Kenapa masa abbasiyah disebut masa keemasan islam

Masa Dinasti Abbasiyah disebut sebagai Golden Age (Zaman Keemasan) dalam sejarah umat  karena pada masa ini banyak berkembang ilmu pengetahuan dan banyak tokoh besar yang ada, serta Baghdad sebagai ibukota kekhalifahan menjadi pusat perdagangan, pengetahuan dan budaya dunia.

Pembahasan:

Kemajuan ilmu pengetahuan menjadi salah satu karakteristik masa kejayaan Islam (Golden Age) pada Dinasti Abbasiyah, terutama pada masa Harun Al-Rashid (766-809) dan Al Ma’mun (786 –833) khalifah kelima dan ketujuh dari dinasti Bani Abbassiyah.

Perkembangan ilmu pengetahuan ini tak lepas dari didirikannya Baitul Hikmah. Lembaga ini adalah perpustakaan, penerjemahan dan pusat penelitian yang didirikan pada masa di kota Baghdad. Dengan Baitul Hikmah ini, pengetahuan dari Yunani Kuno, India dan Persia diterjemahkan dan dipelajari oleh para ilmuwan.

Tokoh ilmuwan besar pada masa ini misalnya adalah Abu Ali Ibnu Sina (980 –1037), seorang filusuf Persia yang juga merupakan seorang ahli pegobatan dan ilmuwan. Karya Ibnu Sina yang terkenal adalah karya “Al-Qanun fi’t-Tibb” sebuah kitab referensi kedokteran yang penting.

Dalam keagamaan, ulama besar masa ini misalnya Imam Bukhari, seorang ulama asal Bukhara di Asia Tengah (sekarang wilayah Uzbekistan). Karya terbesarnya adalah kumpulan hadits “Shahih Bukhari” yang selesai sekitar tahun 846 M/232 H, dan berisi 7275 hadits.

Kejayaan Dinasti Abbasiyah terlihat dari kebesaran kota Baghdad yang saat itu menjadi pusat ekonomi, budaya dan pengetahuan dunia. Baghdad di masa itu menjadi salah satu kota terbesar di dunia.

Ilustrasi Masa Kejayaan Islam. Foto: islamic-study.org

Banyak ahli sejarah bersepakat bahwa masa kejayaan Islam terjadi pada masa Bani Abbasiyah (750 M - 1258 M). Hal ini dikaitkan dengan kemunculan para ilmuwan dan filsfuf dari dunia Islam yang memberikan kontribusi besar pada perkembangan ilmu pengetahuan.

Khalifah Abbasiyah ke tujuh, Al-Ma’mun (813-833) berpendapat bahwa masyarakat ideal masa depan hanya bisa diwujudkan melalui ilmu pengetahuan dan rasionalisme. Oleh sebab itu, ia mendirikan Institut pendidikan di Baghdad yang dikenal dengan nama Bayt Al-Hikmah.

Bayt Al-Hikmah berfungsi sebagai perpustakaan, pusat penerjemahan, dan tempat berkumpul para cendikiawan dari seluruh dunia untuk berdiskusi. Tidak mengherankan apabila saat itu Baghdad dianggap sebagai pusat intelektual dan keilmuan pada masa kegemilangan Islam.

Bagaimana ini bisa terjadi? Nah berikut adalah ulasan singkat tentang masa kejayaan Islam. Ulasan ini diharapkan dapat menginspirasi agar umat muslim terus mengembangkan ilmu demi kebaikan manusia:

Faktor-faktor yang Mendukung Lahirnya Masa Kejayaan Islam

Dikutip dari jurnal Sejarah Pendidikan Islam Pada Masa Kegemilangan Islam karya Zulhima, terdapat faktor internal dan faktor dari luar yang mendukung zaman keemasan Islam. Faktor internal berasal dari ajaran Islam sendiri yang mendorong umat Islam untuk menuntut ilmu.

Salah satu ayat Al Quran yang menunjukkan keutamaan ilmu adalah surat Al-Mujadalah ayat 9:

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: ‘Berlapang-lapanglah dalam majlis’, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: ‘Berdirilah kamu’, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Q.S. Al-Mujadalah : 9).

Ilustrasi masa kejayaan Islam. Foto: ancientpages

Selain itu, terdapat beberapa faktor di luar ajaran Islam yang turut mendukung kejayaan Islam.

Daulah Abbasiyah cenderung terbuka terhadap kebudayaan asing dan menaruh perhatian terhadap ilmu pengetahuan. Maka tidak heran jika terdapat pengaruh peradaban Yunani dalam bidang sains dan filsafat.

- Penerjemahan ilmu pengetahuan ke dalam bahasa Arab

Ada kemauan kuat dari penguasa untuk mentransfer ilmu pengetahuan ke dalam Bahasa Arab. Para ahli juga berinisiatif untuk mengembangkan pengetahuan dengan berkunjung ke berbagai pusat ilmu di dunia dan mencari kitab-kitab penting yang harus diterjemahkan.

- Perhatian pemerintah terhadap kemajuan ilmu pengetahuan

Pemerintahan pada masa itu memillki kebijakan yang mendukung bidang ilmu pengetahuan. Saat itu terdapat usaha penerjemahan, pendirian akademi-akademi, observatorium, perpustakaan, serta pemberian santunan bagi para ilmuan untuk pelaksanaan riset sains dan teknologi.

- Kondisi ekonomi yang baik

Fasilitas-fasilitas pendukung perkembangan ilmu pengetahuan seperti di atas tidak akan dapat direalisasikan tanpa kondisi ekonomi yang stabil. Pada masa kegemilangan Islam, jalur- jalur perdagangan dunia yang dikuasai oleh kaum muslimin tumbuh subur.

Contoh Perkembangan Ilmu Pengetahuan di Masa Kejayaan Islam

Ibnu Rushd dan Ibnu Sina memberikan kontribusi penting dalam melanjutkan karya-karya filsuf Yunani, Aristoteles. Literatur filsafat Arab yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan bahasa Ladino turut membantu perkembangan filsafat Eropa modern.

Al Khwarizmi. Foto: Istimewa

Di bidang sains, terdapat beberapa tokoh Islam yang mendunia. Al Khawarizmi merupakan tokoh matematika yang mengarang buku Al Jabar. Beliau menemukan operasi matematika untuk menyelesaikan notasi kuadrat yang sekarang dikenal dengan istilah aljabar.

Selain itu, ada Umar Khayam yang karyanya tentang Al Jabar bejudul Treatise on al-Gebra telah diterjemahkan oleh F Woepcke ke dalam bahasa Perancis (1857 M). Jabir Al Batani juga disebut sebagai pencipta teropong bintang yang pertama.

Salah satu tokoh Islam dalam bidang kedokteran yang paling terkenal adalah Ibn Sina (980-1036 M). Karyanya yang berjudul Al Qonun fi At-Tibb atau Kanon Kedokteran diterjemahkan ke Bahasa Latin dan dijadikan buku pedoman kedokteran bagi universitas di negara Eropa dan negara Islam. Selain itu, ada juga Ibn Rusyd (520-595 M) yang terkenal sebagai perintis penelitian tentang pembuluh darah dan penyakit cacar.