Landasan berpikir untuk belajar informatika dinamakan berpikir komputasional

Perkembangan dunia abad ke-21 ditandai dengan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam segala segi kehidupan. Menyikapi kemajuan teknologi ini pemerintah menetapkan kembali standar kompetensi lulusan yang berbasis pada kompetensi abad 21, yang mencakup kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, berkomunikasi, dan berkolaborasi. Untuk itu, sekolah-sekolah dituntut mampu menyiapkan siswa/peserta didik untuk memasuki abad 21.

Salah satu bentuk peningkatan kompetensi lulusan yang bisa dikembangkan dari awal proses pembelajaran adalah Computational Thinking (CT). CT adalah metode menyelesaikan persoalan dengan menerapkan teknik Ilmu Komputer (Informatika). Berpikir secara komputasi mengajarkan untuk memahami suatu permasalahan secara logis dan mencari solusi yang mana solusi tersebut dapat dipahami oleh manusia maupun komputer. CT banyak digunakan untuk pemecahan masalah di semua disiplin ilmu; siswa diajak untuk melatih kemampuan otak untuk membiasakan diri berpikir secara logis, terstruktur, dan kreatif.

Sosialisasi CT adalah kegiatan pengabdian yang dilaksanakan oleh Program Studi Informatika Universitas Katolik Parahyangan (Prodi Informatika Unpar) dalam rangka memperkenalkan CT tersebut. Sebagai informasi, di beberapa negara maju, seperti Inggris, materi CT dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah dasar dan menengah melalui mata pelajaran pemrograman. Pemerintah Inggris percaya CT dapat membuat siswa lebih cerdas dan membuat mereka lebih cepat memahami teknologi yang ada di sekitar mereka. Tidak hanya pemerintah, beberapa lembaga baik profit maupun non-profit dan tokoh-tokoh terkenal seperti Bill Gates dan Mark Zuckerberg mendukung gerakan memperkenalkan CT ini.

Bebras Challenge

Salah satu lembaga non-profit yang mendukung gerakan memasyarakatkan CT adalah Bebras. Bebras adalah sebuah inisiatif internasional yang bertujuan untuk memperkenalkan ilmu komputer (computer science) dan CT kepada siswa sekolah dalam berbagai usia. Salah satu cara untuk memperkenalkan CT adalah dengan diselenggarakannya Bebras Challenge (Tantangan Bebras).

Landasan berpikir untuk belajar informatika dinamakan berpikir komputasional
Tantangan Bebras adalah sebuah kompetisi yang mana siswa harus memberikan solusi untuk persoalan bertema komputasi/informatika yang dirancang semenarik mungkin, dan seharusnya dapat dijawab oleh siswa tanpa pengetahuan sebelumnya tentang komputasi atau informatika. Setiap soal Bebras mengandung aspek komputasi atau informatika dan dimaksudkan untuk menguji bakat peserta untuk berpikir komputasi atau informatika. Untuk menjawab soal-soal Bebras, secara alamiah, siswa dituntut untuk berpikir terkait dengan informasi, struktur diskrit, komputasi, pengolahan data, serta harus menggunakan konsep algoritmik.

Prodi Informatika Unpar telah resmi menjadi bagian dari Bebras Internasional pada 2017. Dalam hal ini, Informatika Unpar berperan sebagai salah satu biro resmi dari Bebras Indonesia.

Pengabdian kepada masyarakat

Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah terbatasnya sumber daya manusia (pendidik) yang memiliki pengetahuan dan kemampuan mengajarkan materi CT. Bahkan masih sangat sedikit pendidik yang mengenal istilah tersebut.

Prodi Informatika Unpar ingin membantu pemerintah untuk memperkenalkan konsep CT kepada masyarakat umum, khususnya kepada guru-guru sekolah dasar dan menengah di Bandung dan sekitarnya.

Tahun 2018 merupakan tahun kedua Informatika Unpar mengadakan kegiatan sosialisasi CT. Pada 2017, tim melakukan sosialisasi kepada guru-guru SD dan SMP St Yusup, Jl. Merdeka Bandung. Dalam kesempatan ini, tim mengundang narasumber Dr. Inggriani Liem, pakar CT dari Bebras Internasional. Direncanakan, sosialisasi ini menjadi kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap tahunnya. Untuk sementara, kegiatan tersebut diadakan di wilayah Bandung dan sekitarnya.

Antusiasme dan harapan

Kegiatan terakhir Sosialisasi CT Informatika Unpar diadakan pada 2 & 9 Februari 2018, di TK-SMA Kristen Bina Bakti Bandung. Tidak dapat dimungkiri bahwa tim Informatika Unpar tidak dapat memaksakan topik CT ini agar disukai oleh seluruh pihak. Pada awalnya, cukup banyak yang mengira bahwa CT itu selalu berkaitan dengan komputer, sehingga timbul resistensi dari guru-guru yang mengajar mata pelajaran yang tidak berhubungan dengan komputer.

Namun, setelah mendapatkan pemahaman lebih mengenai CT, cukup banyak guru atau pihak yang mulai menyadari bahwa CT ini memang baik untuk diajarkan kepada anak-anak didiknya. Bahkan, tim cukup terkesan dengan beberapa hasil diskusi dan ide-ide yang terlontar dari para guru terkait materi CT.

