Kegiatan awal yang dilakukan manusia purba sebelum bercocok tanam di ladang adalah

Sejarah manusia purba Neolitikum ternyata menarik dibahas, terutama saat awal manusia mengenal sistem bercocok tanam dan berternak. Hal ini disebabkan oleh kemampuan berfikir manusia dalam mempertahankan kehidupannya mulai berkembang.

Peristiwa ini mengakibatkan munculnya kelompok-kelompok manusia yang lebih maju dan menetap dalam satu tempat.

Selain berkembangnya cara berternak, di zaman ini mereka juga mulai hidup bercocok tanam. Dalam kehidupan bercocok tanam ini, manusia sudah dapat menguasai alam lingkungannya berseta isinya.

Baca Juga: Fosil Manusia Purba Termuda dari Homo Erectus Ada di Indonesia, Simak Faktanya

Kemampuan memproduksi bahan makanan ini menjadi dasar utama bagi mereka untuk hidup dan menetap.

Sejarah Manusia Purba Neolitikum

Sejarah manusia purba pada zaman Neolitikum berputar sekitar berkembangnya kemampuan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya lewat bercocok tanam. Berikut penjelasannya:

Berhuma Adalah Kehidupan Bercocok Tanam yang Pertama Kali Ditemukan Manusia Purba

I Wayan Badrika dalam bukunya berjudul “Sejarah Nasional Indonesia dan Umum 1” (2000: 17), mengungkapkan bahwa kehidupan bercocok tanam pertama kali yang ditemukan oleh manusia purba pada masa Neolitikum adalah berhuma.

Manusia purba pada masa neolitikum adalah sebuah revolusi dari kehidupan Foof Gathering  menjadi Food Producing.

Adapun sistem berhuma merupakan teknik bercocok tanam dengan cara membersihkan hutan dan menanaminya.

Setelah tanah tidak subur mereka pidah dan mencari bagian hutan yang lain. Para manusia purba selalu mengulang pekerjaan membuka hutan, demikian seterusnya.

Setelah melakukan buka tutup lahan di hutan, I Wayan Badrika juga menjelaskan bahwa manusia mulai memikirkan kehidupan menetap dalam jangka waktu yang lama.

Maka dari itu dalam sejarah manusia purba Neolitikum, manusia mulai memikirkan untuk berocok tanam pada tanah yang bisa dimanfaatkan berulang kali. Sehingga mereka mulai mengenal cara bercocok tanam pada tanah-tanah persawahan.

Baca Juga: Manusia Purba Lucy Sempat Viral, Peneliti: Tidak Lebih Pintar dari Kera

Sejak bercocok tanam di daerah persawahan itulah, pada akhirnya manusia purba tidak lagi memikirkan untuk hidup berpindah-pindah seperti pada masa berburu dan mengumpulkan makanan. Hal ini barangkali menjadi pola kehidupan yang normal pada masa kini.

Teknik Berternak Pada Zaman Manusia Purba

Ketika alam menuntut manusia purba mencari makanan dengan mengolahnya sendiri dan menetap dalam satu tempat, akhirnya mereka mulai menanam jenis-jenis tanaman yang semula tumbuh liar untuk memenuhi kehidupan hidupnya.

Selain bercocok tanam, mereka juga memiliki teknik berternak hewan yang dimulai dengan menjinakkan hewan yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebut saja kuda, anjing, kerbau, sapi, dan babi. Hal ini merupakan usaha manusia purba yang tak terlepas dari peran protein hewani yang diperlukan tubuh.

Menurut Slamet Sujud Purnawa Jati dalam jurnal ilmiah berjudul “Pra Sejarah Indonesia: Tinjauan Kronologi dan Morfologi” (2013: 27), teknik berternak pada masa ini cenderung aneh dan baru dalam sejarah manusia purba Neolitikum.

Hewan-hewan liar pun mulai jinak dan mudah diolah menjadi berbagai olahan makanan pada saat itu. Dari sinilah akhirnya kebiasaan berburu mulai ditinggalkan dari kehidupan sehari-hari manusia purba.   

Pada Masa Bercocok Tanam dan Berburu, Manusia Purba Mengenal Sistem Ekonomi Barter

I Wayan Badrika (2000: 17), mengungkapkan bahwa dalam kehidupan bercocok tanam, tidak ada satu anggota masyarakat pun yang dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya sendiri.

Oleh karena itu, mereka menjalin hubungan yang lebih erat dengan sesama anggota masyarakat lain. Dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya, mereka mengadakan pertukaran barang dan barang, atau biasa dikenal dengan sistem ekonomi Barter.

Pertukaran barang dengan barang ini menjadi awal munculnya sistem perekonomian pertama dalam kehidupan manusia.

Dalam sejarah manusia purba Neolitikum tercatat bahwa sistem tukar menukar berlangsung tidak hanya terbatas pada lingkungan daerah tempat tinggalnya. Namun lebih jauh lagi, yakni sampai keluar tempat tinggalnya.

Dengan demikian sejak masa kehidupan bercocok tanam masyarakat mulai mengenal sistem perekonomian barter atau pertukaran antara barang dan barang.

Kehidupan manusia purba pun diketahui semakin bertambah maju setelah mengenal logam. Produk logam yang diciptakan manusia purba memiliki nilai tukar yang sangat tinggi, sehingga banyak diantara kelompok manusia purba yang menyimpan bahan makanan.

Selain itu kemampuan mengerjakan logam memperlihatkan semakin tingginya tingkat kemampuan yang dimiliki oleh manusia purba yang semakin maju, dan berkembang.

Begitulah sepenggal sejarah manusia purba Neolitikum terkait manusia purba masa bercocok tanam dan berternak. (Erik/R7/HR-Online)

Tyas Wening Sabtu, 26 Oktober 2019 | 18:00 WIB

Ilustrasi bercocok tanam (Pixabay)

Bobo.id - Jagung, nasi, dan berbagai jenis sayuran merupakan hasil dari bercocok tanam yang dilakukan di ladang, kebun, maupun sawah.

Wah, ternyata berbagai sumber makanan kita banyak yang berasal dari hasil bertani dan bercocok tanam, teman-teman.

Inilah sebabnya bertani merupakan kegiatan paling penting yang dilakukan oleh manusia untuk dapat bertahan hidup.

Namun, sekitar 12.000 tahun lalu, kegiatan bertani dan bercocok tanam belum dilakukan oleh manusia, lo.

Baca Juga: Gyeongbokgung, Tempat Bersejarah Sejak Zaman Dinasti Joseon di Korea

Sebelum bertani dan bercocok tanam, manusia mendapatkan makanan dengan cara berburu hewan, mengumpulkan tanaman, dan meramu berbagai bahan yang ada di sekitarnya.

Lalu, sejak kapan, ya, manusia mulai bertani dan bercocok tanam untuk mendapatkan makanan?

Page 2

Page 3

Pixabay

Ilustrasi bercocok tanam

Bobo.id - Jagung, nasi, dan berbagai jenis sayuran merupakan hasil dari bercocok tanam yang dilakukan di ladang, kebun, maupun sawah.

Wah, ternyata berbagai sumber makanan kita banyak yang berasal dari hasil bertani dan bercocok tanam, teman-teman.

Inilah sebabnya bertani merupakan kegiatan paling penting yang dilakukan oleh manusia untuk dapat bertahan hidup.

Namun, sekitar 12.000 tahun lalu, kegiatan bertani dan bercocok tanam belum dilakukan oleh manusia, lo.

Baca Juga: Gyeongbokgung, Tempat Bersejarah Sejak Zaman Dinasti Joseon di Korea

Sebelum bertani dan bercocok tanam, manusia mendapatkan makanan dengan cara berburu hewan, mengumpulkan tanaman, dan meramu berbagai bahan yang ada di sekitarnya.

