Jika sebuah aset tetap mempunyai umur ekonomis 7 tahun jumlah angka tahun yang dapat dihitung adalah

Jika sebuah aset tetap mempunyai umur ekonomis 7 tahun jumlah angka tahun yang dapat dihitung adalah

Penyusutan merupakan prosedur perhitungan nilai aset selama masa penggunaannya. Setiap aset akan mengalami penurunan nilai dalam jangka waktu tertentu. Maka dari itu, perusahaan harus mengetahui penyusutan aktiva supaya dapat berkembang secara seimbang. Nah, apakah Anda sudah tahu bagaimana langkah-langkah kalkulasinya?

Artikel kali ini akan membahas seputar empat cara menghitung penyusutan. Yuk, cari tahu lebih lanjut!

Metode yang pertama ini paling sering digunakan dalam akuntansi demi menjaga beban penyusutan tetap konstan dan simpel sepanjang usia ekonomis aset. Ada dua rumus yang dapat dipakai dalam metode ini, yakni perhitungan dengan nilai residu dan perhitungan tanpa nilai residu.

  • Perhitungan menggunakan nilai residu

Cara perhitungan ini memakai rumus berikut:

(Harga Perolehan ― Nilai Residu) ÷ Umur Ekonomis = Penyusutan

Sebagai contoh, sebuah perusahaan membeli mobil operasional pada tanggal 2 Februari 2001 dengan harga Rp350 juta. Mobil itu diperkirakan mempunyai masa pakai 4 tahun dengan nilai residu Rp100 juta. Besar penyusutan per tahunnya, yakni

(Rp350.000.000 ― Rp100.000.000) ÷ 4 tahun = Rp62.500.000

  • Perhitungan tanpa nilai residu

Perhitungan berikutnya menggunakan rumus sebagai berikut:

Harga Perolehan ÷ Umur Ekonomis = Penyusutan

Misalnya, suatu perusahaan membeli mesin produksi senilai Rp300.000.000 pada tanggal 30 Maret 2004. Mesin tersebut diperkirakan tak akan mempunyai nilai residu pada masa akhir pemakaian dan bisa beroperasi sampai 6 tahun. Artinya, masa penyusutan mesin per tahun, yaitu

Rp300.000.000 ÷ 6 tahun = 50.000.000

Cara menghitung penyusutan aktiva yang kedua adalah metode saldo menurun ganda. Metode ini dipakai untuk mengkalkulasikan biaya penyusutan pada mesin produksi. Ini karena performa mesin umumnya bagus pada awalnya, tetapi cenderung menurun saat mendekati masa akhir pemakaian. Metode saldo menurun ganda menggunakan rumus perhitungan berikut:

(Harga Perolehan ÷ Umur Ekonomis) × 2 = Penyusutan

Contohnya, PT Sinar membeli mesin produksi seharga Rp250.000.000 pada tanggal 15 April 2006. Mesin tersebut diperkirakan tak mempunyai nilai residu pada masa akhir pemakaian dan bisa beroperasi selama 8 tahun. Beban penyusutan per tahun dari mesin itu, yakni

  • Penyusutan Akhir Tahun Pertama = (Rp250.000.000 ÷ 8 tahun) × 2 = Rp62.500.000
  • Penyusutan Akhir Tahun Kedua = (Rp187.500.000 ÷ 8 tahun) × 2 = Rp46.875.000
  • dan seterusnya.

Sama halnya dengan metode saldo menurun, metode ketiga ini biasa dipakai sebagai cara menghitung penyusutan pada mesin produksi. Namun, rumus yang digunakan sangat berbeda. Simak rumus berikut:

(Harga Perolehan ― Harga Residu) × [(n / (n + (n ― 1) + (n ― 2) + …)] = Penyusutan

Huruf “n” dalam rumus di atas menggambarkan usia ekonomis dari aktiva. Misalnya, umur ekonomis dari sebuah mesin produksi adalah 6 tahun. Artinya, angka di bawah pecahan mewakili total dari usia ekonomis mesin. Angka penyebut yang dipakai ialah 6 + 5 + 4 + 3 + 2 + 1 = 21.