Landasan berpikir untuk belajar informatika dinamakan berpikir komputasional
Dalam melaksanakan kegiatan sosialisasi, sejumlah dosen ditugaskan oleh prodi untuk menjadi narasumber. Selain sosialisasi kepada guru-guru, tim juga akan melakukan sosialisasi kepada para siswa. Sosialisasi kepada para siswa ini dilaksanakan lebih banyak dengan memberikan latihan-latihan soal yang mengasah kemampuan CT. Dalam hal ini, para mahasiswa akan dilibatkan dalam kegiatan pelatihan kepada siswa sekolah, terutama dalam rangka persiapan siswa mengikuti Bebras Challenge.

Diharapkan, dengan diadakannya sosialisasi CT, secara perlahan Indonesia dapat menyeimbangkan kurikulumnya dengan kurikulum negara maju, terutama terkait kemampuan berpikir kritis. Saat ini, Informatika Unpar bersama sejumlah pihak lain terlibat dalam melakukan sosialisasi CT dan penyusunan kurikulum sekolah yang menyangkut penerapan aspek-aspek CT.

Selain itu, dengan diterapkannya CT pada kurikulum Prodi Informatika Unpar, diharapkan dapat terbangun jembatan untuk mengatasi masalah perbedaan pola pikir antara siswa yang baru lulus SMA dengan kebiasaan pola pikir yang diperlukan dalam bidang Informatika yang menitikberatkan pada penyelesaian masalah (problem solving).

Penulis:

Dr. rer. nat. Cecilia Esti Nugraheni, ST, MT

Wakil Dekan Bidang Akademik FTIS

Dosen Prodi Informatika

Editor:

Tim Publikasi

Berpikir Komputasional merupakan landasan berpikir yang perlu diajarkan terus menerus sesuai dengan jenjang pendidikan, dengan tingkat kesulitan dan kompleksitas yang meningkat mulai dari SD/MI sampai dengan SMA/MA. 

Berpikir Komputasional (BK) mencakup kemampuan untuk melakukan dekomposisi, abstraksi, merancang algoritme serta melakukan pengenalan pola yang menjadi dasar membangun suatu sistem terkomputerisasi dari suatu sistem nyata yang kompleks. Dengan melakukan dekomposisi, seseorang dapat memecah sebuah persoalan kompleks menjadi bagian-bagian yang dapat lebih mudah dipahami dan dicari solusinya. Bagian-bagian kecil dari persoalan akan mempunyai pola solusi. 

Mengenali pola sistem, pola persoalan, dan bagian-bagiannya, serta pola solusi akan mempermudah dan mempercepat penyelesaian persoalan kompleks. Abstraksi akan memudahkan seseorang untuk menyimpulkan karakterisitik umum dan mengesampingkan hal detil yang tidak perlu diperhatikan untuk mencari solusi. Algoritme adalah rancangan solusi dalam bentuk instruksi/langkah yang harus dijalankan oleh agen pemroses informasi sesuai dengan instruksi yang direncanakan, untuk mendapatkan solusi. 

Berkat kemampuan BK, seseorang mengintegrasikan pengalaman menyelesaikan persoalan dan membentuk suatu pola solusi yang memungkinkan ia untuk tidak hanya mampu memecahkan suatu persoalan yang sedang dihadapi, melainkan juga untuk menyelesaikan persoalan-persoalan sejenis dengan solusi yang lebih cerdas, efisien, dan optimal. 

Berpikir Komputasional (BK) merupakan salah satu kemampuan penting abad ke‐21 yang sudah mulai ditumbuhkan sejak usia dini di negara maju. BK juga merupakan kemampuan utama yang melandasi bidang informatika. BK adalah kemampuan berpikir untuk memecahkan persoalan-persoalan yang penyelesaiannya berkaitan dengan “komputasi”. Komputasi adalah perhitungan baik aritmatika atau berupa langkah-langkah yang mengikuti suatu model yang sudah didefinisikan dengan baik yaitu algoritme. Komputasi merupakan salah satu aspek penting dalam disiplin ilmu informatika atau ilmu Komputer. 

Saat ini komputer menjadi alat bantu untuk menyelesaikan persoalan dan mendukung berfungsinya hampir semua bidang ilmu lain, sehingga BK mempengaruhi bidang lain seperti biologi, kimia, kedokteran, linguistik, psikologi, ekonomi, energi, dan lain-lain. Kemampuan BK akan membantu seseorang untuk megenali akar persoalan, menyelesaikan persoalan, merancang sistem, memahami kekuatan, dan keterbatasan manusia, serta pembangunan sistem komputer, robot, bahkan mesin intelijen, yang berkaitan dengan disiplin ilmu yang lain. 

Berpikir Komputasional (BK) berorientasi pada “problem solving”, sehingga membuat daya pikir seseorang menjadi berkembang. Seseorang yang mampu berpikir komputasional akan mampu berpikir tingkat tinggi, sehingga dengan lebih mudah ia dapat mengonsep dan memahami teknologi yang berbasis komputer, dan mempunyai daya saing lebih di dunia saat ini yang sudah memasuki Revolusi Industri 4.0 yang menghasilkan pabrik cerdas dari apapun dengan didasari cyber-physical system, IoT (Internet of Things), cloud computing, dan cognitive computation.