Lalu, sejak kapan, ya, manusia mulai bertani dan bercocok tanam untuk mendapatkan makanan?

Lihat Foto

libcom

Ilustrasi Zaman Neolitikum

KOMPAS.com - Masa bercocok tanam lahir melalui proses panjang dari usaha manusia prasejarah dalam memenuhi kebutuhan hidup pada periode-periode sebelumnya.

Periode ini amat penting dalam sejarah perkembangan dan peradaban masyarakat, karena beberapa penemuan baru berupa penguasaan sumber-sumber alam bertambah cepat.

Hal ini dikarenakan kemampuan berpikir manusia prasejarah semakin terasah untuk menjawab tantangan alam.

Masa bercocok tanam dimulai sekitar 10.000 tahun lalu, bersamaan dengan Zaman Neolitikum.

Kehidupan masyarakat masa bercocok tanam ditandai oleh perubahan tradisi yang semula mengumpulkan makanan (food gathering) menjadi menghasilkan makanan (food producing).

Jenis manusia pendukung dari periode ini adalah Proto Melayu, antara lain suku Dayak, Toraja, Sasak, dan Nias.

Masa bercocok tanam sering disebut sebagai masa revolusi kebudayaan karena terjadi perubahan besar pada berbagai corak kehidupan masyarakat praaksara.

Kehidupan pada masa bercocok tanam

Kehidupan ekonomi pada masa bercocok tanam

Secara ekonomi, manusia purba pada periode ini telah berhasil mengolah makanan sendiri (food producing).

Masyarakatnya mulai membuka hutan kemudian menanaminya dengan sayur dan buah untuk mencukupi kehidupan sehari-hari.

Sementara binatang buruan yang mereka tangkap mulai dipelihara dan diternak.

Lihat Foto

KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO

Kubur batu di Kampung Raja Prailiu, Waingapu, Sumba Timur. Kuburan batu besar yang identik dengan jaman megalitikum, bisa dengan mudah ditemui di Pulau Sumba.

KOMPAS.com - Kehidupan zaman praaksara adalah kehidupan pada masa di mana catatan sejarah tertulis belum ada.

Mengutip Kemdikbud RI, masa praaksara disebut juga masa prasejarah atau nirleka. Masa praaksara adalah zaman sebelum ditemukan tulisan atau zaman sebelum manusia mengenal tulisan.

Manusia pada zaman praaksara antara lain Meganthropus Palaeojavanicus, Pithecanthropus Erectus, dan Homo Sapiens.

Kehidupan masyarakat praaksara dibagi menjadi tiga masa, yaitu:

  1. Masa berburu dan mengumpulkan makanan
  2. Masa bercocok tanam
  3. Masa perundagian

Baca juga: 4 Pembagian Zaman Prasejarah Berdasarkan Geologi

Berikut ini penjelasannya:

Manusia purba pada masa ini selalu berpindah-pindah (nomaden) karena tidak punya tempat tinggal tetap. Untuk mencari tempat-tempat yang menyediakan banyak bahan makanan.

Manusia purba mengumpulkan makanan yang tersedia di alam, tanpa mengolah atau menanam lebih dulu.

Alat-alat yang digunakan pada masa ini antara lain:

  • Kapak perimbas untuk merimbas kayu, menguliti binatang, dan memecah tulang.
  • Kapak genggam untuk menggali umbi dan memotong hewan buruan.
  • Alat serpih digunakan sebagai pisau.

Manusia praaksara membutuhkan api untuk memasak dan penerangan pada malam hari. Pembuatan api dengan cara menggosokkan dua keing batu yang mengandung unsur besi. Maka akan timbul percikan api untuk membakar lumut atau rumput kering.

Dalam kehidupan sosial, manusia praaksara hidup dalam kelompok-kelompok dan membekali diri untuk menghadapi lingkungan sekitarnya.

Baca juga: Bagaimana Pola Makan Zaman Manusia Purba?

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA