FEJB siap untuk melakukan berbagai penelitian dan pengkajian yang berkaitan dengan ekonomi Jabar. “Misalnya, permasalahan para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), sektor riil, perbankan, pertanian, dan sebagainya. Termasuk menyikapi agenda ASEAN Economic Community (AEC) 2015," kata Jajat.

Bandung, 8 Juni 2013

Kepala Pusat Komunikasi Publik

Hartono

Share:

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA