Alquran dan hadits telah memberikan informasi valid tentang keturunan Yahudi. REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ustadz Adi Hidayat (UAH) menjelaskan sejarah asal-usul umat Yahudi atau bani Israel. Menurut dia, Alquran dan hadits-hadits Nabi SAW telah memberikan informasi valid tentang keturunan umat Yahudi. “Edisi kali ini kita belajar bagaimana Alquran, hadits-hadits nabi SAW memberikan informasi yang valid kepada kita tentang keturunan dari umat Yahudi, perilaku-perilakunya, dan juga diksi-diksi Alquran yang sangat indah, yang bahkan mengajak seluruh manusia, terkhusus juga dari kalangan umat Yahudi untuk kembali ke jalan-jalan kebenaran,” ujarnya saat menyampaikan Sejarah Yahudi melalui akun Youtube resminya, Ahad (23/5). Untuk menelusuri asal-asul Yahudi, UAH telebih dahulu menjelaskan tentang geneologi atau garis keturunan Yahudi, baik ke atas maupun ke bawah. Setelah itu, menurut dia, nanti akan ditemukan tentang perjalanan umat Yahudi maupun karakteristiknya. Untuk mengungkap asal usul umat Yahudi, UAH memulainya dari Nabi Ibrahim. Jalur keturunan ke atas dari Nabi Ibrahim, menurut dia, ada nama Adzar, Tarrukh, Abir, Qinan, Arfakhsyad, Sam, dan Nabi Nuh. Kemudian, Nabi Nuh memiliki empat anak, yaitu Qan’an, Sam, Ham, dan Yafits. Selain Qan’an, menurut dia, ketiga anak Nabi Nuh inilah yang ikut naik ke kapal besar saat terjadi banjir besar. Kemudian, menurut dia, mereka melahirkan keturunan.
Yerusalem dibangun oleh Arab Kanan jauh sebelum Yahudi datang ke kota itu. Kamis , 20 May 2021, 07:05 WIB Anadolu Agency Red: Nashih Nashrullah Oleh : Direktur Pusat Studi Alquran (PSQ) Jakarta dan Sekjen OIAA, KH Dr Muchlis M Hanafi REPUBLIKA.CO.ID, Yerusalem adalah salah satu kota terbesar di Palestina, baik dari segi luas wilayah maupun penduduknya. Dari segi agama dan nilai ekonomi, kota ini juga menempati posisi yang sangat penting. Kota ini memiliki banyak nama. Yerusalem berasal dari bahasa Ibrani yang berarti kota perdamaian, atau kota dewa/tuhan yang bernama Salom atau Salim. Baca Juga
Dalam bahasa Arab dikenal dengan nama Baytul Maqdis atau al- Quds al-Syarif dan dalam bahasa Yunani dinamakan Elia (Aelia), yang berarti rumah tuhan. Ketika Islam menguasai Yerusalem saat itu namanya Elia, dan tercantum dalam piagam jaminan keamanan bagi penduduk setempat yang dibuat Khalifah Umar (al-`Uhdah al-`Umariyyah). Sebutan Baytul Maqdis atau al-Quds sudah populer di kalangan para sahabat, seperti tercatat dalam beberapa hadits Nabi yang sahih. Sejarah Kota Yerusalem bermula sejak lebih dari enam ribu tahun yang lalu. Wajar bila dikatakan sebagai salah satu kota tertua di dunia. Menurut sejarawan, yang membangun pertama kali adalah suku al-Yabus, salah satu suku dari kabilah Arab Kanan, pada sekitar 4.000 tahun Sebelum Masehi sehingga kota itu pada mulanya disebut Yabus. Sejak itu kabilah bangsa Arab, seperti