Baca juga: Perbedaan Depresiasi dan Amortisasi

Dalam metode ini, nominal dari penyusutan yang dikeluarkan pada masa tertentu mempunyai nilai proporsional. Nilai tersebut seimbang dengan kapasitas produksi dibandingkan dengan perkiraan kapasitas produksi maksimal selama usia ekonomis aset. Metode unit produksi banyak dipakai oleh perusahaan manufaktur untuk menggambarkan sisa usia dari aktiva mereka. Rumusnya sebagai berikut:

(Harga Perolehan ― Harga Residu) × (Pemakaian ÷ Kapasitas Maksimal) = Penyusutan

Sebagai contoh, PT Makmur Maju membeli mobil keluaran terbaru untuk operasional pada 20 November 2015. Mobil tersebut memiliki harga Rp400.000.000 dan dibayar secara tunai. Empat tahun kemudian, perusahaan bermaksud menjual mobil dengan harga Rp100.000.000. Mobil yang dibeli dapat menempuh jarak sampai 100.000 km. Namun, mobil itu sekarang telah menempuh jarak 50.000 km selama pemakaian. Biaya penyusutannya, yaitu

(Rp400.000.000 ― 100.000.000) × (50.000 km ÷ 100.000) = Rp150.000.0000

Itulah uraian seputar cara menghitung penyusutan yang wajib Anda cermati. Dengan mengkalkulasikan penyusutan nilai aset, nilai total dari bisnis Anda dapat diketahui secara pasti. Perhitungan penyusutan pun bisa menghindarkan perusahaan dari masalah perpajakan. Selain itu, masa pakai aset dapat dimaksimalkan dan waktu pergantiannya mudah diketahui. Semoga bisnis Anda lancar!

Kembangkan Dana Sekaligus Berikan Kontribusi Untuk Ekonomi Nasional dengan Melakukan Pendanaan Untuk UKM Bersama Akseleran!

Bagi kamu yang ingin membantu mengembangkan usaha kecil dan menengah di Indonesia, P2P Lending dari Akseleran adalah tempatnya. Sebagai platform pengembangan dana yang optimal dengan bunga hingga 21% per tahun kamu dapat memulainya hanya dengan Rp100 ribu saja.

Jika sebuah aset tetap mempunyai umur ekonomis 7 tahun jumlah angka tahun yang dapat dihitung adalah

Yuk! Gunakan kode promo BLOG100 saat mendaftar untuk memulai pengembangan dana awalmu bersama Akseleran. Untuk syarat dan ketentuan dapat menghubungi (021) 5091-6006 atau email ke [email protected]

Perhitungan penyusutan aktiva tetap ada metode khususnya lho! Pelajari yuk!

Aktiva tetap adalah salah satu jenis kekayaan perusahaan yang digunakan dalam jangka waktu panjang (lebih dari 1 tahun). Semakin lama digunakan, aktiva tetap akan mengalami penyusutan nilai, atau disebut juga dengan depresiasi. Kondisi tersebut wajib dikalkulasikan dan dimasukkan ke dalam laporan penyusutan aktiva tetap. Simak penjelasan lengkap berikut metode melakukannya di bawah ini.


Pengertian Penyusutan Aktiva Tetap

Dalam proses operasionalnya, perusahaan mengenal dua jenis aktiva, yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar/tetap. Aktiva lancar adalah aktiva dengan likuidasi mudah, seperti uang kas dan piutang jangka pendek. Sedangkan aktiva tetap adalah aktiva yang likuidasinya sulit dan biasanya digunakan bertahun-tahun, seperti bangunan, mesin, dan kendaraan.

Aktiva-aktiva tetap seperti di atas akan mengalami penurunan kualitas, entah karena usia atau terlalu sering dipakai. Kondisi inilah yang disebut dengan penyusutan aktiva tetap. Di dunia akuntansi, penyusutan aktiva tetap wajib dihitung untuk memastikan nilai riil aset perusahaan.


Baca Juga:

  • Mengenal Aktiva, Pengertian, Sifat, Jenis-Jenis, & Contohnya

Faktor yang Mempengaruhi Penyusutan Aktiva Tetap

Terdapat beberapa faktor perlu dipertimbangkan saat Anda melakukan penyusutan aktiva/aset htetap, selengkapnya adalah sebagai berikut.

  1. Harga Perolehan Aset (Acquisition Cost)
    Faktor pertama penentuan penyusutan aktiva tetap adalah harga perolehan aset, baik dalam kondisi baru atau bekas. Sebelum menghitung nominal penyusutan aset, Anda wajib mengetahui terlebih dulu berapa harga aktiva sebelum dimiliki perusahaan. Harga perolehan tersebut nantinya digunakan sebagai dasar depresiasi nilai aktiva tiap periode tertentu.

