Kakek Umar bin Abdul Aziz yang sebagai khulafaur rasyidin adalah

SUATU malam menjelang dinihari, Khalifah Umar bin Khattab bersama seorang pembantunya melakukan inspeksi ke pinggiran kota. Dari salah satu rumah yang dilewatinya, Umar mendengar percakapan dua orang wanita, ibu dan anaknya.

“Campur saja susunya dengan air agar lebih banyak,” demikian suara si ibu.

Mendengar ucapan demikian itu `Umar bin Khattab, yang sebelumnya telah mengeluarkan larangan mencampur susu dengan air dengan tujuan untuk diperdagangkan dan mendapatkan keuntungan besar, merapatkan telinganya ke dinding.

BACA JUGA: Ciri-ciri Fisik Umar Bin Abdul Aziz

Tak lama kemudian, dia mendengar sang putri menjawab, “Ibu! Apakah Ibu belum mendengar pengumuman dari Amirul Mukminin `Umar bin Khattab?”

“Pengumuman tentang apa, anakku?” tanya sang ibu.

“Dia mengeluarkan larangan mencampur susu dengan air untuk meraih keuntungan yang besar,” jawab sang putri.

“Campur saja susu itu dengan air! Amirul Mukminin kan jauh dari kita. Dia toh tak akan melihat kita,” perintah sang ibu.

“Tidak, Ibu!” jawab sang putri menolak perintah ibun-danya. “Demi Allah, aku bukanlah macam orang yang patuh ketika berada di hadapannya, tapi melanggar perintahnya ketika jauh darinya. Andaikan `Umar tidak tahu, bukankah Tuhannya Amirul Mukminin tentu melihat kita?”

Mendengar percakapan antara sang ibunda dan sang putri yang demikian itu, `Umar bin Khattab pun berkata lirih kepada Aslam bin Zaid, “Aslam! Coba besok pagi engkau teliti siapa kedua perempuan itu. Juga, apakah mereka mempunyai suami?”

Esok harinya Aslam bin Zaid kemudian pergi mencari tahu tentang kedua perempuan itu. Selepas itu, dia kembali pada sang khalifah bahwa anak perempuan itu masih gadis dan tinggal bersama ibundanya yang telah tidak bersuami lagi.

BACA JUGA: Ketika Umar bin Abdul Aziz Memecat Gubernur yang Baru Dilantiknya

Setibanya di rumah, `Umar bin Khattab kemudian memanggil putra-putranya. Selepas mereka berkumpul, mertua Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam yang memeluk Islam pada tahun keenam dakwah Islam itu pun menyatakan niatnya untuk menikahkan putranya yang belum menikah, yaitu Ashim, dengan gadis yang dikaguminya karena kejujurannya dan sikapnya yang teguh dalam memelihara amanat.

Ashim pun menerima tawaran sang ayahanda. Kelak, dari perkawinan antara Ashim dan gadis itu lahir seorang anak perempuan bernama Laila Ummu Ashim binti Ashim bin `Umar bin Khattab yang kelak menjadi ibunda seorang khalifah yang terkenal bijak dan jujur: `Umar bin Abdul Aziz. []

Sumber: Pesan Indah dari Makkah & Madinah/Karya: Ahmad Rofi’ Usmani/Penerbit: Mizania/2008

Advertisements

Apa langkah awal ultan Alaudin Riayat Syah dalam penyebaran ilam di aceh.

Menjelaskan ibrah dari tema "Mengenal lebih dekat ilmuwan dan ulama"​

Apa aja kebiaaan mayarakat Arab yang panta di contoh dan yang tidak panta di contoh.

Akibat dari melebarnya fitnah diantara umat Ilam maka terjadi perang audara, eperti ….

Alah atu budaya peningalan unan kudu pada zaman hindu yang ampai ekarang tetap di letarikan oleh umat ilam khuunya warga NU dan tidak melangar norma a … jaran ilam adalah.

tirto.id - Umar bin Abdul Aziz adalah salah satu khalifah Dinasti Umayyah yang berkuasa dari 717 hingga 720 Masehi. Meski hanya memimpin selama kurang dari 3 tahun, gaya kepemimpinan, keteladanan, prestasi, dan jasa Umar bin Abdul Aziz membuatnya disebut sebagai khulafaur rasyidin kelima.

Biografi Singkat Khalifah Umar bin Abdul Aziz

Umar bin Abdul Aziz lahir di Madinah pada 2 November 682 (26 Safar 63H). Sang ayah, Abdul Aziz, berasal dari klan Umayyah, dan masih terikat hubungan keluarga dengan khalifah ketiga, Utsman bin Affan. Sementara itu, sang ibu Ummu Ashim (Laila) binti Ashim, adalah cucu Umar bin Khattab.

Kakek Umar bin Abdul Aziz, Marwan bin al-Hakam adalah khalifah keempat dalam Dinasti Umayyah. Ketika Marwan mangkat pada 12 April 685, penggantinya adalah putra pertama, Abdul Malik bin Marwan. Sementara itu, ayah Umar, Abdul Aziz bin Marwan, tetap menjabat sebagai gubernur Mesir, jabatan yang diembannya selama 20 tahun.