Kanan dan Amoria (Aramin), berdatangan dan tinggal di situ, jauh sebelum kedatangan Bani Israel. Fakta ini diakui Perjanjian Lama dalam Yosua: 12 yang menyatakan; “Inilah raja negeri yang dikalahkan oleh Yosua dan oleh orang Israel di sebelah barat Sungai Yordan ... yang di negeri orang Het, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus.” (Al-Kitab: hlm 249). Amori, Kanaan, dan Yebus adalah bangsa Arab yang telah tinggal di bumi Palestina sebelum bangsa Israel datang. Kedatangan bangsa Israel ke tanah Palestina bermula dari Nabi Yakub AS, yaitu pada sekitar abad ke-16 sebelum Masehi. Israel adalah gelar dari Nabi Yakub yang berarti ‘hamba Allah’. Yakub adalah putra Nabi Ishak dan cucu Nabi Ibrahim. Mereka tinggal di Hebron (Madînat al-Khalîl). Pada masa mudanya Nabi Yakub pernah berhijrah ke Irak, lalu kembali lagi ke Palestina dan menerima wahyu di tengah perjalanan. Diperkirakan saat itu ia berusia 40 tahun. Bersama dua belas orang anaknya yang dikenal dengan Bani Israil, Nabi Yakub tinggal di Palestina. Setelah peristiwa yang dialami putra kesayangannya, Nabi Yusuf AS dan Bunyamin, Nabi Yakub hijrah ke Mesir pada 1656 (abad ke-17) sebelum Masehi. Mereka baru kembali lagi ke Palestina pada sekitar abad 13 Sebelum Masehi. Dalam sejarah, setelah dibangun kabilah Arab Yebus, Yerusalem tercatat pernah berada di bawah kekuasaan Fir'aun (abad 16-14 SM), Yahudi selama sekitar 73 tahun (977–586 SM), Babilonia (586–537 SM), Persia (537 – 333 SM), Yunani (333–63 SM), Romawi (63 SM–636 M), kekuasaan Islam I (636–1072 M) dipimpin Umar bin Khattab pada tahun ke-15 Hijriyah, Kristen (1099–1187 M), kekuasaan Islam II oleh Salahuddin al-Ayyubi (1187), kemudian Ottoman pada 1615 sampai jatuh ke tangan Inggris pada 1917, dan pada 1948 berdiri negara Israel. Sepanjang sejarah lebih dari enam ribu tahun, Yerusalem berada di bawah kekuasaan Yahudi hanya selama 73 tahun, yaitu setelah Nabi Daud (King David) menaklukkannya pada tahun 977 atau 1000 Sebelum Masehi. Daud berkuasa selama kurang lebih 33 tahun dan digantikan oleh putranya Nabi Sulaiman yang berkuasa selama 40 tahun. Pada masanya dibangun kuil (haykal) Sulaiman. Itulah puncak masa kejayaan Yahudi di Palestina. Setelah mereka tercerai berai sampai akhirnya pada 587 M, Raja Babilonia, Nebukhadnezar, berhasil menaklukkan Yerusalem (kerajaan Yahudza) dan menghancurkan kuil Sulaiman, serta menumpas habis bangsa Yahudi. Dengan demikian, wujud bangsa Yahudi di Palestina hanya berlangsung selama kurang lebih 415 tahun. Berdasarkan fakta sejarah, kepemilikan bangsa Arab terhadap Palestina sudah berlangsung sejak 6.000 tahun lalu. Dibangun Arab Yabus empat ribu tahun sebelum Masehi, atau 2100 tahun sebelum datang Nabi Ibrahim, dan 2.700 tahun sebelum kedatangan Nabi Musa yang membawa ajaran Taurat yang menjadi sumber ajaran Yahudi. Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...
Permusuhan Yahudi terhadap Islam sudah terkenal dan ada sejak dahulu kala. Dimulai sejak dakwah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan mungkin juga sebelumnya bahkan sebelum kelahiran beliau. Hal ini mereka lakukan karena khawatir dari pengaruh dakwah islam yang akan menghancurkan impian dan rencana mereka. Namun dewasa ini banyak usaha menciptakan opini bahwa permusuhan yahudi dan islam hanyalah sekedar perebutan tanah dan perbatasan Palestina dan wilayah sekitarnya, bukan permasalahan agama dan sejarah kelam permusuhan yang mengakar dalam diri mereka terhadap agama yang mulia ini. Padahal pertarungan kita dengan Yahudi adalah pertarungan eksistensi, bukan persengkataan perbatasan. Musuh-musuh islam dan para pengikutnya yang bodoh terus berupaya membentuk opini bahwa hakekat pertarungan dengan Yahudi adalah sebatas pertarungan memperebutkan wilayah, persoalan pengungsi dan persoalan air. Dan bahwa persengketaan ini bisa berakhir dengan (diciptakannya suasana) hidup berdampingan secara damai, saling tukar pengungsi, perbaikan tingkat hidup masing-masing, penempatan wilayah tinggal mereka secara terpisah-pisah dan mendirikan sebuah Negara sekuler kecil yang lemah dibawah tekanan ujung-ujung tombak zionisme, yang kesemua itu (justeru) menjadi pagar-pagar pengaman bagi Negara zionis. Mereka semua tidak mengerti bahwa pertarungan kita dengan Yahudi adalah pertarungan lama semenjak berdirinya Negara islam diMadinah dibawah kepemimpinan utusan Allah bagi alam semesta yaitu Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam Demikianlah permusuhan dan usaha mereka merusak Islam sejak berdirinya Negara islam bahkan sejak Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam hijrah ke Madinah sampai saat ini dan akan berlanjut terus. Walaupun tidak tertutup kemungkinan mereka punya usaha dan upaya memberantas islam sejak kelahiran beliau n . hal ini dapat dilihat dalam pernyataan pendeta Buhairoh terhadap Abu Thalib dalam perjalanan dagang bersama beliau diwaktu kecil. Allah Ta’ala telah jelas-jelas menerangkan permusuhan Yahudi dalam firmanNya: Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. (Qs. 5:82) Melihat demikian panjangnya sejarah dan banyaknya bentuk permusuhan Yahudi terhadap Islam dan Negara Islam, maka kami ringkas dalam 3 marhalah; Marhalah pertama: Diantara upaya Yahudi dalam menghalangi dakwah Islam di masa-masa awal perkembangannya adalah:
Semua usaha mereka ini gagal total dihadapan Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan Allah membalas makar mereka ini dengan menimpakan kepada mereka kerendahan dan kehinaan. Marhalah kedua: Orang Yahudi tidak cukup hanya membuat keonaran dan fitnah kepada kaum muslimin semata bahkan merekapun menampakkan diri bergabung dengan kaum musyrikin dengan menyatakan permusuhan yang terang-terangan terhadap islam dan kaum muslimin. Namun Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam tetap menunggu sampai mereka melanggar dan membatalkan perjanjian yang pernah dibuat diMadinah. Ketika mereka melanggar perjanjian tersebut barulah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam melakukan tindakan militer untuk menghadapi mereka dan mengambil beberapa keputusan untuk memberikan pelajaran kepada mereka. Diantara keputusan penting tersebut adalah:
Setelah terjadinya hal tersebut maka orang Yahudi terusir dari jazirah Arab. Marhalah ketiga: Orang Yahudi memandang tidak mungkin melawan Islam dan kaum muslimin selama Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam masih hidup. Ketika Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam wafat, orang Yahudi melihat adanya kesempatan untuk membuat makar kembali terhadap Islam dan muslimin. Mereka mulai merencanakan dan menjalankan tipu daya mereka untuk memalingkan kaum muslimin dari agamanya. Namun tentunya mereka lakukan dengan lebih baik dan teliti dibanding sebelumnya. Sebagian target mereka telah terwujud dengan beberapa sebab diantaranya:
Memang berbicara tentang tipu daya dan makar Yahudi kepada kaum Muslimin sejak wafat Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam hingga kini membutuhkan pembahasan yang panjang sekali. Namun rasanya cukup memberikan 3 contoh kejadian besar dalam sejarah Islam untuk mengungkapkan permasalahan ini. Yaitu:
Orang Yahudi dalam menjalankan rencana tipu daya mereka menggunakan kekuatan berikut ini:
Usaha-usaha Musthofa Kamal Basya Ataturk dalam menghancurkan kekhilafahan setelah berhasil menyingkirkan sultan Abdulhamid kedua adalah:
Demikianlah sempurna sudah keinginan orang-orang Yahudi untuk menjadikan kekhilafahan sebagai Negara sekuler yang dipimpin seorang Yahudi yang berkedok muslim. Mudah-mudahan ringkas sejarah permusuhan Yahudi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat menjadi pelajaran bagi kaum muslimin. *** Penulis: Ustadz Khalid Syamhudi, Lc. 🔍 Adab Seorang Murid Terhadap Guru, Pentingnya Belajar Al Quran, Khitan Bagi Perempuan, Manrobbuka Artinya |