  2. Umur Ekonomis (Estimated Economic Life)
    Faktor berikutnya yang perlu Anda pertimbangkan sebelum menghitung depresiasi adalah umur aktiva sampai nilai kegunaannya mencapai 0 atau diputuskan untuk dijual oleh perusahaan. Umur ekonomis aktiva dapat bervariasi tergantung jenisnya, mulai dari beberapa bulan hingga puluhan tahun.

  3. Nilai Residu
    Faktor terakhir dan terpenting dalam proses penyusutan aktiva tetap adalah nilai residu, yaitu nilai aktiva setelah dikurangi nominal depresiasi tiap periode tertentu. Nilai residu merupakan nilai akhir aset setelah mengalami pengurangan kualitas/kerusakan, sehingga nominalnya bisa mencapai Rp0 jika memang sudah tidak bisa dimanfaatkan.


Metode Penyusutan Aktiva Tetap Menurut PSAK

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah panduan standar keuangan dan akuntansi yang disetujui oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IKI). Agar persepsi nilai residu aktiva tidak berbeda-beda tiap perusahaan, Anda perlu mematuhi metode penyusutan aktiva tetap sesuai standar tersebut. Selengkapnya tentang golongan penyusutan aktiva tetap menurut PSAK adalah sebagai berikut.

  1. Penyusutan Garis Lurus
    Metode penyusutan aktiva tetap yang pertama adalah metode penyusutan garis lurus (straight-line method). Jika Anda menggunakan metode ini untuk menghitung penyusutan, maka Anda wajib menentukan estimasi nilai residu aktiva di akhir tahun pemakaian. Rumusnya adalah sebagai berikut:

    Biaya Penyusutan = (Biaya Perolehan Aset - Nilai Residu) / Umur Ekonomis

    Contoh penyusutan aktiva tetap berdasarkan metode garis lurus:
    Perusahaan A ingin menjual 1 mesin produksi seharga Rp8 juta dalam 5 tahun mendatang, dengan estimasi nilai residu saat dijual adalah Rp1 juta. Jika menggunakan metode garis lurus, biaya penyusutannya adalah:

    Biaya Penyusutan = = (Rp8,000,000 - Rp1,000,000) / 5 tahun = Rp7,000,000 / 5 tahun

    = Rp1,400,000

    Dengan demikian, jika ingin mesin produksi perusahaan A bisa dijual seharga Rp1 juta 5 tahun mendatang, biaya penyusutan per tahunnya harus Rp1,4 juta atau kurang dari itu.

  2. Penyusutan Saldo Menurun Ganda
    Metode penyusutan aktiva tetap yang kedua adalah penyusutan saldo menurun ganda. Dibandingkan metode garis lurus, metode saldo menurun ganda lebih hati-hati dalam menentukan estimasi, karena nominal penyusutannya sengaja dinaikkan 2 kali lipat. Rumusnya yaitu:

    Biaya Penyusutan = Biaya Perolehan Aset X (Persentase Depresiasi Ganda)

    Contoh penyusutan aktiva tetap berdasarkan metode saldo menurun ganda:
    Perusahaan A ingin menjual 1 mesin produksi seharga Rp8 juta dalam 5 tahun mendatang, dengan estimasi nilai residu saat dijual adalah Rp1 juta. Jika menggunakan metode saldo menurun ganda, biaya penyusutannya yaitu sebagai berikut:

    % Depresiasi per tahun = ⅕ tahun X 100% = 20%
    % Depresiasi berganda = 2 X 20% = 40%

    Maka, biaya penyusutan per tahunnya adalah:

    Jika sebuah aset tetap mempunyai umur ekonomis 7 tahun jumlah angka tahun yang dapat dihitung adalah

    Total nilai residu = Rp8,000,000 - Rp7,377,920 = Rp622,080

    Dengan demikian, berdasarkan metode saldo menurun ganda, mesin produksi perusahaan A tidak bisa dijual dengan harga Rp1 juta, tapi Rp622 ribu saja dalam 5 tahun mendatang.