Kontestasi untuk posisi khalifah terjadi antara dua bersaudara, Abdul Malik dan Abdul Aziz. Namun, Abdul Aziz meninggal lebih dahulu pada 705 Masehi. Abdul Malik lantas menyerahkan jabatan khalifah itu kepada putranya sendiri, al-Walid. Dari al-Walid inilah Umar bin Abdul Aziz mendapatkan posisi baru, sebagai Gubernur Madinah.Penempatan Umar bin Abdul Aziz di Madinah diharapkan khalifah baru sebagai jembatan untuk meredakan ketegangan antara penduduk wilayah tersebut dengan klan Umayyah. Hal itu berbuah, dengan pendekatan Umar bin Abdul Aziz yang lembut. ia membentuk dewan syura yang bertugas bersama dirinya menggerakkan pemerintahan provinsi Madinah.Umar bin Abdul Aziz dicopot dari jabatannya sebagai Gubernur Madinah atas saran Al-Hajjaj bin Yusuf, yang sudah lama menjadi tangan khalifah Dinasti Umayyah. Namun, khalifah al-Walid tetap dekat dengan Umar. Kala al-Walid meninggal, dan posisinya digantikan sang adik, Sulaiman bin Abdul Malik, posisi Umar di istana semakin penting: sebagai penasihat utama khalifah.Pengangkatan Umar bin Abdul Aziz sebagai khalifah terjadi setelah proses panjang. Awalnya, Sulaiman bin Abdul Malik ingin putra pertamanya , Ayyub, yang menggantikan dirinya. Namun, Ayyub meninggal pada awal 717 Masehi. Sementara itu, putra lain Sulaiman, Dawud sedang berperang di Konstantinopel. Pilihan kemudian jatuh kepada Umar bin Abdul Aziz, dengan putra mahkota Yazid bin Abdul Malik, adik Sulaiman. Banyak yang terkejut dengan penunjukan Umar bin Abdul Aziz, termasuk dirinya sendiri.

Dalam Ngaji Filsafat Edisi 210 Seri The Philosopher King: Umar bin Abdul Aziz, dikisahkan oleh Fahruddin Faiz, pembaiatan Umar bin Abdul Aziz dilakukan pada 719 Masehi/99H. Penasihat kerajaan yang lain, Raja' bin Haiwah, menyampaikan wasiat Sulaiman bin Abdul Malik yang selama ini dirahasiakan.

"Saat itu umat Islam menunggu di masjid pengumuman siapa khalifah berikutnya. Begitu diumumkan penerusnya (adalah) Umar bin Abdul Aziz, semua senang kecuali Umar sendiri. "Umar naik mimbar lantas berkata, 'Wahai manusia, Demi Allah, sesungguhnya saya tidak pernah memohon perkara ini kepada Allah satu kali pun. Sesungguhnya jabatan ini diberikan tanpa bermusyawarah terlebih dahulu dan saya tidak pernah memintanya," terang Fahruddin Faiz.Umar bin Abdul Aziz meminta rakyat untuk memilih khalifah terbaik versi mereka. Namun, kecakapan dan keadilan Umar bin Abzul Aziz membuat umat Islam yang ada di masjid menolak untuk mencabut baiat. Umar kemudian duduk dan menangis, "alangkah besarnya ujian Allah kepadaku."

Gaya Kepemimpinan dan Keteladanan Umar bin Abdul Aziz

Umar bin Abdul Aziz memiliki berbagai karakter yang membuatnya layak menjadi pimpinan pilihan. Ia orang yang wara', sederhana, egaliter, tawadhu, telaten dan sabar, adil, dan yang terpenting pembela kaum dhuafa.Salah satu kisah keteladanan Umar bin Abdul Aziz tercantum dalam Biografi Khalifah Rasulullah (Khulafaur Rasul) karya Khalid Muhammad Khalid (2013:666). Suatu ketika ada gubernur yang melayangkan surat kepada Umar untuk meminta tambahan pena dan kertas.Dalam surat balasan, Umar bin Abdul Aziz menjawab, "begitu suratku ini tiba, runcingkan pena, satukan tulisan, dan tulislah berbagai keperluan sebanyak-banyaknya dalam satu kertas. Kaum muslimin tidak membutuhkan kata-kata lebih yang membahayakan Baitul Mal mereka".Salah satu warisan penting dari Umar bin Abdul Aziz adalah upayanya menyudahi konflik antara Bani Hasyim-Bani Umayyah. Umar menyebutkan, "Allah menjaga tanganku dari peristiwa itu. Tetapi apakah aku tidak boleh membersihkannya dengan lidahku?".Sejak zaman Umar bin Abdul Aziz pula, caci maki kepada Ali bin Abi Thalib dihentikan. Sebelum era kekhalifahan Umar, setiap kali khotbah Jumat, diakhiri dengan memaki-maki Ali, terkait rivalitas Bani Umayyah dan Bani Hasyim, dan sejarah panjang yang melibatkan pendiri Dinasti Umayyah, Muawiyah bin Abu Sufyan, juga sang putra Yazid bin Muawiyah.Menurut Umar bin Abdul Aziz, budaya caci maki yang demikian sudah saatnya dihentikan. Ali bin Abi Thalib adalah sosok yang dijamin masuk surga, pemimpin yang dicintai Allah, salah satu orang terkasih Rasul-Nya. Jadi tradisi ini harus dihentikan.Inilah yang kemudian menjadi awal pijakan setiap kali khotbah Jumat dibacakan Surah an-Nahl:90.

اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

InnAllaaha ya'muru bil’adli waal-ihsaani wa-iitaa-i dzii-lqurbaa wayanhaa ‘ani-lfahsyaa-i waalmunkari waalbaghyi ya’izhukum la’allakum tadzakkaruuna

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.