  3. Penyusutan Saldo Menurun Tunggal
    Meski terkesan hati-hati, metode penyusutan aktiva tetap saldo menurun berganda sering tidak sesuai ekspektasi. Oleh karena itu sebagai pertimbangan kedua, Anda juga bisa menggunakan metode penyusutan saldo menurun, dengan rumus:

    Biaya Penyusutan = Biaya Perolehan Aset X (Persentase Depresiasi Tunggal)

    Contoh penyusutan aktiva tetap berdasarkan metode saldo menurun tunggal:
    Perusahaan A ingin menjual 1 mesin produksi seharga Rp8 juta dalam 5 tahun mendatang, dengan estimasi nilai residu saat dijual adalah Rp1 juta. Jika menggunakan metode saldo menurun ganda, biaya penyusutannya yaitu sebagai berikut:

    % Depresiasi per tahun = ⅕ tahun X 100% = 20%

    Maka, biaya penyusutan per tahunnya adalah:

    Jika sebuah aset tetap mempunyai umur ekonomis 7 tahun jumlah angka tahun yang dapat dihitung adalah

    Total nilai residu = Rp8,000,000 - Rp5,673,472 = Rp2,326,528

    Dengan demikian, berdasarkan metode saldo menurun tunggal, mesin produksi perusahaan A bisa dijual dengan harga Rp2,3 juta, lebih tinggi daripada nilai residu estimasinya.

  4. Penyusutan Jumlah Angka Tahun
    Metode penyusutan aktiva tetap berikutnya yang dapat Anda gunakan adalah metode jumlah angka tahun. Adapun rumus metode penyusutan jumlah angka tahun yaitu:

    Biaya Penyusutan = [Umur Ekonomis X (Biaya Perolehan Aset - Nilai Residu)] / Jumlah Angka Tahun

    Contoh penyusutan aktiva tetap berdasarkan metode jumlah angka tahun:

    Perusahaan A ingin menjual 1 mesin produksi seharga Rp8 juta dalam 5 tahun mendatang, dengan estimasi nilai residu saat dijual adalah Rp1 juta. Jika menggunakan metode jumlah angka tahun, biaya penyusutannya yaitu sebagai berikut:

    p> Jumlah angka tahun = 1+2+3+4+5 = 15

    Maka perhitungan biaya penyusutan per tahunnya adalah:

    Jika sebuah aset tetap mempunyai umur ekonomis 7 tahun jumlah angka tahun yang dapat dihitung adalah

    Dengan demikian, jika perusahaan A ingin nilai residu saat dijual adalah Rp1 juta, maka total biaya depresiasi wajib ada di angka Rp7 juta, dengan biaya penyusutan per tahun seperti tertera di atas.

  5. Penyusutan Satuan Hasil Produksi
    Metode penyusutan aktiva tetap yang terakhir adalah berdasarkan satuan hasil produksi. Dengan menggunakan cara ini, Anda bisa mengetahui nilai depresiasi aktiva berdasarkan berapa banyak produk dibuatnya. Rumus metode penyusutan berdasarkan satuan hasil produksi yaitu:

    Biaya Penyusutan = (Jumlah Produksi / Total Produksi Usia Ekonomis) X (Biaya Perolehan - Nilai Residu)

    Contoh penyusutan aktiva tetap berdasarkan metode satuan hasil produksi:
    Perusahaan A ingin menjual 1 mesin produksi seharga Rp8 juta berkapasitas kapasitas produksi 100 ribu kali, dengan estimasi nilai residu saat dijual adalah Rp1 juta. Adapun data produksi per tahunnya adalah sebagai berikut:

    Tahun ke-1 = 15,000 Tahun ke-2 = 22,000 Tahun ke-3 = 25,000 Tahun ke-4 = 21,000

    Tahun ke-5 = 17,000

    Jika menggunakan metode satuan hasil produksi, biaya penyusutannya yaitu sebagai berikut:

    Jika sebuah aset tetap mempunyai umur ekonomis 7 tahun jumlah angka tahun yang dapat dihitung adalah

    Dengan demikian, jika perusahaan A ingin nilai residu saat dijual adalah Rp1 juta, maka total biaya depresiasi wajib ada di angka Rp7 juta, dengan biaya penyusutan dan jumlah produksi per tahun seperti tertera di atas.


Itulah pembahasan dari OCBC NISP tentang metode penyusutan aktiva tetap, faktor, dan contoh perhitungannya. Apabila Anda memiliki aktiva berusia lebih dari 1 tahun, Anda wajib melaporkan penyusutannya ke dalam laporan perubahan modal perusahaan setiap tahunnya. Jadi pastikan Anda dan tim keuangan perusahaan paham cara melakukannya ya!


Baca Juga: